Anda di halaman 1dari 22

Tugas : Kelompok I

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampuh : Dr. Drs. A. Mushawwir Thayeb, M.Kes.

“MOTIVASI DAN AFEK”

OLEH:
KELOMPOK I

KURNIAWAN DIRHAM 220013301030


NURAINI 220013301043
NURCAHYA SEPTI ARISMA 220013301044
NURFAHSYAI 220013301045

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Motivasi dan
Afek” tepat waktu tanpa ada hambatan apapun. Tidak lupa shalawat beriring salam,
kami sanjungkan kepada junjungan umat yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita dari alam kegelapan, alam kebodohan menuju alam yang terang
benderang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat sekarang
ini.
Kami selaku penulis makalah mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, terutama
kepada dosen pengampuh mata kuliah psikologi pendidikan yaitu Ayahanda Dr. Drs.
A. Mushawwir Thayeb, M.Kes. yang telah memberikan kami arahan dan pencerahan
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, 4 Desember 2022

Penulis

Kelompok I

ii
DAFTAR ISI

KATA NGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Motivasi........................................................................................................... 3

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ................................................... 6

C. Pengaruh Atribusi dan Harapan Guru Terhadap Siswa ................................ 11

D. Pengertian Afek............................................................................................. 12

E. Afek dan pengaruhnya pada siswa ................................................................ 12

F. Keberagaman pada Afek ............................................................................... 14

G. Cara Guru Memotivasi Siswa ....................................................................... 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 17


A. Kesimpulan ................................................................................................... 17

B. Saran.............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial di mana ia tak dapat hidup sendiri
dan membutuhkan bantuan orang lain. Dalam menjalani kehidupan ini pun
sesamamanusia atau sesama makhluk ciptaan tuhan saling menujukkan rasa
pedulinya agar dapat terjalin hubungan yang harmonis. Rasa peduli merupakan
salah satu dari bentuk pemberian afeksi terhadap sesama.
Hal yang menjadi latar belakang suatu tindakan disebut dengan motif.
Lalu,secara spesifik apa itu motif? Adakah hal yang membuat suatu motif itu
muncul? Dan apa saja aspek-aspek yang ada didalam motif itu sendiri? Kita
perlu mencari tahu hal tersebut agar kita bisa memahami lagi tentang perilaku
diri kita yang kita tunjukkan sehari-hari.
Motivasi merupakan salah satu determinan penting dalam proses
pembelajaran, seorang siswa yang tidak mempunyai motivasi untuk belajar,
maka tidak akan mungkin aktivitas belajar terlaksana dengan baik, sedang bagi
guru apabila tidak mempunyai motivasi untuk mengajar ilmunya kepada siswa
juga tidak akan ada proses pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hamzah B. Uno yang menyatakan
bahwa motivasi pada dasarnya dapat membantu siswa dalam menentukan hal
hal yang dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan yang hendak dicapai,
menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan
ketekunan belajar.
Lalu apa sebenarnya afeksi itu dan apa saja yang termasuk dalam ruang
lingkup afeksi? Apakah afeksi sangat pentingdalam kehidupan kita?Dalam
menunjukkan setiap perilaku di kehidupan sehari-hari contohnya perilaku
afeksi yang berupa rasa peduli tadi kita perlu tahu apa yang melatarbelakangi
kita melakukan hal tersebut.
2

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat motivasi?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi motivasi?
3. Bagaimana pengaruh atribusi dan harapan guru terhadap siswa?
4. Bagaimana pengertian afek?
5. Bagaimana pengaruh afek pada siswa?
6. Bagaimana keberagaman pada afek?
7. Bagaimana cara guru memotivasi siswa?
C. Tujuan
Tujuan perumusan makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakikat motivasi
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi
3. Untuk mengetahui pengaruh atribusi dan harapan guru terhadap siswa
4. Untuk mengetahui pengertian afek
5. Untuk mengetahui pengaruh afek pada siswa
6. Untuk mengetahui keberagaman pada afek
7. Untuk mengetahui cara guru memotivasi siswa
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Motivasi
1. Hakikat Motivasi
Koeswara (1989) dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) mengemukakan
bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan mengarahkan sikap serta perilaku pada individu belajar.
Pemuasan kebutuhan merupakan tujuan dari motif yang menggerakkan
seseorang. Motivasi dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai
dari adanya kebutuhan, kemudian timbul keinginan untuk memuaskannya
(mencapai tujuan), sehingga menimbulkan ketegangan psikologis yang akan
mengarahkan perilaku kepada tujuan (kepuasan). Barelson dan Steiner
mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang
mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau
menyalurkan perilaku ke arah tujuan (Koontz, 2001:115).
Teori hierarki kebutuhan yang dikembangkan Maslow (1954)
memandang kebutuhan manusia berjenjang dari yang paling rendah hingga
paling tinggi, dimana jika suatu tingkat kebutuhan telah terpenuhi, maka
kebutuhan tersebut tidak lagi berfungsi sebagai motivator. Hierarki kebutuhan
Maslow adalah:
a. Kebutuhan fisik dan biologis, yaitu kebutuhan untuk menunjang kehidupan
manusia seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Menurut
Maslow, jika kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, maka kebutuhan lain tidak
akan memotivasi manusia;
b. Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan, yaitu kebutuhan untuk terbebas
dari bahaya fisik dan rasa takut kehilangan;
c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain dan untuk
diterima sebagai bagian dari yang lain; Guru sebagai fasilitator belajar siswa
4

