Anda di halaman 1dari 6

Anggota Kelompok :

- Anni Khoriyah Sinaga ( 122107021)


- Dwi Mekasari ( 122107044)
- Ferel Ivandi Hutagalung (122107056)
- Yunus Reza Hammami ( 122107091)

Teori Kepribadian Humanistik/ Victor Frankl

1. Biografi Viktor Frankl


Viktor Emil Frankl dilahirkan di Wina pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga Yahudi
kelas menengah masyarakat Austria. Nilai-nilai dan kepercayaan Yudaisme berpengaruh kuat
atas diri Frankl. Pengaruh ini ditunjukkan antara lain oleh minat Frankl yang besar pada
persoalan spiritual, khususnya persoalan mengenai makna hidup. Di tengah suasana
kehidupan keluarga yang memperhatikan hal-hal keagamaan itulah, Frankl menjalani
sebagian besar hidup dan pendidikannya, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan
tinggi.Viktor E. Frankl adalah Profesor dalam bidang neurologi dan psikiatri di The University
of Vienna Medical School dan guru besar luar biasa bidang logoterapi pada U.S. International
University. Dia adalah pendiri apa yang biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina
(setelah psikoanalisis Sigmund Freud dan psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran
logoterapi.
Frankl meraih gelar Dokter dalam obat-obatan (M.D.) pada tahun 1930, dan Doktor
filosofi (Ph.D.) pada tahun 1949, keduanya dari Universitas Vienna. Disamping itu, dia juga
mendapatkan gelar Honoriskausa dari universitas di seluruh dunia yang jumlahnya lebih dari
120. Dia menjadi pembicara terhormat pada United States International University di San
Diego.
Selain itu, Frankl juga menjadi Profesor tamu di Harvard, Duquesne, dan Southern
Methodist Univercities. Dia menerima beberapa gelar kehormatan dari Loyola University di
Chicago, Edgecliff, Rockford College dan Mount Mary College, serta dari universitas-
universitas di Brazil, Venezuela, dan Afrika Selatan. Dia menjadi dosen tamu di berbagai
universitas di seluruh dunia. Dia juga menjabat sebagai presiden di Austrian Medical Society
of Psychotherapy serta anggota kehormatan di Austrian Academy of Sciences.
Dari tahun 1942 sampai 1945, Frankl menjadi tawanan di kamp konsentrasi Jerman,
dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, isteri dan anak-anaknya mati. Pengalaman
mengerikan di kamp konsentrasi tidak pernah hilang dari ingatannya, tetapi dia bisa
menggunakan kenangan mengerikan itu secara konstruktif dan tidak mau kenangan itu
memudarkan rasa cintanya dan kegairahannya untuk hidup.
Di kamp konsentrasi yang dibangun oleh Nazi itu, Frankl banyak belajar tentang makna
hidup, dan lebih spesifik lagi makna penderitaan. Ia pun mempraktekkan psikoterapi kelompok
bagi sesama tawanan guna membantu mereka dalam mengatasi kesia-siaan, keputusasaan,
keinginan bunuh diri dan berbagai kondisi patologis yang ia duga bersumber pada
pengalaman kegagalan menemukan makna. Bagi Frankl, pelajaran dan praktek di dalam
kamp konsentrasi memperkaya hasil studi formalnya dan menjadi bekal yang amat berharga
dalam kehidupan profesinya sebagai teoritisi dan praktisi psikoterapi di kemudian hari.
Setelah perang berakhir dan semua tawanan yang masih tersisa di bebaskan, Frankl
kembali ke Wina sebagai kepala bagian neurologi dan psikiatri di Poliklinik Hospital dan
mengajar kembali di The University of Vienna Medical School. Selanjutnya Frankl
menyebarluaskan pandangannya tentang logoterapi melalui artikel, buku dan ceramah-
ceramah. Ia juga aktif melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai universitas di seluruh
dunia sebagai dosen tamu atau pembicara, sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
Tulisan Dr. Frankl pertama kali dimuat pada tahun 1924 dalam The International Journal
of Psychoanalysis dan telah menerbitkan dua puluh tujuh buku, yang telah diterjemahkan
dalam 19 bahasa termasuk bahasa Jepang dan Cina.
Mulai tahun 1946, setelah pembebasan dari kamp konsentrasi, karyakarya Frankl mulai
muncul dan ternyata mendapat sambutan hangat dari kalangan ilmuwan, budayawan,
pendidik, filosof, dan rohaniwan. Lebih-lebih setelah pengalamannya menjadi penghuni kamp
konsentrasi ditulis dalam buku from Death Camp to Existensialism, kemudian judulnya diubah
menjadi Man’s Search for Meaning, yang menjadi best seller di Amerika Serikat. Buku ini
