Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL AND REVIEW JURNAL PSIKOLOGI KOGNITIF

“Social Anxiety of Youth Prisoners and Guidance and Counseling Services for
Prevention”
“Kecemasan Sosial Narapidana Remaja dan Layanan Bimbingan dan Konseling
Untuk Pencegahan”
Alizamar, Miftahul Fikri, Afdal
Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Padang

Dosen pengampu: Merry Hafni, S.Psi, M.Psi, Psikolog

Di Review & di kritik oleh :


- Vitari Fahlika (198600224)
- Yosephine Samosir (198600236)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
TAHUN AJARAN 2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat tuhan karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
lah kami dapat menyelesaikan tugas Critical and Review Jurnal yang diberikan
oleh dosen ibu Merry Hafni, S.Psi, M.Psi, Psikolog.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat-sangat kami harapkan demi penyempurnaan tugas ini.

Demikianlah kami sampaikan, terimakasih atas perhatiannya. Semoga tugas


ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi para pembacanya.

Medan, 03 Juli 2021

Penulis
Judul Social Anxiety of Youth Prisoners and Guidance and
Counseling Services for Prevention.
Jurnal Jurnal Psikologi Klinis Indonesia
Vol & No Vol. 3, No. 1
Tahun 2017
Sumber http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK
Peneliti Alizamar, Miftahul Fikri, Afdal
Reviewer VITARI FAHLIKA (198600224)
YOSEPHINE SAMOSIR (198600236)
Dosen Pengampu Merry Hafni, S.Psi, M.Psi, Psikolog
Tanggal 30 Juni 2021

Review

Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak


hanya memberikan dampak positif, tetapi juga memunculkan
berbagai dampak negatif, baik dampak langsung maupun tidak
langsung. Negatif ini Dampaknya antara lain meningkatnya
kejahatan yang disebabkan oleh keinginan untuk mengikuti tren
teknologi kemajuan. Tren kejahatan saat ini tidak hanya terjadi
di dewasa pada umumnya tetapi juga terjadi pada remaja di
umum. Masalah kejahatan pada awalnya disebabkan oleh
peningkatan kualitas dan kuantitas kenakalan remaja dan
terjadinya perubahan/penurunan nilai moral remaja yang
semakin mengkhawatirkan (Puspitawati, 2006). Remaja
mungkin mengalami berbagai penyimpangan dan tindak pidana
karena pada saat ini masa remaja masih dianggap labil dan
mengalami berbagai perubahan besar dalam aspek fisik,
kognitif, dan psikososial. Para ahli menunjukkan bahwa sebagai
akibat dari perubahan dan perkembangan yang mereka alami,
bukan tidak jarang remaja terjerumus ke hal yang negatif arah,
di mana mereka mengambil tindakan yang seharusnya tidak
melakukan, atau melakukan perilaku menyimpang (Chaplin,
2011; Papalia, Olds & Feldman, 2009, Santrock, 2007). Perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh remaja dapat mengakibatkan
pelanggaran hukum. Berdasarkan Sistem Basis Data Lembaga
Pemasyarakatan Juli 2017 ada 2.219 pelaku remaja di Indonesia,
dengan peningkatan 71,52% narapidana di at Lembaga
Pendidikan Khusus Anak (LPKA) Kelas II di Kecamatan
Tanjungpati 50 Kota Provinsi Sumatera Barat.
Populasi & Sampel yang dugunakan dalam penelitian ini adalah Remaja
Sampel Narapidana.

Masalah Salah satu masalah yang dialami narapidana remaja


adalah perasaan takut berlebihan dan cemas tidak dapat diterima
di lingkungan sosial setelah bebas dari penjara, yang disebut
juga dengan kecemasan sosial.
Landasan Teori Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja dapat
mengakibatkan pelanggaran hukum sehingga bahwa itu
dipenjara. Meskipun seorang remaja adalah sudah di penjara,
mungkin sekali bebas dia menjadi orang yang berguna di
masyarakat nantinya. Salah satu masalah yang terjadi pada
remaja narapidana adalah kecemasan sosial yang mengakibatkan
narapidana remaja menghindari interaksi sosial dengan
masyarakat setelah bebas. Kondisi kecemasan sosial yang terjadi
di narapidana remaja yang disebabkan oleh remaja telah selama
tidak ada interaksi dengan luar komunitas, dan perasaan telah
ditangkap dengan buruk oleh Komunitas. Narapidana yang
mengalami hal ini kecemasan sosial perlu meningkatkan
sosialisasi dengan orang lain.

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi


masalah yang dihadapi remaja narapidana dengan layanan
bimbingan dan konseling. Layanan konseling dan konseling
mungkin modul media. Dalam hal ini, diharapkan pelatih
penjara/penasihat dapat berperan aktif dalam mengurangi
kecemasan sosial narapidana remaja. pelatih penjara/konselor
dapat berkembang dan berkembang program dan layanan untuk
mengurangi kecemasan narapidana remaja secara tepat dan
demikian.
Pembahasan Kecemasan Sosial
Kecemasan didefinisikan oleh Nevid, Rathus & Greene
(2005) sebagai keadaan ketakutan atau keadaan khawatir akan
sesuatu yang buruk akan terjadi. Lebih lanjut Chaplin (2011)
menggambarkan kecemasan sebagai keadaan emosional yang
tidak menyenangkan disertai dengan a sensasi fisik seseorang
yang mendekat bahaya atau datang. Kecemasan berhubungan
dengan perbedaan cara individu memproduksi gerakan psikis
representatif (Coklat & Stop, 2008). Bersamaan dengan itu Aqib
(2013) mendefinisikan kecemasan sebagai manifestasi dari
berbagai proses emosional campuran, yang terjadi ketika orang
mengalami perasaan stres, frustrasi, dan konflik. Dari pendapat
diatas dapat disimpulkan kecemasan adalah kecemasan
emosional menyatakan dengan mengeluh bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi.

Banyak hal yang perlu dikhawatirkan dalam hidup seperti


seperti kesehatan, sosial, karir, dan lingkungan kondisi menjadi
sumber kekhawatiran. Kecemasan bisa dikatakan normal dan
menguntungkan jika tidak ada ancaman, tetapi kecemasan bisa
menjadi tidak normal ketika tingkatnya tidak sesuai dengan
ancaman, seperti: kecemasan untuk berinteraksi dengan orang
baru, menghindari diri sendiri dari orang lain tanpa alasan yang
jelas, ini dikategorikan sebagai kecemasan sosial (Nevid, Rathus
& Greene, 2005). Bandelow & Stein (2004) mendefinisikan
kecemasan sosial dengan ketakutan yang paling menyedihkan
dan keadaan dalam situasi sosial. Clark & Beck (2010)
seseorang dengan kecemasan sosial meyakinkan ketika dia
bekerja dengan pasangannya akan berpikir itu tidak kompeten
jika dia muncul untuk berbicara. Sosial kecemasan dapat
dikacaukan dengan depresi yang kuat, perilaku bunuh diri,
penggunaan narkoba, dan perilaku tidak pergi ke sekolah
(Kearney, 2005). Selanjutnya, menurut ke Abdollahi, Thalib,
Mobarakeh, Momtaz, & Mobarake (2015), kecemasan sosial
menyajikan gejala malu, terhina, dan perhatian dari penilaian
negatif oleh orang lain di sosial situasi, dan kontemplasi sosial
hubungan dan kecenderungan untuk menarik diri dari kegiatan
sosial. Kecemasan sosial juga menggambarkan individu yang
memiliki ketakutan terus-menerus tampil dalam satu atau lebih
sosial atau kinerja situasi (Bakalim, 2016).

Berdasarkan hal di atas pendapat kecemasan sosial dapat


disimpulkan sebagai ketakutan terus-menerus terhadap satu atau
lebih situasi sosial dimana dapat menyebabkan rasa malu,
depresi dan cenderung and menarik diri dalam situasi sosial.
Tahanan Muda
Remaja berasal dari adolescere atau adolentia yang artinya
tumbuh atau tumbuh menjadi masa dewasa. Masa remaja
merupakan salah satu tahapan atau fase perkembangan manusia.
Selama masa remaja, remaja mengalami banyak perubahan dan
perkembangan, tidak jarang remaja terjerumus ke arah negatif,
dimana mereka melakukan tindakan yang seharusnya tidak
mereka lakukan atau berperilaku menyimpang. Perilaku
menyimpang ini dapat dianggap sebagai kenakalan anak yang
didefinisikan oleh Sarwono (2012) sebagai ulah orang yang
belum dewasa yang dengan sengaja melanggar hukum dan
diketahui oleh anak itu sendiri bahwa tindakan itu diketahui
secara singkat oleh petugas hukum ia dapat dikenakan hukuman.
Anak yang melakukan pelanggaran yang melanggar hukum
diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Tindak Pidana
Anak Sistem Peradilan yang isinya, warga negara yang
melakukan kejahatan, berusia 12-18 tahun, masih dikategorikan
sebagai anak-anak dan menerima khusus perlakuan seperti
dalam sistem peradilan anak, dan perlakuan khusus lainnya.
Batasan usia menempatkan maju menurut hukum secara
psikologis dapat dikatakan dengan remaja, yang selanjutnya jika
mereka dihukum karena perbuatannya disebut sebagai
narapidana remaja. Jadi para remaja yang mengatakan
narapidana remaja anak usia 12-18 tahun yang melakukan
kejahatan dan telah dijatuhi hukuman.

UU no. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak


memerlukan perlakuan khusus untuk tujuan meminimalkan
dampak negatif dari kriminal proses peradilan, seperti
stigmatisasi dan tekanan psikologis tertentu. Ini semua upaya
pemerintah untuk melindungi hak narapidana remaja sehingga
bahkan di masa dewasa, remaja tidak kehilangan haknya sebagai
manusia makhluk. Lebih lanjut, Heniarti (2017) menyatakan
bahwa meskipun tahanan remaja berada di penjara, hak anak
tidak boleh diabaikan, karena pemenjaraan adalah hilangnya hak
atas kebebasan hanya agar hak-hak lainnya tetap terpenuhi.
Hasil Penelitian Berdasarkan fenomena dan kenyataan dijelaskan
sebelumnya, perlu strategi yang dapat digunakan dalam
mengurangi permasalahan yang dihadapi oleh narapidana di
bawah umur, terutama terhadap mengurangi kecemasan sosial
ketika akan bebas. Satu dari layanan yang diberikan adalah
bimbingan dan konseling. Konseling dan Konseling Narapidana
(Tahanan) masa muda) berfungsi untuk mengatasi rasa takut
yang berlebihan narapidana dengan memupuk kesiapan
psikologis dan ketangguhan ketika mereka dihadapkan dengan
kondisi ketika mereka berada di penjara dan setelah mereka
pergi (Fitria, 2012). Demikian pula Yusri (2015) menyatakan
bahwa dalam upaya membantu para narapidana lembaga
pemasyarakatan diharapkan dapat membuat kebijakan dalam
melakukan kegiatan yang kondusif pendekatan coaching dengan
memberikan bimbingan dan layanan konseling kepada
residivisme untuk pengembangan kepribadian dan kemandirian
sehingga bahwa mereka dapat menjadi individu yang berguna
dalam komunitas dan tidak mengulangi kesalahan yang sama
lagi. Hal ini menunjukkan bahwa Bimbingan dan Layanan
konseling memiliki peran penting bagi narapidana dalam hal ini
untuk mengurangi kecemasan sosial dari narapidana remaja.

Anda mungkin juga menyukai