diharapkan mampu menjadi guru yang konstruktif yang inovatif mengadopsi


metode-metode baru untuk memotivasi siswa. Menurut Albert Eistein, ini
adalah seni tertinggi guru untuk membangkitkan kegembiraan yang ekspresif,
kreatifitas dan pengetahuan. Sehingga sekolah akan menjadi platform yang
tepat untuk memenuhi tujuan pendidikan jika hubungan antara siswa dan guru
dipelihara dengan baik.
d. Kebutuhan akan penghargaan, yaitu kebutuhan untuk dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini akan menghasilkan kepuasan seperti prestige, kekuasaan, status
dan kebanggan atas diri sendiri;
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengaktualisasikan
semua kemampuan dan potensi yang dimiliki hingga menjadi orang seperti
yang dicita-citakan.
Dalam dunia pendidikan motivasi erat kaitannya dengan proses
pembelajaran, berangkat dari hal tersebut motivasi belajar siswa adalah sebagai
suatu keadaan dalam diri siswa yang mendorong dan mengarahkan perilakunya
pada tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan tinggi.
Idealnya, tujuan siswa dalam mengikuti pendidikan adalah untuk menguasai
bidang ilmu yang dipelajarinya (Hergenhann, 2008).
Sehingga dalam mempelajari setiap bahan pembelajaran, siswa
terdorong untuk menguasai bahan pembelajaran tersebut dengan baik, dan
bukan hanya untuk sekedar lulus meski dengan nilai yang sangat baik sekalipun.
Meski secara konseptual tidak ada perbedaan antara menguasai bahan
pembelajaran dengan baik dan mendapat nilai baik untuk bahan pembelajaran
tersebut.
2. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah
siswa dapat mencapai tujuan menjadi seorang yang terdidik dan berpengetahuan
dalam proses belajar mengajar, dan dengan motivasi intrinsik dalam belajar
dapat meningkatkan hasil belajar dengan baik. Motivasi intrinsik merupakan
motif yang ada karena dorongan dari dalam diri seorang.
5

Menurut Sudirman (2007) motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam


diri untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi masalah. Motivasi
intrinsic juga bisa disebut sebagai motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu
sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sementara itu motivasi intrinsik
berkaitan dengan motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu
sendiri (Fitriah, 2019).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah diuraikan dapat
disimpulkan motivasi intrinsik merupakan motivasi yang muncul dari dalam diri
seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar dan timbul dari kemauan
sendiri untuk mencapai kebutuhannya. Motivasi itu instrinsik bila tujuannya
sesuai dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak
didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung didalam pelajaran itu. Anak
didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilainilai yang
terkandung dalam bahan palajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin
mendapat pujian, nilai tinggi atau hadiah
3. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik sangat berperan dalam kegiatan belajar mengajar
karena motivasi ini timbul karena adanya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar. Sehingga memudahkan peserta didik mencapai tujuan
dalam meningkatkan hasil belajar yang baik. Menurut Sudirman (2007) motivasi
ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri untuk menguasai sesuatu kompetensi
guna mengatasi masalah.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah diuraikan dapat
disimpulkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang muncul karena
adanya dorongan dari luar dan mengharap adanya pujian serta manfaat yang
ingin dicapai guna mendapatkan imbalan dari orang lain. Motivasi belajar
dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar
faktor-faktor situasi belajar.
6