seakan-akan menjadi pembuka bagi logoterapi untuk masuk dan berkembang di Amerika
Serikat dan menyebar ke negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah satu
aliran dalam psikologi atau psikiatri modern.
Man’s Search for Meaning merupakan edisi revisi dan perluasan dari from Death Camp
to Existensialism, yang terpilih sebagai “Book of The Year” oleh Colby College, Baker
University, Earlham College, Olivet Nazarene College dan St. Mary’s Dominian College.
Selain itu, buku ini telah terjual lebih dari 2 juta eksemplar, sebuah rekor penjualan yang
cukup spektakuler yang jarang bisa dicapai oleh buku nonfiksi. Sebagian besar bukunya telah
diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam berbagai bahasa, yang meliputi bahasa Inggris,
Belanda, Itali, Spanyol, Portugis, Swedia, Polandia, Jepang dan Korea.
Frankl memulai kegiatan menulisnya dengan penulisan artikel. Artikel pertamanya ditulis
untuk jurnal psikologi individual. Ia juga pernah menulis artikel untuk jurnal psikoanalisis atas
permintaan Freud.
Buku-buku penting lainnya yang ditulis Frankl diantaranya adalah The Will to Meaning,
The Unheard Cry for Meaning, Psychotherapy and Existensialism, The Unconscious God,
Synchronization in Buchenwald yang secara keseluruhan menggambarkan orientasi atau
pendekatan eksistensialfenomenologis Frankl yang unik dalam menangani berbagai masalah
klinis maupun non klinis melalui logoterap. Selain dalam bentuk artikel dan buku, karya-karya
Frankl juga dapat dipelajari melalui film, rekaman dan kaset, serta edisi braile untuk kaum tuna
netra.
2. Konsep Tentang Manusia Menurut Frankl
Pandangan Manusia berarti penekanannya adalah masalah manusia dari sekian banyak
pemikiran Frankl yang disebut logoterapi. Oleh Frankl logoterapi diartikan sebagai logos yaitu
makna dalam dimensi noetis (spiritual) dan terapi. Logoterapi Frankl ini keseluruhannya
didasari oleh konsepnya tentang manusia. Pandangan Frankl dalam psikologi ataupun
psikiatri digolongkan ke dalam kelompok psikologi humanistik ataupun psikiatri eksistensial,
yang menempatkan keberadaan manusia sebagai titik sentral. Pemikiran tentang logoterapi
dilatarbelakangi oleh kehidupan Frankl sendiri sebagai tawanan di kamp konsentrasi Nazi,
Auschwitz; dan dipopulerkan dengan beberapa bukunya yang terkenal di dunia antara lain
The Doctor and The Soul, dan Man's Search for Meaning. Frankl memberikan dasar filosofis
dari logoterapi dalam bentuk tiga rangkaian dasar filosofis sebagai prinsip-prinsip logoterapi
yaitu, kebebasan kehendak, kehendak akan makna, dan makna hidup. Kebebasan kehendak
merupakan suatu yang sudah inheren dalam diri manusia, kebebasan tak dapat hilang dalam
situasi apapun, karena itu kebebasan tidak perlu dicari lagi di luar diri seseorang. Kebebasan
pada manusia diandaikan dengan adanya tanggungjawab (freedom to), bukan semata-mata
sebagai suatu pelarian atau eskapisme dari sesuatu (freedom from). Dengan adanya
kebebasan maka manusia memungkinkan untuk memilih dan memutuskan sesuatu yang
bermakna untuk dirinya yang unik. Oni berarti memungkinkan seseorang memperoleh
kehendak akan makna, yang merupakan suatu motivasi fundamental untuk memperoleh hidup
yang bermakna. Bila motivasi fundamental ini tidak dimiliki, seseorang akan menghadapi
berbagai frustasi seperti frustasi eksistensial, kehampaan eksistensial, dan neurosis noogenik.
Seseorang dapat frustasi karena tidak mengerti akan eksistensinya, seseorang akan
mengalami kehampaan dalam eksistensisnya berupa kebosanan ataupun apatisme,
seseorang akan menghadapi konflik nilai atau makna dalam kehidupannya (neurosis
noogenik). Dalam prinsip yang ketiga yaitu makna hidup. Kehidupan seseorang adalah
sesuatu yang konkrit dan unik. Hal ini dapat terlihat dalam perwujudannya dalam beberapa
nilai, seperti nilai kreatif, nilai pengalaman, nilai atitudinal. masing-masing berhubungan
dengan pekerjaan, pengalaman atau penghayatan, dan sikap seseorang terhadap
penderitaannya. Berkaitan dengan pandangannya tentang manusia, Frankl juga berbicara
tentang teknik-teknik psikoterapi dalam pengertian logoterapi. la mengajukan beberapa teknik
seperti paradoxical intention, de-reflection, dan medical ministry. Masing-masing menyangkut
pada kemampuan manusia untuk mengambil jarak(self-detachment), mengatasi dirinya(self-
transcendence), dan mempertahankan hidupnya yang bermakna. Dalam psikoterapi sebelum
Frankl semua teknik ini belum pernah ada. Akhirnya, Frankl bebicara mengenai
pandangannya tentang manusia yaitu manusia yang utuh, totalitas. Manusia merupakan
totalitas dari dimensi fisik, psikis, dan spiritual, secara singkat disebut sebagai somato-psiko-
noogenik. Untuk melihat secara lebih seksama tentang asumsi manusia menurut Frankl,
digunakan sembilan kerangka acuan dasar untuk melihat asumsi dasar hakekat manusia.
Sembilan tema itu merupakan polaritas yang berlawanan yaitu, kebebasan versus
determinisme, rasionalitas vs irasionalitas, holisme vs elementalisme, konstitusionalisme vs
environmentalisme, dapat berubah vs tidak dapat berubah, subyektivitas vs obyektivitas,
proaktivitas vs reaktivitas, homeostasis vs heterostasis, dapat diketahui vs tak dapat diketahui.
Posisi asumsi Frankl tentang manusia dalam sembilan polaritas di atas dapat disebutkan
bahwa kecuali tema konstitusionalisme dan rasionalitas, Frankl menempatkan tema-tema
lainnya dalam posisi yang lebih ekstrim.
3. Aspek-Aspek Kebermaknaan Hidup
Menurut Frankl (1992) di dalam makna hidup ini ada beberapa aspek-aspek yang
mendukungnya, yaitu: a. Tujuan hidup. Makna merupakan sesuatu yang objektif yang berada
diseberang keberadaan manusia. Karena statusnya yang objektif maka makna mempunyai
sifat yang menuntut manusia untuk mencapainya. Sebaliknya jika makna hanya sebagai
rancangan subjektif maka ia tidak akan menuntut manusia untuk mencapainya.
b. Kebebasan berkeinginan. Manusia memiliki kebebasan di dalam batas-batas.
Manusia bebas untuk mengambil sikap terhadap ketidakbebasan dari kondisikondisi biologis,
psikologis dan sosiologis secara bertanggung jawab. Manusia dituntut untuk dapat mengambil
sikap terhadap dunia luar dan dirinya sendiri. Agar manusia dapat memasuki dimensi baru
atau dimensi spiritual tempat kebebasan manusia terletak dan dialami ia harus dapat
menentukan sikap baik terhadap dunia luar bahkan terhadap dirinya sendiri.
c. Keinginan akan makna atau kepuasan hidup. Kepentingan manusia terletak pada
realisasi nilai-nilai dan pemenuhan potensi-potensi maknayang ada di dalam dunia ketimbang
di dalam diri sebagai suatu sistem tertutup. Menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992) orientasi
pada makna bisa membawa manusia kepada kepada konfrontasi dengan makna. Orientasi
pada makna merujuk pada manusia itu apa, sedangkan konfrontasi dengan makna merujuk
manusia itu hendaknya bagaimana atau semestinya menjadi apa. Konfrontasi pada makna
mengarahkan manusia kepada pencapaian kematangan kemudian kebebasan barulah
menjadi kebertanggung jawaban.
d. Sikap terhadap kematian. Kematian sebagai suatu kejadian berakhirnya keberadaan
yang bisa menimbulkan kecemasan atau ketakutan maupun keontetikan pada manusia.
Kematian merupakan hal yang pasti dan yang merefleksikan hasrat manusia pada keabadian.
Penelitian yang dilakukan oleh Feif/ft (dalam Koeswara, 1987) tentang sikap terhadap
kematian menimbulkan dua pandangan, yaitu pertama padangan filosofis yang
mempersepsikan kematian sebagai proses alamiah berakhirnya hidup. Pandangan kedua
adalah pandangan religius yang mempersepsikan kematian sebagai penghancuran kehidupan
secara fisik sekaligus awal dari kehidupan baru.
e. Fikiran tentang bunuh diri. Fikiran semacam ini akan timbul kepada mereka yang
menganggap hidupnya tidak bermakna atau belum menemukan makna. Mereka menemukan
kehampaan yang disebabkan tidak adanya tujuan yang jelas dan pasti dalam hidup. Bagi
mereka yang hidupnya bermakna dalam melakukan berbagai aktivitas tidak mengenal lelah
serta tidak ada sedikitpun fikiran untuk bunuh diri.
f. Kepantasan hidup. Hal ini banyak berhubungan dengan aktivitas-aktivitas sosial,
prestasi-prestasi yang diperoleh, penerimaan baik terhadap diri sendiri atau pun penerimaan
sosial terhadap keberadannya serta kepada rasa cinta dan kasih sayang. Landasan-landasan
filosofis yang telah dikemukan tersebut dapat menjadikan seseorang sehat secara mental bila
terpenuhi di dalam kehidupannya. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa aspek-aspek kebermaknaan hidup terdiri atas tujuan hidup, kebebasan berkeinginan,
keinginan akan makna atau kepuasan hidup, sikap terhadap kematian, fikiran tentang bunuh
diri, dan kepantasan hidup.

