OLEH:
KELOMPOK I
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
Kelompok I
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................. 2
A. Motivasi........................................................................................................... 3
D. Pengertian Afek............................................................................................. 12
B. Saran.............................................................................................................. 18
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial di mana ia tak dapat hidup sendiri
dan membutuhkan bantuan orang lain. Dalam menjalani kehidupan ini pun
sesamamanusia atau sesama makhluk ciptaan tuhan saling menujukkan rasa
pedulinya agar dapat terjalin hubungan yang harmonis. Rasa peduli merupakan
salah satu dari bentuk pemberian afeksi terhadap sesama.
Hal yang menjadi latar belakang suatu tindakan disebut dengan motif.
Lalu,secara spesifik apa itu motif? Adakah hal yang membuat suatu motif itu
muncul? Dan apa saja aspek-aspek yang ada didalam motif itu sendiri? Kita
perlu mencari tahu hal tersebut agar kita bisa memahami lagi tentang perilaku
diri kita yang kita tunjukkan sehari-hari.
Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam proses
pembelajaran, seorang siswa yang tidak mempunyai motivasi untuk belajar,
maka tidak akan mungkin aktivitas belajar terlaksana dengan baik, sedang bagi
guru apabila tidak mempunyai motivasi untuk mengajar ilmunya kepada siswa
juga tidak akan ada proses pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hamzah B. Uno yang menyatakan
bahwa motivasi pada dasarnya dapat membantu siswa dalam menentukan hal
hal yang dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan yang hendak dicapai,
menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan
ketekunan belajar.
Lalu apa sebenarnya afeksi itu dan apa saja yang termasuk dalam ruang
lingkup afeksi? Apakah afeksi sangat pentingdalam kehidupan kita?Dalam
menunjukkan setiap perilaku di kehidupan sehari-hari contohnya perilaku
afeksi yang berupa rasa peduli tadi kita perlu tahu apa yang melatarbelakangi
kita melakukan hal tersebut.
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat motivasi?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi motivasi?
3. Bagaimana pengaruh atribusi dan harapan guru terhadap siswa?
4. Bagaimana pengertian afek?
5. Bagaimana pengaruh afek pada siswa?
6. Bagaimana keberagaman pada afek?
7. Bagaimana cara guru memotivasi siswa?
C. Tujuan
Tujuan perumusan makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakikat motivasi
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi
3. Untuk mengetahui pengaruh atribusi dan harapan guru terhadap siswa
4. Untuk mengetahui pengertian afek
5. Untuk mengetahui pengaruh afek pada siswa
6. Untuk mengetahui keberagaman pada afek
7. Untuk mengetahui cara guru memotivasi siswa
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Motivasi
1. Hakikat Motivasi
Koeswara (1989) dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) mengemukakan
bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar.
Pemuasan kebutuhan merupakan tujuan dari motif yang menggerakkan
seseorang. Motivasi dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai
dari adanya kebutuhan, kemudian timbul keinginan untuk memuaskannya
(mencapai tujuan), sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang akan
mengarahkan perilaku kepada tujuan (kepuasan). Barelson dan Steiner
mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang
mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau
menyalurkan perilaku ke arah tujuan (Koontz, 2001:115).
Teori hierarki kebutuhan yang dikembangkan Maslow (1954)
memandang kebutuhan manusia berjenjang dari yang paling rendah hingga
paling tinggi, dimana jika suatu tingkat kebutuhan telah terpenuhi, maka
kebutuhan tersebut tidak lagi berfungsi sebagai motivator. Hierarki kebutuhan
Maslow adalah:
a. Kebutuhan fisik dan biologis, yaitu kebutuhan untuk menunjang kehidupan
manusia seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Menurut
Maslow, jika kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, maka kebutuhan lain tidak
akan memotivasi manusia;
b. Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan, yaitu kebutuhan untuk terbebas
dari bahaya fisik dan rasa takut kehilangan;
c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain dan untuk
diterima sebagai bagian dari yang lain; Guru sebagai fasilitator belajar siswa
4
Siswa belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal
yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tertinggi, diploma, gelar,
kehormatan, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang
tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Kesalahan penggunaan
bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan anak didik. Akibatnya,
motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan anak
didik malas belajar. Karena itu guru harus bisa dan pandai mempergunakan
motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses
interaksi pembelajaran dikelas.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Dalam Ormrod (2010) Motivasi dipengaruhi bukan hanya secara
kognitif namun juga dari perspektif sosiokultural siswa terkait kebutuhan siswa
dengan konteks sosial dan koginitif yang ada sebelumnya. Berikut ini
ulasannya.
1. Faktor kognitif yang Mmpengaruhi Motivasi
a. Harapan dan nilai
Perspektif ini menunjukkan bahwa, pertama, siswa harus memiliki
harapan atau ekspektasi yang tinggi, bahwa mereka akan berhasil. Tentunya
kenangangan masa lalu terkait dengan kegagalan dan kesuksesan mereka dalam
mengerjakan tugas akan sangat mempengaruhi dalam motivasi siswa. Namun
harapan juga dipengaruhi oleh kesulitan mengerjakan tugas, ketersediaan
sumber daya dan dukungan, kualitas pengajaran, dan upaya yang diperlukan
(Dweck, 1983).
Sementara itu nilai menjadi hal yang penting dan subjektif, sebagai
siswa harus meyakini adanya manfaat dalam melakukan suatu tugas atau
mempelajari suatu bidang studi. Nilai tugas akademik dapat terwujud dalam
utilitas , kepentingan, minat dan upaya dalam menjalankan tugas. Beberapa
kegiatan memiliki nilai tinggi karena kegiatan tersebut dipandang sebagai
sarana untuk mencapai tujuan yang diinginkan, seperti halnya memiliki utilitas
atau kegunaan (Eccles, 2009).
7
Sebagai seorang guru, kita harus memberikan alasan kepada siswa untuk
menerapkan keberhasilan dalam tugas-tugas dikelasnya, semisal menyediakan
sumber daya, dukungan, dan strategi yang diperlukan. Akan tetapi kita juga
harus membantu siswa menemukan nilai dalam kegiatan sekolah, kita tidak bisa
hanya menekankan pentingnya sebuah pembelajaran, karena dengan siswa
mengembangkan nilai dan harapannya pada bidang studi tertentu akan
memungkinkan siswa mengejar karir di bidang tersebut.
b. Minat
Minat belajar adalah tingkat kecenderungan siswa dalam berusaha untuk
mencapai penguasaan materi dengan kriteria keberhasilan tertinggi terkait
materi mata pelajaran Dasar Desain Grafis. Siswa akan terkesan kurang tertarik
untuk belajar lebih giat untuk menambah pengetahuan karena minat belajarnya
rendah (Putri & Isnani, 2015). Guru harus mengembangkan pembelajaran yang
menarik agar dapat menumbuhkan perhatian dan minat siswa.
Variasi kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan rasa bosan siswa.
Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap tindakan seseorang dengan tidak
memiliki minat seseorang akan enggan melakukan sesuatu. Sama halnya seperti
minat siswa dalam proses pembelajaran. Siswa akan sering mempelajari materi
pembelajaran jika materi tersebut menarik bagi siswa begitu juga sebaliknya
jika tidak berminat maka akan dikesampingkan. Guru dapat memberikan materi
yang memiliki daya tarik bagi siswa agar siswa dapat merasa terdorong untuk
mempelajarinya. Ada empat indikator gaya belajar, yaitu: (1) perasaan senang;
(3) perasaan tertarik; (3) perhatian; dan (4) kesadaran (Herlambang, 2021).
c. Determinasi diri
Para ahli menyatakan bahwa determinasi diri (Self-determination
theory) membahas mengapa siswa bisa terlibat secara mendalam dalam
kegiatan, hal ini didasari pada kebutuhan tambahan siswa yang meliputi
kebutuhan terhadap kompetensi, otonomi dan keterkaitan.
Kebutuhan terhadap kompetensi (need for competence) merupakan
kebutuhan untuk percaya bahwa mereka dapat menangani lingkungan mereka
secara efektif. Untuk mencapai kebutuhan kompetensi ini, siswa dapat
8
lingkunan alam dan sosial, atau usaha manusia mengelola lingkungan hidupnya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa dan karya seni.
