Anda di halaman 1dari 23

HAMBATAN-HAMBATAN BUDAYA

MAKALAH

KONSELING LINTAS BUDAYA

Dosen Pengampu : Hayu Stevani, M.Pd

Kelompok 6 X7C

Nama NPM

Asih Sahara 201701500450


Enni Kurniawati 201701500395
Evawanti 201701500419
Ii Rosidin 201701500509
Jumadi Suryaman 201701500523
Nunung Nurkilah 201701500398

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU

PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN SOSIAL

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur kami ucapkan atas segala nikmat sehat dan
karuniaNya sehingga penulisan makalah ini sebagai tugas kelompok untuk mata
kuliah Konseling Lintas Budaya dapat terselesaikan tepat pada waktunya serta
tidak menemui kendala yang berarti dalam proses pengerjaannya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal atas kerjasama seluruh
anggota kelompok kami, sehingga dalam proses penyusunannya berjalan dengan
lancar, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Hayu Stavani, M.Pd atas
kesempatan dan bimbingannya dalam penyusunan tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa tiada kesempurnaan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca, agar menjadi pemikiran serta bahan untuk
perbaikan di masa mendatang, akhir kata, kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan menambah wawasan
pembaca.

Jakarta, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Fokus Individual........................................................................ 3
B. Ekspresi Verbal, Emosi, Perilaku.............................................. 4
C. Ekspresi Non Verbal ................................................................ 8
D. Pengetahuan.............................................................................. 9
E. Keterbukaan Diri...................................................................... 10
F. Pola Komunikasi....................................................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Simpulan................................................................................... 16
B. Saran.......................................................................................... 17
C. Daftar Pustaka........................................................................... 18
ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen dalam


berbagai aspek seperti keberagaman suku, agama, bahasa, adat istiadat dan
sebagainya. Sementara itu, perkembangan dunia yang semakin pesat
menuntut manusia harus berinteraksi dengan pihak lain yang menuju kearah
global, sehingga tidak memiliki lagi batas-batas sebagai akibat dari
perkembangan teknologi.

Oleh karena itu, masyarakat harus siap untuk menghadapi situasi-


situasi baru dengan beragaman kebudayaan atau lainnya. Antara komunikasi
dan interaksi harus berjalan anatara satu dengan yang lainnya. Dalam
berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan sering kali
menemui masalah atau hambatan-hambatan bahkan dapat memicu
terjadinya konflik, misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-
lambang nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya.

Pada hal syarat untuk terjalinya hubungan itu tentu saja harus ada
saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu dengan
lainnya. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik.
Budaya menjadi bagiandari prilaku komunikasi dan pada gilirannya
komunikasi pun turut menentukanmemelihara, mengembangkan atau
mewariskan budaya. Pada satu sisi, komunikasimerupakan suatu mekanisme
untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara
horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara
vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya.

1
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas maka dapat kita rumuskan


beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Fokus Individual?
2. Apa yang dimaksud dengan Ekspresi, Verbal, Emosi, Perilaku?
3. Apa yang dimaksud dengan Ekspresi Non Verbal?
4. Apa yang dimaksud dengan Pengetahuan?
5. Apa yang dimaksud dengan Keterbukaan Diri?
6. Apa yang dimaksud dengan Pola Komunikasi?

C. Tujuan
Dari latar belakang diatas tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fokus individual


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud denga ekspresi, verbal, emosi
dan perilaku
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ekspresi non verbal
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengetahuan
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keterbukaan diri
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pola komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fokus Individual

Sebagian besar bentuk konseling menerapkan individual centered.


