(1401100044)
(1401100063)
Yulisa Lovitasari
(1401100067)
F. Dimas Galih B.
(1401100071)
(1401100075)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan limpahan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang membahas tentang Komunikasi Lintas
Budaya dengan tepat waktu.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
2. Ibu Tri Anjaswarni, S.Kp. M.Kep selaku dosen yang telah memberikan
tugas, dan petunjuk kepada penyusun, sehingga termotivasi dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
3. Orang tua yang telah memberi semangat kepada penyusun.
4. Teman teman yang banyak memberi dukungan, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
5. Serta pihak lainnya yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa tugas makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna, maka penyusun memohon kritik dan saran mengenai penyusunan makalah
ini, guna memperbaiki penyusunan selanjutnya.
Semoga materi dalam makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penyusun dan pembaca pada umunya, sehingga tujuan yang di harapkan dapat
tercapai, Amin.
Malang, 11 Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................I
Daftar Isi ..............................................................................................................II
BAB I
PENDAHULUAN ...............................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan Pembahasan................................................................................2
1.3 Manfaat Pembahasan.............................................................................2
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................2
BAB II
GAMBARAN BUDAYA......................................................................3
PEMBAHASAN ...............................................................................34
BAB V
PENUTUP..........................................................................................43
5.1 Kesimpulan............................................................................................43
5.2 Saran-Saran............................................................................................43
Daftar Pustaka......................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
GAMBARAN BUDAYA SUKU DAYAK
2.1 Karakteristik Demografi Suku Dayak
Suku Dayak (Ejaan Lama: Dajak atau Dyak) adalah nama yang oleh
penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni pedalaman yang
mendiami Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan
Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan). Ada 5 suku atau 7 suku asli
Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai, Paser, Berau dan Tidung
Menurut sensus Badan Pusat Statistik Republik Indonesia tahun 2010, suku
bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu
suku Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan
lainnya (non Dayak dan non Banjar). Dahulu, budaya masyarakat Dayak adalah
Budaya maritim atau bahari. Hampir semua nama sebutan orang Dayak
mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan dengan "perhuluan" atau
sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni rumpun
Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak
Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan
rumpun Punan. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa
yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar
pulau Kalimantan:
"Borneo Utara" (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina serta satu
suku yang berdiri dengan nama sukunya sendiri yaitu Suku Tidung
beradat Melayu yang terkait dengan rumpun ini sebagai suku-suku yang
berdiri sendiri yaitu Suku Banjar, Suku Kutai, Suku Berau, Suku Sambas,
dan Suku Kedayan.
Istilah untuk suku penduduk asli dekat Sambas dan Pontianak adalah
Daya (Kanayatn: orang daya= orang darat), sedangkan di Banjarmasin
disebut Biaju (bi= dari; aju= hulu). Jadi semula istilah orang Daya (orang
darat) ditujukan untuk penduduk asli Kalimantan Barat yakni rumpun
Bidayuh yang selanjutnya dinamakan Dayak Darat yang dibedakan dengan
Dayak Laut (rumpun Iban). Di Banjarmasin, istilah Dayak mulai digunakan
dalam perjanjian Sultan Banjar dengan Hindia Belanda tahun 1826, untuk
menggantikan istilah Biaju Besar (daerah sungai Kahayan) dan Biaju Kecil
(daerah sungai Kapuas Murung) yang masing-masing diganti menjadi Dayak
Besar dan Dayak Kecil, selanjutnya oleh pihak kolonial Belanda hanya
kedua daerah inilah yang kemudian secara administratif disebut Tanah
Dayak. Sejak masa itulah istilah Dayak juga ditujukan untuk rumpun NgajuOt Danum atau rumpun Barito. Selanjutnya istilah Dayak dipakai meluas
yang secara kolektif merujuk kepada suku-suku penduduk asli setempat yang
berbeda-beda bahasanya, khususnya non-Muslim atau non-Melayu. Pada
akhir abad ke-19 (pasca Perdamaian Tumbang Anoi) istilah Dayak dipakai
dalam konteks kependudukan penguasa kolonial yang mengambil alih
kedaulatan suku-suku yang tinggal di daerah-daerah pedalaman Kalimantan.