Siswa belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal
yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tertinggi, diploma, gelar,
kehormatan, dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang
tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Kesalahan penggunaan
bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan anak didik. Akibatnya,
motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan anak
didik malas belajar. Karena itu guru harus bisa dan pandai mempergunakan
motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses
interaksi pembelajaran dikelas.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Dalam Ormrod (2010) Motivasi dipengaruhi bukan hanya secara
kognitif namun juga dari perspektif sosiokultural siswa terkait kebutuhan siswa
dengan konteks sosial dan koginitif yang ada sebelumnya. Berikut ini
ulasannya.
1. Faktor kognitif yang Mmpengaruhi Motivasi
a. Harapan dan nilai
Perspektif ini menunjukkan bahwa, pertama, siswa harus memiliki
harapan atau ekspektasi yang tinggi, bahwa mereka akan berhasil. Tentunya
kenangangan masa lalu terkait dengan kegagalan dan kesuksesan mereka dalam
mengerjakan tugas akan sangat mempengaruhi dalam motivasi siswa. Namun
harapan juga dipengaruhi oleh kesulitan mengerjakan tugas, ketersediaan
sumber daya dan dukungan, kualitas pengajaran, dan upaya yang diperlukan
(Dweck, 1983).
Sementara itu nilai menjadi hal yang penting dan subjektif, sebagai
siswa harus meyakini adanya manfaat dalam melakukan suatu tugas atau
mempelajari suatu bidang studi. Nilai tugas akademik dapat terwujud dalam
utilitas , kepentingan, minat dan upaya dalam menjalankan tugas. Beberapa
kegiatan memiliki nilai tinggi karena kegiatan tersebut dipandang sebagai
sarana untuk mencapai tujuan yang diinginkan, seperti halnya memiliki utilitas
atau kegunaan (Eccles, 2009).
7

Sebagai seorang guru, kita harus memberikan alasan kepada siswa untuk
menerapkan keberhasilan dalam tugas-tugas dikelasnya, semisal menyediakan
sumber daya, dukungan, dan strategi yang diperlukan. Akan tetapi kita juga
harus membantu siswa menemukan nilai dalam kegiatan sekolah, kita tidak bisa
hanya menekankan pentingnya sebuah pembelajaran, karena dengan siswa
mengembangkan nilai dan harapannya pada bidang studi tertentu akan
memungkinkan siswa mengejar karir di bidang tersebut.
b. Minat
Minat belajar adalah tingkat kecenderungan siswa dalam berusaha untuk
mencapai penguasaan materi dengan kriteria keberhasilan tertinggi terkait
materi mata pelajaran Dasar Desain Grafis. Siswa akan terkesan kurang tertarik
untuk belajar lebih giat untuk menambah pengetahuan karena minat belajarnya
rendah (Putri & Isnani, 2015). Guru harus mengembangkan pembelajaran yang
menarik agar dapat menumbuhkan perhatian dan minat siswa.
Variasi kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan rasa bosan siswa.
Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap tindakan seseorang dengan tidak
memiliki minat seseorang akan enggan melakukan sesuatu. Sama halnya seperti
minat siswa dalam proses pembelajaran. Siswa akan sering mempelajari materi
pembelajaran jika materi tersebut menarik bagi siswa begitu juga sebaliknya
jika tidak berminat maka akan dikesampingkan. Guru dapat memberikan materi
yang memiliki daya tarik bagi siswa agar siswa dapat merasa terdorong untuk
mempelajarinya. Ada empat indikator gaya belajar, yaitu: (1) perasaan senang;
(3) perasaan tertarik; (3) perhatian; dan (4) kesadaran (Herlambang, 2021).
c. Determinasi diri
Para ahli menyatakan bahwa determinasi diri (Self-determination
theory) membahas mengapa siswa bisa terlibat secara mendalam dalam
kegiatan, hal ini didasari pada kebutuhan tambahan siswa yang meliputi
kebutuhan terhadap kompetensi, otonomi dan keterkaitan.
Kebutuhan terhadap kompetensi (need for competence) merupakan
kebutuhan untuk percaya bahwa mereka dapat menangani lingkungan mereka
secara efektif. Untuk mencapai kebutuhan kompetensi ini, siswa dapat
8

menghabiskan waktu dengan mengeksplorasi dan mencoba menguasai berbagai


aspek dunia mereka.
Selanjutnya kebutuhan terhadap otonomi (need for autonomy) yang
mencerminkan keinginan untuk mengarahkan diri sendiri mengenai hal-hal
yang dilakukan siswa dan arah dari kehidupan mereka. Sementara itu kebutuhan
terhadap keterkaitan (need for relatedness) mencerminkan kebutuhan untuk
merasa terhubung secara sosial serta untuk mendapatkan cinta dan kehormatan
dari orang lain, ketika kebutuhan ini terpenuhi siswa akan menyadari rasa
memiliki di sekolah mereka (Ryan, 2000).
d. Atribusi
Menurut Dayakisni (2006) Atribusi merupakan proses dilakukan untuk
mencari sebuah jawaban atau pertanyaan mengapa atau apa sebabnya atas
perilaku orang lain ataupun diri sendiri. Proses atribusi ini sangat berguna untuk
membantu pemahaman kita akan penyebab perilaku dan merupakan mediator
penting bagi reaksi kita terhadap dunia sosial. Sarwono (2009) atribusi
merupakan analisis kausal, yaitu penafsiran terhadap sebab-sebab dari mengapa
sebuah fenomen menampilkan gejala-gejala tertentu. Baron (2004) atribusi
bearti upaya kita untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan
dalam beberapa kasus, juga penyebab dibalik perilaku kita sendiri.
Proses atribusi mempunyai tujuan untuk memperoleh pemahaman
terhadap dunia. Kesimpulan-kesimpulan dibuat untuk memahami lingkungan
dan memprediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Selain itu,
proses atribusi yang dipelajari secara alami dan mempunyai tujuan untuk
menjelaskan tindakan-tindakannya sendiri serta berusaha untuk mengendalikan
tindakan-tindakan orang lain yang mempunyai hubungan interpersonal dekat
dengan dirinya.
e. Teori tujuan
Banyak perilaku manusia dipengaruhi oleh tujuan tertentu. Beberapa
sasaran bersifat jangka pendek dan sementara dan juga ada yang bersifat jangka
Panjang dan tahan lama. Sasaran pencapaian teori motivasi awal mengusulkan
bahwa motivasi pencapaian (achievement motivation) adalah sifat umum yang
9

secara konsisten ditunjukkan pembelajaran dalam konteks. Sebaliknya sebagian


besar ahli teori ini bersifat spesifik untuk suatu tugas dan kesempatan tertentu
tergantung pada sasaran khusus pembelajaran.
f. Pola pikir
Pola pikir sebagai sesuatu yang terjadi di kepala seseorang, yang
memiliki kekuatan untuk mengontrol sikap seseorang dan berpotensi untuk
memengaruhi perilaku seseorang. Pola pikir merupakan sebuah pandangan
mental atau karakter yang terprogram dan memutuskan respon individu untuk
berbagai situasi. Pola pikir merupakan hal yang penting untuk menjelaskan
penilaian manusia dan pengambilan keputusan yang dalam beberapa keputusan
dapat memperbaiki atau memperburuk bias keputusan (Sudirman, 2007).
Berdasarkan dari definisi-definisi yang terdapat di atas maka
disimpulkan bahwa pola pikir merupakan sebuah filosofi kehidupan, cara
berpikir, sikap, opini, dan mentalitas yang memiliki kekuatan untuk
memengaruhi perilaku seseorang, memiliki penting dalam penilaian manusia,
dan pengambilan keputusan dalam respon individu untuk berbagai situasi.
g. Intervensi motivasi jangka pendek
Intervensi motivasi jangka pendek sangat berguna bagi sisswa yang
kurang percaya diri dengan kemampuan akademik mereka yang mungkin tidak
termotivasi secara intrinsic dalam belajar. Jika siswa menjadi yakin bahwa topik
yang mereka pelajari relevan dengan kehidupan mereka atau peluang kerja
dimasa depan, mereka cenderung memperhatikan, mengerahan upaya, terlibat
dan meningkatkan minat mereka pada tugas atau area suatu mata pelajaran.
Meski demikian, penggunaan motivasi ini harus digunakan dengan perlahan
dan cermat.
2. Faktor-faktor Sosiokultural yang Mempengaruhi Motivasi Siswa
a. Perbedaan budaya dan etnis
Budaya berasal dari bahasa sansekerta Buddhayah berarti budi atau akal.
Budaya atau culture berasal dari bahasa latin Colere artinya mengolah tanah
atau segala tindakan untuk mengelola alam. Karena manusia adalah bagian dari
alam, maka budaya diartikan sebagai usaha manusia dengan akal mengelola
10

lingkunan alam dan sosial, atau usaha manusia mengelola lingkungan hidupnya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik,
adat istiadat, bahasa dan karya seni.
Perbedaan budaya dan etnis disebabkan sebagian besar budaya dan etnis
menghargai pendidikan tinggi, tetapi para peneliti telah mengamati perbedaan
budaya dalam nilai yang lebih spesifik terkait pada pembelajaran disekolah.
Misalnya banyak budaya negara di benua Asia menekankan pembelajaran demi
pembelajaran itu sendiri, dengan demikian pengetahuan datanglah pemahaman
yang kelak akan berguna kepada masyarakat. Sementara pembelajar dari latar
belakang berbeda mendefiniskan keberhasilan akademik secara berbeda dengan
menetapkan capaian sasaran yang berbeda pula.
b. Perbedaan gender
Gender juga mempengaruhi dalam motivasi, secara umum anak
perempuan cenderung lebih peduli pada prestasi disekolah, mereka cenderung
bekerja lebih keras dalam mengerjakan tugas dan mendapatkan nilai yang
tinggi. Ada juga siswa yang beranggapan bahwa bidang studi tertentu itu
merupakan bidang untuk anak perempuan, semisal music, menari, seni dan
menulis. Sementara bidang lainnya untuk laki-laki.
c. Perbedaan sosial ekonomi
Faktor perbedaan sosial ekonomi bisa ditunjukkan bahwa banyak siswa
yang berlatar belakang ekonomi rendah berprestasi di sekolah. Namun, ada
pengaruh signifikan dari sikap guru, praktik pengajaran, dan hubungan siswa
apakah memiliki berhasil di akademik. Siswa dari keluarga beroenghasilan
rendah cenderung berkembang di sekolah dimana guru memberikan harapan
tinggi untuk berprestas dengan menekankan pada pendekatan penguasaan
ketimbang kinerja, hal ini dapat mendorong siswa untuk merasa dihormati dan
dihargai dalam sekolah.
d. Mengakomodasi siswa berkebutuhan khusus
11

Dalam pembelajaran siswa berkebutuhan khusus juga perlu


diakomodasi, hal ini didasari biasanya siswa yang berkebutuhan khsusus
menunjukkan keragaman motivasi yang paling besar. Sebagai contoh, siswa
dengan kemampuan belajar secara intelektual akan kehilangan motivasi dan
semangat karena tugas-tugas menyulitkan mereka bahkan beberapa
menunjukkan ketidak berdayaan mereka. Sebaliknya siswa yang berbakat
intelektual mudah bosan dan jengkel jika kegiatan kelas tidak menantang
kemampuan intelektual mereka.
C. Pengaruh Atribusi dan Harapan Guru Terhadap Siswa
Persepsi seseorang mengenai sebab keberhasilan dan kegagalan
merupakan faktor penting dari perilaku berprestasi dan harapan mengenai
keberhasilan dimasa depan. Setiap individu memiliki cara menafsirkan
keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya memungkinkan individu membuat
atribusi yang berbeda. Individu yang merasa bahwa keberhasilan dan kegagalan
terkendali secara internal lebih memungkinkan mengerahkan usaha untuk
berprestasi dibandingkan dengan individu yang menganggap bahwa kekuatan
eksternallah yang mengendalikan apa yang terjadi.
Sebaliknya, individu yang percaya bahwa sebab-sebab kegagalannya
berada di luar kendalinya, begitu mengalami kegagalan pada umumnya akan
merasa tak berdaya dan menyerah dengan mudah. Alasan-alasan siswa untuk
menjelaskan keberhasilan atau kegagalannya dalam rangka berprestasi dalam
belajar pada umumnya berisi empat alasan pokok; yaitu:
a. Kemampuan akademik (ability),
b. Usaha (effort),
c. Kesulitan tugas belajar yang dibebankan (task difficulty), dan
d. Nasib (luck).
Kebanyakan siswa berpandangan bahwa:
a. Kemampuan akademik adalah internal, labil dapat dikontrol;
b. Usaha adalah internal, labil dan dapat dikontrol;
c. Kesulitan tugas adalah eksternal, stabil dan tidak dapat dikontrol; dan
d. Nasib adalah eksternal, labil dan tidak dapat dikontrol.
12