Individualisme, otonomi, dan kemampuan menjadi diri sendiri dianggap
sebagai sikap yang sehat dan tujuan yang diharapkan. Kalau melihat
perkembangan manusia yang disampaikan oleh sebagian besar teori Eropa-
Amerika, kita tahu bahwa mereka menekankan pada “individualisasi”
sebagai perkembangan yang sehat dan normal. Pederson mencatat bahwa
tidak semua budaya memandang individualisme sebagai orientasi yang
positif tetapi dianggap sebagai cacat dimana tujuan spiritual adalah penting.
Dalam banyak budaya dan kelompok masyarakat menekankan pada
kekuatan keluarga, kelompok atau masyarakat. Dalam budaya Asia
Amerika, identitas seseorang dihubungkan dengan keluarga konstilasi.
Artinya sesorang bertindak berdasarkan kebiasaan atau hukum keluarga.
Dengan demikian dia tidak bisa menjadi diri sendiri.
Dalam budaya menganggap kolektifitas dipandang lebih baik dari
pada individualism. Contoh, orang Asia Amerika menyapa
dengan,”Bagaimana kabar keluargamu.” Sangat kontras dengan orang
Amerika asli menyapa sesama dengan, “Apa kabarmu?” Yang pertama
menekankan pada kelompok dan yang kedua menekankan pada perpektif
individu.
Ekspresi sikap dalam konseling sangat mempengaruhi dalam orientasi.
Konselor dan konseling yang gagal membedakan antara penggunaan
kolektifitasan dan individualisme akan menghadapi masalah dalam
konseling. Banyak klien Asia yang mengatakan saya tidak dapat
menyelesaikan masalah saya sendiri, saya perlu membicarakannya dengan
keluarga. Bagi sebagian orang yang lain ini dianggap tidak dewasa. Setelah

3
4

itu, konseling ditujukan untuk membantu seseorang dapat menyelesaikan


masalah klien sendiri dengan cara yang “dewasa” dan “bertanggung jawab.”
B. Ekspresi Verbal / Emosional/ Tingkah laku

Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah bentuk


komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara
tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar
sebagaimana perbedaan komunikasi verbal dan non verbal . Karena
kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan
secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik
pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang
disampaikan.
Komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan
menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui
telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan
secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses
penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media
surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain. Komunikasi verbal merupakan
jenis komunikasi yang paling tradisional dan paling sering dilakukan oleh
manusia.
Komunikasi verbal tidak selalu berjalan efektif dan mulus begitu saja
sebagaimana gangguan komunikasi verbal pada pasien stroke . Tentunya
didalamnya terdapat hambatan-hambatan yang bisa saja menjadikan proses
komunikasi tidak efektif. Hambatan-hambatan tersebut dapat berasal dari
berbagai faktor bisa dari dalam atau dari luar. Untuk mengetahui lebih jelas
mengenai berbagai jenis hambatan ini maka berikut:
13 Hambatan Dalam Komunikasi Verbal yang paling sering terjadi di
masyarakat , selengkapnya.
1. Informasi yang tidak jelas atau bias, informasi bias atau tidak jelas
tentunya menjadi salah satu hembatan dalam komunikasi. Sebab
dalam komunikasi terjadi pertukaran informasi yang kemudian
5

menjadikan interaksi dan adanya timbal balik sebagaimana cara


berkomunikasi dnegan baik . Tentunya akan berbeda cerita jika
informaai yang disajikan tidak jelas atau tidak dapat dimengerti oleh
pihak lain. Tentunya komunikasi efektif yang diharapkan akan tidak
dapat terjadi sebagaimana mestinya.
2. Sikap meremehkan, komunikasi yang terjalin tidak hanya didasarkan
oleh informasi yang dipertukarkan, namun juga hubungan
interpersonal antara dua belah pihak yang menjalankan komunikasi
sebagaimana fungsi komunikasi verbal . Adanya sikapsaling
meremehkan baik oleh satu atu oihak lainnya akan bisa menjadi salah
satu hambatan dalam komunikasi. Secara nyata pihak yang
meremehkan akan enggan bernagai atau bahkan mendengar info dari
pihak yanh bersangkutan. Maka dalam hal ini pastilah tidak akan
menimbulkan komunikasi yang ideal malah dapat plberujung pada
salah paham dan konflik antar keduanya.
3. Adanya batasan karakteristik, dalam komunikasi, karakeristik antara
kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi verbal atau
komunikasi lisan tentunya juga menjadi faktor penentu. Sebab,
bebrapa orang mekiliki karakter yang kemudian tidak bisa diajak
berkomunikasi secara verbal. Misalnya mohon maaf mereka
penyandang disabilitas tuli, bisu atau juga yang memiliki keterbatasan
dalam berbicara. Tentu saja kondisi ini kemudian berpengaruh dalam
komunikasi verbal, bahkan hal ini bisa menjadi hambatan tersendiri.
4. Ketidakmampuan menggunakan bahasa tubuh, bahasa tubuh atau
body languinge menjadi salah satu cara yang biasa digunakan dalam
sebuah komunikasi verbal sebagai komunikasi dua arah . Biasanya
bahasa tubuh berfungsi untuk menjelaskan atau mempertegas sesuatu.
Sehingga dengan demikian maka komunikasi antar kedua belah pihak
dapat berjalan lancar dan tidak timbul miss komunikasi. Namun,
terdapat fakta dimana keerbatasan atau ketidakmampuan dalam
6

