OLEH:
JUNITA PAKPAHAN(210202024)
(IAKN) TARUTUNG
2022
TOKOH LOGOTERAPI
VIKTOR EMIL FRANKL
Viktor Emil Frankl dilahirkan di Wina pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga
Yahudi kelas menengah masyarakat Austria. Frankl merupakan anak kedua dari pasangan
Gabriel Frankl dan Elsa Frankl. Nilai-nilai dan kepercayaan atau spiritual Yudaisme
berpengaruh kuat atas diri Frankl, khususnya persoalan mengenai makna hidup. Di tengah
suasana kehidupan keluarga yang memperhatikan hal-hal keagamaan, Frankl menjalani
sebagian besar hidup dan pendidikannya, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Frankl meraih gelar Dokter dalam obat-obatan (M.D.) pada tahun 1930, dan Doktor
filosofi (Ph.D.) pada tahun 1949, keduanya dari Universitas Vienna. Disamping itu, dia juga
mendapatkan gelar Honoriskausa dari universitas di seluruh dunia yang jumlahnya lebih dari
120. Dia menjadi pembicara terhormat pada United States International University di San
Diego.
Viktor E. Frankl (1905-1997) berasal dari kota Vienna, Austria adalah Profesor
bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna Medical School dan guru besar
luar biasa bidang logoterapi pada U.S. International University. Dia adalah pendiri apa yang
biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina (setelah psikoanalisis S. Freud dan
psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran logoterapi. Dia juga menjabat sebagai presiden
di Austrian Medical Society of Psychotherapy serta anggota kehormatan di Austrian
Academy of Sciences.
Menurut Frankl dalam Bastaman 2007,dari tahun 1942 sampai 1945, Frankl menjadi
tawanan di “kamp konsentrasi maut” Jerman, dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, istri
dan anak-anaknya mati. Pengalaman mengerikan tersebut tidak pernah hilang dari
ingatannya, tetapi dia bisa menggunakan kenangan 4 mengerikan itu secara konstruktif dan
tidak mau kenangan itu memudarkan rasa cinta dan kegairahannya untuk hidup. Di kamp
itulah, Frankl mengalami dan menyaksikan para tahanan disiksa, diteror dan dibunuh secara
kejam. Frankl berusaha turut meringankan penderitaan sesama tahanan dengan membesarkan
hati mereka yang putus asa dan membantu menunjukkan hikmah dan arti hidup, walaupun
dalam keadaan menderita. Frankl melihat bahwa tahanan yang tetap menunjukkan sikap
tabah dan mampu bertahan itu adalah mereka yang berhasil mengembangkan dalam diri
mereka tentang harapan akan kebebasan. Harapan bertemu kembali dengan keluarganya,
serta meyakini akan pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan
mengembangkan makna dari penderitaan mereka (meaning in suffering). Frankl banyak
belajar tentang makna hidup, dan lebih spesifik lagi makna penderitaan.
Perang Dunia II berakhir dan semua tawanan yang masih tersisa di bebaskan, Frankl
kembali ke Wina sebagai kepala bagian neurologi dan psikiatri di Poliklinik Hospital dan
mengajar kembali di The University of Vienna Medical School. Selanjutnya Frankl
menyebarluaskan pandangannya tentang logoterapi melalui artikel, buku dan ceramah-
ceramah. Ia juga aktif melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai universitas di seluruh
dunia sebagai dosen tamu atau pembicara dalam bidang logoterapi.
Tulisan Dr. Frankl pertama kali dimuat pada tahun 1924 dalam The International
Journal of Psychoanalysis dan telah menerbitkan dua puluh tujuh buku, yang telah
diterjemahkan dalam 19 bahasa termasuk bahasa Jepang dan Cina.
Mulai tahun 1946, setelah pembebasan dari kamp konsentrasi, karyakarya Frankl
mulai muncul dan ternyata mendapat sambutan hangat dari kalangan ilmuwan, budayawan,
pendidik, filosof, dan rohaniwan. Lebih-lebih setelah pengalamannya menjadi penghuni
kamp konsentrasi ditulis dalam buku from Death Camp to Existensialism, kemudian judulnya
diubah menjadi Man’s Search for Meaning, yang menjadi best seller di Amerika Serikat.
Buku ini seakan-akan menjadi pembuka bagi logoterapi untuk masuk dan berkembang di
Amerika Serikat dan menyebar ke negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah
satu aliran dalam psikologi atau psikiatri modern.
Man’s Search for Meaning merupakan edisi revisi dan perluasan dari from Death
Camp to Existensialism, yang terpilih sebagai “Book of The Year” oleh Colby College,
Baker University, Earlham College, Olivet Nazarene College dan St. Mary’s Dominian
College.
Selain itu, buku ini telah terjual lebih dari 2 juta eksemplar, sebuah rekor penjualan
yang cukup spektakuler yang jarang bisa dicapai oleh buku nonfiksi. Sebagian besar bukunya
telah diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam berbagai bahasa, yang meliputi bahasa
Inggris, Belanda, Itali, Spanyol, Portugis, Swedia, Polandia, Jepang dan Korea.
Selain itu manusia memiliki kualitas - kualitas insani (human qualities), yakni berbagai
potensi, kemampuan, bakat, dan sifat yang tidak terdapat pada makhluk makhluk lain, seperti
kesadaran diri, transendensi diri, memahami dan mengembangkan diri, kebebasan memilih,
kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain, spiritualitas dan religiusitas, humor dan
tertawa, etika dan rasa estetika, nilai dan makna dan sebagainya.
Teori kepribadian ini bukan berorientasi masa lalu (past oriented) seperti halnya
psikodinamik atau kini dan di sini (here and now), seperti pada pandangan behavioral,
melainkan berorientasi pada masa mendatang (future oriented), karena makna hidup harus
ditemukan dan hidup bermakna benar benar sadar dan sengaja dijadikan tujuan, diraih, dan
perjuangkan.
Hal penting pada logoterapi adalah secara eksplisit memasukkan spiritualitas sebagai
salah satu determinan dalam system dan struktur kepribadian. Namun, di lain pihak Frankl
tidak secara eksplisit memasukkan unsur sosial-budaya sebagai determinan kepribadian.
Diduga unsur ini dianggap secara implisit terangkum dalam dimensi kejiwaan. Mengingat
besarnya pengaruh kondisi lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya pada perkembangan
kepribadian manusia.
Teori tentang kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana
antara yang satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni:
Manusia dalam berperilaku mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin
dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong setiap manusia
untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga.
Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta
memberikan nilai khusus bagai seseorang. sehingga layak dijadikan tujuan dalam
kehidupan (the purposein life). Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan
seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan akhirnya akan menimbulkan perasaan
bahagia (happiness).
Makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan. Apabila hasrat makna hidup ini dapat
terpenuhi maka kehidupan dirasakan berguna, berharga dan berarti (meaningful) akan
dialami, sebaliknya bila hasrat ini tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan
tidak bermakna.
Menurut Frankl mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu
kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi faktor realitas atau menyadari apa yang
bisa dilakukan dalam situasi tertentu. Pengertian makna hidup menunjukan bahwa dalam
makna hidup terkandung tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.
a) Arti hidup; makna hidup adalah segala sesuatu yang dianggap penting dan berharga
bagi kehidupan individu, memberi nilai yang spesifik, serta dapat dijadikan sebagai
tujuan hidup bagi individu tersebut.
b) Kepuasan hidup; Kepuasan hidup adalah penilaian seseorang terhadap hidup yang
dijalaninya, sejauh mana ia mampu menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup
dan segala aktivitas yang telah dilakukannya.
c) Kebebasan; kebebasan adalah bagaimana individu merasa mampu untuk
mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.
d) Sikap terhadap kematian; sikap terhadap kematian adalah persepsi tentang
kesiapan individu terhadap kematian yang pasti akan dihadapi oleh setiap manusia.
e) Pikiran tentang bunuh diri; pikiran tentang bunuh diri adalah persepsi tentang jalan
keluar dalam menghadapi masalah hidup bahwa bunuh diri bukan merupakan solusi.
f) Kepantasan untuk hidup; kepantasan untuk hidup adalah evaluasi individu terhadap
hidupnya sendiri, sejauh mana ia merasa bahwa apa yang telah ia lalui dalam
hidupnya merupakan sesuatu yang wajar, sekaligus menjadi tolok ukur baginya
tentang mengapa hidup itu layak untuk diperjuangkan.
Manusia dapat menemukan makna melalui realisasi nilai-nilai manusiawi yang meliputi
a. Nilai-nilai kreatif
Menurut Frankl nilai-nilai kreatif adalah apa yang diberikan individu pada kehidupan. Nilai-
nilai ini diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif, biasanya berkenaan dengan
suatu pekerjaan. Namun nilai-nilai ini dapat diungkap dalam semua bidang kehidupan.
Makna diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang
kelihatan atau suatu ide yang tidak kelihatan, atau dengan melayani orang lain.
b. Nilai-nilai pengalaman
Nilai-nilai pengalaman menurut Frankl adalah apa yang diterima oleh individu dari
kehidupan. Misalnya menemukan kebenaran, keindahan dan cinta. Nilai-nilai pengalaman
dapat memberikan makna sebanyak nilai-nilai daya cipta. Ada kemugnkinan individu untuk
memenuhi arti kehidupan dengan mengalami berbagai segi kehidupan secara intensif
meskipun individu tersebut tidak melakukan tindakan-tindakan yang produktif.
c. Nilai-nilai sikap
Nilai-nilai sikap adalah sikap yang diberikan individu terhadap kodrat-kodrat yang tidak
dapat diubah, seperti penyakit, penderitaan atau kamatian. Situasi-situasi buruk yang
dapat memberikan keputusasaan dan tanpa harapan dapat memberikan kesempatan yang
sangat besar bagi individu untuk menemukan makna hidupnya. Nilai-nilai sikap ini
menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan
yang tidak mungkin dihilangkan seperti kematian, bencana, sakit yang tidak dapat
disembuhkan dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara
maksimal.
Selain tiga hal di atas, ada pula sumber-sumber hidup bermakna lain, yaitu:
- Self Preoccupation (sibuk dengan diri sendiri), makna hidup dapat diperoleh dengan
jaminan keuangan sehingga kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi.
- Individualism, makna hidup diperoleh melalui prestasi, aktivitas, dan waktu luang.
- Collectivism, makna hidup dapat diperoleh melalui tradisi kebudayaan dan norma-
norma sosial.
- Self Transcendence, makna hidup dapat diperoleh dengan menghayati nilai-nilai ide-
ide, aktivitas keagamaan, dan menolong sesama.
Pandangan Frankl akan kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti/
makna. Terangkum dalam sistem logoterapi. Logoterapi berasal dari kata yunani logos berarti
arti. Logotherapy berbicara tentang arti eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan arti,
dan juga teknik-teknik terapeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan. Logoterapi
merupakan therapi psikologis bagi orang-orang yang kehilangan arti kehidupannya.
Teori tentang kodrat manusia yang berasal dari logoterapi dibangun atas tiga tiang, yaitu
kebebasan, kemauan akan arti, dan arti kehidupan. Frankl sangat menolak pendirian dalam
psikologi dan psikiatri yang memberikan ciri pada kondisi manusia sebagai yang ditentukan
oleh insting biologis dan konflik masa kecil. manusia mempunyai kebebasan spiritual untuk
menentukan sikap terhadap keadaan dan nasib.
Kemauan dan arti akan kehidupan adalah kebutuhan kita yang terus menerus mencari
bukan diri kita melainkan suatu arti untuk memberi suatu maksud bagi eksistensi kita.
Semakin kita mampu mengatasi diri kita- memberi diri kita pada satu tujuan atau kepada
orang lain, maka kita semakin menjadi manusia sebenarnya.
Walaupun penghayatan hidup tanpa makna ini bukan merupakan suatu penyakit, akan
tetapi dalam keadaan intensif dan berlarut-larut tak diatasi dapat menjelma menjadi Neurosis
Noogenik, Karakter Totaliter, dan Karakter Konformis.
1. Manusia kehilangan dorongan /instink alamiah dari alam, karena itu kita harus secara aktif
memilih apa yang harus kita lakukan.
2. Mulai hilangnya nilai-nilai agama dan adat yang kemudian menuntut kita untuk dapat
bersandar pada diri sendiri. Kita dihadapkan pada membuat keputusan kta sendiri dan
bertanggung jawab.
Logoterapi memberikan 3 cara bagaimana kita dapat memberi arti pada kehidupan
Fisik vs Spiritual
✓ Secara lahiriah manusia terdiri dari aspek fisik (biologis). Konsekuensi dari aspek biologis
ini manusia terikat dengan hukum fisik seperti lapar, sakit, mencari kepuasan biologis,
tertarik pada dunia materi, dan sebagainya.
✓ Di sisi lain, manusia juga terdiri atas aspek-aspek nonfisik, yaitu psikis, sosial, dan
spiritual. Aspek biologis dan aspek spiritual kita ketahui sebagai dua kutub yang berlawanan.
✓ Salah satu teknik yang relevan untuk mengatasi kecenderungan orang mencari kesenangan
biologis atau dunia materi, menurut logoterapi (terapi yang berorientasi pada penemuan
makna hidup, dikembangkan oleh Frankl) adalah bimbingan rohani. Bimbingan rohani
diterapkan sebagai teknik terapi karena sesuai dengan pemikiran dasar Frankl tentang
spiritualitas. Spiritualitas merupakan sisi transendensi pada manusia, yang mengatasi dunia
fisik dan sosial, berfungsi memberikan makna hidup.
Kesadaran vs Ketidaksadaran
Manusia memiliki dimensi kesadaran dan ketidaksadaran. Tiap-tiap orang memiliki
bagian kepribadian yang tidak disadari (personal unconscious), yang berkembang di
luar pengalaman sadar karena telah ditekan: dorongan-dorongan amoral, dorongan-
dorongan seksual yang tidak dapat diterima, kebutuhan kebutuhan egoistik, ketakutan,
harapan-harapan irasional, pengalaman yang memalukan, dan motif-motif keji.
Bagian kepribadian yang tidak disadari (karena ditekan) itu dalam kenyataan selalu
mendesak untuk dipuaskan. Namun, dalam alam sadar, pemuasan terhadap dorongan
bawah sadar tersebut tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan norma
masyarakat.
Orang yang sehat secara psikologis, sedikit demi sedikit telah berhasil menggali
bagian kepribadiannya yang tidak disadari, dan mengintegrasikan sisi gelap (shadow)
dengan bagian kepribadian yang disadari. Dengan jalan ini, seluruh komponen
kepribadiannya dapat bekerja sama membentuk kesadaran penuh, diri (self) yang
penuh tujuan.
Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan. Spiritualitas tidak dapat
direduksikan. Bahkan, spiritualitas tidak dapat diterangkan dengan istilah-istilah material.
Meskipun spiritualitas dapat dipengaruhi oleh dunia material, namun ia ada tidak disebabkan
atau dihasilkan oleh dunia material itu, dapat diartikan sebagai roh atau jiwa.
2) Kebebasan
Mengenai faktor kebebasan, kita tidak di dikte oleh faktor-faktor nonspiritual, semacam
insting. warisan nilai yang khusus, atau kondisi-kondisi dari lingkungan kita. Karena kita
memiliki dan harus menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan
bertingkah laku jika kita menjadi sehat secara psikologis. Orang-orang yang tidak mengalami
kebebasan ini adalah mereka yang kadang-kadang berprasangka karena kepercayaan
determinisme atau mereka yang sangat neurotis. Orang-orang neurotis akan menghambat
pemenuhan potensi-potensi mereka sendiri, dengan demikian menganggu perkembangan
kemanusiaan mereka yang penuh.
3) Tanggung jawab
Seseorang tidak cukup hanya merasa bebas untuk memilih, tetapi harus juga menerima
tanggung jawab terhadap pilihannya. Orang-orang yang sehat akan memikul tanggung jawab
ini, menggunakan waktu keseharian mereka dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat, dengan
penuh tanggung jawab agar karya-karya mereka tetap berkembang meskipun kodrat
kehidupan manusia singkat dan fana.
Ada tujuh sifat yang bisa ditampakkan oleh orang berkepribadian sehat, yaitu :
2) Mereka secara pribadi bertanggung jawab terhadap tingkah laku hidup mereka dan sikap
yang mereka anut terhadap nasibnya.
4) Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok dengan mereka.
6) Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman, atau nilai-
nilai sikap.
Aplikasi Logoterapi
1. Aspek Klinis
Penerapan logoterapi sebagai salah satu corak psikologi eksistensial telah banyak
diterapkan dalam berbagai kehidupan. Dalam bidang klinis logoterapi cukup
membantudalammenyembuhkanpasien-pasien obsessive-compulsive, gangguan
kecemasan, alcoholism, insomnia, dan kasus-kasus kehampaan eksistensialis.
Dalam rangka menangani manusia dengan ketiga dimensinya (fisik, psikis, spirit)
logoterapi setidaknya mengembangkan metode terapi: Medical Ministry untuk gangguan-
gangguan perasaan yang terkait gangguan ragawi; Paradoxical
Intention dan Dereflection untuk penanganan kasus-kasus berkenaan gangguan-gangguan
yang bersifat psikologis; dan Existential Analysis yaitu untuk menangani gangguan yang
disebabkan karena tidak terpenuhinya hasrat hidup bermakna atau gangguan neurosis
noogenik (Bastaman, 2007;98).
2. Logoterapi Sebagai Metode Pengembangan Diri
Saat ini telah banyak pelatihan-pelatihan psikologi dalam rangka meingkatkan kualitas
diri dan pengembangan diri. Pelatihan-pelatihan ESQ, AMT, Brain Gym, Brain
Fitness, Quantum Teaching dan bentuk pelatihan psikologi lainnya sudah banyak
berkembang. Logoterapi sebagai salah satu aliran psikologi yang mempunyai teori yang khas
tentang manusia juga dapat diaplikasikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan dalam rangka
pengembangan diri. Dalam aplikasinya dalam bentuk pengembangan diri, setidaknya
terdapat Logoanalysis dan Panca Cara Temuan Makna.
Psikopatologi
Frankl memerinci asal mula berbagai bentuk psikopatologi. Sebagai contoh, beragam
neurosis kecemasan berawal dari kecemasan eksistensial. Seorang individu yang tidak
memahami bahwa kecemasannya muncul karena dia merasa tidak mampu memikul tanggung
jawab dan tidak menemukan makna kehidupan akan menggunakan rasa cemas dalam
menghadapi setiap kesulitan hidup.
Orang yang obsesif kompulsif adalah orang yang tidak memiliki rasa puas
sebagaimana yang dimiliki orang lain. Karena kesempurnaan dalam setiap hal adalah
mustahil, maka orang obsesif-kompulsif akan mengalihkan perhatiannya pada hal-hal yang
pernah mendatangkan masalah di masa lalu. Seorang terapis harus membantu pasiennya agar
bisa santai dan tidak melawan dorongan-dorongan pikiran dan tindakannya. Selanjutnya,
yang diperlukan pasien adalah menyadari bahwa keinginan segala sesuatunya akan berjalan
dnegan sempurna itu merupakan tindakan bodoh. Kemudian di perlahan-lahan didorong
belajar menerima sedikit ketidakpastian. Akhirnya, orang yang obsesif kompulsif dan orang
neurotic kecemasan pun pasti dapat menemukan makna kehidupan mereka.
Sama seperti psikolog eksistensial lainnya, Frankl juga menyadari pengaruh factor
genetic dan fisiologis terhadap psikopatologi. Dia menganggap depresi, misalnya, sebagai
akibat kurangnya vitalitas tubuh. Pada level psikologis, dia mengaitkan depresi dengan
perasaan ketimpangan yang kita rasakan ketika berhadapan dengan tugas-tugas yang berada
di luar kemampuan fisik atau mental kita. Pada level spiritual, Frankl melihat depresi sebagai
ketegangan antara seseorang sebagaimana adanya dengan bagaimana dia seharusnya.
Skizofrenia juga dipahami Frankl sebagai gangguan mental yang berawal dari
persoalan fisiologis. Skizofrenia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami dirinya
lebih sebagai objek, bukan sebagai subjek. Biasanya, ketika kita punya ide, kita menyadari
bahwa ide tersebut dating dari pikiran kita sendiri. Kitalah yang memilikinya. Tetapi pada
orang skizofrenik, karena alasan-alasan yang belum diketahui, mereka cenderung mengambil
perspektif pasif terhadap ide tersebut dan menganggapnya begaia suara-suara dari “luar”. Dia
seolah-olah sedang menonton dirinya dan mencurigainya. Dia merasakan dirinya secara pasif
sebagai objek yang dia lihat dan hakimi.
Referensi: