Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ANALISIS TRANSAKSIONAL
MK Bimbingan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pembimbing: Erma Kumalasari, M. Psi, Psikolog

Disusun oleh:
Kelompok 9
Atalya Dheaputri W K5118014
Benediktus Ardian P K5118017
Cormaria Hafsah K5118021
Khalida Raekhana H K5118035
Mayvien Elisan Adi P K5118041
Vini Rosa Dewi K5118068
Yoga Pradana K5118074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
ANALISIS TRANSAKSIONAL

Pelopor awal Analisis Transaksional adalah Eric Berne (1910-1970). Eric


Berne mulai mengembangkan Analisis Transaksional ini sebagai terapi ketika ia
bertugas dalam Dinas Militer Amerika Serikat dan diminta untuk membuka sebuah
program terapi kelompok bagi para prajurit yang mendapatkan gangguan emosional
sebagai akibat yang diperoleh selama Perang Dunia ke-2.
Analisis Transaksional ini berevolusi dari ketidakpuasan Berne dengan
lambatnya psikoanalisis dalam menyembuhkan orang-orang dari masalah mereka. Pada
saat Berne sudah selesai dalam bertugas di Dinas Militer, Berne mulai melakukan
eksperimen penelitian yang sesungguhnya. Sehingga pada tahun 1950-an barulah Berne
mengenalkan hasil dari penelitiannya, Analisis Transaksional.
Analisis Transaksional (AT) merupakan psikoterapi transaksional yang dapat
digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih cocok dalam konseling kelompok.
Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan
jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Analisis Transaksional
berfokus pada keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan
kemampuan klien untuk membuat keputusan-keputusan baru. Analisis Transaksional
ini juga menekankan pada aspek-aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi
pada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-
keputusan baru dan mengubah cara hidupnya.

A. Konsep Dasar Analisis Transaksional


Pendekatan analisis transaksional berlandaskan suatu teori kepribadian yang
berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu
kerangka bagi analisis terhadap tugas kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua,
dewasa, anak. Sifat kontraktual proses terapeutik analisis transaksional cenderung
menyamakan kedudukan konselor dan klien. Karena menjadi tanggung jawab klien
untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Pada dasarnya, analisis transaksional
berasumsi bahwa manusia itu:
a) Manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya.
Manusia selalu berubah dan bebas untuk menentukan pilihannya. Ada tiga hal
yang membuat manusia selalu berubah, yaitu:
i. Manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama menderita”, karena
itu mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan perubahan.
ii. Adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak puas dengan
kehidupan yang monoton, meskipun tidak menderita bahkan
berkecukupan. Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh
atau bosan, karena itu individu terdorong atau berupaya untuk melakukan
perubahan.
iii. Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba. Hal ini
merupakan hasil AT yang dapat diamati. Banyak orang yang pada
mulanya tidak mau atau tidak tahu dengan perubahannya, tetapi dengan
adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru yang membuka cakrawala
barunya, maka ia menjadi bersemangat untuk menyelidiki terus dan
berupaya melakukan perubahan.
b) Manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemrograman awal. Manusia
dapat berubah asalkan ia mau. Perubahan manusia itu adalah persoalan di sini
dan sekarang (here and now). Berbeda dengan psikoanalisis, yang cenderung
deterministik, di mana sesuatu yang terjadi pada manusia sekarang di titik dari
masa lalunya. Manusia sekarang ini memiliki kehendak, karena itu perilaku
manusia sekarang adalah persoalan sekarang dan di sini. Meskipun ada
hubungannya dengan masa lalu, tapi bukan seluruhnya perilaku hari ini
ditentukan oleh pengalaman masa lalunya.
c) Manusia bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir dan memutuskan
untuk dirinya sendiri, mengungkapkan perasaan-perasaannya.
d) Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi
tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.
e) Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari
orang-orang lain.
f) Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah
berbuat sebagaimana yang diperintahkan.

B. Tujuan Konseling Analisis Transaksional


Tujuan dasar dari Analisis Transaksional adalah membantu klien dalam
membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan
arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa
kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatasi oleh keputusan-keputusan diri
mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara-cara hidup yang mandul
dan determistik. Inti dari konseling adalah menggantikan gaya hidup yang ditandai
oleh permainan yang manipulatif dan oleh skenario-skenario hidup yang
mengalahkan diri, dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh kesadaran,
spontanitas, dan keakraban.
Menurut Eric Berne, dalam bukunya yang berjudul “Principles of Group
Treatment” (1966) terdapat empat tujuan yang ingin dicapai dalam konseling analisis
transaksional, yaitu:
a) Konselor membantu klien yang mengalami kontaminasi (pencemaran) status ego
yang berlebihan.
b) Konselor berusaha membantu mengembankan kapasitas diri klien dalam
menggunakan semua status egonya yang cocok. Ini menyangkut dalam
memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat ditembus di antara status
egonya.
c) Konselor berusaha membantu klien di dalam mengembangkan seluruh status ego
dewasanya. Pengembangan ini pada hakikatnya adalah menetapkan penalaran
dan pemikiran individu. Untuk itu dibutuhkan kemampuan serta kapasitas yang
optimal dalam mengatur hidupnya sendiri.
d) Membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang
cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru, atau naskah hidup
(life script) yang lebih produktif.

C. Proses Konseling
a) Proses/Tahapan Konseling
Proses konseling Analisis Transaksional ini dilakukan tiap transaksi yang
dianalisis. Klien yang nampaknya mengelakkan tanggung jawab diarahkan untuk
mau menerima tanggung jawab pada dirinya sehingga klien dapat
menyeimbangkan egogram-nya, mendefinisikan kembali skripnya, serta
melakukan introspeksi terhadap yang dijalaninya.
Tahapan proses konseling dalam analisis transaksional yaitu :
1. Bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik
mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.
2. Pada bagian kedua baru mengajarkan klien tentang ego state-nya dengan
diskusi bersama klien.
3. Membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang
apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah ke arah
tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis.
Kontrak berbentuk pernyataan klien – konselor untuk bekerja sama mencapai
tujuan dan masing-masing terikat untuk saling bertanggung jawab. Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi dalam kontrak, yaitu:
1) Dalam kontrak, konselor dan klien harus melalui transaksi dewasa,
serta ada kesepakatan dalam menentukan tujuan-tujuan yang ingin
dicapai.
2) Kontrak harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: a)
pertimbangan pertama yaitu konselor memberikan layanan kepada
klien secara profesional (baik berupa kesempatan maupun keahlian);
b) pertimbangan kedua yaitu klien memberikan imbalan jasa kepada
konselor, dan menandatangani serta melaksanakan isi kontrak sesuai
dengan waktu atau jadwal yang telah ditetapkan.
3) Kontrak memiliki pengertian sebagai suatu bentuk kompetensi antara
dua pihak, yaitu konselor yang harus memiliki kecakapan untuk
membantu klien dalam mengatasi masalahnya dan klien harus cukup
umur dan matang untuk memasuki suatu kontrak.
4) Tujuan dari kontrak haruslah sesuai dengan kode etik konseling.
4. Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali
ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan
konseling.

b) Fungsi dan Peran Konselor


Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan
penyelamat dengan terlibat secara penuh dengan konseli (dalam Corey, 1986).
Konselor juga membantu konseli menemukan kondisi-kondisi yang tidak
menguntungkan di masa lalu dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya
(Corey, 1986).
Konselor membantu konseli menemukan kekuatan internalnya untuk
berubah dengan membuat keputusan yang sesuai sekarang (Goouling dan
Goulding, 1978 dalam Corey, 1986).
Inti pokok dari Analisis Transaksional terletak pada usaha konselor
menganalisis transaksi klien dengan teknik-teknik yang telah dirancang. Dengan
demikian sikap dan peranan konselor adalah:
1. Berusaha meletakkan tanggung jawab pada klien. Karena pada hakekatnya
setiap individu hendaknya bertanggung jawab atas kehidupannya, maka AT
juga mengarahkan agar pada diri klien tumbuh rasa tanggung jawab dan
kemampuan untuk mengambil tanggung jawab atas kehidupannya.
2. Menyediakan lingkungan yang menunjang. Untuk mencapai perubahan klien
atau keseimbangan klien, konselor berusaha sebagai penyedia fasilitas yang
mendorong terjadinya perubahan klien.
3. Memisahkan mitologi dengan realitas. Karena pengaruh, banyak klien
dipengaruhi oleh mitologi yang telah diadaptasinya sejak lama. Dalam
rangka memperbaiki kembali (memahami kembali) naskah kehidupan klien
itu, konselor AT mempunyai peranan untuk memisahkan mitologi yang
berpengaruh dalam naskah klien dengan realitas kehidupan yang sebenarnya.
4. Melakukan konfrontasi atas keanehan yang tampak. Keanehan atau keadaan
ego state klien yang tidak seimbang dapat diperbaiki konselor dengan
melakukan konfrontasi. Konselor hendaknya bisa membentuk dan
merekonstruksi menjadi seimbang.
Jadi, dengan melihat peranan dan sikap konselor di atas memperlihatkan
bahwa konselor dalam Analisis Transaksional bersifat aktif dan lebih banyak
menentukan jalannya konseling.
c) Pengalaman Konseli
Menurut Lutfi Fauzan (1994:51) Analisis transaksional didasarkan pada
asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya
pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau
menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Menurut Eric
Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan
ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan atau
jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
Terdapat tiga jenis ego state yang secara inheren eksis dalam diri setiap
individu. Ego state tersebut yaitu: ego state orang tua (parent), ego state anak-
anak (child), dan ego state dewasa (adult). Pada ego state orang tua, individu
merasakan kembali pengalaman yang individu imajinasikan bagaimana orang tua
kita merasa pada situasi tersebut, bagaimana orang tua bertindak. Ego state orang
dewasa adalah pemroses data. Hal ini ditandai dengan kesadaran bahwa data itu
penting dalam komunikasi. Ciri-ciri ego state ini adalah berpikir logis
berdasarkan fakta-fakta objektif dalam mengambil keputusan, diplomatis, tidak
emosional, dan lain sebagainya. Ego state anak-anak terdiri dari perasaan impuls
dan spontanitas, biasanya ditandai dengan spontan, memiliki kebutuhan,
perasaan, dan keinginan untuk berekspolari.
d) Hubungan Konselor dan Konseli
Menurut Lutfi Fauzan (1994:71) Konseling Analisis Transaksional pada
dasarnya merupakan upaya pemberian bantuan yang diarahkan untuk mencapai
perubahan menurut kontrak yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara Status
Ego Dewasa (SED) klien dan Status Ego Dewasa (SED) konselor baik mengenai
tujuan maupun psikis konseling.
Dalam proses konseling, konselor dan klien bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam kerja sama tersebut, konselor dan
klien melaksanakan tanggung jawab masing-masing sebagaimana telah
ditetapkan. Dalam hal ini konselor dan klien sama-sama aktif berupaya untuk
mencapai tujuan konseling. Hal ini menunjukkan bahwa konselor dan klien
memiliki kedudukan sejajar dalam proses konseling sesuai dengan tanggung
jawab masing-masing dalam upaya mencapai kesejahteraan klien sebagaimana
tertera dalam kontrak.
Kontrak di antara konselor dan konseli ini merupakan suatu ciri khas dalam
usaha konseli untuk mengadakan hubungan proses analisis tranksaksional.
Kontrak dalam analisis transaksional juga meliputi pernyataan tentang:
1. Harapan yang ingin dicapai klien dalam proses konseling.
2. Apa yang ingin dikerjakan konselor untuk membantu menfasilitasi
kemajuan klien.
3. Kondisi-kondisi yang perlu dipenuhi agar kontrak yang ditetapkan dapat
tercapai.
Kontrak dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk
memelihara arah konseling agar tetap berpusat pada tujuan yang ingin dicapai,
memberikan arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses
konseling, membantu membebaskan Status Ego Dewasa (SED) klien dari
kontaminasi, dan memperjelas hubungan konselor dengan klien.

D. Teknik Konseling
a) Tahap-tahap Konseling
1. Analisis Struktur (Structural Analysis)
Analisis struktural adalah alat yang digunakan individu untuk membantu
individu menjadi sadar atas isi dan fungsi ego state-nya (orang tua, dewasa dan
anak). Analisis struktur membantu konseli mengatasi bentuk ego state yang
membuatnya terhambat dan membantu menemukan ego state yang mendasari
tingkah laku sehingga konseli dapat menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Dua
masalah dalam kepribadian yang dapat dipertimbangkan dalam analisis
struktur, yaitu: kontiminasi atau perencanaan (contamination) dan ekslusi
(exclusion). Kontaminasi terjadi ketika isi dari ego state bercampur dengan
ego state lainnya. Kontaminasi terjadi bila ego state anak (child) dan ego state
orang tuanya (parent) memasuki batasan ego state dewasa (adult) sehingga
mengganggu kejernihan pikiran dan fungsi ego state dewasa. Sedangkan
ekslusi terjadi bila satu ego state memblokade ego state yang lain dan tidak
memperbolehkan perpindahan antara ego state dengan ego state lainnya.
2. Analisis Transaksi (Transactional Analysis)
Analisis transaksi adalah jantung dari pendekatan analisis transaksional.
Transaksi didefinisikan sebagai sebuah unit dalam sebuah komunikasi manusia
atau sebagai hubungan stimulus-respons antara dua orang ego state. Pada
dasarnya, analisis transaksi adalah deskripsi dari apa yang dilakukan dan
dikatakan oleh dirinya dan orang lain. Analisis transaksional dikelompokkan
menjadi tiga kategori, yaitu: transaksi komplementer (complementary
transaction), transaksi bersilang (crossed transaction), dan transaksi ulterior
atau terselubung (ulterior transaction).
1) Transaksi Komplementer (Complementary Transaction)
Transaksi komplementer dideskripsikan oleh Berne sebagai “the
natural order of healthy human relationship” yaitu bentuk nyata
hubungan antar manusia secara sehat, ketika stimulus dan respons datang
dari ego state yang diinginkan.
2) Transaksi bersilang (Crossed Transaction)
Transaksi terjadi ketika pesan disampaikan dari satu ego state dan
mendapatkan respons dari ego state yang tidak diharapkan.
3) Transaksi Terselubung (Ulterior or Covert Transaction)
Transaksi yang kompleks yang melibatkan dua atau lebih ego state
dan pesan yang disampaikan tidak jelas.
3. Analisis Naskah Hidup (Scripts Analysis)
Naskah psikologis adalah program yang terjadi pada individu yang
berkelanjutan seperti drama kehidupan dan hal ini mendikte perjalanan hidup
individu. Manusia–secara sadar atau tidak sadar–bertingkah laku kompulsif
tergantung program tersebut. Menurut Berne, naskah hidup adalah rencana
hidup yang dipilih oleh anak pada masa kehidupannya berdasarkan pesan yang
diterima oleh anak dari orang tuanya. Berne percaya bahwa naskah hidup
mempunyai lima komponen, yaitu (1) arahan dari orang tua, (2) perkembangan
kepribadian yang berhubungan dengan individu, (3) keputusan masa kanak-
kanak yang disesuaikan dengan diri, (4) ketertatarikan pada kesuksesan atau
kegagalan, dan (5) bentuk tingkah laku.
4. Analisis Game
Terdapat tiga peran dalam analisis games, yaitu persecutor, victim, dan
recuer. Dalam permainan tidak ada pemenang, semua pemain kalah. Analisis
transaksional berpandangan bahwa games adalah pertukaran strokes yang
mengganti perasaan yang tidak menyenangkan dan meningkatkan naskah
hidup. Dalam melakukan analisis games, konselor melakukan rackets. Rackets
adalah perasaan tidak menyenangkan yang dialami individu setelah bermain
games. Hal ini berupa perasaan kronis yang dipertahankan individu karena
perasaan ini kerap sekali dirasakan bersama orang tua karena perasaan individu
ketika masa kecil. Rackets terdiri dari calling up dan koleksi perasaan yang
digunakan individu untuk menjustifikasi naskah hidup dan keputusan. Analisis
games dan rackets adalah aspek penting dalam memahami transaksi dengan
orang lain.
b) Teknik-teknik Konseling
1. Permission (Pemberian Kesempatan), dalam konseling kesempatan ini
diberikan kepada klien untuk; 1) menggunakan waktunya secara efektif tanpa
melakukan ritual pengunduran diri; 2) mengalami semua status ego yang
biasanya dilakukan dengan mendorong klien menggunakan kemampuan
Status Ego Dewasa untuk menikmati kehidupan; 3) tidak memainkan
permainan dengan cara tidak membiarkan klien memainkannya.
2. Protection (Proteksi), klien mungkin akan merasa ketakutan setelah ia
menerima kesempatan untuk menghentikan perintah-perintah orang tua dan
menggunakan Status Ego Dewasa dan Status Ego Anak.
3. Potency (Potensi). Seorang konselor bukan ahli sihir, melainkan orang yang
tahu apa yang akan dilakukan dan kapan melakukannya. Oleh karena itu
kemampuan konselor terletak pada keahliannya, sehingga keterampilan
tersebut efektif secara optimal.
KESIMPULAN

Analisis Transaksional (AT) merupakan psikoterapi transaksional, yang umumnya


cocok digunakan pada konseling kelompok. Analisis Transaksional berfokus pada
keputusan-keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien
untuk membuat keputusan-keputusan baru. Tujuan dasar dari Analisis Transaksional
adalah membantu klien dalam membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut
tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya.
Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang
menyatakan dengan jelas tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Kontrak dalam
proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk memelihara arah konseling agar
tetap berpusat pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor
maupun klien, mengukur kemajuan proses konseling, membantu membebaskan Status
Ego Dewasa (SED) klien dari kontaminasi, dan memperjelas hubungan konselor
dengan klien.
Tahapan konseling dalam Analisis Transaksional antara lain: 1) analisis struktural,
2) analisis transaksional, 3) analisis naskah hidup, dan 4) analisis game. Adapun teknik-
teknik dalam konseling Analisis Transaksional yaitu Permission (Pemberian
Kesempatan), Protection (Proteksi), dan Potency (Potensi).
DAFTAR PUSTAKA

Hutagalung, R. P. A. S. Konseling Analisa Transaksional. Universitas Mercu Buana.


Diakses dari :
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132319838/pendidikan/14.+Bahan+Ajar+10
+konseling+eric+berne.PDF
________. Psikologi Konseling. Universitas Mercu Buana. Pusat Bahan Ajar dan
Elearning.
Teori Bimbingan dan Konseling - Analisis Transaksional. Diakses dari :
https://pembelajaranbimbingandankonseling.blogspot.com/2016/11/teori-
analisis-transaksional.html

Anda mungkin juga menyukai