Anda di halaman 1dari 8

G.

Empat Sistem Manajemen dari Likert

Menurut Likert pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya participative management.
Gaya ini menetapkan bahwa keberhasilankepemimpinan adalah jika berorientasi pada
bawahan, dan mendasarkan pada komunikasi. Likert merangcang 4 sistem kepemimpinan
dalam manajemen sebagai berikut:
a) Sistem 1, dalam sistem ini pemimpin bergaya sebagai exploitiveauthoritative.
Manajer dalam hal ini sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada
bawahannya.
b) Sistem 2, dalam sistem ini pemimpin dinamakan Otokratis yang baik hati
(benevolent authoritative). Pemimpin atau manajer yang termasuk dalam sistem
ini mempunyai kepercayaan yang berselubung, percaya pada bawahan, mau
memotivasi.
c) Sistem 3, dalam sistem ini gaya kepemimpinan lebih dikenal dengan sebutan
manajer konsultatif. Manajer dalam hal ini mempunyai sedikit kepercayaan pada
bawahan biasanya dalam hal ini kalau ia membutuhkan informasi, ide atau
pendapat bawahan, dan masih ingin melakukan pengendalian atas keputusan-
keputusan yang dibuatnya.Menurut Mondy dan Premeaux dalam Mesiono
(2014: 91) terdapat tiga dasar gaya kepemimpinan yang lebih dikenal secara luas
yaitu:
1. Gaya Otokratik.
Menyuruh kerjaan apa yang ditentukan oleh pemimpin, dan harus dipatuhi
tanpa bertanya. Kelompok pekerja ini tergolong teori X dari Mc. Gregor.
Gaya ini cukup berhasil jika tugas itu sederhana dan dikerjakan berulang-
ulang ditambah lagi waktu pemimpin untuk berhubungan dengan pekerja
sangat terbatas dan sangat singkat.
2. Gaya Partisipatif
Para pekerja dilibatkan dalam mengambil keputusan, sedangkan keputusan
akhir terletak pada pemimpin. Para pekerja akan merasa ikut bertanggung
jawab untuk mewujudkan rencana yang mereka ikut membuatnya.

1
3. Gaya Demokratik
Pemimpin mencoba melakukan apa yang diinginkan oleh sebagian besar
bawahan para pemimpin. Dengan gaya partisipatif dan gaya demokratif
cenderung melakukan pekerja/bawahan termasuk kelompok Teori Y dari
Mc, George. Banyak pihak lebih menyukai gaya demokratik dengan
pendekatan kelompok untuk meningkatkan manajemen.Menurut Nasrudin
(2010: 61) Kepemimpinan dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu
otoriter, laissez-faire, demokrasi, dan pseudo demokrasi.
a. Tipe otoriter
Tipe otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya secara penuh.
Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipengang oleh
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanan tugas yang telah diberikan.Tipe ini disebut juga tipe
kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota
kelompoknya.Rivai (2012: 36) menyatakan bahwa kepemimpinan ini
menempatkan kekuasaan ditangan satu orang. Pemimpin bertindak
sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-
mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan
kehendak pemimpin. Pimpinanmemandang dirinya lebih dalam
segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan
selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat
sesuatu tanpa diperintah.
b. Tipe laissez-faire
Mesiono (2014: 94) menyatakan bahwa para pemimpin dengan gaya
ini memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada kelompok dan
arahan kepada bawahan untuk membuat keputusan secara individual,
perlakuan kepada bawahan seolah-olah pemimpin tidak campur
tangan. Pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas kecil yang
bawahannya secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian

2
masalah yang dihadapi. Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya
pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya. Dia membiarkan
bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak
memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.
c. Tipe demokrasi
Gaya kepemimpinan demokrasi adalah gaya kepemimpinan yang
memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sabagai suatu tim
yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis, pemimpin
memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab
para bawahannya. Kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai
faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi.
Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang
dipimpinya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan
berbagai aspeknya, seperti dirinya juga.Dalam buku Khaerul Umam
(2012: 137) ada beberapa tipe kepemimpinan demokratis adalah
sebagai berikut:
1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari
pendapat bahwa manusia adalah makhluk yang termulia di dunia.
2. Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi
dengan kepentingan organisasi.
3. Senang menerima saran, pendapat, bahkan kritik dari
bawahannya.
4. Menoleransi bawahan yang melakukan kesalahan.
5. Lebih menitikberatkan kerja sama dalam mencapai tujuan.
6. Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin.
d. Tipe pseudo demokrasi.
Tipe ini disebut juga semi demokrasi atau manipulasi diplomatik.
Pemimpin pseudo-demokratis hanya tampaknya bersikap demokratis,
padahal sebenarnya dia bersikap otoriter. Misalnya, jika ia

3
mempunyai ide-ide, pikiran, atau konsep yang ingin diterapkan di
lembaga. Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih
mengarah pada kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk halus,
samar-samar, dan mungkin dilaksanakan tanpa disadari bahwa
tindakan itu bukan tindakan pemimpin yang demokratis.

H. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau
kerja suatu bagian. Sedangkan fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan
situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi masing-masing, yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan diluar situasi itu.
Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi
antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok/organisasi. Fungsi kepemimpinan
memiliki dua dimensi seperti:
a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok
kelompok/organisasi.Rivai (2012: 34) menyatakan bahwa secara operasional
dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana
perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan
dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
2. Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha
menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan
pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang
yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang

4
diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback)
untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat
diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan
lebih mudah menginstruksikan, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
3. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang
yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun
dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya,
tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak
mencapuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin
harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin bukan pelaksana.
4. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang
membuat/ menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa
persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu
pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
5. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif
mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi
yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Untuk mensistematika
kinerja dalam organisasi, menurut Kartono dalam Mesiono (2014: 78) seorang
pemimpin mempunyai fungsi-fungsi kepemimpinan diantaranya:
 Memprakarsai struktur organisasi.
 Menjaga adanya koordinasi dan integrasi organisasi, supaya semuanya
beroperasi secara efektif.

5
 Merumuskan tujuan institusional atau organisasional dan menentukan
sarana serta cara-cara yang efesien untuk mencapai tujuan tersebut.
 Menengahi pertentangan dan konflik-konflik yang muncul dan
mengadakan evaluasi serta evaluasi ulang.
 Mengadakan revisi, perubahan, inovasi pengembangan, dan
penyempurnaan dalam organisasi.
Handoko (2003: 299) menyatakan Aspek pertama pendekatan perilaku
kepemimpinan menekankan pada fungsifungsi yang dilakukan pemimpin dalam
kelompoknya. Agar kelompok berjalan dengan efektif, seorang pemimpin harus
melaksanakan dua fungsi utama:
1) Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task-related) atau pemecahan
masalah, fungsi ini menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan
pendapat dan,
2) Fungsi pemeliharaan kelompok (groupmaintenance) atau sosial, fungsi ini
mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih
lancar, persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat,
dan sebagainya.
Rivai (2012: 33) menyatakan bahwa tujuan pokok kegiatan pengendalian dalam
kepemimpinan adalah untuk memperoleh tanggapan berupa kesediaan mewujudkan
program kerja dari para anggota organisasi. Respons itu berarti juga sikap dan tingkah
laku yang menunujukkan ketaatan/ kepatuhan dalam melaksanakan tugas pokok yang
menjadi beban kerja masing-masing. Respons tersebut berupa kesetiaan/kepatuhan
pada pemimpin, yang diwujudkan dengan adanya kesediaan mengerjakan segala
sesuatu sesuai kehendaknya. Pemimpin menjalin hubungan kerja yang efektif melalui
kerja sama dengan orang-orang yang dipimpinya. Dengan demikian, semua program
kerja akan terlaksana berkat bantuan orang-orang yang dipimpinya, karena setiap
pemimpin tidak mungkin bekerja sendiri, dan tidak mungkin bertindak dengan
kekuasaannya untuk memerintah orang lain bekerja semata-mata untuk dirinya.
Kepemimpinan yang efektif seperti di atas dapat terlaksana secara dinamis, karena

6
kemampuan pucuk pimpinan dalam mengambil dan menetapkan keputusan-keputusan,
yang selalu dirasakan sebagai keputusan bersama, keputusan seperti itu merupakan
bagian dari kegiatan pengendalian dalam kepemimpinan yang memerlukan
proses.proses itu secara intensif dapat ditempuh melalui pertemuan atau rapat. Rapat-
rapat sebagai pengendalian dalam kepemimpinan, dapat diselenggarakan untuk
beberapa tujuan, antara lain:
 Untuk mengumpulkan informasi, pemikiran, pendapat dalam melaksanakan
program kerja organisasi.
 Untuk mengevaluasi program kerja organisasi.
 Untuk memecahkan masalah-masalah bersama.
 Untuk menyampaikan informasi, instruksi, dan memberikan bimbingan serta
arahan.
 Untuk berdiskusi, bertanya jawab, menghinpum umpan balik (feedback) dan
memberikan penjelasan-penjelasan, guna mengurangi dan menghindari jurang
komunikasi (communication gap) antara pimpinan dan anggota organisasi.
Dari uraian-uraian diatas jelas bahwa pengendalian dalam kepemimpinan, disatu
pihak bermaksud memelihara normanorma atau kepribadian atau kode etik organisasi
yang mampu mengatur dan menggerakkan anggota pada tujuan yang hendak dicapai,
sedang dipihak lain bermaksud juga agar norma-norma atau kepribadian kelompok selalu
seirama dengan perkembangan masyarakat, sehingga organisasi berkembang secara
dinamis, namun tetap terarah secara tepat pada tujuan bersama.

7
8

Anda mungkin juga menyukai