Perbedaan budaya dan etnis disebabkan sebagian besar budaya dan etnis
menghargai pendidikan tinggi, tetapi para peneliti telah mengamati perbedaan
budaya dalam nilai yang lebih spesifik terkait pada pembelajaran disekolah.
Misalnya banyak budaya negara di benua Asia menekankan pembelajaran demi
pembelajaran itu sendiri, dengan demikian pengetahuan datanglah pemahaman
yang kelak akan berguna kepada masyarakat. Sementara pembelajar dari latar
belakang berbeda mendefiniskan keberhasilan akademik secara berbeda dengan
menetapkan capaian sasaran yang berbeda pula.
b. Perbedaan gender
Gender juga mempengaruhi dalam motivasi, secara umum anak
perempuan cenderung lebih peduli pada prestasi disekolah, mereka cenderung
bekerja lebih keras dalam mengerjakan tugas dan mendapatkan nilai yang
tinggi. Ada juga siswa yang beranggapan bahwa bidang studi tertentu itu
merupakan bidang untuk anak perempuan, semisal music, menari, seni dan
menulis. Sementara bidang lainnya untuk laki-laki.
c. Perbedaan sosial ekonomi
Faktor perbedaan sosial ekonomi bisa ditunjukkan bahwa banyak siswa
yang berlatar belakang ekonomi rendah berprestasi di sekolah. Namun, ada
pengaruh signifikan dari sikap guru, praktik pengajaran, dan hubungan siswa
apakah memiliki berhasil di akademik. Siswa dari keluarga beroenghasilan
rendah cenderung berkembang di sekolah dimana guru memberikan harapan
tinggi untuk berprestas dengan menekankan pada pendekatan penguasaan
ketimbang kinerja, hal ini dapat mendorong siswa untuk merasa dihormati dan
dihargai dalam sekolah.
d. Mengakomodasi siswa berkebutuhan khusus
11
akan menangani tugas-tugas yang menantang dengan lebih sukarela dan efektif
ketika mereka menikmati apa yang mereka lakukan, dan usaha mereka yang
sukses seringkali menimbulkan perasaan gembira dan bangga.
Bagaimana Afek Berkaitan dengan Belajar dan Kognisi Seperti yang
diungkapkan dengan fitur Penerapan Penelitian Otak, struktur otak yang
mendasari afek dan mereka yang mendukung kognisi itu saling terkait erat.
Maka, tidak mengherankan bahwa reaksi afektif pembelajar sering terkait erat
dengan pemikiran dan pembelajaran mereka (Meyer, 2002).
Misalnya, ketika belajar bagaimana melakukan tugas maka siswa secara
bersamaan belajar apakah mereka suka melakukannya atau tidak dan siswa
yang merasa frustrasi dan cemas ketika mereka berjuang untuk menguasai
materi baru. Meskipun afek itu penting bagi semua siswa, kita perlu
memberikan perhatian khusus pada reaksi emosional awal anak-anak muda
terhadap pengalaman sekolah awal; karena, ketika anak-anak mulai
mengasosiasikan pergi ke sekolah dengan emosi negatif maka kinerja akademik
mereka selanjutnya dapat menurun (Hernandez, 2018).
2. Kecemasan di ruang kelas
Kecemasan memiliki aspek kognitif dan afektif, aspek kognitifnya
melibatkan kekhawatiran (worry)-pemikiran dan keyakinan yang meresahkan
tentang apakah suatu situasi dapat ditangani secara efektif. Aspek afektifnya
melibatkan emosi, yang meliputi perubahan fisiologis (mis: ketegangan otot,
detak jantung yang cepat, peningkatan keringat) serta respons perilaku seperti
gelisah dan mondar-mandir.
Kecemasan mirip dengan rasa takut, dalam arti keduanya melibatkan
tingkat gairah yang tinggi. Tetapi dua emosi ini berbeda dalam satu hal penting:
Meskipun kita biasanya takut pada sesuatu yang khusus (misalnya, singa yang
mengaum atau badai petir yang hebat), kita biasanya tidak tahu persis mengapa
kita cemas (Lazarus, 1991).
Hampir setiap orang pernah cemas pada suatu waktu atau lebih. Banyak
siswa menjadi cemas sebelum ujian yang mereka tahu akan sulit, dan sebagian
14
dan mungkin enggan untuk bercerita kepada orang lain pada saat merasa sedih
atau susah (Taylor, 2008).
2. Perbedaan gender
Perbedaan Gender Secara umum, anak perempuan mengekspresikan
emosi mereka lebih terbuka daripada anak laki-laki. Namun, anak perempuan
terkadang menyembunyikan perasaan marah untuk menjaga keharmonisan
sosial, sedangkan anak laki-laki biasanya lebih terbuka menunjukkan
kemarahan mereka.
Anak perempuan juga lebih cemas perihal kinerja kelas mereka, yang
sebagian dapat ditunjukkan melalui ketekunan mereka yang lebih besar dalam
pekerjaan sekolah. Misalnya, anak perempuan lebih rentan untuk mengalami
kecemasan daripada anak laki-laki; beberapa menjadi korban ancaman
stereotip, mendapat skor lebih rendah dari yang seharusnya pada tes di ranah
stereotip "pria" seperti matematika.
Memori kerja visuospasial mungkin sangat memengaruhi anak
perempuan ketika mereka mengalami kecemasan (Ganley & Vasilyeva, 2014).
Tetapi anak perempuan dan laki-laki sama-sama dapat mengalami tekanan yang
cukup besar di sekolah, terutama di masa remaja-mungkin perihal persaingan
akademis, putusnya persahabatan, atau hubungan romantis-dan mereka tidak
selalu memiliki strategi produktif untuk mengatasi kekecewaan mereka
3. Perbedaan sosial ekonomi
Perbedaan Sosial Ekonomi Siswa dari keluarga berpenghasilan rendah,
secara rata-rata, lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi daripada teman
sekelas mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan lebih tinggi, selain
itu, siswa di sekolah dengan lingkungan berpenghasilan rendah sangat berisiko
(Guerra, 2006).
G. Cara Guru Memotivasi Siswa
Dalam Ormrod (2020) mengemukakan bahwa sebagai seorang guru
mungkin bertanya-tanya bagaimana Anda dapat mengajarkan motivasi intrinsik
dan mengurangi kecemasan dalam ujian sambil bekerja secara bersamaan di
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah:
1. Motivasi adalah sesuatu yang memberi energi mengarahkan, dan
mempertahankan perilaku, membuat orang bergerak, memberi mereka
arah tertentu dan membuat mereka terus melangkah maju. Motivasi
ekstrinsik didasarkan pada faktor-faktor eksternal untuk pembelajar dan
tidak terkait dengan tugas yang dihadapi, sedangkan motivasi intrinsik
muncul dari kondisi di dalam diri pembelajar itu sendiri atau dari faktor-
faktor yang melekat dalam tugas tersebut.
2. Faktor yang mempengaruhi motivasi terdiri atas a) faktor kognitif yang
mempengaruhi motivasi; harapan dan nilai, minat, determinasi diri,
atribusi, teori tujuan, pola pikir, dan intervensi motivasi jangka pendek.
b) faktor sosiokultural yang mempengaruhi motivasi siswa; perbedaan
budaya dan etnis, perbedaan gender, perbedaan sosial ekonomi,
mengakomodasi siswa yang berkebutuhan khusus.
3. Atribusi berpengaruh terhadap motivasi. Atribusi pada dimensi internal-
eksternal diduga kuat disertai reaksi dalam perasaan; seperti rasa percaya
diri, bangga, bersalah dan malu. Bila sukses diatribusikan pada internal
(kemampuan dan usaha), maka rasa bangga dan puas timbul dan akan
meningkatkan motivasi. Sebaliknya bila kegagalan diatribusikan pada
internal, timbul rasa bersalah kalau usaha dianggap kurang; dan malu
serta kurang percaya diri kalau kemampuan dipandang kurang.
4. Afek merupakan perasaan, emosi, dan suasana hati yang dibawa oleh
pembelajar dalam menghadapi sebuah tugas.
5. Afek berpengaruh erat dengan pembelajaran dan kognisi juga, misalnya,
pembelajar biasanya mampu belajar dan mengingat lebih banyak ketika
mereka secara emosional serta kognitif merasa terlibat dalam topik
pelajaran di kelas.
6. Keberagaman pada afek terdiri atas; perbedaan budaya dan etnis,
18
DAFTAR PUSTAKA