4. psikopatologi menurut Frankl


Makna hidup merupakan salah satu aspek terbesar dari teori Frankl yaitu
logoterapi ,yang merupakan salah satu prinsip dan pendekatan eksistensial. Frankl
menyatakan logo terapi menjadi salah satu sarana untuk memahami perilaku manusia dan
untuk menangani psikopatologi (Nolte,2010).
Teori Victor Frankl. Victor Frankl memahami kebermaknaan hidup sebagai proses
penemuan isi dunia sekitar yang bermakna intrinsik secara individual. Menurut teorinya
kebermaknaan tidak diciptakan tetapi ditemukan di luar individu. Pencarian kebermaknaan
hidup yang unik merupakan motif yang melekat pada diri tiap manusia. Pemenuhan
kebermaknan hidup selalu mengimplikasikan pembuatan keputusan dan tidak mengikuti
prinsip homeostasis seperti kepuasan akan kebutuhan. Kebermaknaan hidup dapat dicapai
melalui nilai kreatif, pengalaman, dan sikap.
Kebermaknaan‐hidup menurut Frankl (Langle, 2005) difahami sebagai korelasi antara
dua kenyataan yaitu tuntutan situasi dan pemahaman diri, misalnya apa yang seseorang
fikirkan dan rasakan dalam pengertian siapa dia dan sebaiknya bagaimana. Pendapat itu
sejalan dengan pendapat Reker, Peacock & Wong, Yalom (Scannel et al, 2002) bahwa
kebermaknaan‐hidup bersumber pada rasa penerimaan individu terhadap eksistensi dan
tujuan hidup atas dasar prioritas pribadi sasaran yang diingin‐ kan. Kebermaknaan‐hidup
adalah kekuatan non‐fisik yang dilandasi kesadaran, atau jiwa, atau kapasitas untuk
mengalami dan merasakan dan bahkan kapasitas badan kita. Sifat mendasar dari spirit adalah
adanya dialog. Pada waktu muncul dialog dalam diri kita, akan membawa kita pada
konfrontasi yang terus‐menerus dengan orang lain, sesuatu , dan dengan kita sendiri.
Makna hidup menurut Frankl(Nolte,2010) terdiri dari tiga konsep utama yaitu creative
values (nilaikreatif) yang didapat melalui kontribusi seseorang dalam hidup dan dapat juga
terdiri dari kontribusi yang dilakukan oleh seseorang yang membuat individu tersebut
merasakan bahwa dia menjadi bagian dari hidup yang bermakna.Kedua, experintal values
(nilaipenghayatan) sering disebut sebagai berkah yang diterima dalam hidup, dengan menjadi
tulus dan baik, manusia mampu merasakan makna, selain itu juga diperoleh dengan
bagaimana manusia menerima dan memaknai apa yang sudah ada. Ketiga, attitude in
alvalues (nilaibersikap) berkaitan dengan nilai yang dialami manusia sebagai hasil dari
perilaku nya yang dilakukan dalam hidup, dan nilai ini sangat penting dalam pengalaman
bertahan dalam suatu kondisi yang tidak dapat dihindari.

5. Psikoterapi
Logoterapi adalah bagian dari analisis eksistensial, jenis terapi dengan karakter
filosofis yang ditandai yang berfokus pada pencarian makna penting dalam kekosongan
eksistensial, menyebabkan gejala psikologis, emosional dan fisik. Pengaruh Kierkegaard,
Heidegger dan Husserl sangat luar biasa dalam karya Frankl.
Menurut Frankl, orang kita selalu bisa memberi arti bagi hidup kita, terlepas dari
keadaan di mana kita menemukan diri kita sendiri; Pencarian makna ini merupakan motivasi
vital utama. Selain itu, kita selalu memiliki tingkat kebebasan tertentu, karena kita dapat
memutuskan setidaknya sikap apa yang kita ambil dalam menghadapi kesulitan.

Anda mungkin juga menyukai