Menurut Departemen
Pendidikan
dan Kebudayaan
Bagian Proyek
Dari
pegunungan
itulah
berasal
sungai-sungai
besar
seluruh
bangsa
Tionghoa
di
selatan
Kalimantan
tidak
11
12
Dayak Mongoloid,
Malayunoid,
Autrolo-Melanosoid,
Dayak Heteronoid.
Namun di dunia ilmiah internasional, istilah seperti "ras Australoid",
"ras Mongoloid dan pada umumnya "ras" tidak lagi dianggap berarti untuk
membuat klasifikasi manusia karena kompleksnya faktor yang membuat
adanya kelompok manusia.
Tradisi Penguburan
Peti kubur di Kutai. Foto tersebut merupakan foto kuburan Dayak
Benuaq di Kutai. Peti yang dimaksud adalah Selokng (ditempatkan di Garai).
Ini merupakan penguburan primer - tempat mayat melalui Upacara/Ritual
Kenyauw. Sementara di sebelahnya (terlihat sepotong) merupakan Tempelaq
13
penguburan tanpa wadah dan tanpa bekal, dengan posisi kerangka dilipat.
penguburan dengan wadah kayu, anyaman bambu, atau anyaman tikar. Ini
merupakan sistem penguburan yang terakhir berkembang.
Menurut tradisi Dayak Benuaq baik tempat maupun bentuk penguburan
dibedakan :
1. wadah (peti) mayat--> bukan peti mati : lungun, selokng dan kotak
2. wadah tulang-beluang : tempelaaq (bertiang 2) dan kererekng (bertiang 1)
serta guci.
berdasarkan tempat peletakan wadah (kuburan) Suku DayakBenuaq :
1. lubekng (tempat lungun)
2. garai (tempat lungun, selokng)
3. gur (lungun)
4. tempelaaq dan kererekng
Pada umumnya terdapat dua tahapan penguburan:
1. penguburan tahap pertama (primer)
2. penguburan tahap kedua (sekunder).
14
Penguburan primer
4.1
4.2
Penguburan sekunder
Penguburan sekunder tidak lagi dilakukan di gua. Di hulu Sungai
Bahau dan cabang-cabangnya di Kecamatan Pujungan, Malinau, Kalimantan
Timur, banyak dijumpai kuburan tempayan-dolmen yang merupakan
peninggalan
megalitik.
Perkembangan
terakhir,
penguburan
dengan
menggunakan peti mati (lungun) yang ditempatkan di atas tiang atau dalam
bangunan kecil dengan posisi ke arah matahari terbit.
Masyarakat Dayak Ngaju mengenal tiga cara penguburan, yakni :
15
Agama
Masyarakat rumpun Dayak Ngaju dan rumpun Dayak Ot Danum
menganut agama leluhur yang diberi nama oleh Tjilik Riwut sebagai agama
Kaharingan yang memiliki ciri khas adanya pembakaran tulang dalam ritual
penguburan. Sedangkan agama asli rumpun Dayak Banuaka tidak mengenal
adanya pembakaran tulang jenazah. Bahkan agama leluhur masyarakat Dayak
Meratus di Kalimantan Selatan lebih menekankan ritual dalam kehidupan
terutama upacara/ritual pertanian maupun pesta panen yang sering dinamakan
sebagai agama Balian.
Agama-agama asli suku-suku Dayak sekarang ini kian lama kian
ditinggalkan. Sejak abad pertama Masehi, agama Hindu mulai memasuki
Kalimantan dengan ditemukannya Candi Agung sebuah peninggalan agama
Hindu di Amuntai, Kalimantan Selatan, selanjutnya berdirilah kerajaankerajaan Hindu-Buddha. Semenjak abad ke-4 masyarakat Kalimantan
memasuki era sejarah yang ditandai dengan ditemukannya prasasti
peninggalan dari Kerajaan Kutai yang beragama Hindu di Kalimantan Timur.
Penemuan arca-arca Buddha yang merupakan peninggalan Kerajaan
Brunei kuno, Kerajaan Sribangun (di Kota Bangun, Kutai Kartanegara) dan
Kerajaan Wijayapura. Hal ini menunjukkan munculnya pengaruh hukum
agama Hindu-Buddha dan asimilasi dengan budaya India yang menandai
kemunculan masyarakat multietnis yang pertama kali di Kalimantan
Penemuan Batu Nisan Sandai menunjukan penyebaran agama Islam di
Kalimantan sejak abad ke-7 mencapai puncaknya di awal abad ke-16,
masyarakat kerajaan-kerajaan Hindu menjadi pemeluk-pemeluk Islam yang
menandai kepunahan agama Hindu dan Buddha di Kalimantan. Sejak itu
16
mulai muncul hukum adat Banjar dan Melayu yang dipengaruhi oleh sebagian
hukum agama Islam (seperti budaya makanan, budaya berpakaian, budaya
bersuci), namun umumnya masyarakat Dayak di pedalaman tetap memegang
teguh pada hukum adat/kepercayaan Kaharingan.
Sebagian besar masyarakat Dayak yang sebelumnya beragama
Kaharingan kini memilih Kekristenan, namun kurang dari 10% yang masih
mempertahankan agama Kaharingan. Agama Kaharingan sendiri telah
digabungkan ke dalam kelompok agama Hindu (baca: Hindu Bali) sehingga
mendapat sebutan agama Hindu Kaharingan. Namun ada pula sebagian kecil
masyarakat Dayak kini mengkonversi agamanya dari agama Kaharingan
menjadi agama Buddha (Buddha versi Tionghoa), yang pada mulanya muncul
karena adanya perkawinan antarsuku dengan etnis Tionghoa yang beragama
Buddha, kemudian semakin meluas disebarkan oleh para Biksu di kalangan
masyarakat Dayak misalnya terdapat pada masyarakat suku Dayak Dusun
Balangan yang tinggal di kecamatan Halong di Kalimantan Selatan.
Di Kalimantan Barat, agama Kristen diklaim sebagai agama orang
Dayak (sehingga Dayak Muslim Kalbar terpaksa membentuk Dewan Adat
Dayak Muslim tersendiri), tetapi hal ini tidak berlaku di propinsi lainnya
sebab orang Dayak juga banyak yang memeluk agama Islam namun tetap
menyebut dirinya sebagai suku Dayak.
Di
wilayah
perkampungan-perkampungan
Dayak
yang
masih
17
18
Cuma.
Sikap demokratis sebagai salah sati semangat kehidupan di rumah
panjang masih dimiliki oleh sebagian besar orang Dayak, meskipun
rumah panjang mereka hamper punah. Kegiatan perekonomian yang
berimplikasi pada kehidupan komunitas biasanya mereka musayarahkan
terlebih dahulu.
19
3.
Orang Dayak punya rasa hormat yang tinggi kepada alam lingkungan
hidupnya. Pada beberapa subsuku Dayak terdapat adapt yang melarang
warga membuat lading digunung tertentu, daerah sekitar alur sungai dan
tembawang, disertai sanksi-sanksi yang bersifat sacral. Berdasarkan
pengalaman, mereka mengetahui bahwa keseimbangan alam harus selalu
4.
5.
penjahatnya.
Tidak bisa menabung atau merencanakan kehidupan masa depan. Orang
Dayak belum banyak meninggalkan sifat-sifat sebagai manusia perantau.
Kebiasaan menyimpan padi dilumbung (jurong,durong, dango) bukan
dimaksudkan untuk menabung , tetapi sekedar menyimpan padi untuk
keperluan satu tahun siklus perladangan mereka. Menabung dalam arti
menyimpan untuk masa depan dengan mempertahankan atau menambah
6.
7.
dialam sekitarnya.
Tidak mengenal system dagang,baik dikalangan mereka sendiri maupun
dengan kalangan luar. Apabila mereka pergi menukarkan hasil hutan atau
hasil tani dengan barang lain yang mereka perlukan, maka itu dilakukan
sepenuhnya dengan sikap terserah kepada taoke. (Kanayatn: ahe-ahe ja
toke), artinya terserah kepada pihak lain untuk menentukan, orang Dayak
juga belum dapat memahami hubungan antara waktu dan nilai ekonomis
8.
jasa
dengan
mempertontonkan
keterampilan
atau
memilih berdiam diri, sambil berharap agar orang lain dapat menyelami
apa keinginan mereka. Menuntut hak hamper tidak dikenal dalam sikap
9.
10.
11.
12.
perhitungan ekonomis.
Sisa-sisa kejujuran dan kepolosan orang Dayak dapat dengan mudah
dimanfaatkan untuk menipu mereka sendiri. Mereka mudah terpengaruh
oleh kata-kata manis. Dengan sedikit janji lisan saja, orang lain dapat
13.
14.
21
Upacara Tiwah
Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan
upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah
meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat yang
semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang sudah
meninggal dunia.
Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah
ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan
diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian,
suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di
letakkan di tempatnya (Sandung).
Dunia Supranatural
Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu
merupakan ciri khas kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang
luar negeri sana menyebut Dayak sebagai pemakan manusia ( kanibal ).
Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat cinta damai
asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan
supranatural Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang.
Manajah Antang merupakan cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti
mencari keberadaan musuh yang sulit di temukan dari arwah para leluhur
22
dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari pasti akan
ditemukan.
Mangkok merah.
Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok
merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya
besar. Panglima atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya
mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di
edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan
sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya
biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar
biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal
dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.
Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan
sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang
tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan
merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber Tariu
( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan
perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai
kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit
atau gila bila mendengar tariu.
Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi
manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan
dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan
manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara
adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan
bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.
23
24
26
berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas
Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita, yakni yang
terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan
ornamen Dayak Kenyah.
8. Tari Serumpai
Tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah
penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian
Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling
bambu).a kita memanfaatkan dan mengelolanya.
9. Tari Belian Bawo
Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati
orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi
tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara
kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.
10. Tari Kuyang
Sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantuhantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak
mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.
11. Tari Pecuk Kina
Tarian ini menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang
berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar
(Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.
12. Tari Datun
Tarian ini merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah
dengan jumlah tak pasti, boleh 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari
bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan
yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas
kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah
suku Dayak Kenyah.
13. Tari Ngerangkau
27
Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku
Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk
padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar sehingga
menimbulkan irama tertentu.
14. Tari Baraga Bagantar
Awalnya Baraga Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi
dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah
digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.
Senjata Sukubangsa Dayak
1.
2.
Lonjo / Tombak. Dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan
anyaman rotan dan bertangkai dari bambu atau kayu keras.
3.
Telawang / Perisai. Terbuat dari kayu ringan, tetapi liat. Ukuran panjang 1
2 meter dengan lebar 30 50 cm. Sebelah luar diberi ukiran atau
lukisan dan mempunyai makna tertentu. Disebelah dalam dijumpai
tempat pegangan.
4.
28
dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman
Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
5.
Dohong. Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam sebelah
menyebelah. Hulunya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu.
Senjata ini hanya boleh dipakai oleh kepala-kepala suku, Demang, Basir.
Terong ungu yang sedang besarnya, dibakar dengan kulitnya hingga matang
dan menjadi lembek. Kemudian siapkan lombok rawit, terasi, garam, serei,
diulek halus, ditambah ikan bakar yang berlemak dan terong bakar, ditekan
pelan-pelan sampai tercampur.Salah satu makanan khas suku dayak yang
banyak di gemari oleh banyak orang, terong ungu atau yang disebut terong
mapui ini sangat pedas karena di campur dengan lombok rawit dengan rasa
yang asam dan asin.
Suku Dayak menyebutnya sebagai hawa, prok, cecadu, kusing tayo, paing
atau bangamet/bangamat. Suku dayak punya ciri khas dalam memasaknya.
Paing yang akan dimasak hanya dibuang kuku, bulu kasar di tekuk dan
punggung, serta ususnya. Sementara sayap, bulu serta dagingnya juga di
masak, karena rasanya akan lebih enak dan khas. Memasak paing ala Dayak
menggunakan bumbu minimalis, yaitu hanya serai dan daun asam pikauk/
sejenis daun yang rasanya asam. Kalau tidak ada bisa diganti dengan asam
jawa sedikit dan kalau suka bisa ditambahkan irisan bawang merah.
Penggunaan bumbu yang minimalis ini adalah untuk mempertahankan rasa
dan aroma asli dari paing atau kalong tersebut.
3. Sayur Umput Kelapa
Sayur umbut kelapa terbuat dari serabut pucuk pohon kelapa yang lembek.
Makanan khas suku Dayak Ngaju ini lebih enak dimakan dengan opor daging
sapi atau ayam, dan sambal goreng kacang putih atau kacang tolo. Sebagai pelengkapnya sambal terasi atau sambal mangga muda.
30
Bentuk dan warnanya tidak jauh berbeda dengan rebung putih. Yang
membedakan, sayuran ini jauh lebih manis bila dibandingkan dengan rebung.
Ini mungkin karena asalnya dari kelapa. Tak heran bila suku Dayak menyukai
sayuran ini masih dalam kondisi mentah (belum dimasak). Mereka akan
memakannya dengan dicampur dengan sambal
4. Juhu Singkah
Kuliner khas yaitu Juhu Singkah juhu singkah adalah makanan khas
masyarakat Dayak, Kalimantan Tengah, yang sangat lezat. Makanan ini bisa
dijumpai di Kota Palangkaraya, Kalteng.
Makanan yang terbuat dari umbut rotan ini lebih lezat bila dipadukan dengan
ikan betok. Umbut rotan diperoleh warga dengan mencarinya di sekitar hutan
tempat mereka tinggal.
5. Lemang khas Suku Dayak
31
Lemang/pulut(poe)
Lemang atau pulut adalah makanan khas dari orang kalimantan barat.
Meskipun juga banyak dijumpai makanan serupa diwilayah lain. Lemang
biasanya ialah beras yang di masukan kedalam ruas bambu yang di dalam nya
dilapisi daun pisang lalu diberi santan, dan bambu di panggang diatas bara
api. Rasanya enak dan gurih, aroma nya yang membuat perut terasa tidak
tahan ingin selalu di santap. Biasanya lemang di hidangkan disaat ada pesta
perkawinan,syukuran maupun upacara adat.
6. Juhu Kujang
Juhu kujang adalah makanan yang berbahan dasar keladi, Gulai keladi diberi
santan.
Terkadang
keladi
bila
dimasak
terasa
gatal,
maka
untuk
32
Setelah itu ikan yang telah dicampur bumbu-bumbu, santan kelapa, keladi,
ditambahkan daun nangka muda yang telah dipotong kecil-kecil tujuh lembar
lalu diletakkan di atas api hingga matang. Apabila daun nangka muda tidak
ada, penghilang gatal dapat diganti kerak nasi.
Rumah Suku Dayak
dibatasi
oleh
sekat-sekat.
Pada halaman rumah betang terdapat sapundu, yaitu sebuah patung berbentuk
manusia dan berfungsi sebagai tempat untuk mengikat hewan yang akan
dikurbankan pada acara ritual upacara adat. Selain itu
pada beberapa
halaman rumah betang juga memiliki Patahu yang berfungsi sebagai tempat
untuk pemujaan.
33
BAB III
GAMBARAN POLA KOMUNIKASI BUDAYA
3.1. Komunikasi Verbal
Bahasa suku Dayak menggunakan bahasa Indonesia , bahasa Maanyan ,
dan bahasa Ngaju sebagai bahasa yang digunakan dalam kesehariannya. Orang
Dayak di Kalimantan khususnya Dayak yang berada di Kalimantan Barat, Timur,
Selatan dan Utara hampir semuanya mengerti bahasa Ot-Danum atau Dohoi,
sedangkan orang Dayak Kalimantan Tengah dan Selatan sebagai bahasa
perantaraan umumnya adalah bahasa Dayak Ngaju yang juga disebut bahasa
Kapuas. Tiap-tiap suku Dayak di Kalimantan memiliki bahasa daerah sendirisendiri dengan dialek satu dengan lainnya berbeda, misalnya bahasa Ot-Danum
kebanyakan memakai huruf o dan a tetapi bahasa Dayak Ngajuk banyak
memakai e dan a. Sebagai ilustrasi disajikan beberapa bahasa Dayak dari
beberapa suku Dayak yang ada di Kalimantan.
Bentuk hitungan angka dalam beberapa bahasa Dayak:
Indonesia Ngaju
Bahau
Bajau
Ot-Danum
Pasir
Maanyan Lepo
Satu
Ije
Je
Sa
Ico
Erai
Isa
Ca
Dua
Due
Dua
Dua
Doo
Doeo
Rueh
Dua
Tiga
Telo
Telo
Tee
Toro
Toloe
Telu
Telo
34
Empat
Epat
Epat
Empat
Opat
Opat
Epat
Pat
Lima
Lime
Lime
Lime
Rimo
Limo
Dime
Lema
Enam
Jahawen
Enam
Enem
Unom
Onom
Enem
Enam
Tujuh
Uju
Tuju
Pitu
Pito
Turu
Pitu
Tujuh
Delapan
Hanya
Saya
Walu
Waru
Walu
Walu
Ayah
Sembilan
Jalatien
Pitan
Sanga
Sioi
Sie
Suei
Pien
Sepuluh
Sepuluh
Pulu
Sepuluh Poro
Sapulu Pulu
Pulu
36
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hambatan Implementasi pada Budaya
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang
disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima
pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang
menyebabkankomunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.
Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk
dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan
tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau
pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada
komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus
benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan
pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah
pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang
pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi
(miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah
penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi,
kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
37
38
memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan
gagasan seorang manajer.
Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya
1. Komunikasi Antarbudaya
Komunikasi merupakan sebuah proses dimana sebuah interaksi
antara komunikan dan komunikator yang melakukan pertukaran pesan
didalamnya yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung,
komunikasi sendiri bisa dikatakan merupakan hal yang paling krusial
dalam kehidupan ini. Sebuah interaksi sosial bisa tidak berarti apa-apa
jika komunikasi didalamnya tidak berjalan pada semestinya, begitu
juga dalam dunia professional atau dunia kerja, komunikasi
merupakan hal yang penting dalam memberikan instruksi dari
pemimpin kebawahan atau sebaliknya.
Budaya
yang
bahasa
dari
bahasa
struktur
dan
proses
komunikasi,
misalnya
dalam
39
Komunikasi
Antarbudaya
terjadi
dalam
situasi
antarbudaya
perbedaan
ini
dapat
menimbulkan masalah.
2. Etnosentrisme banyak orang yang menganggap caranya melakukan
persepsi terhadap hal-hal disekelilingnya adalah satu-satunya yang paling
tepat dan benar, padahal harus disadari bahwa setiap orang memiliki
sejarah masa lalunya sendiri sehingga apa yang dianggapnya baik belum
tentu sesuai dengan persepsi orang lain. Etnosentrisme cenderung
menganggap rendah orang-orang yang dianggap asing dan memandang
budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri karena etnosentrisme
biasanya dipelajari pada tingkat ketidaksadaran dan diwujudkan pada
tingkat kesadaran, sehingga sulit untuk melacak asal usulnya.
3. Tidak adanya kepercayaan karena sifatnya yang khusus, komunikasi
antarbudaya merupakan peristiwa pertukaran informasi yang peka
terhadap kemungkinan terdapatnya ketidak percayaan antara pihak-pihak
yang terlibat.
4. Penarikan diri komunikasi tidak mungkin terjadi bila salah satu pihak
secara psikologis menarik diri dari pertemuan yang seharusnya terjadi.
Ada dugaan bahwa macam-macam perkembangan saat ini antara lain
40
stereotype
mengenai
ras
dan
kebudayaan.
c. Kurangnya pengetahuan terhadap kelompok, kelas atau orang
tertentu
d. Tingkah laku yang menjauhkan orang mengungkapakan
informasi
e. Tindakan atau ucapan yang seolah-olah menilai orang lain
f. Sikap tidak tertarik yang dapat mengakibatkan orang tidak mau
mengungkapkan diri
g. Sikap superior
h. Sikap yang menunjukkan kepastian jika seseorang bersikap sok
tahu atau bersikap seolah-olah serba tahu maka kemungkinan
orang akan bersikap defensif terhadapnya
i. Kekuasaan-kekuasaan digunakan untuk mengontrol atau
menentukan tindakan orang lain
j. Hambatan derajat kesamaan atau ketidaksamaan (homofily atau
heterofily),
hambatan
komunikasi
antarbudaya
dapat
atau
memanfaatkan
derajat
kesamaan
atau
41
Kultural Berbeda
42
(Cultural).
Hambatan
ini
berasal
dari
etnik
yang
berbeda, agama dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya satu
dengan yang lainnya
3. Persepsi (Perceptual). Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap
orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal, sehingga
untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran
yang berbeda-beda
4. Motivasi (Motivational). Hambatan semacam ini berkaitan dengan
tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar
yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau malas dan tidak
punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi
5. Pengalaman (Experiantial). Experiental adalah jenis hambatan yang
terjadi karena setiap individu tidak memilikipengalaman hidup yang sama
sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang
berbeda-beda dalam melihat sesuatu
6. Emosi (Emotional). Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan
pribadi dari pendengar, apabila emosi pendengar sedang buruk maka
hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk
dilalui
7. Bahasa (Linguistic). Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi
apabila pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver)
menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak
dimengerti oleh penerima pesan
8. Nonverbal. Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang
tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi,
contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan ketika
pengirim pesan melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat
tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja
43
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasar pada bahasan mengenai Komunikasi Lintas Budaya
terkhusus pada suku Dayak, kita dapat memahami bahwa suku Dayak adalah
nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni
pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan (Brunei, Malaysia yang terdiri
dari Sabah dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan). Meskipun
45
banyak suku adat yang ada di Indonesia kita tahu bahwa komunikasi berperan
penting saat berinteraksi social antara satu suku dengan yang lain. Hal ini juga
perlu dipahami oleh kita sebagai mahasiswa keperawatan yang harus
mempelajari komunikasi lintas budaya agar budaya kita tidak dijajah dengan
budaya asing.
5.2 Saran
Untuk mempersatukan suku satu dengan suku lainnya kita harus
menggunakan bahasa Indonesia yang sebagai bahasa persatuan agar tidak
saling pecah belah. Dengan ini kita dapat membangun bangsa Indonesia
menjadi lebih baik. Sebaiknya kita sebagai seorang perawat harus andil dalam
melestarikan suku budaya yang ada di Indonesia maupun luar negeri
DAFTAR PUSTAKA
Rumah
Komunikasi.
2015.
diakses
Tradisi
Kebiasaan
Suku
Dayak.
A.
2009.
Manajemen
Komunikasi.
47