DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan pula piji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terbadap pembaca.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...........................................................................................
B. Rumusan masalah.....................................................................................
C. Tujuan ......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Dari Segi Waktu........................................................................................
2. Dari segi metode pengukuran...................................................................
3. Dari segi jenis/tipe pengukuran.................................................................
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa suatu hasil senantiasa di pengaruhi oleh
perencanan, begitupun pelaksanaan juga memiliki peran yang sangat dominan. Selain
itu, kedua hal tersebut akan terlihat manakala proses evaluasi berjalan dengan baik.
Dengan demikian, evaluasi dari pelaksanaan program layanan bimbingan ini
hendaknya di persiapkan dengan seksama.
B. Rumusan Masalah
c. Tujuan
a. Evaluasi Formatif ialah evaluasi yang dijalankan saat pelaksanaan dan fokus pada
program prioritas melalui perbaikan tujuan pelaksanaan. Hasil evaluasi ini biasanya
meliputi permasalahan dalam pelaksanaan.
b. Evaluasi Summatif yaitu evaluasi yang diterapkan saat pelaksanaan dan fokus
terhadap suatu program prioritas telah usai dilakukan. Evaluasi ini juga memiliki
tujuan dalam penilaian hasil pelaksanaan. Hasil evaluasi summatif ini meliputi
pencapaian prioritas dari pelaksanaan/kegiatan prioritas.
Waktu dan tenaga staf pembimbing sudah terserap habis oleh kesibukan rutin
mengelola kegiatan-kegiatan bimbingan, sehingga evaluasi, selain yang
informal tidak terjangkau.
Konselor sekolah menganggap dirinya kurang kompeten mengadakan studi
evaluasi karena bekal yang diperoleh selama masa studi prajabatan dalam
perencanaan dan pelaksanaan riset kurang.
Perubahan-perubahan dalam perilaku orang muda yang bukan berupa prestasi-
prestasi dibidang belajar kognitf, yaitu sikap, kebiasaan, kerelaan, dan
perasaan, tidak mudah diukur dan dinilai dengan menggunakan metode serta
alat yang tersedia sampai sekarang.
Data yang terkumpul dalam rangka pengelolaan kegiatan bimbingan kerap
tidak dikumpulkan dengan maksud menggunakannya sebagai data yang
relevan bagi s
Metode yang dapat digunakan untuk evaluasi program bimbingan dan konseling
menurut Winkel (2006: 830), adalah (1) metode survei, (2) metode observasi, (3)
metode eksperimental, dan (4) metode studi kasus.
Disamping itu, menurut Gibson & Mitchel (2011: 584), menyatakan bahwa
metode yang digunakan dalam evaluasi program yaitu: (1) metode sebelum dan
sesudah, (2) metode bagaimana cara membandingkan, dan (3) metode bagaimana
cara meraih. Dalam metode ini akan dilihat sebelum dan sesudah diberi layanan,
membandingkan siswa yang satu dengan yang lainnya yang diberi layanan dan tidak
diberi layanan, serta bagaimana cara mencapai hasil–hasil dari program bimbingan
yang telah dilaksanakan. Sehubungan dengan metode evaluasi program bimbingan
dan konseling dari Winkel di atas, Salahudin (2010: 224), mengungkapkan ada
beberapa metode yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi program yaitu
“(1) survei, (2) Observasi, (3) eksperimental, dan (4) studi kasus.” Dari beberapa
pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan metode yang lebih efektif digunakan
dalam evaluasi program bimbingan dan konseling adalah (1) metode survei, (2)
metode observasi, (3) metode eksperimental, dan (4) metode studi kasus. Untuk
memperoleh gambaran secara rinci bagaimana pelaksanaan masing-masing metode,
maka akan diuraikan sebagai berikut:
Metode survei dapat diterapkan untuk mendapatkan data tentang lingkungan yang
didalamnya program bimbingan harus beroperasi tentang pengelolaan program
bimbingan; tentang sikap dan pandangan staf pendidik di sekolah yang bukan tenaga
bimbingan terhadap program bimbingan; dan tentang sikap dan pandangan alumni
terhadap pelayanan bimbingan yang mereka terima ketika masih terdaftar sebagai
siswa di institute pendidikan yang bersangkutan. Menurut Sugiyo (2011: 112),
“metode survei digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis pendapat, sikap,
informasi, atau data lain yang berkenaan dengan pengaruh prosedur bimbingan dan
konseling terhadap perilaku dan penyesuaian diri peserta didik”. Dengan kata lain,
metode survei ini secara menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat
berguna untuk menentukan kegiatan sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki
hal-hal yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, melengkapi kebutuhan siswa,
melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi dari program sebelumnya, dan
memperbaiki hubungan antar unsur-unsur yang mendukung keberlangsungan sekolah
tersebut.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai berbagai aspek tentang
siswa yang dijadikan obyek studi kasus dan menilai arah serta taraf perubahan yang
dialami orang itu sebagai akibat dari pelayanan bimbingan. Menurut Winkel &
Hastuti (2006: 311), menyatakan bahwa studi kasus dalam rangka pelayanan
bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan siswa
secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan memahmai individualitas siswa dengan
baik dan membantunya dalam perkembangan selkanjutnya. Dalam rangka
mengevaluasi dengan metode studi kasus maka akan dikumpukan terlebih dahulu
data yang relevan untuk menemukan dalam aspek- aspek apa siswa harus berubah,
kemudian ditentukan dalam bentuk dan isi perubahan yang perlu diusahakan serta
diatur bentuk dan isinya sesuai dengan layanan bimbingan dan konseling yang akan
diberikan. Sesudah program layanan bimbingan dan konseling yang dirancang khusus
untuk individu tertentu sudah berjalan, maka langkah selanjutnya adalah
mengumpulkan data negenai kemajuan yang dicapai dan sampai seberapa jauh
perubahan yang telah dicapai sesuai dengan apa yang sudah ditargetkan. Metode studi
kasus memusatkan perhatian pada perkembangan siswa tertentu, karena itu metode
ini mempunyai kelebihan dibading dengan metode evaluasi yang lainnya. Metode ini
lebih memperhatikan perubahan yang terjadi pada siswa dalam kelompoknya.
Namun, penyelenggaraan metode ini akan menuntuk lebih banyak waktu, lebih-lebih
bila jumlah siswa yang distudi kasus banyak.
(1) Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu, seperti pengukuran
yang dilakukan oleh seorang penjahit mengenai panjang lengan, kaki,lebar bahu,
ukuran pinggang dan lain-lain.
(3) Pengukuran untuk menilai yang dilakukan dengan menguji sesuatu, seperti
pengukuran kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi nilai rapor yang
dilakukan denganmenguji mereka dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis
ketiga inilah yangdikenal dalam dunia pendidikan (Anas Sudiyono, 1996).
Pengukuran pendidikan terdiri dari beberapa bidang ilmu, bidang ilmu itu terdiri dari
bidang kognitif; bidang afektif; dan bidang psikomotor. Bidang kognitif diukur
melalui uji test; bidang afektif diukur melalui kuisioner, wawancara, bisa juga melalui
suatu pengamatan; bidang psikomotor dapat diukur melalaui perbuatan dan
pengamatan.Berdasarkan perspektif uji test dan kuisioner dapat dianggap menjadi 3
bagian kegiatan. Bagian pertama terdiri dari konstruksi, uji test, dan kuisioner. Bagian
kedua adalah dilakukannya penyelenggaraan uji test dan pengisian kuisioner oleh
responden. Nabnagian ketiga terdiri dari pensekoran dan penganalisisan butir dari uji
tes dan kuisioner. Pensekoran terdapat di dalam pengkuran pendidikan, digunakan
dalam mengukur kemampuan, keberhasilan belajar, sikap, minat, atau ciri terpendam
lainnya yang dimiliki oleh para peserta pengukuran tersebut. Karena sifat pengukuran
ini terpendam yang tidak kelihatan yang dimiliki oleh peserta maka kita perlu
memberikan sejumlah stimulus baik dalam uji test, atau dalam bentuk kuisioner. Bila
stimulus itu mengenai sasaran maka akan terlihan kemampuan keberhasilan belajar,
sikap, minat, atau ciri-ciri lain yang dimiliki para peserta itu yang kita dapat ukur.
Respon yang kelihatan itu dapat kita tafsirkan dengan memberikan nilai yang
sesuai.Pengukuran pendidikan terdiri dari beberapa hal, yaitu:
1. Untuk mengukur ciri terpendam yang tidak kelihatan yang dimiliki para peserta;
2. Mengukur ciri terpendam yang tidak terlihat yang kita berikan pada para peserta,
stimulus yang terdiri dari uji test dan kuisioner yang tepat;
3. Para peserta memberikan responsi terhadap stimulus itu dengan berharap bahwa
responsi tersebut mencerminkan dengan benar ciri dari terpendam yang ingin kita
ukur; 4. Responsi yang terlihat diberikan skor yang dapat ditafsirkan dengan
memadai.Bila urutan kegiatannya tepat maka skor yang kita dapat dari uji test atau
kuisioner maka skor yang kita peroleh dari uji test dan kuisioner dapat dianggap
sebagai skor dari ciri terpendam yang dimiliki peserta.
Pengukuran ciri terpendam peserta memiliki beberapa masalah, yaitu sejauh mana
responsi dari para peserta dapat mengukur secara tepat ciri terpendam yang dimiliki
peserta untuk diukur; uji test dan kuisioner sudah menjadi stimlus, namun
dipertanyakan kemampuan para peserta untuk mengungkapkan secara benar ciri
terpendam yang dimiliki oleh para peserta. Maka sebaiknya uji test dan kuisioner
harus divalidasi terlebih dahulu lalu kemudian di relibilitas. Setelah dilakukan
validitas dan realibilas uji test dan kuisioner, maka dapat kita terapkan kepada
responsi untuk mengukur sifat terpendam yang dimiliki oleh para peserta.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Evaluasi Formatif ialah evaluasi yang dijalankan saat pelaksanaan dan fokus pada
program prioritas melalui perbaikan tujuan pelaksanaan. Hasil evaluasi ini biasanya
meliputi permasalahan dalam pelaksanaan. Evaluasi Summatif yaitu evaluasi yang
diterapkan saat pelaksanaan dan fokus terhadap suatu program prioritas telah usai
dilakukan. Evaluasi ini juga memiliki tujuan dalam penilaian hasil pelaksanaan. Hasil
evaluasi summatif ini meliputi pencapaian prioritas dari pelaksanaan/kegiatan
prioritas
Metode yang dapat digunakan untuk evaluasi program bimbingan dan konseling
menurut Winkel (2006: 830), adalah (1) metode survei, (2) metode observasi, (3)
metode eksperimental, dan (4) metode studi kasus. Disamping itu, menurut Gibson
& Mitchel (2011: 584), menyatakan bahwa metode yang digunakan dalam evaluasi
program yaitu: (1) metode sebelum dan sesudah, (2) metode bagaimana cara
membandingkan, dan (3) metode bagaimana cara meraih Dalam metode ini akan
dilihat sebelum dan sesudah diberi layanan, membandingkan siswa yang satu dengan
yang lainnya yang diberi layanan dan tidak diberi layanan, serta bagaimana cara
mencapai hasil–hasil dari program bimbingan yang telah dilaksanakan
B. SARAN