penggunaan body languange akan bis menyebabkan hambatan dalam


komunikasi verbal.
5. Kesulitan menyusun kata-kata, komunikasi verbal didasarkan pada
pola penyusuna kata-kata menjadi kalimat yang kemudian diucapkan
dan diolah menjadi bahasa yang bisa dipahami oleh pihak lain
sebagaimana penggunaaan komunikasi verbal dalam bahasa tertulis .
Namun, tentunya setiap individu memiliki keterbatasan erutama dalam
kemampuan menyusun kata-kata. Ada yang mahir, pintar, jago atau
bahkan ada yang kemampuan menyusun kata-katanya sangat kurang
tentu saja hal ini dapat menimbulkan dan menjadikan hambatan dalam
sebuah komunikasi terlebih lagi komunikasi verbal.
6. Sulit berekspresi dengan kata-kata, ekspresi menjadi salah satu hal
penting dalam sebuah komunikasi verbal yang terjalin. Sebab ekspresi
dapat memberikan penekanan dan gambaran terhadap apa yang
diungkapkan. Terlebih lagi bisa dikatakan bahwa komunikasi
merupakan bagian dari perqakilan kata atau kalimat yang mungkin
todak dapat diucapkan. Jika seseorang tidak mampu mengekspresikan
apa yang ingin ia sampaikan atau utarakan, maka hal tersebut bisa
menghambat komunikasi yang terjalin.
7. Keterbatasan dalam menyusun kalimat, keterbatasan dalam menyusun
kalimat juga dapat menjadi hambatan tersendiri dalam komunikasi
verbal baik dalam komunikasi langsung dan tidak langsung . Sebab,
kalimat yang tidak jelas baik dari segi pengucapannya atau juga
maknanya tentu akan bisa menimbulkan berbagai makna. Sehingga
tentunya dapat ditafsirkan dalam beberapa hal. Padahal apa yang ingin
disampaikan tadi tidak sama dengan apa yang ditangkap puhak lain.
Inilah mengapa penggunaan kalimat yang tepat amat penting dalam
efektifitas komunikasi yang terjalin.
8. Kesulitan dalam berbicara, seseorang yang mengalami kesulitan
dalam berbicara tentu akan kesulitan untuk dalam berkomunikasi
secara verbal berbeda dengan fungsi komunikasi non verbal . Sebab
7

dalam komunikasi verbal lebih banyak menggunakan kalimat yang


diucapkan melalui mulut. Tentu saja hal ini dapat menjadi
penghambat dalam komunikasi yang terjalin. Apalagi jika komunikasi
terjalin dengan mereka yang tidak biasa menghadapi kondisi yang
demikian.
9. Gagap, gagap merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut
seseorang yang memiliki kemampuan bicara yang kurang. Bukan
berarti seorang yang gagap tidak dapat berbica namun lebih kepada
gaya bicara dan bahasanya sulit dimengerti. Hal ini disebabkan oleh
kosa kata yang terpotong-potong sehingga tidak jelas untuk didengar.
Karena kondisi demikian maka tentu dapat menjadi salah satu
hambatan dalam komunikasi verbal.
10. Tidak tepat dalam menggunakan bahasa, bahasa merupakan salah satu
yang familiar dan merupakan kunci utama dalam sebuah komunikasi.
Bahasa yang sama akan bisa membuat komunikasi lebih efektif dan
mudah dimengerti. Sebaliknya perbedaan bahasa bisa menjadi salah
satu penghambat dalam komunikasi. Hal ini tidak lain disebabkan oleh
perbedaan makna terhadap bahasa yang digunakan, maka salah-salah
menggunakam bahasa malah akan bisa memunculkam masalah dalam
komunilasi verbal.
11. Tidak dapat berbicara, sebagaimana yang telah disinggung dalam poin
awal, bahwa komunikasi verbal berlangsung karena kedua belah pihak
yang saling bertukar informasi melalui pembicaraan. Tentu daja dalam
hal imi modal utama yang harus dimiliki adalah tidak lain kemampuan
dalam bicara. Bagi mereka yang memiliki keterbatasan dalam berbica
pastinya akan memperoleh hambatan. Terlebih lagi jika komunikasi
verbal dilakukam dengan ilorang lain yang barunpertama kali
bertemu.
12. Stereotip, stereotip bisa diattikan sebagai sikap diskriminatif dimana
pandangan ini merupakan pandangan yang merendahkan kelompok
atau pihak lain. Dalam hal ini stereotip dalam menjadi penghambat
8

