Anda di halaman 1dari 3

Nama : Azmidar Zuhdi Tambunan

Nim : 0303173179
Sem/Jur : BKI-1/ Sem IV

KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDU

A. Alfred Adler sebagai Pendiri Psikologi Individual

Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga.
Ayahnya adalah seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler merupakan anak yang sakit-
sakitan. Ketika berusia 5 tahun dia nyaris tewas akibat pneumonia. Pengalaman tidak
menyenangkan berkaitan dengan kesehatan inilah yang kemudian mendorong dirinya untuk
menjadi dokter. Adler lulus sebagai dokter dari Universitas Wina tahun 1895.
Adler memulai karirnya sebagai seorang optalmologis, tetapi kemudian dirinya beralih
pada praktik umum di daerah kelas bawah di Wina, sebuah tempat percampuran tempat
bermain dan sirkus sehingga banyak pasien-nya yang pekerjaannya sebagai pemain
sirkus. Kekuatan dan kelemahan para pemain sirkus inilah yang mengilhami dia
mengembangkan kosep tentang inferioritas dan kompensasi.
Dari praktik umum kedokteran, Adler selanjutnya beralih pada psikiatri, dan pada tahun
1907 dia bergabung dengan kelompok diskusi Freud. Kemampuan menonjol yang ada pada
Adler menghantar dirinya menjadi ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina (Vienesse Analitic
Society) dan ko-editor dari terbitan organisasi ini.
Meskipun Adler oleh Freud dipercaya untuk memimpin organisasi psikoana-lisis bukan
berarti Adler selalu sependapat dengan Freud. Dia berani mengkritik pandangan-pandangan
Freud. Perbedaan pandangan-pandangan Adler dan Freud yang tidak bisa mencapai titik
temu kemudian ditindak lanjuti dengan perdebatan antara pendukung kedua tokoh tersebut
yang berakhir dengan keluarnya Adler bersama 9 orang pendukungnya dari organisasi
psikoanalisis. Mereka kemudia mendirikan organisasi yang mereka beri nama The Society for
Free Psychoanalysis pada tahun 1911 dan tahun berikutnya organisasi ini namanya berubah
menjadi The Society for Individual Psychology (Boeree, 2005 : 149)
B. Perkembangan Manusia Menurut Psikologi Individual

 Hakekat Manusia

Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh dorongan-


dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial. mereka
menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial,
menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya
hidup yang mengutamakan orientasi sosial. Calvin S. Hall dan Gardner dalam A. Supratiknya
(1993:241).
Manusia tidak semata-mata bertujuan untuk memuaskan dorongan-dorongannya,
tetapi secara jelas juga termotivasi untuk melaksanakan:

a Tanggung jawab sosial


b Pemenuhan kebutuhan untuk mencapai sesuatu.

 Perkembangan Kepribadian

a Dasar kepribadian terbentuk pada usia empat sampai dengan lima tahun.
b Pada awalnya manusia dilahirkan Feeling Of Inferiority (FOI) yang selanjutnya
menjadi dorongan bagi perjuangannya kearah Feeling Of Superiority (FOS).
c Anak-anak menghadapi lingkungannya dengan kemampuan dasarnya dan
menginterpretasikan lingkungan itu.
d Dalam pada itu sosial interest-nya pun berkembang
e Selanjutnya terbentuk Life Style (LS) yang unik untuk masing-masing individu
(human individuality) yang bersifat : Self-deterministik, Teleologis, Holistik.

C. Mekanisme Pertahanan Diri

 Simpatime: Usaha untuk memperoleh simpati dari orang lain yakni dengan bercerita
tentang segala kesedihan dan kesulitan yang dihadapi. Sebagai contoh, seorang wanita
yang menangis terlalu berlebihan sebagai bentuk ciri-ciri depresi berat pada
sahabatnya tentang masalah perselingkuhan yang dilakukan oleh kekasihnya dengan
harapan agar sahabatnya bisa bersimpati kemudian menegur kekasih indidvidu
tersebut
 Sublimasi: adalah kehendak atau pikiran yang sadar namun tidak bisa diterima
masyarakat luas dan disalurkan menjadi aktivitas bernilai sosial. Contohnya seseorang
yang senang berkelahi kemudia beralih menjadi atlet bela diri.
 Negativisme: proses seseorang menggunakan emosi dalam bentuk ego diri sendiri
yang kemudian akan dianggap sebagai unsur kepribadian diri sendiri. Sebagai contoh,
Anak yang sedang kesal dengan temannya kemudian memukuli dirinya sendiri untuk
melampiaskan kekesalannya tersebut.

D. Analisis dan Penerapan Konseling Psikologi Individual dalam Konseling

Apabila telah ditelaah secara lebih mendalam tentanf model konseling psikologi
individual, cukup banyak konsep-konsepnya yang memberikan sumbangan dalam proses
konseling kelompok maupun konseling individual. Sumbangan tersebut antara laindari
penekannya pada unsur sosial dalam pembentukan dan perkembangan kepribadian individu.
Dapat disimpulkan sumbangan model ini dalam konseling secara keseluruhan adalah
sebagai berikut;

1. Pandangan tentang persepsi, dan fiksi yang amat menentukan tingkah laku; dalam hal
ini konselor dapat menggali persepsi yang keliru dari kliennya, sehingga terlihat tidak
logis dan realistis. Tugas konselor dala, konseling tentunya mengembalikan persepsi
yang tidak pernah tersebut kembali agar dapat menjadi logis sehingga dapat di terima
dalam interaksi sosial bersama orang lain.
2. Konsep adler tentang minat sosial dapat di pakai konselor pada saat konseling guna
mengungkap apakah selama ini pada diri klien telah berkembang minat sosialnya.
Banyak masalah yang disebabkan oleh tidak berkembangnmya minat sosial ini.
Pengungkapan tentang hal ini diperlukan konselor guna mengajak klien
membangkitkan minat sosial ini dengan cara berfikir dan bertingkah laku yang selalu
memperhatikan kondisi lingkungan soial.
3. Konsep dasar tentang feeling of inferiotity dan feeling of
superiority, membawa konselor untuk mengajak klien yang bermasalah melakukan
tindakan mmonpensasi positif, sehingga dapat diraihnya keberhasilan dalam bidang
lain. Keberhasilan yang dicapainya akan dapat menekan feeling of inferiority yang
mungkin selama ini dominan yang ada pada diri klien.

Anda mungkin juga menyukai