Anda di halaman 1dari 13

1

TUGAS 1
PENDEKATAN DAN TEKNIK DALAM BK

MIND MAPPING, PENJELASAN MIND MAPPING DAN PERTANYAAN

Tentang:

PANCAWASKITA

Oleh :

OLEH:
AYU PERMATA SARI
1309200

PROGRAM PASCA SARJANA BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
2

PANCAWASKITA
A. HAKEKAT KEBERADAAN
Dunia dan alam semesta dipenuhi dengan serba keberadaan. Terdapat tiga
keberadaan, yaitu:
1. Keberadaan yang sedang ada (KSA) : secara langsung menjadi isi dan dioleh dalam
tingkah laku manusia. Terwujud dalam bentuk benda nyata seperti kejadian, suasana
dan sistem dan lainnya yang bersangkut paut dengan tingkah laku seseorang. KSA
terwujud dalam kesadaran manusia. KSA mungkin menjadi suatu titik yang sedang
dijangkau oleh manusia.
2. Keberadaan yang mungkin mengada (KMA) : dapat diharapkan pada suatu saat
muncul serta menjadi isi dan diolah dalam tingkah laku. KMA berada pada alam
kemungkinan yang masih berada diluar jangkau manusia tetapi ada kemungkinan
untuk dijangkau.
3. Keberadaan yang pernah ada (KPA)

KMA dapat menjadi KSA, dan KSA dapat pula menjadi KPA. Dan sangat
mungkin KPA muncul kembali menjadi KSA melalui KMA. KSA dan KMA mempunyai
peluang dan keterbatasan. Didalam kekuasaan tuhan KSA bersifat manusiawi yang
ditentukan oleh ruang dan waktu serta unsure kondisioning. Sedangkan peluang
keterbatasan KMA bersifat abadi.

B. GATRA
Keberadaan adalah sesuatu yang penuh arti. Gatra adalah sesuatu yang penuh arti.
Dalam dirinya sendiri gatra memilki arti tersendiri. Disamping itu arti gatra dapat
diberikan dari luar oleh orang-orang yang menghayati arti gatra tersebut. Arti dari
dalam (ADD) bersifat among dan apa adanya (unik dan objektif) serta arti dari luar
(ADL) bersifat lentur.
Meskipun ADD sudah dibawa dengan sendirinya dalam gatra, namuntidak selalu
terlita karena ia kadang tersembunyi dan menunggu pengungkapan pihak yang
berkepentingan. Berbeda dengan ADL dapat dibawa kemana saja oleh si pemberi arti.
ADD dan ADL ini tergantung pada pengetahuan, kemampuan dan bersifat menetap.
Sifat keberadaan gatra adalah seperti sifat – sifat keberadaan benda pada
umumnya. Ada yang “padat”, artinya bentuk dan isinya lebih pasti dan tidak mudah
3

diubah; ada yang “cair”, artinya bentuk dan isinya mudah berubah; ada pula yang ibarat
“gas” artinya bentuk, isi, dan kepadatannya amat mudah berubah, mengembang dan
menguap. Demikian juga “warna” gatra. Ia dapat berwarna tunggal ataupun berwarna –
warni bagai pelangi, ataupun kabur, buram, atau tanpa warna sama sekali.
ADD dan ADL suatu gatra tidak selalu sama, melainkan justru seringkali tidak
bersesuaian, bahkan bertentangan. Keserasian antara ADD dan ADL suatu gatra akan
mewujudkan kesatuan, kebulatan dan kemantapan arti dari gatra yang dimaksudkan.
Sebaliknya, jika keserasian antara ADD dan ADL timpang, atau bahkan bertentangan,
maka akan terjadi kesalahartian dengan berbagai akibatnya.
Semua gatra yang menempati alam sepanjang zaman adalah ciptaan tuhan yang
maha kuasa. Dalam penciptaannya tuhan memberikan ADD pada tiap gatra dan
kemungkinan ADLnya. Masing-masing gatra tersebut berkembang pasang surut dengan
penampilan ADD dan ADLnya sesuai fitrah dan nasib di bawah kekuasaan dan kasih
sayang sang pencipta.

C. HAKIKAT MANUSIA
Manusia adalah suatu keberadaan dalam alam semesta ini; sebuah gatra. Berbeda dari
gatra – gatra lain yang bukan manusia, ADD dan ADL pada manusia dapat diberi ciri
berikut:
1. ADD sangat bervariasi antara individu yang satu dengan individu lainnya; individu
dapat memahami ADD-nya sendiri.
2. Selain dapat memberikan ADL kepada gatra-gatra di luar dirinya, manusia pun
dapat memberikan ADL kepada dirinya sendiri.
3.   Antar sesama individu atau sekelompok manusia dapat saling memberikanADL.
4. ADD dan ADL terhadap diri sendiri serta ADL dari luar diri sendiri terus menerus
berinteraksi yang menghasilkan perkembangan pada diri individu.
Ciri-ciri ADD dan ADL seperti itulah kiranya yang membedakan secara amat tajam
antara manusia dan bukan manusia sebagai makhluk Tuhan. Lebih dari makhluk-
makhluk lainnya, manusia adalah makhluk yang tertinggi derajatnya. Ketertinggian
derajat ini diperlengkapi dengan lima dimensi kemanusiaan yang melekat pada diri setiap
insan, yaitu:
1. Dimensi fitrah (dimfit).
2. Dimensi keindividualan (dimin).
4

3.   Dimensi kesosialan (dimsos).


4.    Dimesi kesusilaan (dimsus).
5.    Dimensi keberagaman (dimag).

D. INDIVIDU DAN PERKEMBANGANNYA


Seorang individu adalah sebuah gatra alam semesta. Individu merupakan sumber
energy yang bila dikembangkan ia akan dapat bermanfaat bagi individu itu sendiri
individu lain dan lingkungannya. Energi yang terdapat pada diri individu selain kondisi
jasmaninya terpancar dalam panca daya yang meliputi daya taqwa, cipta, rasa, karsa dan
karya. Pancadaya juga dapat dsebut sebagai sarana instrumental dasar yang dikaruniakan
tuhan pada manusia untuk perkembangannya.
Perkembangan individu secara menyeluruh dan terpadu itu yang meliputi
perkembangan individu secara menyeluruh dan terpadu yang meliputi perkembangan
gatra-gatra dengan ADD dan ADL nya serta perkembangan segenap unsure pancadaya
dan dimensi kemanusian merupakan hasil pengaruh dari lima kekuatan di luar individu
(likuladu) yaitu gizi, pendidikan, sikap dan perlakuan orang lain, budaya dan kondisi
incidental.

E. TINGKAH LAKU DAN KEPRIBADIAN


Tingkah laku individu yang bersumber pada panca daya itu diwarnai oleh lima
kondisi yang ada pada diri individu (masidu) yaitu rasa aman, kompetensi, aspirasi,
semangat dan penggunaan kesempatan. Kondisi individu tersebut sangat mempengaruhi
tingkah laku.
Pancadaya merupakan sumber tingkah laku manusia sedangkan masidu adalah
yang mempengaruhi dan mewarnai secara langsung tingkah laku. Perkembangan
pancadaya- likuladu-masidu akan membentuk pribadi individual yang setiap kali
terwujud dalam tingkah laku. Dengan demikian kepribadian merupakan merupakan
energy individu dengan matra tiga dimensi pancadaya-likuladu –masidu (dimensi
5x5x5).

F. PERMASALAHAN INDIVIDU
Permasalahan yang dialami oleh seorang individu terwujud di dalam tingkah
lakunya. Ukuran kebermasalahannya tingkah laku individu diadu kepada nilai-norma- dan
5

moral yang berlaku pada kehidupan sosio-budaya di lingkungannya. Memperhatikan


dimensi 5x5x5 diatas, maka dapat diketahui bahwa akar dari permasalahan individu
adalah kualitas pancadaya yang telah terkembangkan , likuladu, dan masidu, yaitu:
1. Ketaqwaan yang terputus.
2. Daya cipta yang lemah.
3. Daya rasa yang tumpul.
4. Daya karsa yang mandeg.
5. Daya karya yang mandul.
6. Gizi yang rendah.
7. Pendidikan yang macet.
8. Sikap dan perlakuan yang menolak dan kasar
9. Budaya yang terbelakang.
10. Kondisi insidental yang merugikan.
11. Rasa aman yang terancam.
12. Kompetensi yang mentok.
13. Aspirasi yang terkungkung
14. Semangat yang layu.
15. Kesempatan yang terbuang.
Secara umum keadaan pancadaya, likuladu dan masidu yang tidak atauvkurang
menguntungkan akan menimbulkan permaslahan pada diri individu.dari pad itu,
pengaruh likuladu dan masidu bersifat lebih langsung daripada pancadaya dan lebih
khusus lagi, pengaruh masidu lebih langsung daripada likuladu terhadap permasalahan
individu.
G. KONSELING PEMBEBASAN DAN PEMBANGUNAN
Proses konseling difokuskan pada upaya uantuk mengentaskan masalah. Inti
pengentasan masalah itu ialah kemandirian individu dengan lima cirri (mancirman),
yaitu:
1. Pemahaman dan peneriman lingkungan secra objektif dan dinamis
2. Pengambilan keputusan secara tepat
3. Pengarahan diri sesuai dengan sesuai dengan keputusan yang telah diambil
4. Pemahaman dan penerimaan lingkungan secara objektif dan dinamis
5. Perwujudan diri secara optimal
6

Orang yang bermasalah memperlihatkan kemandirian yang terganggu. Dimana


orang yang bermasalah mengalami keredupan energy didalam dirinya. Dengan demikian,
fokus konseling adalah mengaktifkan dan membangun energy yang ada pada diri
individu untuk sebesar-besarnya kemanfaatan bagi diri sendiri dan lingkungannya.

H. PROSES KONSELING
Proses konseling merupakan upaya pengantaran gatra. Suatu segi proses ini
mengungkapkan dan mengembangkan ADD gatra-gatra pada klien dan disisi lain
memberikan ADL yang tepat pada gatra tersebut. Gatra yang berupa tindakan yang salah
suai (tindakan yang menyimpang), pola pikir tidak rasional, perasaan berdosa, tidak naik
kelas, keadaan ditinggal pacar, misalnya merupakan gatra-gatra yang perlu mendapat
perhatian penuh dalam konseling. Demikian pula gatra -gatra yang lebih bersifat positif,
seperti mendapat juara kelas, IQ 130, berparas cantik, tidak pernah sakit keras, rajin
sholat.

Dalam menyikapi dan menangani gatra-gatra tersebut yang harus dilakukan:


1. Konselor memandang klien sebagai sisi tertentu yang penuh arti dan tidak boleh
diabaikan begitu saja.
2. ADD gatra klien perlu dikaji agar terungkap dan disadari olehnya, selanjutnya
kepadanya diberikan ADL yang tepat dan positif.
3. KSA yang merupakan perwujudan gatra yang menjadi fokus konseling diberikan
makna yang tepat dan positif dengan mengantisipasi KMA-nya.
4. Pemaknaan KSA dengan mengantisipasi KMA-nya itu secara langsung mengarah
kepada penampilan KSA baru sebagai realisasi KMA positif yang terkandung di
dalam gatra yang dimaksud.
5. Pada proses pengungkapan, analisis, pemaknaan dan pembinaan itu
memungkinkan diterapkannya berbagai pendekatan dan teknik konseling.

Kelima langkah dalam konseling tersebut merupakan proses penggatraan gatra


melalui pendekatan konseling eklektik. Gatra-gatra (lama) yang semula muncul setelah
diproses dalam konseling diubah atau dikembangkan menjadi gatra – gatra baru yang
lebih menunjang kemandirian klien seperti:
7

Gatra Lama Gatra Baru


   Tindakan salah suai Tindakan yang lebih efektif dan efisien.

 Pola pikir tidak rasional Pola pikir rasional.

 Perasaan berdosa Suasana bertobat.

Tidak naik kelas Kemauan untuk belajar lebih keras, dikuasainya


keterampilan belajar yang lebih efektif.

Ditinggal pacar Sabar dan tawakal, lebih percaya diri.

Juara kelas Semangat bersaing secara sehat dalam belajar.

IQ 130 Lebih giat belajar.

Berparas cantik Bersyukur kepada Tuhan YME, upaya


meningkatkan femininitas lebih hati – hati
menjaga diri.
Tidak pernah sakit keras Bersyukur dan lebih giat bekerja.

Rajin sholat Lebih banyak berdoa, bekerja dan beramal.

Paradigma
PPrayPrayitno (1998:22) menjelaskan konseling yang lengkap meliputi lima
proses, yaitu:
1. Pengantaran (introduksi)
Mengantarkan klien memasuki kegiatan konseling dengan segenap pengertian,
tujuan dan asas yang menyertainya. Proses pengantaran ini ditempuh melalui
kegiatan penerimaan yang bersuasana hangat, permisif dan KTPS (klien tidak
pernah salah) serta penstrukturan.
2. Penjajagan (investigasi)
Diibaratkan sebagai membuka dan memasuki ruangan sumpek atau hutan
belantara yang berisi gatra-gatra klien bersangkut paut dengan perkembangan
dan permasalahannya. Sasaran penjajagan adalah hal-hal yang dikemukakan
klien dan hal-hal yang perlu dipahami tentang diri klien. Seluruh sasaran
penjajagan ini adalah sebagai gatra yang selama ini terpendam, tersalahartikan
dan / atau pun terhambat pengembangannya pada diri klien.
3. Penafsiran (interpretasi)
8

Apa yang terungkap melalui penjajagan merupakan berbagai gatra yang perlu
diartikan. Gatra-gatra klien itu (yang cukup signifikan) perlu diketahui ADD-nya
secara tepat dan diberikan ADL-nya secara positif, dinamis dan tepat pula. Gatra
yang besar diurai menjadi gatra yang lebih kecil, sebaliknya sejumlah gatra
dirangkum menjadi gatra yang lebih luas; gatra yang satu dikaitkan dan di lihat
relevansinya dengn gatra atau gatra-gatra lainnya. Hasil proses penafsiran (an-3)
ini pada umumnya adalah aspek-aspek KSA dan KMA pada diri klien dengan
jelas, tepat dan terjangkau segi-segi dinamikanya. Dalam rangka penafsiran ini,
upaya diagnosis dan prognosis dapat memberikan manfaat yang berarti.
4. Pembinaan (intervensi)
Mengacu kepada pengentasan masalah dan pengembangan diri klien. Upaya
pembinaan diarahkan bagi terwujudnya KMA yang telah dihasilkan melalui
proses interpretasi. Arah dan sasaran jangka pendek dan langsung pembinaan
adalah terkembangkannya masidu yang lebih memandirikan dan
membahagiakan klien dan lingkungannya serta produktif. Dengan berbagai
teknik khusus dalam konseling sasaran jangka pendek itu didorong
pencapaiannya. Sedapat-dapatnya proses konseling hendaknya juga mampu
menyentuh likuladu yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan klien.
5. Penilaian (inspeksi)
Upaya pembinaan melalui konseling diharapkan menghasilkan hal-hal ataupun
perubahan yang berguna bagi klien, khususnya berkenaan dengan masidu. Lebih
konkrit lagi, hasil-hasil tersebut hendaknya berapa meningkat dan semakin
efektifnya wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap (WPKNS) bagi
kehidupan klien dalam lingkungan lirahid. Kadar perubahan yang terjadi pada
diri individu/ klien dapat diungkapkan atau dinilai (an-5) segera menjelang
diakhirinya proses konseling, dalam jangka pendek beberapa hari kemudian, atau
dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Setiap penilaian, baik diakhir proses konseling, jangka pendek maupun jangka
panjang, perlu diikuti tindaklanjutnya demi keberhasilan klien yang lebih jauh.
Tindak lanjut itu dapat mencegah perlu diadakannya konseling lanjutan,
penerapan pendekatan dan teknik-teknik lain dalam proses konseling,
ditampilkannya materi bahasan yang baru dan / atau lebih mendalam, dan nilai
sebagainya, serta bila diperlukan tindak lanjut yang berupa alih tugas khusus.
9

I. KEEKLEKTIKAN
Seluruh proses konseling diselenggarakan melalui berbagai teknik yang dipilih
secara eklektik dari khasanah ilmu dan teknologi konseling yang berpangkal pada
sejumlah teori atau pendekatan, seperti pendekatan direktif-nondirektif, humanistic-
behavioristik, kognitif-emosional-afektif. Teknik konseling yang diturunkan dari
berbagai pendekatan itudapat digolongkan kedalam teknik umum yaitu teknik yang
dipakai dalam membentuk dan menyelenggarakan proses konseling pada umumnya serta
teknik khusus yakni teknik yang bertujuan untuk membentuk kemampuan tertentu pada
diri klien.
Prayitno (2009:44) teknik umum konseling yang diambil dari berbagai
teori/pendekatan diatas adalah:
1. Penerimaan terhadap subjek yang akan dilayani
2. Sikap dan jarak duduk
3. Kontak mata
4. Tiga M (mendengarkan, memahami dan merespon)
5. Kontak psikologis
6. Penstrukturan
7. Ajakan berbicara
8. Dorongan minimal
9. Pertanyaan terbuka
10. Refleksi isi dan perasaan
11. Penafsiran
12. Penyimpulan
13. Konfrontasi
14. Keruntutan
15. Strategi “pemfrustasian”
16. Strategi “tidak memaafkan”
17. Suasana diam
18. Tranferensi dan kontra transferensi
19. Teknik eksperiensial
20. Interpretasi pengalaman masa lalu
10

21. Asosiasi bebas

Adapun teknik khususnya adalah:


1. Pemberian informasi
2. Pemberian contoh
3. Ajakan untuk memikirkan yang lain
4. Perumusan tujuan
5. Peneguhan hasrat
6. Latihan penenangan: penuh dan sebagian
7. Desensitisasi dan sensitisasi
8. Kursi kosong
9. Permainan peran/dialog
10. Latihan keluguan
11. Latihan seksual
12. Analisis transaksional
13. Analisis gaya hidup
14. Pemberian nasehat
15. Kontrak

J. PANCAWASKITA
Konselor professional dituntut mengintegrasikan lima factor yang mempengaruhi
perkembangan dan kehidupan individu, yaitu pancasila, pancadaya , liharid, likuladu dan
masidu. Waskita merupakan sifat yang terpancar dalam kiat dan kinerja yang penuh
dengan keunggulan semangat disertai dengan : Kecerdasan, Kekuatan, Keterarahan,
Ketelitian dan Kearif bijaksanaan

Kewaskitaan konselor selain mengacu kepada kelima factor yang mempengaruhi


perkembangan dan kehidupan individu. Juga kepada lima proses dalam kegiatan
konseling melalui pendekatan / teori dan teknik-tekniknya dengan volume yang tepat,
Sertya kepada penerapan aspek-aspek psikologi dan pendidikan dalam membantu
individu melalui konseling, baik melalui format perorangan ataupun kelompok.
Konseling pancawasita (Kopasta) sangat mengandalkan pengembangan dan penerapan/
perwujudan pancadaya dalam tingkatannya yang tinggi. Dengan demikian kopasta
merupakan proses yang beragama, berkecerdasan, berperasaan, bersemangat dan
11

produktif mengacu kepada perikehidupan yang bertadab, adil, sejahtera, demokraktis dan
modern.

PERTANYAAN

1. Sebutkan keberadaan-keberadaan yang ada dialam semesta….


a. KSA, KPA dan KMA
b. KSA, KMA dan KKM
c. KSA dan KPA
d. KSA dan KMA
e. KMA dan KPA

Jawaban : A

2. Dari pernyataan dibawah ini manakah yang bukan merupakan cirri ADD dan ADL
manusia….

a. ADD sangat bervariasi antara individu yang satu dengan individu lainnya; individu
dapat memahami ADD-nya sendiri.
b. Selain dapat memberikan ADL kepada gatra-gatra di luar dirinya, manusia pun
dapat memberikan ADL kepada dirinya sendiri.
c. Antar sesama individu atau sekelompok manusia dapat saling memberikanADL
d. ADD dan ADL terhadap diri sendiri serta ADL dari luar diri sendiri terus menerus
berinteraksi yang menghasilkan perkembangan pada diri individu.
e. ADD dan ADL manusia menjadi tulang punggung kehidupannya

Jawaban: E

3. Apa saja yang merupakan dimensi kemanusiaan…

a. Dimensi fitrah (dimfit).


b. Dimensi keindividualan (dimin).
c.   Dimensi kesosialan (dimsos).
d.    Dimesi kesusilaan (dimsus).
e.    Semua Jawaban Benar
Jawaban : E
12

4. Apa saja yang termasuk pada likuladu....


a. Gizi
b. Pendidikan
c. sikap dan perlakuan orang lain
d. budaya dan kondisi incidental.
e. Semua Benar
Jawaban: E
5. rasa aman, kompetensi, aspirasi, semangat dan penggunaan kesempatan merupakan…

a. MANCIRMAN
b. LIKULADU
c. ADD
d. ADL
e. GATRA
Jawaba : A
13

KEPUSTAKAAN

Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: UNP Press


------------. 2009. Wawasan Profesional Konseling. Padang: UNP Press

Anda mungkin juga menyukai