Atribusi berpengaruh terhadap motivasi. Atribusi pada dimensi internal-


eksternal diduga kuat disertai reaksi dalam perasaan; seperti rasa percaya diri,
bangga, bersalah dan malu. Bila sukses diatribusikan pada internal (kemampuan
dan usaha), maka rasa bangga dan puas timbul dan akan meningkatkan
motivasi. Sebaliknya bila kegagalan diatribusikan pada internal, timbul rasa
bersalah kalau usaha dianggap kurang; dan malu serta kurang percaya diri kalau
kemampuan dipandang kurang. Atribusi pada dimensi stabil-labil diduga kuat
akan diikuti oleh perkiraan dan harapan akan keberhasilan pada masa yang akan
datang, yang bersifat kognitif pula.
D. Pengertian Afek
Afek (affect) erat kaitannya dengan motivasi, emosi dan suasana hati
umu yang dibawah oleh seorang pembelajar, untuk diletakkan pada suatu tugas.
Sebenarnya segala bentuk pengaruh memiliki elemen psikologis (perasaan
subjektif) dan elemen fisiologis (perubahan detak jantung, keringat, ketegangan
otot, dll).
Beberapa bentuk pengaruh seperti kebhagiaan kegembiraan dan
kebanggaan terasa menyenangkan secara fisiologis dan psikologis dalam
peningkatan prestasi. Bentuk lain seperti ketakutan, kemarahan dan rasa malu
terasa menyegangkan secara psikologis dan fisiologis dan mungkin
menghambat pencapaian (Thompson, 2013).
E. Afek dan pengaruhnya pada siswa
1. Hubungan motivasi dan afek
Beberapa emosi yang dikenal sebagai emosi sadar diri (self-conscious
emotion), terkait erat dengan evaluasi diri orang dan dengan demikian
memengaruhi rasa layak diri mereka. Ketika orang mengevaluasi tindakan dan
prestasi mereka sendiri secara konsisten dengan standar budaya mereka untuk
perilaku yang sesuai dan diinginkan, mereka cenderung merasa bangga.
Sebaliknya, ketika mereka melihat diri mereka gagal memenuhi standar-standar
itu, misalnya, ketika mereka berpikir merasa bersalah dan malu.
Afek dan motivasi saling terkait dengan cara lain juga.misalnya,
motivasi intrinsic terkait erat dengan kesenangan dan kenikmatan. Pembelajar
13

akan menangani tugas-tugas yang menantang dengan lebih sukarela dan efektif
ketika mereka menikmati apa yang mereka lakukan, dan usaha mereka yang
sukses seringkali menimbulkan perasaan gembira dan bangga.
Bagaimana Afek Berkaitan dengan Belajar dan Kognisi Seperti yang
diungkapkan dengan fitur Penerapan Penelitian Otak, struktur otak yang
mendasari afek dan mereka yang mendukung kognisi itu saling terkait erat.
Maka, tidak mengherankan bahwa reaksi afektif pembelajar sering terkait erat
dengan pemikiran dan pembelajaran mereka (Meyer, 2002).
Misalnya, ketika belajar bagaimana melakukan tugas maka siswa secara
bersamaan belajar apakah mereka suka melakukannya atau tidak dan siswa
yang merasa frustrasi dan cemas ketika mereka berjuang untuk menguasai
materi baru. Meskipun afek itu penting bagi semua siswa, kita perlu
memberikan perhatian khusus pada reaksi emosional awal anak-anak muda
terhadap pengalaman sekolah awal; karena, ketika anak-anak mulai
mengasosiasikan pergi ke sekolah dengan emosi negatif maka kinerja akademik
mereka selanjutnya dapat menurun (Hernandez, 2018).
2. Kecemasan di ruang kelas
Kecemasan memiliki aspek kognitif dan afektif, aspek kognitifnya
melibatkan kekhawatiran (worry)-pemikiran dan keyakinan yang meresahkan
tentang apakah suatu situasi dapat ditangani secara efektif. Aspek afektifnya
melibatkan emosi, yang meliputi perubahan fisiologis (mis: ketegangan otot,
detak jantung yang cepat, peningkatan keringat) serta respons perilaku seperti
gelisah dan mondar-mandir.
Kecemasan mirip dengan rasa takut, dalam arti keduanya melibatkan
tingkat gairah yang tinggi. Tetapi dua emosi ini berbeda dalam satu hal penting:
Meskipun kita biasanya takut pada sesuatu yang khusus (misalnya, singa yang
mengaum atau badai petir yang hebat), kita biasanya tidak tahu persis mengapa
kita cemas (Lazarus, 1991).
Hampir setiap orang pernah cemas pada suatu waktu atau lebih. Banyak
siswa menjadi cemas sebelum ujian yang mereka tahu akan sulit, dan sebagian
14

besar menjadi gugup sebelum berbicara dengan kelompok besar. Perasaan


cemas sementara seperti itu adalah contoh kecemasan sesaat (state anxiety).
Namun, beberapa siswa sering cemas, bahkan ketika situasinya tidak
terlalu berbahaya atau mengancam. Sebagai contoh, beberapa siswa menjadi
sangat gugup bahkan sebelum ujian yang sangat mudah, dan yang lainnya
mungkin sangat takut pada matematika sehingga mereka tidak dapat
berkonsentrasi pada tugas yang paling sederhana sekalipun. Siswa yang
menunjukkan pola merespons dengan kecemasan bahkan dalam situasi yang
tidak mengancam itu memiliki kecemasan dasar (trait anxiety), kondisi kronis
yang sering menghambat kinerja.
Sedikit kecemasan sebenarnya sering kali berguna untuk meningkatkan
kinerja: Ini merupakan kecemasan yang memfasilitasi facilitating anxiety).
Sedikit kecemasan akan mendorong siswa untuk bertindak-misalnya, membuat
mereka pergi ke kelas, menyelesaikan tugas, dan belajar untuk ujian.
Sebaliknya, terlau banyak kecemasan biasanya mengganggu kinerja
yang efektif: Kecemasan yang melemahkan (debilitating anxiety). Kecemasan
berlebihan akan mengalihkan perhatian siswa dan mengganggu perhatian
mereka pada tugas yang dihadapi.
F. Keberagaman pada Afek
Beberapa orang tampaknya secara konsisten lebih optimis secara
emosional daripada yang lain-variabel perbedaan individu seseorang yang
mungkin bersifat biologis sampai tingkat tertentu. Selain itu, peneliti telah
mengamati beberapa perbedaan yang konsisten dalam afek pada siswa dari
berbagai latar belakang budaya dan etnis, jenis kelamin, dan tingkat sosial
ekonomi.
1. Perbedaan budaya dan etnis
Perbedaan Budaya dan Etnis Rata-rata, kelompok budaya memiliki
perbedaan dalam tingkatan dalam menunjukkan perasaan dan ekspresi wajah
mereka ketika berperilaku. Misalnya, meski orang Amerika dan orang Meksiko
cukup ekspresif, orang-orang dari budaya Asia Timur cenderung lebih pendiam
15

dan mungkin enggan untuk bercerita kepada orang lain pada saat merasa sedih
atau susah (Taylor, 2008).
2. Perbedaan gender
Perbedaan Gender Secara umum, anak perempuan mengekspresikan
emosi mereka lebih terbuka daripada anak laki-laki. Namun, anak perempuan
terkadang menyembunyikan perasaan marah untuk menjaga keharmonisan
sosial, sedangkan anak laki-laki biasanya lebih terbuka menunjukkan
kemarahan mereka.
Anak perempuan juga lebih cemas perihal kinerja kelas mereka, yang
sebagian dapat ditunjukkan melalui ketekunan mereka yang lebih besar dalam
pekerjaan sekolah. Misalnya, anak perempuan lebih rentan untuk mengalami
kecemasan daripada anak laki-laki; beberapa menjadi korban ancaman
stereotip, mendapat skor lebih rendah dari yang seharusnya pada tes di ranah
stereotip "pria" seperti matematika.
Memori kerja visuospasial mungkin sangat memengaruhi anak
perempuan ketika mereka mengalami kecemasan (Ganley & Vasilyeva, 2014).
Tetapi anak perempuan dan laki-laki sama-sama dapat mengalami tekanan yang
cukup besar di sekolah, terutama di masa remaja-mungkin perihal persaingan
akademis, putusnya persahabatan, atau hubungan romantis-dan mereka tidak
selalu memiliki strategi produktif untuk mengatasi kekecewaan mereka
3. Perbedaan sosial ekonomi
Perbedaan Sosial Ekonomi Siswa dari keluarga berpenghasilan rendah,
secara rata-rata, lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi daripada teman
sekelas mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan lebih tinggi, selain
itu, siswa di sekolah dengan lingkungan berpenghasilan rendah sangat berisiko
(Guerra, 2006).
G. Cara Guru Memotivasi Siswa
Dalam Ormrod (2020) mengemukakan bahwa sebagai seorang guru
mungkin bertanya-tanya bagaimana Anda dapat mengajarkan motivasi intrinsik
dan mengurangi kecemasan dalam ujian sambil bekerja secara bersamaan di
16

