Anda di halaman 1dari 15

TERAPI EKSISTENSIAL (LOGOTERAPI)

OLEH:

KELOMPOK 4 : HERNITA PURBA (210202023)

JUNITA PAKPAHAN(210202024)

PRODI : PASTORAL KONSELING

MATA KULIAH : TEORI-TEORI PASTORAL KONSELING

DOSEN PENGAMPU : REYMOND SIANTURI M.Si

PROGRAM STUDI S1 PASTORAL KONSELING

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI

(IAKN) TARUTUNG

2022
TOKOH LOGOTERAPI
VIKTOR EMIL FRANKL

Viktor Emil Frankl, M.D.,Ph.D.,(26 Maret 1905 – 2 September 1997) adalah


seorang neurolog dan psikiater serta korban Holocaust  yang selamat . Frankl adalah
pendiri logoterapi dan Analisis Eksistensial, "Aliran Wina Ketiga" dalam psikoterapi.
Bukunya, Man’s Search for Meaning (pertama kali terbit pada 1946) mencatat
pengalamannya sebagai seorang Tawanan kamp konsentrasi dan menguraikan metode
psikoterapinya dalam upaya mencari makna dalam segala bentuk keberadaan, bahkan yang
paling kelam, dan dengan demikian juga alasan untuk tetap hidup. Frankl adalah salah satu
tokoh utama dalam terapi eksistensial.

Viktor Emil Frankl dilahirkan di Wina pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga
Yahudi kelas menengah masyarakat Austria. Frankl merupakan anak kedua dari pasangan
Gabriel Frankl dan Elsa Frankl. Nilai-nilai dan kepercayaan atau spiritual Yudaisme
berpengaruh kuat atas diri Frankl, khususnya persoalan mengenai makna hidup. Di tengah
suasana kehidupan keluarga yang memperhatikan hal-hal keagamaan, Frankl menjalani
sebagian besar hidup dan pendidikannya, mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.

Frankl meraih gelar Dokter dalam obat-obatan (M.D.) pada tahun 1930, dan Doktor
filosofi (Ph.D.) pada tahun 1949, keduanya dari Universitas Vienna. Disamping itu, dia juga
mendapatkan gelar Honoriskausa dari universitas di seluruh dunia yang jumlahnya lebih dari
120. Dia menjadi pembicara terhormat pada United States International University di San
Diego.
Viktor E. Frankl (1905-1997) berasal dari kota Vienna, Austria adalah Profesor
bidang neurologi dan psikiatri di The University of Vienna Medical School dan guru besar
luar biasa bidang logoterapi pada U.S. International University. Dia adalah pendiri apa yang
biasa disebut madzhab ketiga psikoterapi dari Wina (setelah psikoanalisis S. Freud dan
psikologi individu Alfred Adler), yaitu aliran logoterapi. Dia juga menjabat sebagai presiden
di Austrian Medical Society of Psychotherapy serta anggota kehormatan di Austrian
Academy of Sciences.

Menurut Frankl dalam Bastaman 2007,dari tahun 1942 sampai 1945, Frankl menjadi
tawanan di “kamp konsentrasi maut” Jerman, dimana orang tuanya, saudara laki-lakinya, istri
dan anak-anaknya mati. Pengalaman mengerikan tersebut tidak pernah hilang dari
ingatannya, tetapi dia bisa menggunakan kenangan 4 mengerikan itu secara konstruktif dan
tidak mau kenangan itu memudarkan rasa cinta dan kegairahannya untuk hidup. Di kamp
itulah, Frankl mengalami dan menyaksikan para tahanan disiksa, diteror dan dibunuh secara
kejam. Frankl berusaha turut meringankan penderitaan sesama tahanan dengan membesarkan
hati mereka yang putus asa dan membantu menunjukkan hikmah dan arti hidup, walaupun
dalam keadaan menderita. Frankl melihat bahwa tahanan yang tetap menunjukkan sikap
tabah dan mampu bertahan itu adalah mereka yang berhasil mengembangkan dalam diri
mereka tentang harapan akan kebebasan. Harapan bertemu kembali dengan keluarganya,
serta meyakini akan pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan
mengembangkan makna dari penderitaan mereka (meaning in suffering). Frankl banyak
belajar tentang makna hidup, dan lebih spesifik lagi makna penderitaan.

Perang Dunia II berakhir dan semua tawanan yang masih tersisa di bebaskan, Frankl
kembali ke Wina sebagai kepala bagian neurologi dan psikiatri di Poliklinik Hospital dan
mengajar kembali di The University of Vienna Medical School. Selanjutnya Frankl
menyebarluaskan pandangannya tentang logoterapi melalui artikel, buku dan ceramah-
ceramah. Ia juga aktif melakukan kunjungan-kunjungan ke berbagai universitas di seluruh
dunia sebagai dosen tamu atau pembicara dalam bidang logoterapi.

Tulisan Dr. Frankl pertama kali dimuat pada tahun 1924 dalam The International
Journal of Psychoanalysis dan telah menerbitkan dua puluh tujuh buku, yang telah
diterjemahkan dalam 19 bahasa termasuk bahasa Jepang dan Cina.

Mulai tahun 1946, setelah pembebasan dari kamp konsentrasi, karyakarya Frankl
mulai muncul dan ternyata mendapat sambutan hangat dari kalangan ilmuwan, budayawan,
pendidik, filosof, dan rohaniwan. Lebih-lebih setelah pengalamannya menjadi penghuni
kamp konsentrasi ditulis dalam buku from Death Camp to Existensialism, kemudian judulnya
diubah menjadi Man’s Search for Meaning, yang menjadi best seller di Amerika Serikat.
Buku ini seakan-akan menjadi pembuka bagi logoterapi untuk masuk dan berkembang di
Amerika Serikat dan menyebar ke negara-negara lain, serta akhirnya mendunia sebagai salah
satu aliran dalam psikologi atau psikiatri modern.

Man’s Search for Meaning merupakan edisi revisi dan perluasan dari from Death
Camp to Existensialism, yang terpilih sebagai “Book of The Year” oleh Colby College,
Baker University, Earlham College, Olivet Nazarene College dan St. Mary’s Dominian
College.

Selain itu, buku ini telah terjual lebih dari 2 juta eksemplar, sebuah rekor penjualan
yang cukup spektakuler yang jarang bisa dicapai oleh buku nonfiksi. Sebagian besar bukunya
telah diterjemahkan dari bahasa Jerman ke dalam berbagai bahasa, yang meliputi bahasa
Inggris, Belanda, Itali, Spanyol, Portugis, Swedia, Polandia, Jepang dan Korea.

Frankl memulai kegiatan menulisnya dengan penulisan artikel. Artikel pertamanya


ditulis untuk jurnal psikologi individual. Ia juga pernah menulis artikel untuk jurnal
psikoanalisis atas permintaan Freud.

Buku-buku penting lainnya yang ditulis Frankl diantaranya adalah The Will to


Meaning, The Unheard Cry for Meaning, Psychotherapy and Existensialism, The
Unconscious God, Synchronization in Buchenwald yang secara keseluruhan menggambarkan
orientasi atau pendekatan eksistensialfenomenologis Frankl yang unik dalam menangani
berbagai masalah klinis maupun non klinis melalui logoterap. Selain dalam bentuk artikel dan
buku, karya-karya Frankl juga dapat dipelajari melalui film, rekaman dan kaset, serta
edisi braile untuk kaum tuna netra.

 Konsep Dasar Psikologi Frankl


 Hidup memiliki makna dalam semua keadaan
 Motivasi utama untuk hidup yang akan dicapai adalah menemukan makna dalam
hidup.
 Kebebasan untuk menemukan makna.
Landasan teori kepribadian Logoterapi bercorak eksistensial humanistik. Artinya
Logoterapi mengakui manusia sebagai makhluk yang memiliki kebebasan berkehendak
sadar diri, dan mampu menentukan apa yang terbaik bagi dirinya sesuai julukan
kehormatan bagi manusia sebagai the self determining being.

Selain itu manusia memiliki kualitas - kualitas insani (human qualities), yakni berbagai
potensi, kemampuan, bakat, dan sifat yang tidak terdapat pada makhluk makhluk lain, seperti
kesadaran diri, transendensi diri, memahami dan mengembangkan diri, kebebasan memilih,
kemampuan menilai diri sendiri dan orang lain, spiritualitas dan religiusitas, humor dan
tertawa, etika dan rasa estetika, nilai dan makna dan sebagainya.

Teori kepribadian ini bukan berorientasi masa lalu (past oriented) seperti halnya
psikodinamik atau kini dan di sini (here and now), seperti pada pandangan behavioral,
melainkan berorientasi pada masa mendatang (future oriented), karena makna hidup harus
ditemukan dan hidup bermakna benar benar sadar dan sengaja dijadikan tujuan, diraih, dan
perjuangkan.

Logoterapi menggambarkan manusia sebagai kesatuan yang terdiri dari dimensi-dimensi


somatic (ragawi), psikis (kejiwaan), dan spiritual (kerohanian): unitas bio-psiko-spiritual.

Hal penting pada logoterapi adalah secara eksplisit memasukkan spiritualitas sebagai
salah satu determinan dalam system dan struktur kepribadian. Namun, di lain pihak Frankl
tidak secara eksplisit memasukkan unsur sosial-budaya sebagai determinan kepribadian.
Diduga unsur ini dianggap secara implisit terangkum dalam dimensi kejiwaan. Mengingat
besarnya pengaruh kondisi lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya pada perkembangan
kepribadian manusia.

 Konsep Tentang manusia

Frankl menggunakan istilah analisis eksistensial sebagai persamaan kata dari


logoterapi. Kata logos dalam bahasa Yunani berarti makna (meaning) dan juga rohani
(spirituality), sedangkan terapi adalah penyembuhan atau pengobatan.

Teori tentang kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana
antara yang satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni:

a) Kebebasan berkeinginan (freedom of will)


Pandangan Frankl menentang pendirian dalam psikologi dan psikoterapi bahwa manusia
ditentukan oleh kondisi biologis, konflik-konflik masa kanak-kanak, atau kekuatan lain
dari luar. Ia berpendapat bahwa kebebasan manusia merupakan kebebasan yang berada
dalam batas-batas tertentu.

b) Keinginan akan makna (will of meaning)

Manusia dalam berperilaku mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin
dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong setiap manusia
untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga.

c) Makna Hidup (meaning of life)

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta
memberikan nilai khusus bagai seseorang. sehingga layak dijadikan tujuan dalam
kehidupan (the purposein life). Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan
seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan akhirnya akan menimbulkan perasaan
bahagia (happiness).

Makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, keadaan bahagia dan penderitaan. Apabila hasrat makna hidup ini dapat
terpenuhi maka kehidupan dirasakan berguna, berharga dan berarti (meaningful) akan
dialami, sebaliknya bila hasrat ini tidak terpenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan
tidak bermakna.

Menurut Frankl mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu
kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi faktor realitas atau menyadari apa yang
bisa dilakukan dalam situasi tertentu. Pengertian makna hidup menunjukan bahwa dalam
makna hidup terkandung tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.

Kebermaknaan hidup adalah kemampuan dan kualitas penghayatan individu terhadap


seberapa besar dirinya dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan seberapa jauh
individu telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya untuk memberi arti terhadap
kehidupannya.
1. Aspek-aspek Kebermaknaan Hidup.

a) Arti hidup; makna hidup adalah segala sesuatu yang dianggap penting dan berharga
bagi kehidupan individu, memberi nilai yang spesifik, serta dapat dijadikan sebagai
tujuan hidup bagi individu tersebut.
b) Kepuasan hidup; Kepuasan hidup adalah penilaian seseorang terhadap hidup yang
dijalaninya, sejauh mana ia mampu menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup
dan segala aktivitas yang telah dilakukannya.
c) Kebebasan; kebebasan adalah bagaimana individu merasa mampu untuk
mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.
d) Sikap terhadap kematian; sikap terhadap kematian adalah persepsi tentang
kesiapan individu terhadap kematian yang pasti akan dihadapi oleh setiap manusia.
e) Pikiran tentang bunuh diri; pikiran tentang bunuh diri adalah persepsi tentang jalan
keluar dalam menghadapi masalah hidup bahwa bunuh diri bukan merupakan solusi.
f) Kepantasan untuk hidup; kepantasan untuk hidup adalah evaluasi individu terhadap
hidupnya sendiri, sejauh mana ia merasa bahwa apa yang telah ia lalui dalam
hidupnya merupakan sesuatu yang wajar, sekaligus menjadi tolok ukur baginya
tentang mengapa hidup itu layak untuk diperjuangkan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebermaknaan Hidup

Manusia dapat menemukan makna melalui realisasi nilai-nilai manusiawi yang meliputi

a. Nilai-nilai kreatif

Menurut Frankl nilai-nilai kreatif adalah apa yang diberikan individu pada kehidupan. Nilai-
nilai ini diwujudkan dalam aktivitas yang kreatif dan produktif, biasanya berkenaan dengan
suatu pekerjaan. Namun nilai-nilai ini dapat diungkap dalam semua bidang kehidupan.
Makna diberikan kepada kehidupan melalui tindakan yang menciptakan suatu hasil yang
kelihatan atau suatu ide yang tidak kelihatan, atau dengan melayani orang lain.

b. Nilai-nilai pengalaman

Nilai-nilai pengalaman menurut Frankl adalah apa yang diterima oleh individu dari
kehidupan. Misalnya menemukan kebenaran, keindahan dan cinta. Nilai-nilai pengalaman
dapat memberikan makna sebanyak nilai-nilai daya cipta. Ada kemugnkinan individu untuk
memenuhi arti kehidupan dengan mengalami berbagai segi kehidupan secara intensif
meskipun individu tersebut tidak melakukan tindakan-tindakan yang produktif.

c. Nilai-nilai sikap

Nilai-nilai sikap adalah sikap yang diberikan individu terhadap kodrat-kodrat yang tidak
dapat diubah, seperti penyakit, penderitaan atau kamatian. Situasi-situasi buruk yang
dapat memberikan keputusasaan dan tanpa harapan dapat memberikan kesempatan yang
sangat besar bagi individu untuk menemukan makna hidupnya. Nilai-nilai sikap ini
menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan
yang tidak mungkin dihilangkan seperti kematian, bencana, sakit yang tidak dapat
disembuhkan dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan secara
maksimal.

Selain tiga hal di atas, ada pula sumber-sumber hidup bermakna lain, yaitu:

- Self Preoccupation (sibuk dengan diri sendiri), makna hidup dapat diperoleh dengan
jaminan keuangan sehingga kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi.
- Individualism, makna hidup diperoleh melalui prestasi, aktivitas, dan waktu luang.
- Collectivism, makna hidup dapat diperoleh melalui tradisi kebudayaan dan norma-
norma sosial.
- Self Transcendence, makna hidup dapat diperoleh dengan menghayati nilai-nilai ide-
ide, aktivitas keagamaan, dan menolong sesama.

 Struktur dan Dinamika Kepribadian

Pandangan Frankl akan kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti/
makna. Terangkum dalam sistem logoterapi. Logoterapi berasal dari kata yunani logos berarti
arti. Logotherapy berbicara tentang arti eksistensi manusia dan kebutuhan manusia akan arti,
dan juga teknik-teknik terapeutis khusus untuk menemukan arti dalam kehidupan. Logoterapi
merupakan therapi psikologis bagi orang-orang yang kehilangan arti kehidupannya.

Teori tentang kodrat manusia yang berasal dari logoterapi dibangun atas tiga tiang, yaitu
kebebasan, kemauan akan arti, dan arti kehidupan. Frankl sangat menolak pendirian dalam
psikologi dan psikiatri yang memberikan ciri pada kondisi manusia sebagai yang ditentukan
oleh insting biologis dan konflik masa kecil. manusia mempunyai kebebasan spiritual untuk
menentukan sikap terhadap keadaan dan nasib.

Kemauan dan arti akan kehidupan adalah kebutuhan kita yang terus menerus mencari
bukan diri kita melainkan suatu arti untuk memberi suatu maksud bagi eksistensi kita.
Semakin kita mampu mengatasi diri kita- memberi diri kita pada satu tujuan atau kepada
orang lain, maka kita semakin menjadi manusia sebenarnya.

Hidup Tanpa Makna

Didalam ketidakberhasilan seseorang menemukan dan memenuhi makna hidup biasanya


menimbulkan penghayatan hidup tanpa makna (meaningless), hampa, gersang, merasa tak
memiliki tujuan hidup, merasa hidupnya tak berarti, bosan, dan apatis. Kebosanan adalah
ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat, sedangkan apatis merupakan
ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa.

Penghayatan penghayatan seperti digambarkan diatas mungkin saja tidak terungkap


secara nyata, tetapi menjelma dalam berbagai upaya kompensasi dan kehendak yang
berlebihan untuk :

- Berkuasa (the will to power)


- Bersenang - bersenang mencari kenikmatan (the will to pleasure),
- termasuk kenikmatan seksual (the will to sex).
- Bekerja (the will to work), dan
- mengumpulkan uang (the will to money).

Walaupun penghayatan hidup tanpa makna ini bukan merupakan suatu penyakit, akan
tetapi dalam keadaan intensif dan berlarut-larut tak diatasi dapat menjelma menjadi Neurosis
Noogenik, Karakter Totaliter, dan Karakter Konformis.

- Neurosis Noogenik merupakan suatu gangguan perasaan yang cukup menghambat


prestasi dan penyesuaian diri seorang. Gangguan ini biasanya tampil dalam keluhan
keluhan serba bosan, hampa dan penuh keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif,
serta merasa bahwa hidup ini tidak ada artinya sama sekali.
- Karakter Totaliter adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan untuk
memaksakan tujuan, kepentingan dan kehendaknya sendiri dan tidak bersedia
menerima masukan dari orang lain.
- Karakter Konformis adalah gambaran pribadi dengan kecenderungan kuat untuk
selalu berusaha mengikut dan menyesuaikan diri kepada tuntutan lingkungan
sekitarnya serta bersedia pula untuk mengabaikan keinginan dan kepentingan dirinya
sendiri. Karakter Konformis ini berawal dari kekecewaan dan kehampaan hidup
sebagai akibat tidak berhasilnya memenuhi motivasi utama, yaitu hasrat untuk hidup
bermakna

Neurosis ini diakibatkan oleh 2 hal :

1. Manusia kehilangan dorongan /instink alamiah dari alam, karena itu kita harus secara aktif
memilih apa yang harus kita lakukan.

2. Mulai hilangnya nilai-nilai agama dan adat yang kemudian menuntut kita untuk dapat
bersandar pada diri sendiri. Kita dihadapkan pada membuat keputusan kta sendiri dan
bertanggung jawab.

Logoterapi memberikan 3 cara bagaimana kita dapat memberi arti pada kehidupan

1. Dengan menciptakan sesuatu


2. Dengan sesuatu yang kita ambil dari dunia dalam pengalaman
3. Dengan sikap yang kita ambil dalam penderitaan

Neurosis noogenik dapat termanifestasikan dalam tampilan simptomatik yang serupa


dalam gambaran simptomatik neurosis psikogenik, seperti depresi, hiperseksualitas,
alkoholisme, obsesionalisme, dan tindakan kejahatan.

Pribadi yang mengatasi diri

Dalam pergulatan mencari jawaban atas eksistensinya, manusia dihadapkan pada


paradoks-paradoks, yang mencakup beberapa aspek: fisik vs nonfisik; kesadaran vs
ketidaksadaran; orientasi diri vs sesama manusia.

 Fisik vs Spiritual

✓ Secara lahiriah manusia terdiri dari aspek fisik (biologis). Konsekuensi dari aspek biologis
ini manusia terikat dengan hukum fisik seperti lapar, sakit, mencari kepuasan biologis,
tertarik pada dunia materi, dan sebagainya.
✓ Di sisi lain, manusia juga terdiri atas aspek-aspek nonfisik, yaitu psikis, sosial, dan
spiritual. Aspek biologis dan aspek spiritual kita ketahui sebagai dua kutub yang berlawanan.

✓ Salah satu teknik yang relevan untuk mengatasi kecenderungan orang mencari kesenangan
biologis atau dunia materi, menurut logoterapi (terapi yang berorientasi pada penemuan
makna hidup, dikembangkan oleh Frankl) adalah bimbingan rohani. Bimbingan rohani
diterapkan sebagai teknik terapi karena sesuai dengan pemikiran dasar Frankl tentang
spiritualitas. Spiritualitas merupakan sisi transendensi pada manusia, yang mengatasi dunia
fisik dan sosial, berfungsi memberikan makna hidup.

✓ Dengan mengembangkan spiritualitas (merealisasi nilai-nilai kehidupan berdasarkan suara


hati), seseorang akan menemukan makna dari keberadaan (eksistensi) dirinya sebagai pribadi.
Ini merupakan sumber rasa tentram. Spiritualitas yang terintegrasi dalam kepribadian
seseorang akan sanggup memerdekakannya dari dorongan aspek fisik, psikis, maupun sosial
yang seringkali bersifat menjebak.

 Kesadaran vs Ketidaksadaran
 Manusia memiliki dimensi kesadaran dan ketidaksadaran. Tiap-tiap orang memiliki
bagian kepribadian yang tidak disadari (personal unconscious), yang berkembang di
luar pengalaman sadar karena telah ditekan: dorongan-dorongan amoral, dorongan-
dorongan seksual yang tidak dapat diterima, kebutuhan kebutuhan egoistik, ketakutan,
harapan-harapan irasional, pengalaman yang memalukan, dan motif-motif keji.
 Bagian kepribadian yang tidak disadari (karena ditekan) itu dalam kenyataan selalu
mendesak untuk dipuaskan. Namun, dalam alam sadar, pemuasan terhadap dorongan
bawah sadar tersebut tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan norma
masyarakat.
 Orang yang sehat secara psikologis, sedikit demi sedikit telah berhasil menggali
bagian kepribadiannya yang tidak disadari, dan mengintegrasikan sisi gelap (shadow)
dengan bagian kepribadian yang disadari. Dengan jalan ini, seluruh komponen
kepribadiannya dapat bekerja sama membentuk kesadaran penuh, diri (self) yang
penuh tujuan.

 Orientasi Diri vs Sesama


- Sekalipun semua kebutuhan fisiologisnya terpuaskan, manusia tetap mengalami
keterpisahan dari dunia sekitarnya. Rasa keterpisahan itu harus didobrak dengan
menemukan ikatan-ikatan baru dengan sesama manusia, menggantikan ikatan ikatan
lama yang didorong oleh insting.
- Ada beberapa cara mencari dan mencapai kesatuan dengan sesama. Salah satunya
lewat jalan kepatuhan kepada seseorang, kelompok, institusi, dan Allah.
- Dengan menjadi bagian dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar, lebih berkuasa
darinya, manusia mengalami identitasnya dalam hubungan dengan kekuatan pribadi
atau lembaga yang dipatuhinya. Cara yang lain, dengan jalan berkuasa, menjadikan
orang lain bagian dari dirinya (dominasi). Namun, sungguh ironis bahwa perwujudan
hasrat kepatuhan total ataupun dominasi ini tidak pernah membuahkan kepuasan.
- Hanya ada satu syarat yang memuaskan kebutuhan manusia untuk mempersatukan
dirinya dengan dunia, dan pada saat yang sama untuk memperoleh rasa integritas dan
individualitas, yaitu cinta.
 Kodrat Eksistensi Manusia yang Sehat
1) Spiritualitas

Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan. Spiritualitas tidak dapat
direduksikan. Bahkan, spiritualitas tidak dapat diterangkan dengan istilah-istilah material.
Meskipun spiritualitas dapat dipengaruhi oleh dunia material, namun ia ada tidak disebabkan
atau dihasilkan oleh dunia material itu, dapat diartikan sebagai roh atau jiwa.

2) Kebebasan

Mengenai faktor kebebasan, kita tidak di dikte oleh faktor-faktor nonspiritual, semacam
insting. warisan nilai yang khusus, atau kondisi-kondisi dari lingkungan kita. Karena kita
memiliki dan harus menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan
bertingkah laku jika kita menjadi sehat secara psikologis. Orang-orang yang tidak mengalami
kebebasan ini adalah mereka yang kadang-kadang berprasangka karena kepercayaan
determinisme atau mereka yang sangat neurotis. Orang-orang neurotis akan menghambat
pemenuhan potensi-potensi mereka sendiri, dengan demikian menganggu perkembangan
kemanusiaan mereka yang penuh.

3) Tanggung jawab

Seseorang tidak cukup hanya merasa bebas untuk memilih, tetapi harus juga menerima
tanggung jawab terhadap pilihannya. Orang-orang yang sehat akan memikul tanggung jawab
ini, menggunakan waktu keseharian mereka dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat, dengan
penuh tanggung jawab agar karya-karya mereka tetap berkembang meskipun kodrat
kehidupan manusia singkat dan fana.

Ada tujuh sifat yang bisa ditampakkan oleh orang berkepribadian sehat, yaitu :

1) Mereka bebas memilih langkah tindakan mereka sendiri.

2) Mereka secara pribadi bertanggung jawab terhadap tingkah laku hidup mereka dan sikap
yang mereka anut terhadap nasibnya.

3) Mereka tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar dirinya.

4) Mereka telah menemukan arti dalam kehidupan yang cocok dengan mereka.

5) Mereka secara sadar mengontrol kehidupan mereka.

6) Mereka mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman, atau nilai-
nilai sikap.

7) Mereka telah mengatasi perhatian terhadap diri.

 Logoterapi sebagai Salah Satu Metode Konseling


Dalam logoterapi pasien dibantu untuk menemukan nilai-nilai baru dan mengembangkan
filosofi konstruktif dalam kehidupannya. Oleh karena itu, seorang logoterapis tidaklah
mengobati gejala-gejala yang tampak pada pasien atau klien secara langsung, akan tetapi
mengadakan perubahan sikap neurotik pasien terlebih dahulu. Pasien bertanggungjawab pada
dirinya sendiri dan logoterapis memberikan dorongan untuk memilih, mencari dan
menemukan sendiri makna konkrit dari eksistensi pribadinya. Seorang logoterapis membantu
klien untuk menyusun 3 macam nilai yang akan memberi arti pada eksistensi, yaitu : creative
values, experiental values, dan attitudinal values.
Dalam proses terapi, klien diperlihatkan bagaimana membuat hidup menjadi penuh arti
dengan ‘the experience of love’. Pengalaman ini akan membuatnya mampu menikmati
ketulusan, keindahan dan kebaikan dan mampu mengerti akan manusia dengan keunikan-
keunikan pribadinya. Dengan demikian, diharapkan klien dapat melihat bahwa penderitaan
mungkin sangat berguna untuk membantunya dalam mengubah sikap hidup. Tujuan dari
logoterapi adalah membangkitkan “kemauan untuk bermakna” dalam individu tersebut, yang
bersifat khusus dan pribadi bagi masing-masing orang.
Logoterapi merupakan suatu pendekatan eksistensial khsusus yang meliputi 2 prosedur
re-edukatif yang berbeda, yaitu :
·        
 Paradoxical Intention
Memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan
mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Paradoxical
intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan
irrasional).
 De-reflection.
Memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap
manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan
tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan
mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat.
Logoterapi sebagai salah satu aliran psikologi yang mempunyai teori yang khas tentang
manusia yang dapat diaplikasikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan dalam rangka
pengembangan diri.

 Aplikasi Logoterapi

1. Aspek Klinis
Penerapan logoterapi sebagai salah satu corak psikologi eksistensial telah banyak
diterapkan dalam berbagai kehidupan. Dalam bidang klinis logoterapi cukup
membantudalammenyembuhkanpasien-pasien obsessive-compulsive, gangguan
kecemasan, alcoholism, insomnia, dan kasus-kasus kehampaan eksistensialis.
Dalam rangka menangani manusia dengan ketiga dimensinya (fisik, psikis, spirit)
logoterapi setidaknya mengembangkan metode terapi: Medical Ministry untuk gangguan-
gangguan perasaan yang terkait gangguan ragawi; Paradoxical
Intention dan Dereflection untuk penanganan kasus-kasus berkenaan gangguan-gangguan
yang bersifat psikologis; dan Existential Analysis yaitu untuk menangani gangguan yang
disebabkan karena tidak terpenuhinya hasrat hidup bermakna atau gangguan neurosis
noogenik (Bastaman, 2007;98).
2. Logoterapi Sebagai Metode Pengembangan Diri
Saat ini telah banyak pelatihan-pelatihan psikologi dalam rangka meingkatkan kualitas
diri dan pengembangan diri. Pelatihan-pelatihan ESQ, AMT, Brain Gym, Brain
Fitness, Quantum Teaching dan bentuk pelatihan psikologi lainnya sudah banyak
berkembang. Logoterapi sebagai salah satu aliran psikologi yang mempunyai teori yang khas
tentang manusia juga dapat diaplikasikan dalam bentuk pelatihan-pelatihan dalam rangka
pengembangan diri. Dalam aplikasinya dalam bentuk pengembangan diri, setidaknya
terdapat Logoanalysis dan Panca Cara Temuan Makna.

 Psikopatologi
Frankl memerinci asal mula berbagai bentuk psikopatologi. Sebagai contoh, beragam
neurosis kecemasan berawal dari kecemasan eksistensial. Seorang individu yang tidak
memahami bahwa kecemasannya muncul karena dia merasa tidak mampu memikul tanggung
jawab dan tidak menemukan makna kehidupan akan menggunakan rasa cemas dalam
menghadapi setiap kesulitan hidup.
Orang yang obsesif kompulsif adalah orang yang tidak memiliki rasa puas
sebagaimana yang dimiliki orang lain. Karena kesempurnaan dalam setiap hal adalah
mustahil, maka orang obsesif-kompulsif akan mengalihkan perhatiannya pada hal-hal yang
pernah mendatangkan masalah di masa lalu. Seorang terapis harus membantu pasiennya agar
bisa santai dan tidak melawan dorongan-dorongan pikiran dan tindakannya. Selanjutnya,
yang diperlukan pasien adalah menyadari bahwa keinginan segala sesuatunya akan berjalan
dnegan sempurna itu merupakan tindakan bodoh. Kemudian di perlahan-lahan didorong
belajar menerima sedikit ketidakpastian. Akhirnya, orang yang obsesif kompulsif dan orang
neurotic kecemasan pun pasti dapat menemukan makna kehidupan mereka.
Sama seperti psikolog eksistensial lainnya, Frankl juga menyadari pengaruh factor
genetic dan fisiologis terhadap psikopatologi. Dia menganggap depresi, misalnya, sebagai
akibat kurangnya vitalitas tubuh. Pada level psikologis, dia mengaitkan depresi dengan
perasaan ketimpangan yang kita rasakan ketika berhadapan dengan tugas-tugas yang berada
di luar kemampuan fisik atau mental kita. Pada level spiritual, Frankl melihat depresi sebagai
ketegangan antara seseorang sebagaimana adanya dengan bagaimana dia seharusnya.
Skizofrenia juga dipahami Frankl sebagai gangguan mental yang berawal dari
persoalan fisiologis. Skizofrenia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami dirinya
lebih sebagai objek, bukan sebagai subjek. Biasanya, ketika kita punya ide, kita menyadari
bahwa ide tersebut dating dari pikiran kita sendiri. Kitalah yang memilikinya. Tetapi pada
orang skizofrenik, karena alasan-alasan yang belum diketahui, mereka cenderung mengambil
perspektif pasif terhadap ide tersebut dan menganggapnya begaia suara-suara dari “luar”. Dia
seolah-olah sedang menonton dirinya dan mencurigainya. Dia merasakan dirinya secara pasif
sebagai objek yang dia lihat dan hakimi.

Referensi:

Baihaqi, MIF. 2008. Psikologi Pertumbuhan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Bastaman,


Hanna Djumhana. 2007.  Logoterapi: Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih
Hidup Bermakna. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. https://youtu.be/ADc_hOrnl5U

Anda mungkin juga menyukai