5. Proses Terapi
5.1. Tujuan Terapi
Terapi eksistensial dianggap terbaik sebagai undangan kepada klien untuk mengenali cara
pada saat mana mereka tidak menjalani kehidupan yang sepenuhnya otentik dan membuat pilihan itu
akan menyebabkan mereka menjadi sebagaimana mereka bisa. Tujuan terapi adalah untuk membantu
klien dalam bergerak menuju keaslian dan pembelajaran untuk mengenali kapan mereka menipu diri
mereka sendiri (van Deurzen, 2002a). Orientasi eksistensial berpendapat bahwa tidak ada jalan keluar
dari kebebasan karena kita akan selalu dianggap bertanggung jawab. Namun, kita dapat melepaskan
kebebasan kita, yang merupakan keaslian tertinggi. Terapi eksistensial bertujuan membantu klien
menghadapi kecemasan dan keterlibatan dalam tindakan yang didasarkan pada tujuan otentik untuk
menciptakan keberadaan yang layak. May (1981) berpendapat bahwa orang datang ke terapi dengan
ilusi mementingkan diri sendiri bahwa mereka di dalam hati diperbudak dan bahwa orang lain
(terapis) bisa Bebaskan bebaskan. Tugas terapi eksistensial adalah mengajarkan klien untuk
mendengarkan apa mereka sudah tahu tentang diri mereka sendiri, meskipun mereka mungkin tidak
hadir untuk apa yang mereka ketahui. Terapi adalah proses memunculkan gairah laten di klien
(Bugental, 1986). Ia mengidentifikasi tiga tugas utama terapi:
Membantu klien dalam mengenali bahwa mereka tidak sepenuhnya hadir dalam terapi
memproses sendiri dan melihat bagaimana pola ini dapat membatasi mereka di luar terapi.
Mendukung klien dalam menghadapi kecemasan yang telah lama mereka menghindari.
Bantu klien mendefinisikan kembali diri mereka sendiri dan dunia mereka dengan cara yang
menumbuhkan kontak dengan kehidupan yang lebih murni.
Peningkatan kesadaran adalah tujuan utama terapi eksistensial, yang memungkinkan klien
untuk menemukan bahwa ada kemungkinan alternatif di mana tidak ada yang dikenali sebelum. Klien
menyadari bahwa mereka mampu membuat perubahan dengan cara mereka berada di dunia.
5
Terapi Eksistensial oleh Viktor Frankl
(Syul Sondak, Emmanuel Paji Sopa, Perdianus Poida, Yanto Kansil)
Pertanyaan Penuntun
4. Jelaskan secara singkat dimensi dasar kondisi manusia yang sadar akan kematian dan ketiadaan.
Eksistensialis tidak memandang kematian secara negatif tetapi berpendapat bahwa kesadaran
akan kematian sebagai kondisi dasar manusia memberi makna pada kehidupan. Sebuah pembeda
karakteristik manusia adalah kemampuan untuk memahami realitas masa depan dan masa depan
keniscayaan kematian. Kita perlu memikirkan kematian jika kita ingin berpikir signifikan secara
serius tentang kehidupan. Dari perspektif Frankl, kematian seharusnya tidak dipertimbangkan
ancaman. Sebaliknya, kematian memberikan motivasi bagi kita untuk menjalani hidup kita
sepenuhnya dan manfaatkan setiap peluang untuk melakukan sesuatu yang bermakna.