sekolah yang memberikan banyak penghargaan atau yang mengharuskan


banyak ujian.
Ini adalah masalah yang normal, dan guru yang paling ahli dalam
memotivasi siswa pun memahami bahwa mereka perlu menggunakan
pendekatan yang seimbang. Beberapa pendidik bekerja di lingkungan tempat
mereka dapat menjamin lingkungan kelas, ini akan memungkinkan mereka
untuk hanya menekankan komponen adaptif dari teori motivasi. Mari kita lihat
contoh kesulitan ini.Masalah Pak Murphy tidaklah unik.
Sebagian besar pendidik bekerja di lingkungan yang kebijakan sekolah
dan konteks lokalnya mempersulit pengembangan kepercayaan motivasi
positif. Sebagai guru, kita perlu mengembangkan keyakinan motivasi yang
diinginkan dalam konteks seperti itu; ini mungkin tampak mustahil, tetapi
sebenarnya tidak. Jika kita mengembangkan keyakinan motivasi produktif
sebanyak mungkin, kita dapat benar-benar membantu siswa yang berkesulitan.
17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada makalah ini adalah:
1. Motivasi adalah sesuatu yang memberi energi mengarahkan, dan
mempertahankan perilaku, membuat orang bergerak, memberi mereka
arah tertentu dan membuat mereka terus melangkah maju. Motivasi
ekstrinsik didasarkan pada faktor-faktor eksternal untuk pembelajar dan
tidak terkait dengan tugas yang dihadapi, sedangkan motivasi intrinsik
muncul dari kondisi di dalam diri pembelajar itu sendiri atau dari faktor-
faktor yang melekat dalam tugas tersebut.
2. Faktor yang mempengaruhi motivasi terdiri atas a) faktor kognitif yang
mempengaruhi motivasi; harapan dan nilai, minat, determinasi diri,
atribusi, teori tujuan, pola pikir, dan intervensi motivasi jangka pendek.
b) faktor sosiokultural yang mempengaruhi motivasi siswa; perbedaan
budaya dan etnis, perbedaan gender, perbedaan sosial ekonomi,
mengakomodasi siswa yang berkebutuhan khusus.
3. Atribusi berpengaruh terhadap motivasi. Atribusi pada dimensi internal-
eksternal diduga kuat disertai reaksi dalam perasaan; seperti rasa percaya
diri, bangga, bersalah dan malu. Bila sukses diatribusikan pada internal
(kemampuan dan usaha), maka rasa bangga dan puas timbul dan akan
meningkatkan motivasi. Sebaliknya bila kegagalan diatribusikan pada
internal, timbul rasa bersalah kalau usaha dianggap kurang; dan malu
serta kurang percaya diri kalau kemampuan dipandang kurang.
4. Afek merupakan perasaan, emosi, dan suasana hati yang dibawa oleh
pembelajar dalam menghadapi sebuah tugas.
5. Afek berpengaruh erat dengan pembelajaran dan kognisi juga, misalnya,
pembelajar biasanya mampu belajar dan mengingat lebih banyak ketika
mereka secara emosional serta kognitif merasa terlibat dalam topik
pelajaran di kelas.
6. Keberagaman pada afek terdiri atas; perbedaan budaya dan etnis,
18

perbedaan gender, dan perbedaan sosial ekonomi.


7. Cara guru memotivasi siswa adalah perlu menggunakan pendekatan yang
seimbang. Sebagai guru, kita perlu mengembangkan keyakinan motivasi
yang diinginkan dalam konteks seperti itu.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam kepenulisan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
dan dapat dijadikan sebagai referensi dalam kepenulisan yang sama.
19

DAFTAR PUSTAKA

Fitriah, A. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Ibu


Mengikuti Program Pengobatan Kemoterapi Anak dengan Leukemia
Limfoblastik Akut (LLA) di RS Kramat 128 Jakarta Pusat. Jurnal
Keperawatan Anak. Vol. 2, No. 2. p. 1-10.
Hergenhahn, B.R., dan Olson, M.H. 2008. Theories of Learning. London: Pearson
Education.
Koontz, H. 2001. Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ormrod, Jeanne Ellis. (2020) Psikologi Pendidikan Jilid 1I. Jakarta: Penerbit
Erlangga

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rajawali
Pers.
Uno, Hamzah B. 2009. Teori motivasi dan Pengukurannya (Analisis di Bidang
Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai