Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PELAKSANAAN,FUNGSI,PERAN DAN KOMPETENSI KONSELOR DI


PERUSAHAAN DUNIA INDUSTRI

Dosen Pengampu : Suryadi,M.Pd

Disusun oleh
1. Yusmainar (20060031)
2. Fenni anjeli (20060028)
3. Syarifah aini (20060029)
4. Rahmad illahi (20060015)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Konsep Dasar Teori Kepribadian ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah pelayanan konseling didunia indusrti. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang kebutuhan-kebutuhan yang di perlukan bagi
para pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suryadi, M.Pd yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 19 September 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan konseling di perusahaan/dunia industry ............................................ 4
B. Fungsi dan peran konselor diperusahaan/dunia industry ....................................... 5
C. Kopetensi konselor di perusahaan/dunia indutri .................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 7
B. Saran ..................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Industri adalah lembaga perusahaan yang memproduksi sesuatu baik
dalam bentuk barang ataupun jasa.1 Perusahaan atau industri adalah suatu
sistem yang terdiri dari beberapa komponen seperti manusia, bahan-bahan
(material) mentah, dan mesinmesin. Produktivitas suatu perusahaan sangat
ditentukan oleh bagaimana interaksi di antara ketiga komponen di atas.2
Namun di antara semua komponen itu, manusialah yang menjadi faktor
penentu atas segala produktivitas. Bagaimanapun sederhana atau kompleksnya
suatu bentuk usaha, manusialah yang menjadi intinya. Karena dalam dunia
kerja yang semakin kompetitif ini para manajer tidak hanya mengandalkan
keterampilan teknis mereka saja, namun dibutuhkan juga suatu keterampilan
teknis dalam menangani pegawai dengan baik agar mampu mempertahankan
kinerja dan kepuasan konsumen yang memuaskan. Untuk menyikapi tuntutan
dan permasalahan yang ada di dunia industri (perusahaan), dibutuhkan suatu
hubungan yang dapat menjaga kestabilan dan keberhasilan perusahaan,
sehingga terjalinlah hubungan industrial.
Hubungan industrial adalah suatu kegiatan yang mendukung terciptanya
hubungan yang harmonis antara pengusaha, karyawan, dan pemerintah agar
tercapai ketenangan kerja dan kelangsungan usaha yang harmonis. Pada
undang-undang ketenaga kerjaan No.13 tahun 2003 pasal 1 angka 16 berisikan
bahwa, hubungan industrial merupakan suatu hubungan yang terbentuk antar
pegawai dengan semua yang terlibat dalam proses produksi barang atau jasa
yang terdiri dari pengusaha, pekerja atau buruh, dan pemerintah yang
berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar tahun
1945.3 Dalam hubungan ini para pekerja dan pengusaha mempunyai tujuan
dan tanggung jawab yang sama, karena suksesnya hubungan industrial akan
berdampak baik bagi perusahaan.4 Berdasarkan sudut pandang pegawai, di
dalam satu industri terdapat dua hubungan yang harus dijaga agar tidak
mempengaruhi keberhasilan perusahaan itu sendiri. Hubungan eksternal
merupakan suatu hubungan yang terjalin antara pegawai dengan pegawai,
pegawai dengan lingkungan, pegawai dengan metode, pegawai dengan alat,
dan pegawai dengan material. Adapun hubungan internal merupakan suatu
hubungan yang terjadi dengan pribadi pegawai itu sendiri. 5 Melihat
pentingnya kegiatan ini hubungan industrial perlu mendapatkan perhatian
khusus dalam penanganannya, karena memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap kelangsungan produksi yang terjadi di perusahaan.
Untuk menjaga hubungan agar tetap terjalin dengan baik, perusahaan
(industri) membutuhkan seorang konselor industri dengan tujuan agar
manajemen bimbingan dan konseling di industri dapat berjalan dengan sukses.
Sehingga kelangsungan produksi dalam suatu perusahaan dapat terkontrol
dengan baik. Manajemen bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
terencana dan terorganisir, serta terintegrasi agar mampu mencapai tujuan.