dalam terjalinnya komunikasi verbal. Sebab pandnagan merendahkam


terhadap pihak lain malah akan merenggangkan komunikasi yang
terjalin.

13. Adanya polarisasi, polarisasi sendiri merukapan sebuah proses yang


sering terjadi dimasyarakat. Dimana dua kelompok masyarakat dan
terbagi dan saling berlawanan. Sehingga tentu saja hal ini bukan saja
menghambat komunikasi verbal antara keduanya. Tetapi juga dapat
menimbulkan masalah atau konflik yang lebih luas dan lebar.

Tiga belas hambatan dalam komunikasi verbal yang paling sering


terjadi di masyarakat. Tentunya hal ini harus diminimalisir guna
memperkecil terjadinya gesekan akibat dari kurangnya komunikasi
sebagaimana terdapat dalam prinsip motivasi dalam komunikasi lisan .
Sebab faktanya sudah banyak konflik yang disebabkan oleh hal ini. Semoga
artikel ini dapat bermanfaat.
Konselor yang mengandalkan ekpresi verbal, emosional, dan
tingkah laku berarti mereka tidak sadar bahwa mereka sedang menggunakan
budaya mereka sendiri. Ini disebut dengan ciri konseling arogan tidak
hanya kepada nilai status social yang lebih rendah tetapi juga pada budaya
lain. Wood mengingatkan bahwa konselor perlu memahami ketrampilan
yang dimiliki oleh klien.

C. Ekspresi Nonverbal

Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak


berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya
adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika
pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat
tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja
pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan
pesan kepada penerima pesan.
9

Dalam relasi antara konselor dan konseli terjadi perilaku nonverbal


(bahasa lisan) yang didalamnya juga terdapat perilaku nonverbal. Bahasa lisan
seseorang bisa saja bertentangsn dengan perilaku nonverbal seseorang dan
mungkin pula perilaku nonverbal itu menjadi pendukung dalam bahasa lisan.
Perilaku nonverbal ialah mencakup segala ungkapan yang tidak disadari klien
dalam bentuk gerak isyarat, gerak tubuh, air muka, nada atau getaran suara, dan
tarikan nafas.
Perilaku nonverbal sangat diperlukan oleh konselor untuk memahami
atau memperjelas makna bahasa lisan yang diucapkan seorang klien. Disamping
itu, walaupun klien tidak bicara, seharusnya konselor sudah dapat membaca
bahasa tubuhnya, sehingga dapat melahirkan sikap konselor yang empati,
memahami dan menghargai klien atau konselinya.

D. Pengetahuan/Pemahaman

Konseling dapat dikatakan berhasil dan dipandang sah sebagai suatu


proses interaksi interpersonal, komunikasi, dan pengraruh budaya. Jika
terjadi konseling efektif, maka antara konselor dan klien harus dapat
mengirim dan menerima inforrmasi.
Sementara kegagalan dalam konseling litas budaya sering terjadi
antara anggota budaya yang berbeda, Hambatan ini makin diperburuk
ketika seorang konselor dengan pemahaman serta pengetahuan budaya yang
sangat terbatas.
Pemahaman budaya yang terbatas akan sangat mempengaruhi proses
konseling, benturan budaya sering terjadi antara konseling dengan klien
dengan latar belakang budaya yang berbeda.
Perlu diketehui bersama bahwa salah satu hal penting dalam sebuah
konseling adalah dengan memahami pribadi baik itu dari konselor pada
klien maupun sebaliknya. Memahami keunikan budaya mengandung
pengertian bahwa klien sebagai individu yang unik yang membawa
karatersitik budaya nya sendiri. Bahwa terjadi bias pada nilai nilai pada
klien ini, dan mungkin bertolak belakang dengan nilai nilai budaya yang
10

selama ini dikembangkan di lingkungannya. Hal ini perlu dipahami oleh


konselor. Karena apapun yang dibicarakan dalam konseling tidak bisa lepas
dari individu itu sendiri, Maka harus dipertimbangkan apakah ada alasan
alasan sosial politik, budaya, atau biologis untuk gejalanya.
Karakteristik dari konseling, yang dapat memicu hambatan budaya yang
beragam, telah diidentifikasi pada awal tahun 1970 (WD Sue & Sue D.,
1972).

1. Konselor cenderung menuntut klien mereka untuk menunjukan sikap


keterbukaan diri, Kebanyakan teori membantu menempatkan premi
yang tinggi pada kemampuan ekspresi verbal, emosional, dan
perilaku.
2. Konseling secara tradisional cenderung mendorong klien untuk
berbicara tentang aspek yang paling intim dari kehidupan mereka,
karena konselor belum memahami budaya yang dianut oleh klien
selama ini.
3. Situasi konseling sering bersifat ambigu, karena kerterbatasan
konselor dalam memahami budaya yang dianut klien.
4. Isu budaya
Dalam proses konseling, konselor harus berhati-hati dalam
interkasinya dengan klien, karena banyak isu-isu budaya yang
dijungjung tinggi oleh klien dan itu berpengaruh pada lingkungan
klien.
Sebagai contoh, Klien dengan budaya patiarkis yang sangat kuat akan
sangat menyinggung pada salah satu kepala keluarga karena konselor
hanya akrab dengan anaknya yang mampu berbahasa nasional, Ini
dinilai “lancang” atau “pamali” karena melangkahi otoritas kepala
keluarga atau yang disepuhkan.

E. Keterbukaan Diri
11

Dalam pelaksanaan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan,


baik keterbukaan dari konselor maupun keterbukaan dari konseli.
Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari
luar, malahan lebih dari itu, diharapkan masing-masing pihak yang
bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan
masalah. Individu yang membutuhkan bimbingan diharapkan dapat
berbicara sejujur mungkin dan berterus terang tentang dirinya sendiri
sehingga dengan keterbukaan ini penelaahan serta pengkajian berbagai
kekuatan dan kelemahan si terbimbing dapat dilaksanakan

Barker dan Gaut (dalam Wahyudi, 2004:21) mengemukakan bahwa


keterbukaan konseli adalah kemampuan seseorang menyampaikan informasi
kepada konselor yang meliputi pikiran/pendapat, keinginan, perasaan
maupun perhatian. Crider (dalam Wahyudi, 2004:38) senada mengatakan
bahwa keterbukaan konseli meliputi pikiran, pendapat, dan perasaan.
Dengan mengungkapkan keberadaan diri kepada konseli, maka konseli
merasa dihargai, diperhatikan, dan dipercaya, sehingga hubungan
komunikasi akan semakin akrab. Winkel (2007:82) mengatakan bahwa
keterbukaan konseli diungkapkan melalui ekspresi seseorang dalam
menyampaikan informasi secara verbal maupun non verbal.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian keterbukaan


konseli adalah sebagai kemampuan konseli dalam menyampaikan
ungkapan/pernyataan diri secara lebih mendalam secara 42 verbal dan non
verbal kepada konselor untuk menjalin komunikasi semakin akrab.

F. Pola Komunikasi

Menurut Effendi M. Yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah


proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-
unsur yang dicakup beserta keberlangsungannya, guna memudahkan
pemikiran secara sistematis dan logis.
12

Pola komunikasi identik dengan proses komunikasi, karena pola


komunikasi merupakan bagian rangkaian aktifitas menyampaikan pesan.
Sehingga diperoleh feedback (umpan balik) dari penerima pesan. Dari
proses komunikasi, akan timbul pola, model, bentuk, dan juga bagian-
bagian kecil yang berkaitan erat dengan komunikasi .Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi diartikan sebagai gambaran
hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan
pesan dengan cara yang tepat, sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Di sini akan diuraikan proses komunikasi yang sudah masuk
dalam kategori pola komunikasi yaitu : pola komunikasi primer, pola
komukasi skunder, pola komunikasi linear, dan pola komunikasi sirkular.

1. Pola komunikasi primer


Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian
pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan
suatu lambang sebagai media atau saluran .dalam pola ini terbagi
menjadi 2 lambang yaitu lambang verbal dan lambang non verbal.
a. Lambang verbal
Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling
banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa
yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai
hal atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun yang abstrak,
yang terjadi masa kini, masa lalu dan masa yang akan datang.
b. Lambang non verbal
Lambang non verbal adalah lambang yang dipergunakan dalam
komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya isyarat dengan
anggota tubuh, antara lain kepala, mata, bibir,tangan dan jari.
2. Pola komunikasi skunder
Pola komunikasi skunder adalah penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
13

pertama. Komunikator menggunakan media kedua ini karena


komunikan yang dijadikan sasaran komunikasinya jauh tempatnya
atau banyak jumlahnya atau kedua-duanya, jauh dan
banyak.Komunikasi dalam proses secara sekunder ini semakin lama
semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi
komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang pula oleh
teknologi-teknologi lainnya yang bukan teknologi komunikasi.
3. Pola komunikasi linear
Makna linear adalah lurus. Jadi proses linear berarti perjalanan
dari satu titik ke titik lain secara lurus.Dalam kontek komunikasi,
proses cara linear adalah proses penyampaian pesan olek komunikator
kepada komunikan sebagai titik terminal.Komunikasi linear ini
berlangsung baik dalam situasi komunikasi tatap muka (face to face
communication) maupun dalam situasi komunikasi bermedia
(mediated communication).
Komunikasi tatap muka, baik komunikasi antar pribadi maupun
kelompok meskipun memungkinkan terjadinya dialog, tetapi ada
kalanya berlangsung linear.
Proses komunikasi secara linear umumnya berlangsung pola
komunikasi bermedia, kecuali komunikasi melalui media telpon.
Komunikasi melalui telepon hampir tidak pernah berlangsung linear,
melainkan dialogis, tanya jawab dalam bentuk percakapan.
Komunikasi linear dalam prakteknya hanya ada pada komunikasi
bermedia, tetapi dalam komunikasi tatap muka juga dapat di
praktekkan, yaitu apabila komunikasi pasif.
4. Pola komunikasi sirkular
Dalam kontek komunikasi yang dimaksudkan dengan proses
secara sirkular itu adalah terjadi feedback atau umpan balik, yaitu
terjadinya arus dari komunikan ke komunikator.Oleh karena itu ada
kalanya feedback (umpan balik) tersebut akan mengalir dari
14

komunikan ke kommunikator itu adalah “response” atau tanggapan


komunikan terhadap pesan yang ia terima dari komunikator.
Pola komunikasi sirkular ini didasarkan pada perspektif interaksi
yang menekankan bahwa komunikator atau sumber respon secara
timbal balik pada komunikator lainnya. Perspektif interaksional ini
menekankan tindakan yang bersifat simbolis dalam suatu
perkembangan yang bersifat proses dari suatu komunikasi manusia.
Dalam pola komunikasi sirkular mekanisme umpan balik dalam
komunikasi dilakukan antara komunikator dan komunikan saling
mempengaruhi (interplay) antara keduanya yaitu sumber dan
penerima, Osgood bersama Schram pada tahun1954 menentukan
peranan komunikator dan penerima sebagai pelaku utama komunikasi.
Adapun faktor hambatan komunikasi antar budaya yang sering
terjadi antara lain : fisik, budaya, persepsi, motivasi, pengalaman,
emosi, bahasa verbal, , non verbal dan kompetisi.

a. Fisik – Hambatan komunikasi yang berasal dari waktu,


lingkungan, kebutuhan diri, dan media.
b. Budaya – Hambatan komunikasi yang berasal dari etnis, agama,
dan sosial yang berbeda antara budaya yang satu dengan budaya
yang lainnya.
c. Persepsi – Hambatan komunikasi yang timbul karena perbedaan
persepsi yang dimiliki oleh individu mengenai sesuatu.
Perbedaan persepsi menyebabkan perbedan dalam mengartikan
atau memaknakan sesuatu.
d. Motivasi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan tingkat
motivasi penerima pesan. Rendahnya tingkat motivasi penerima
pesan mengakibatkan komunikasi menjadi terhambat.
e. Pengalaman – Hambatan komunikasi yang disebabkan oleh
pengalaman masa lalu yang dimiliki individu. Perbedaan
pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing individu dapat
15

menyebabkan perbedaan dalam konsep serta persepsi terhadap


sesuatu.
f. Emosi – Hambatan komunikasi yang berkaitan dengan emosi
atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar
sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan
semakin besar dan sulit untuk dilalui.
g. Bahasa – Hambatan komunikasi yang terjadi ketika pengirim
pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) menggunakan
bahasa atau kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima
pesan sehingga menimbulkan ketidaksamaan makna.
h. Nonverbal – Hambatan komunikasi yang berupa isyarat atau
gesture.
i. Kompetisi – Hambatan komunikasi yang timbul ketika penerima
Pesan sedang melakukan kegiatan lain di saat menerima pesan.
Berbagai hambatan komunikasi yang terjadi ini, bisa pula diatasi
dan diperbaiki. Untuk bisa mengatasi serta memperbaiki
komunikasi yang ada sehingga tercipta komunikasi yang lebih
efektif, maka ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Berikut adalah cara mengatasi hambatan komunikasi menurut
Bovee dan Thill, 2002, 22, sebagai berikut;
1) Memelihara iklim komunikasi agar senantiasa terbuka
2) Bertekad untuk memegang teguh etika dalam
berkomunikasi dan menjalankannya dengan baik.
3) Memahami akan adanya kesulitan komunikasi antar
budaya.
4) Menggunakan pendekatan komunikasi yang berpusat pada
penerima pesan.
5) Menggunakan tekonogi yang ada secara bijaksana dan
bertanggung jawab agar dapat memperoleh dan membagi
informasi dengan baik dan efektif.
16

6) Menciptakan serta memproses pesan secara efektif dan


juga efisien. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara
yakni memahami penerima pesan, menyesuaikan pesan
dengan si penerima, mengurangi jumlah pesan, memilih
media secara tepat, meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Fokus Individual dalam hambatan budaya menurut Pederson mencatat


bahwa tidak semua budaya memandang individualisme sebagai orientasi
yang positif tetapi dianggap sebagai cacat dimana tujuan spiritual adalah
penting.

Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah bentuk


komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara
tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar
sebagaimana perbedaan komunikasi verbal dan non verbal

Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak


berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi.

Kegagalan dalam konseling litas budaya sering terjadi antara anggota


budaya yang berbeda, Hambatan ini makin diperburuk ketika seorang konselor
dengan pemahaman serta pengetahuan budaya yang sangat terbatas.
Keterbukaan konseli adalah sebagai kemampuan konseli dalam
menyampaikan ungkapan/pernyataan diri secara lebih mendalam secara 42
verbal dan non verbal kepada konselor untuk menjalin komunikasi semakin
akrab.
Menurut Effendi M. Yang dimaksud dengan pola komunikasi adalah
proses yang dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-
unsur yang dicakup beserta keberlangsungannya, guna memudahkan
pemikiran secara sistematis dan logis.

16
17

B. Saran

Perlu diketehui bersama bahwa salah satu hal penting dalam sebuah
konseling adalah dengan memahami pribadi baik itu dari konselor pada
klien maupun sebaliknya. Memahami keunikan budaya mengandung
pengertian bahwa klien sebagai individu yang unik yang membawa
karatersitik budaya nya sendiri.

Bahwa dalam hambatan-hambatan budaya pada klien ini, dan


mungkin bertolak belakang dengan nilai nilai budaya yang selama ini
dikembangkan di lingkungannya.

Pemakalah pun menyadari, makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami butuhkan dari para pembaca.
Daftar Pustaka

http://rubirimonda11.blogspot.com/2015/07/konseling-lintas-budayahambatan-
dalam.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/05/komunikasi-antar-budaya-definisi-
dan.html

file:///C:/Users/Achma/Downloads/SKRIPSI.pdf

https://triarmini.blogspot.com/2018/02/perilaku-non-verbal-dalam-konseling.html

Pakar komunikasi.com

18

Anda mungkin juga menyukai