Anda di halaman 1dari 17

PERILAKU MENCONTEK DAN

UPAYA PENANGGULANGAN

• Nurul Hikmatus Sholikhah 17104244016


• Muhammad Irfan Kusnadi 17104241041
• Cempaka Nur Fatimah 17104244009
• Laila Latifah Istiqomah 17104241017
• Lisda Fiani Widyaningsih 17104241020
Pengertian mencontek
 Menyontek berasal dari kata dasar “sontek”
yang berarti mengutip atau menjiplak.

 Menurut KBBI karangan W.J.S. Purwadarminta,


menyontek: mencontoh, meniru, atau mengutip
tulisan, pekerjaan orang lain sesuai dengan
yang aslinya.
Gejala mencontek
1. Prokrastinasi (menunda) dan Self-efficacy.
2. Kecemasan yang Berlebihan.
3. Motivasi Belajar dan Berprestasi.
4. Keterikatan pada Kelompok.
5. Keinginan akan Nilai Tinggi.
6. Pikiran Negatif.
7. Harga Diri dan Kendali Diri.
8. Perilaku Impulsive dan Cari Perhatian.
Pengelompokan Perilaku Mencontek
Menurut Hetherington and Feldman (1964;
dalam Dody Hartanto, 2012:17).
a) individual-opportinistic,

b) independent-planned,

c) social-active,
d) social-passive,
Bentuk dari Perilaku Mencontek,
Menurut Dody Hartanto (2012:37)
 Menggunakan bahan yang tidak sah pada setiap
kegiatan akademik
 membuat informasi, referensi atau hasil dengan
menipu orang lain
 Plagiat
 membantu orang lain untuk terlibat dalam perilaku
menyontek.
Bentuk- Bentuk Mencontek

Perilaku menyontek yang dilakukan oleh siswa:


 Menyontek dengan usaha sendiri:membuat catatan

sendiri, membuka buku saat ujian, membuat coretan


di kertas kecil, rumus di tangan, dan bisa juga
dengan cara mencuri jawaban teman.
 Menyontek dengan kerjasama: membuat
kesepakatan terlebih dahulu dan membuat kode-
kode tertentu atau meminta jawaban dari teman.
Faktor- Faktor Umum yang Menyebabkan
Terjadinya Perilaku Mencontek

Hutton, 2006; Donald P. French, 2006; dalam


Dody Hartanto, 2012:31-32):
 Adanya kemalasan pada diri seseorang.

 Merasa cemas.

 Melihat perilaku menyontek bukan hal yang salah

dan merugikan.
 Yakin bahwa perilakunya tidak akan diketahui.
Faktor Internal Mencontek
 Tingkat Kecerdasan yang  Penilaian Tentang
Rendah. Menyontek.
 Tidak Adanya Motivasi  Sering Menunda-nunda
Berprestasi. Pekerjaan.
 Sikap Belajar .  Keberanian.
 Self-efficacy (Keyakinan  Keinginan Menghindari
Diri) yang Rendah. Kegagalan.
 Self-concep (Konsep Diri)  Cara Belajar yang Buruk.
yang Rendah.  Mempunyai Moral yang
 Keinginan untuk Mendapat Rendah.
Nilai Tinggi.
 Tidak Adanya Usaha untuk
Belajar.
Faktor Eksternal Mencontek
 Tuntutan yang Berlebihan dari Orang Tua.
 Pola Asuh Orang Tua.
 Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar
dengan baik.
 Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati
dari text book.
 Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru.
 Teman sebaya di sekolah memiliki pengaruh yang besar
terhadap perilaku menyontek.
 Peraturan sekolah yang longgar terhadap perilaku
menyontek membuat siswa tidak akan berhenti menyontek.
Dampak Perilaku Menyontek
1. Perilaku menyontek dapat mendidik siswa untuk berbohong.
2. Siswa tidak menghargai proses belajar.
3. Melahirkan koruptor, penipu, plagiator, dan penjahat yang
menghalalkan segala cara.
4. Tidak mau berusaha sendiri dan selalu mengandalkan
orang lain.
5. Malas belajar, malas berpikir dan merenung, malas
membaca dan tidak suka meneliti.
6. Membodohi diri sendiri.
7. Mempunyai kepercayaan diri yang rendah.
Upaya Mengatasi Mencontek
Diri Sendiri:
a. Bangkitkan Rasa Percaya Diri (Self-efficacy).
b. Arahkan Self-consept ke Arah yang Lebih Proporsional.
c. Biasakan Berpikir Lebih Realistis .
Guru:
 Membentuk hubungan saling menghargai antara guru dengan

siswa.
 Melatih siswa bertindak jujur dan tanggung jawab.

 Mengembangkan kebiasaan dan keterampilan belajar yang

baik dan menolong siswa merencanakan, melaksanakan cara


belajar siswa.
Sekolah:
a. Mengurangi perilaku ketidak siapan siswa dalam
menyikuti pelajaran.
b. Memberikan penegasan atau penguatan tentang
pentingnya integritas akademik.
c. Mendorong kecintaan belajar.
d. Memperlakukan siswa sebagai diri mereka sendri.
Orang Tua:
a. Memperhatikan dan mengontrol proses belajar
anak.
b. Jangan menggunakan pola asuh yang otoriter.
Guru BK atau Konselor
1. Konseling Kognitif Prilaku (KKP).
Konseling Kognitif perilaku digunakan untuk
menangani masalah kecemasan pada siswa. Salah
satunya kecemasan yang akhirnya menyebabkan
siswa menyontek.
Teknik Konseling Kognitif Perilaku (KKP) oleh
Bond (2004; dalam Dody Hartanto, 2012:56)

a) Restrukturisasi kognitif, yang menckup terapi emosi


rasional, pengajaran diri, dan terapi kognitif.
b) Terapi keterampilan dalam menangani situasi
yang meliputi pemodelan tertutup, latihan
pengolahan kecemasan, dan suntikan stres.
c) Terapi pemecahan masalah yang berisikan
pemecahan masalah perilaku dan kepercayaan
diri.
2. Konseling REBT(Rasional Emotive
Behavior Therapy). Berbasis Kelompok.

Ditekankan pada kognisi, perilaku dan aksi


yang lebih mengutamakan berpikir, menilai,
menentukan, menganalisis dan melakukan sesuatu.
Hal ini berkaitan dengan menghilangkan
penilaian yang salah oleh siswa terhadap perilaku
menyontek.
Menurut Gladding (2004; dalam Dody
Hartanto, 2012:60) dapat menggunakan bebagai
macam teknik.
1. (teaching) Mengajari
Menyangkut memberikan pemahaman tentang
ide dasar REBT dan memahami bahwa pikiran
bertautan dengan emosi dan perilaku.
2. (disputing) menantang
Terbagi menjadi menantang pemikiran atau
keyakinan, imajiner, dan perilaku.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai