Anda di halaman 1dari 5

Gaya kepemimpinan kontinum dan gaya managerial grid

a. Gaya kepemimpinan kontinum


 Gaya ini sebenarnya termasuk klasik. Orang yang pertama kali mengenalkan ialah
Robert Tannenbaum dan Warren Schimdt. Ada dua bidang pengaruh yang ekstrem.
Pertama, bidang pengaruh pimpinan dan kedua bidang pengaruh kebebasan bawahan.
Pada bidang pertama Tinggi dukungan dan rendah pengarahan G3 Tinggi pengarahan
dan tinggi dukungan G2 Rendah dukungan dan rendah pengawasan G4 Tinggi
pengarahan dan rendah dukungan G1 pemimpin menggunakan otoritasnya dalam gaya
kepemimpinannya, sedangkan pada bidang kedua pemimpin menunjukan gaya
demokratis. Kedua bidang pengaruh ini dipengaruhi dalam hubungannya kalau
pemimpin melakukan aktivitas pembuatan keputusan. Ada tujuh model gaya
pembuatan keputusan yang dilakukan pemimpin. Ketujuh model ini masih dalam
kerangka dua gaya otokratis dan demokratis di atas. Ketujuh model keputusan
pemimpin itu dijelaskan sebagai berikut. :
1. Pemimpin membuat keputusan kemudian mengumumkan kepada bawahannya. Dari
model ini terlihat bahwa otoritas yang digunakan atasan terlalu banyak sedangkan
daerah kebebasan bawahan sempit sekali.
2. Pemimpin menjual keputusan. Dalam hal ini pemimpin masih terlihat banyak
menggunakan otoritas yang ada padanya, sehingga persis dengan model yang
pertama. Bawahan disini belum banyak terlibat dalam pembuatan keputusan.
3. Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan mengundang
pertanyaanpertanyaan. Dalam model ini pemimpin sudah menunjukkan kemajuan,
karena membatasi penggunaan otoritas dan member kesempatan pada abawahan
untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bawahan sudah sedikit terlibat dalam
pembuatan keputusan.
4. Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang kemungkinan dapat
diubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat dalam rangka pembuatan keputusan,
sementara otoritas pemimpin sudah mulai dikurangi penggunaannya.
5. Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran, dan membuat keputusan.
Model ini sudah jelas, otoritas pimpinan digunakan sedikit mungkin, sebaliknya
kebebasan bawahan dalam berpatisipasi membuat keputusan sudah banyak
digunakan.
6. Pimpinan merumuskan batas-batasnya dan meminta kelompok bawahan untuk
membuat keputusan. Partisipasi bawahan dalam kesempatan ini lebih besar
dibandingkan dalam model kelima diatas.
7. Pimpinan mengizinkan bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas
yang telah dirumuskan oleh pimpinan. Model ini terletak pada titik ekstrem
penggunaan kebebasan bawahan, adapun titik ekstrem penggunaan otoritas
terdapat pada model nomor satu diatas.

 Model Kepemimpinan Kontinum (Otokratis-Demokratis). Tannenbaun dan Schmidt


dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi
pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang
disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim
lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
 Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa
atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di
tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada
pada dirinya serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya
dipengaruhi melalui ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya
kepemimpinan ini mempunyai manfaat antara lain, pengambilan keputusan
cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman
dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu, orientasi utama dari perilaku otokratis
ini adalah pada tugas.
 Perilaku demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa
atau wewenang yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan
dimotivasi dengan tepat dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya
berusaha mengutamakan kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, di
mana si pemimpin senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari
bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi dan keputusan kelompok.
Namun, kenyataannya perilaku kepemimpinan ini tidak mengacu pada dua
model perilaku kepemimpinan yang ekstrim di atas, melainkan memiliki
kecenderungan yang terdapat di antara dua sisi ekstrim tersebut. Tannenbaun
dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) mengelompokkannya menjadi
tujuh kecenderungan perilaku kepemimpinan. Ketujuh perilaku inipun tidak
mutlak melainkan akan memiliki kecenderungan perilaku kepemimpinan
mengikuti suatu garis kontinum dari sisi otokratis yang berorientasi pada tugas
sampai dengan sisi demokratis yang berorientasi pada hubungan.

Ada tujuh butir perilaku bahwa para manager:


1. Membuat keputusan dan mengumumkannya
2. Membuat keputusan dan menawarkannya
3. Mengemukakan keputusannya dan memberi kesempatan untuk
mempertanyakannya
4. Manager mengemukakan keputusan sementarayang masih dapat diubah
5. Menentukan beberapa batasan dan meminta bawahan untuk membuat
keputusan
6. Mengizinkan bawahan membuat keputusan
 Tannenbaum dan Schmidt mengusulkan bahwa seorang manajer perlu
mempertimbangkan tiga perangkat kekuatan sebelum memilih gaya kepemimpinan,
yaitu: kekuatan yang ada dalam diri pemimpin itu sendiri, kekuatan yang ada pada
bawahan, dan kekuatan yang ada dalam situasi. Sehubungan dengan teori tersebut,
terdapat tujuh tingkat hubungan pemimpin dengan bawahan yaitu:
1. pemimpin mengambil keputusan dan mengumumkannya,
2. pemimpin menjual keputusan,
3. pemimpin menyajikan gagasan dan mengundang pertanyaan,
4. pemimpin menawarkan keputusan sementara yang masih diubah,
5. pemimpin menyajikan masalah, menerima saran, membuat keputusan,
6. pemimpin menentukan batas-batas, meminta kelompok untuk mengambil keputusan,
dan
7. pemimpin membolehkan bawahan dalam batas yang ditetapkan atasan

 Gaya kepemimpinan kontinum adalah gaya kepemimpinan yang menggabungkan 2


(dua) tipe kepemimpinan (otokratis dan demokratis). Gaya kepemimpinan ini
dipopulerkan oleh Robert Tannenbaun dan Warren Schmidt dalam Hersey dan
Blanchard (1994). Pada mulanya gaya kepemimpinan kontinum ini ditulis pada tahun
1958 oleh Tannenbaum dan Warren Schimdt dan kemudian diperbarui pada tahun
1973.Definisi GAYA KEPEMIMPINAN KONTINUMGagasan gaya kepemimpinan kontinum
Robert Tannenbaun dan Warren Schmidt menggambarkan gagasannya bahwa ada dua
pengaruh yang ekstrem pemimpim memengaruhi bawahannya.Pemimpin menonjolkan
perilaku otokrasi yaitu dengan memengaruhi bawahan menggunakan kekuasaan dan
wewenang yang dimilikinya.emimpin menonjolkan perilaku demokratis yaitu dengan
memengaruhi bawahan menggunakan kebebasan bawahan.MODEL GAYA
PENGAMBILAN KEPUSTUSANBerikut ini beberapa model gaya pembuatan keputusan
yang dilakukan oleh seorang pemimpin, yaitu:Pemimpin membuat keputusan dan
kemudian mengumumkan kepada bawahannya.Pemimpin menjual
keputusan.Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan mengundang
pertanyaan-pertanyaan.Pemimpin memberikan keputusan bersifat sementara yang
kemungkinan dapat dirubah.Pemimpin menjelaskan masalah atau persoalan, meminta
saran-saran, dan membuat keputusan.Pemimpin merumuskan batas-batasannya dan
meminta kelompok bawahan untuk membuat keputusan.Pemimpin mengizinkan
bawahan melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh
pemimpin.KELEMAHAN GAYA KEPEMIMPINAN KONTINUMGaya kepemimpinan
kontinum memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut :Pemimpin hanya
melibatkan langkah awal menetapkan suatu tugas kepada bawahan, bukan melibatkan
bawahan pada proses yang dapat menentukan efektivitas hasilnya.Gaya kepemimpinan
ini mengasumsikan bahwa seorang pemimpin memiliki informasi yang cukup untuk
menentukan disposidi untuk diri sendiri maupun tim.Menganggap lingkungan di sekitar
netral, tidak terikat ikatan sosial maupun politik.Keputusan yang dibuat untuk
menyederhanakan dua kutub dimensi terasa kompleks.Kelebihan gaya kepemimpinan
kontinumBerikut ini beberapa kelebihan gaya kepemimpinan Kontinum, antara lain
sebagai berikut :Pemimpin memberikan berbagai pilihan keterlibatan bagi bawahan
dalam pengambilan keputusan.Gaya kepemimpinan ini menyajikan kriteria untuk
keterlibatadan dan delegasi dalam pengambilan keputusan.Pembuat keputusan
berfokus pada kriteria yang relevan misalnya, gaya dan waktu.Menekankan
pengembangan dan pemberdayaan karyawan dengan melibatkan partisipasi bawahan
dalam pengambilan keputusan.Gaya kepemimpinan ini melihat bagaimana delegasi dari
seorang pemimpin kepada bawahan memberi sifat efektif bagi pengambilan keputusan.

b. Gaya Managerial Grid


Salah satu usaha yang terkenal dalam rangka mengidentifikasikan gaya kepemimpinan
yang diterapkan dalam manajemen ialah managerial grid. Usaha ini dilakukan oleh
Robert R. Blake dan Jane S. Mouton. Dalam pendekatan managerial grid ini, manajer
berhubungan dengan dua hal, yakni produksi di satu pihak dan orang-orang di pihak
lain. Sebagaimana dikehendaki oleh Blake dan Mouton, managerial grid menekankan
bagaimana manajer memikirkan produksi dan hubungan manajer serta memikirkan
produksi dan hubungan kerja dengan manusianya. Bukannya ditekankan pada berapa
banyak produksi harus dihasilkan, dan berapa banyak Ia harus berhubungan dengan
bawahannya. Melainkan, jika ia memikirkan produksi maka harus dipahami bahwa
merupakan sikap bagi seorang pimpinan untuk mengetahui berapa banyak dan ragam
suatu produksi itu. Dalam hal ini ia harus mengetahui kualitas keputusan atau
kebijakankebijakan yang diambil, memahami proses dan prosedur, melakukan
penelitian dan kreativitas, memahami kualitas pelayanan stafnya , melakukan efisiensi
kerja, dan meningkatkan volume dari suatu hasil. Adapun memikirkan tentang orang-
orang yang dapat diartikan dalam pengertian dan cara yang luas. Hal ini meliputi unsure-
unsur tertentu seperti halnya tingkat komitmen pribadi terhadap pencapaian tujuan,
pertahanan harga diri dari pekerja, pendasaran rasa tanggung jawab lebih ditekankan
pada kepercayaan dibandingkan dengan penekanan keharusan, pemeliharaan pada
kondisi tempat kerja, dan terdapatnya kepuasan hubungan antarpribadi. Menurut Blake
dan Mouton, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokan sebagai gaya yang
ekstrem, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan berada di tengah-tengah
gaya ekstrem tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial grid itu antara lain
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pada Grid 1.1, manajer sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang
bekerja dengannya, dan produksi yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya. Dalam
menjalankan tugas manajer dalam Grid ini menganggap dirinya sebagai perantara yang
hanya mengkomunikasikan informasi dari atasan kepada bawahan.
2. Pada Grid 9.9, manajer mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk
memikirkan baik produksi maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Dia mencoba
untuk merencanakan semua usahanya dengan senantiasa memikirkan dedikasinya pada
produksi dan nasib orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Manajer yang
termasuk grid ini dapat dikatakan sebagai manajer tim yang riil (the real team manager).
Dia mampu memadukan kebutuhan-kebutuhan produksi dengan kebutuhan orang-
orang secara individu.
3. Pada Grid 1.9, gaya kepemimpinan dari manajer ini ialah mempunyai rasa tanggung
jawab yang tinggi untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya.
Tetapi pemikirannya mengenai produksi rendah. Manajer semacam ini sering
dinamakan pemimpin klub (the country club management). Manajer ini berusaha
menciptakan suasana lingkungan yang semua orang bisa bekerja rileks, bersahabat, dan
bahagia dalam organisasinya. Dalam suasana seperti ini tidak ada satu orangpun yang
mau memikirkan tentang usaha-usaha koordinasi guna mencapai tujuan organisasi.
4. Pada Grid 9.1, kadangkala manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan tugas
secara otokratis (autocratic task managers). Manajer semacam ini hanya mau
memikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi pelaksanaan kerja, tidak mempunyai
atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orang-orang yang bekerja dalam
organisasinya. Lebih dari itu, lebih menonjol otokratisnya pada gaya kepemimpinannya.
Selain empat gaya yang ekstrem diatas ada satu gaya yang berada di tengah-tengah.
Manajer semacam ini termasuk dalam grid 5.5. dalam hal ini manajer mempunyai
pemikiran yang medium baik pada produksu maupun pada orang-orang. Dia berusaha
mencoba menciptakan dan membina moral orang-orang yang bekerja dalam organisasi
yang dipimpinnya, dan produksi dalam tingkat yang memadai, tidak terlampau
mencolok. Dia tidak menciptakan target terlampau tinggi sehingga sulit dicapau, dan
berbaik hati mendorong orang-orang untuk bekerja lebih baik.

Referensi :
Gaya-Kepemimpinan.pdf
Kepemimpinan Kontinum (ub.ac.id)
3.5. Gaya Kepemimpinan Kontinum 3.6. Gaya Kepemimpinan menurut Likert (123dok.com)
(PPTX) Gaya kepemimpinan kontinem - PDFSLIDE.TIPS

Anda mungkin juga menyukai