Dengan demikian, manajemen bimbingan dan konseling sangatlah berperan
penting dalam memberikan alur kegiatan, penetapan posisi, dan tanggung
jawab setiap personil dalam menjalankan aktivitas perusahaan secara efektif
dan efisien.6 Pada awalnya Soekarno hanya mencanangkan proyek besi baja
trikora untuk meletakkan dasar industri nasional yang tangguh. Produk yang
dihasilkan adalah baja lembaran panas, baja lembaran dingin, dan baja batang
kawat. Hasil produk ini pada umumnya merupakan bahan baku untuk industri
lanjutannya.7 Perusahaan ini sudah berdiri selama 46 tahun. Dalam rentang
waktu yang selama itu, perusahaan telah mengalami berbagai pasang-surut
perkembangan industri sehingga eksistensinya di kancah internasional tetap
terjaga. Selama itulah perusahaan dianggap telah berhasil menjaga hubungan
industrial dan eksistensinya sebagai perusahaan baja terbesar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pelaksanaan konseling di perusahaan/dunia industry ?
2. Fungsi dan peran konselor diperusahaan/dunia industry ?
3. Kopetensi konselor di perusahaan/dunia indutri?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pelaksanaan konseling di perusahaan/dunia industry
2. Untuk mengetahui Fungsi dan peran konselor diperusahaan/dunia industry
3. Untuk mengetahui Kopetensi konselor di perusahaan/dunia indutri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Konseling Di Perusahaan/Dunia Industry


Konseling di dunia industri memiliki space yang sangat luas, karena
sebenarnya kita sedang membicarakan mengenai apa itu industri, siapa
konselornya, karyawannya (sebagai konseli), dan sistemnya. Dunia industri
memang berjenjang dan bisa dikategorikan. Namun, tidak sama halnya dengan
sekolah (yang rata-rata usia anak SMP 12-15 thn), konseli di dunia indsutri
sangat beragam, baik dari segi usia maupun latar belakang karyawannya.
Secara rasial, di dunia industri pun orangnya sangat beragam. Berbeda halnya
dengan sekolah yang masih bergenre_ sekolah kristen, sekolah islam, dan
sekolah kejuruan, misalnya. Sekali datang ke dunia industri, kita akan
menemukan komunitas-komunitas yang unik. Namun, satu hal yang bisa
dicirikan dari karakteristik orang-orang di dunia industri; mempunyai visi dan
misi yang sama untuk perkembangan karir dan perusahaan.
Jika menyinggung tentang kata industri, kita akan dihadapkan pada dua
hal, yaitu industri di bidang jasa dan industri di bidang produk. Steve Cooper
(2005:14) mendefinisikan konseling di industry sebagai usaha yang sengaja
untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang dapat
memberdayakan karyawan, menenangkan karyawan, membantu atau
memberikan konsultasi untuk menyelesaikan masalah mereka dengan cara
mereka sendiri.
Pendapat lain dikemukakan oleh Gustard, 1953 (dalam Baraja, 2006 : 11)
yang menyatakan bahwa konseling merupakan suatu proses yang mempunyai
orientasi pada belajar, dilakukan dalam lingkungan sosial oleh seseorang
terhadap orang lain (konselor terhadap klien), dengan memberikan bantuan
secara profesional (mempunyai pengetahuan dalam bidangnya), serta
membantu klien dengan metode yang sesuai dengan masalah yang dihadapi
klien agar dapat memahami dan menghayati tujuan yang ditetapkan bersama
dalam proses konseling sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat
yang lebih produktif dan bahagia.
Dari definisi-definisi tersebut di atas digambarkan bahwa konseling
merupakan suatu hubungan timbal balik antara konselor dengan klien yang
dalam lingkungan kerja yang disebut sebagai Karyawan, yang mempunyai
sifat profesional secara individu maupun kelompok yang dirancang untuk
membantu karyawan mencapai perubahan yang bermakna bagi kehidupannya
dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Interaksi antara dua orang yaitu seorang karyawan dan seorang
konselor.
b. Karyawan yang datang pada konselor biasanya mengalami atau
mempunyai masalah.
c. Karyawan datang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya baik
atas kemauan sendiri atau atas anjuran Perusahaan
d. Konselor adalah seorang yang terlatih dan mempunyai guidence secara
teori yang umum berlaku.
e. Tujuan konseling adalah menolong dan membantu klien untuk dapat
mengerti dan menerima keadaannya, yang kemudian diharapkan dapat
menemukan jalan keluar dan mengembangkan potensi dirinya.
f. Proses konseling menitikberatkan pada masalah yang jelas, terang dan
nyata serta dalam kesadaran diri.
g. Kembali kepada Feedback Perusahaan Konseling mempunyai manfaat
penempatan jalur yang sama (keseragaman) arah terhadap Visi, Misi,
Tujuan, Strategi, penyeragaman kemampuan dan skills, pusat
penerangan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
perusahaan terutama peraturan dan kebijakan perusahaan.
 Pendekatan Konseling di Industry
Dalam pelaksanaan konseling di industry tipe – tipe yang dipakai dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh karyawan terdapat beberapa tipe
yaitu:
1. Directive Counseling
Directive Counseling adalah proses mendengarkan masalah emosional
individu membuat keputusan bersama tentang apa yang harus dia lakukan, dan
memberitahu serta memotivasinya untuk melakukan hal tersebut. Directive
Counseling sebagian besar menggunakan fungsi konseling advice (nasihat)
juga reassurance, communication, memberikan emotional release dan sedikit
clarified thinking. Reorientation jarang digunakan dalam directive counseling.
Konselor directive counseling harus menjadi pendengar yang baik jika ingin
memahami masalah karyawan sehingga karyawan mengalami emotional
release. Setelah mengalami emotional release disertai beberapa ide dari
konselor, karyawan diharapkan dapat menjernihkan pikirannya.
2. Non-directive Counseling
Non-directive counseling atau client-centered counseling adalah proses
mendengarkan karyawan sepenuhnya dan mendorongnya untuk menjelaskan
masalah emosionalnya, memahami masalah tersebut dan menentukan
tindakan-tindakan yang akan diberikan. Tipe konseling ini memfokuskan
perhatian pada karyawan, konselor tidak bertindak sebagai penilai atau
penasihat makanya disebut client-centered. Konselor non-directive counseling
tidak menggunakan advice dan reassurance, tetapi menggunakan empat fungsi
konseling lainnya. Emotional release lebih efektif digunakan dalam non-
directive counseling begitu juga clarified thinking.
Keuntungan khas dari non-directive counseling adalah kemampuannya
untuk mengarahkan karyawan melakukan reorientation yang menekankan
pada perubahan dirinya. Dalam tipe konseling ini konselor membangun suatu
hubungan permisif yang mengarahkan klien untuk berbicara dengan bebas.
Hal utama yang dilakukan oleh konselor non-directive adalah menetapkan
hubungan konseling dengan menjelaskan bahwa konselor tidak memberikan
penyelesaian masalah karyawan tetapi dapat membantu karyawan untuk
menjelaskan perasaannya. Kemudian konselor mendorong karyawan untuk
mengekspresikan perasaanya, menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang
dikemukakan dan menerimanya tanpa menyalahkan atau memujinya.
Sehingga karyawan dapat mencurahkan perasaan negatif, dan diberikan
kesempatan untuk mengekspresikan perasaan positifnya, hal ini merupakan
tanda dimulainya perkembangan emosional pada karyawan.
Setelah semuanya berjalan dengan baik, karyawan seharusnya sudah
memperoleh insight tentang masalahnya dan mengembangkan alternatif
pemecahan masalah. Selanjutnya karyawan dapat memilih beberapa langkah
positif dan dapat menemukan cara untuk mencoba langkah tersebut.
Kemudian karyawan merasa kebutuhan akan pertolongan konselor berkurang
dan menyadari hubungan konseling harus berakhir.
3. Cooperative Counseling
Non-directive counseling yang murni dilakukan oleh karyawan tidak
banyak digunakan karena biaya yang mahal dan keterbatasan lainnya.
Directive counseling tidak terlalu disukai karena tidak tepat untuk situasi
konseling saat ini. Untuk mengatasi dua tipe konseling yang ekstrim di atas,
ada semacam penggabungan kedua tipe konseling tersebut yang dinamakan
cooperative counseling. Cooperative counseling tidak seluruhnya client-
centered counseling atau counselor-centered, tetapi merupakan kerjasama
saling menguntungkan antara konselor dan karyawan untuk menerapkan
perbedaan pandangan pengetahuan dan nilai terhadap masalah.
Hal ini ditetapkan sebagai diskusi yang saling menguntungkan tentang
masalah emosional karyawan dan usaha kerja sama untuk membangun kondisi
yang akan memulihkan karyawan. Cooperative counseling dimulai dengan
menggunakan tehnik mendengarkan non-directive counseling: tetapi ketika
interview berkembang, manager memainkan peran yang lebih positif daripada
memainkan peran konselor non-directive. Manager menawarkan pengetahuan
dan insight yang dipunyainya, mendiskusikan situasi dari pandangan yang luas
dari organisasi kemudian memberikan pandangan yang berbeda dengan
karyawan sebagai perbandingan. Secara umum, manager dalam perannya
sebagai konselor cooperative menerapkan empat fungsi konseling yaitu
reassurance, communications, emotional release dan clarify thinking. Dalam
konseling, karyawan lebih banyak berbicara sedangkan konselor lebih banyak
mendengarkan. Konselor lebih berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
B. Fungsi Dan Peran Konselor Diperusahaan/Dunia Industry
Ada beberapa fungsi dari bimbingan dan konseling industri, di antaranya
yaitu:
1. Mempelajari perilaku manusia di dalam lingkungan kerja khususnya
dalam pelaksanaan tugas pekerjaannya
2. Mempelajari interaksi (hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi) dengan pekerjaan, lingkungan fisik dan dengan
lingkungan sosialnya di tempat kerja.
3. Mempelajari produk dan jasa mana yang bermanfaat bagi konsumen
serta bagaimana menyadarkan konsumen akan kemanfaatan produk
dan jasa tersebut
4. Mempelajari perilaku konsumen dalam kaitan kebiasaan membeli
dan dalam proses pengambilan keputusan.
5. Cara untuk meningkatkan kesehatan mental para karyawan

Ada beberapa peran industry :


Pekerjaan merupakan pernyataan diri manusia sebagai subjek yang harus
berkembang dan menemukan diri. Kerja merupakan wadah aktualisasi diri
dari orang dewasa, yang mempunyai dunia dengan dua warna dominan, yakni
cinta dan pekerjaan (to love and to work, Lieben und Arbeiten). Dalam pada
itu masalah merupakan hal yang akrab dalam proses perkembangan diri,
termasuk pula dalam lingkup kerja.
Kondisi kerja masyarakat modern yang dirasakan makin memberikan
stress menimbulkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan mental untuk
menanganinya. Diperlukan perhatian terhadap kesejahteraan fisik dan mental
karyawan, yang pada akhirnya akan mengarah pada produktivitas yang lebih
tinggi dan perolehan profit yang lebih besar bagi perusahaan, sekaligus
sebagai wujud tanggung jawab perusahaan secara hukum dan etika. Bagi
karyawan sendiri tercapainya kesejahteraan fisik dan mental merupakan salah
satu hal yang diinginkan dalam hidupnya. Maka jasa konseling merupakan
salah satu penawaran sebagai tindakan pencegahan atau antisipasi resiko dari
stress kerja.
Menurut Prayitno (1997) ruang lingkup kerja konselor di dunia usaha dan
industri meliputi lima bidang pelayanan, yaitu:
a. Penempatan Kerja
Pelayanan penempatan memberikan bantuan bagi para pencari kerja
dengan menyediakan berbagai informasi tentang pekerjaan, analisis pekerjaan,
serta aspek kognitif, afektif dan psikomotorik penempatan kerja lainnya. Dari
pihak lembaga kerja, peranan konselor adalah membantu perusahaan
memperolah tenaga kerja yang cocok dengan keperluan dengan keperluan
perusahaan sesuai dengan jenis, strata, dan struktur pekerjaan yang ada di
perusahaan itu. Dipandang dari pihak pencari kerja dan pengusaha, konselor
berusaha membangun suasana the right man on the right place, menempatkan
pekerja secara tepat sesuai dengan kondisi pribadinya, bakat, minat, serta
bidang keahliannya. Layanan penempatan seperti ini juga berlaku bagi para
pekerja yang menempati posisi baru dalam struktur atau penjajagan yang ada.
b. Penyesuaian Kerja
Kepada para pekerja pemula konselor memberikan layanan orientasi. Para
pemula itu perlu mendapat persepsi yang tepat, wawasan yang memadai dan
cara-cara yang akurat tentang bidang kerja yang baru dijabat itu. Tema utama
bidang pelayanan ini adalah Penyesuaian diri secara tepat dan cepat terhadap
tuntutan kinerja di tempat yang baru. Penyesuaian yang seperti ini akan
memberikan jaminan awal tentang keberhasilan kerja para pemula itu.
c. Kepuasan Kerja
Keadaan yang diharapkan adalah para pekerja merasa senang bekerja,
merasa kerasan dan puas dengan kondisi yang ada. Kondisi ini akan
mengantarkan para pekerja itu bertugas lebih lanjut dengan semangat yang
cukup tinggi bahkan semakin tinggi. Keadaan ketidak puasan yang menimpa
para pekerja dan pemula, perlu diberikan bantuan layanan konseling untuk
mengembalikan semangat kerja dan sikap positif terhadap pekerjaan mereka
itu.
d. Kepindahan Kerja
Kepindahan para pekerja tidak hanya di latar belakangi oleh faktor ketidak
puasan dengan pekerjaan yang lama, ada kemungkinan mereka ingin pindah
karena ingin memperolah pengalaman baru atau alasan-alasan lainnya.
Apapun alasannya, proses pemindahan kerja itu sering kali memerlukan
bantuan konseling baik untuk penempatan maupun penyesuaian.
e. Pengentasan Masalah Lainnya
Masalah-masalah pribadi berkenaan denga keluarga, kesehatan, sikap, dan
kebiasaan sehari-hari, hoby dan waktu senggang, hubungan sosial
kemasyarakatan, dan lain sebagainya merupakan obyek penggarapan
konseling. Apabila masalah-masalah ini dibiarkan membesar, sedikt
banyaknya akan mempengaruhi hubungan kerja dan kinerja pekerja yang
bersangkutan dengan perusahaannya. Sebaliknya apabila masalah-masalah
pribadi tersebut dapat ditangani dengan baik, dampak positifnya terhadap
hubungan kerja dan kinerja pekerja yang dimaksud akan dapat dipertahankan
atau bahkan ditingkatkan.
C. Kopetensi Konselor Di Perusahaan/Dunia Indutri
The National Employment Counselors Association (1975)
memperkenalkan kemampuan-kemampuan dasar/kompetensi yang harus
dikembangkan oleh konselor untuk menyelesaikan tanggung jawabnya secara
efektif, kompetensi itu yaitu:
a. Keterampilan sosial, yaitu kemampuan membentuk kepercayaan, terbuka
dan hubungan yang bermanfaat dengan konseli serta dengan cermat
menginterpretasikan perasaan baik verbal maupun non verbal dan
memberikan pemahaman kepada para pelamar infor masi yang
dibutuhkan.
b. Keterampilan menilai individu dan kelompok, yaitu kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap individu dan pengaturan kelompok yang
disertai dengan penilaian dan pengukuran dari kebutuhan-kebutuhan
konseli, karakteristik, potensi, perbedaan individu dan penilain diri
sendiri.
c. Konseling kelompok, yaitu kemampuan untuk menerapkan prinsip-prinsip
dasar dinamika kelompok dan peran-peran kepemimpinan yang
berkelanjutan untuk membantu anggota kelompok untuk memahami
permasalahan mereka dan langkah-langkah positif untuk pemecahan
masalah mereka.
d. Pengembangan dan penggunaan informasi yang terkait dengan
system, yaitu kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan
bidang pendidikan, jabatan dan informasi pasar tenaga kerja untuk
membantu konseli didalam membuat keputusan-keputusan dan
merencanakan jabatan.
e. Pengembangan rencana jabatan dan implementasinya, yaitu kemampuan
untuk membantu konseli didalam mengembangkan dan menerapkan suatu
rencana kerja yang pantas melalui arus prosedur perbaikan pekerjaan yang
diperlukan, termasuk pelatihan dan jasa yang mendukung terkait dengan
pekerjaan yang pantas.
f. Keterampilan penempatan, yaitu kemampuan untuk memastikan dan
mengkomunikasikan pemahaman yang dibutuhkan oleh pemberi
kerja, untuk membuat kontak pengembangan pekerjaan yang efektif, dan
untuk membantu konseli didalam menampilkan kecakapan-kecakapan
dalam hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan pemberi kerja.
g. Keterampilan hubungan dengan masyarakat, yaitu kemampuan,
pengetahuan yang luas yang didasarkan pada pengantar system layanan
yang penting di dalam masyarakat, untuk membantu konseli dalam
memperolah jasa yang dibutukananya.
h. Manajemen beban kerja dan keterampilan-keterampilan hubungan
didalam kantor, yaitu kemampuan untuk mengkoordinir berbagai aspek
konseling dari jumlah keseluruhan program pemanfaatan agen, hasil yang
berkelanjutan dan rangkaian yang penuh arti untuk konseli, staf agen dan
masyarakat.
i. Keterampilan pengembangan professional, yaitu kemampuan yang
didasarkan pada minat dalam pengembangan profesioanal lebih lanjut,
untuk terlibat dalam aktivitas promosi pengembangan secara individu dan
didalam profesi, dan untuk menunjukkan contoh, standard dan kinerja
konselor yang professional.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konseling sangat memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu
para pelaku atau pekerja dalam industry. konseling di industry merupakan
suatu usaha yang sengaja untuk menciptakan dan memelihara lingkungan
kerja yang dapat memberdayakan karyawan, menenangkan karyawan,
membantu atau memberikan konsultasi untuk menyelesaikan masalah mereka
dengan cara mereka sendiri.
Bimbingan, Konseling dan Industri digabungkan maka, dapat diartikan
sebagai ilmu terapan atau dasar yang menalaah dan menangani masalah
perilaku manusia yang timbul dalam proses produksi, distribusi dan konsumsi
barang dan jasa.
Media bimbingan dan konseling dalam penggunaannya harus relevan
dengan tujuan layanan dan isi layanan. Hal ini mengandung makna bahwa
penggunaan media dalam layanan bimbingan dan konseling harus melihat
kepada tujuan penggunaannya dan memiliki nilai dalam mengoptimalkan
layanan yang diberikan kepada konseli. Oleh karena itu dengan penggunaan
media dalam layanan bimbingan dan konseling berfungsi untuk meningkatkan
kualitas proses layanan bimbingan dan konseling.

B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan penyampaian
makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan dari kurangnya sumber
buku, pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk pemakalah guna mengingatkan dan memperbaiki setiap kesalahan yang
ada dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah. Terakhir tidak lupa
pemakalah mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://counselingcare.blogspot.com/2012/06/kompetensi-konselor-di-
dudi.html?m=1
http://salmiati3128.blogspot.com/2017/10/media-layanan-bk-industri.html?m=1
http://repository.uinbanten.ac.id/658/3/SKRIPSI.pdf

Anda mungkin juga menyukai