Pada tahun ke-2 H, shodaqoh fitrah diwajibkan. Shodaqoh fitrah, yang juga dikenal
sebagai zakat fitrah, diwajibkan setiap bulan puasa Ramadhan. Besarnya satu Sha kurma,
gandum, tepung keju atau kismis, atau setengah Sha gandum untuk setiap muslim, budak
atau orang bebas,laki-laki atau perempuan, muda atau tua, dan dibayar sebelum shalat id.
Sebelum diwajibkan, zakat bersifat sukarela dan belum ada peranan khusus atau
ketentuan hukum. Peraturan mengenai pengeluaran zakat muncul pada tahun ke-9 H, ketika
dasar islam telah kokoh, wilayah Negara berekspansi dengan cepat dan orang berbondong-
bondong masuk islam. Mulailah peraturan yang disusun meliputi sistem pengumpulan zakat,
barang-barang yang dikenai zakat, batas bebas zakat dan tingkat presentase zakat untuk
barang yang berbeda-beda.Para pengumpul zakat dikirim ke berbagai daerah dengan tugas
yang jelas. Mengumpulkan zakat bukanlah pekerjaan yang memerlukan purnawaktu dan
para pegawainya tidak diberikan gaji resmi, tetapi mereka mendapat bayaran tertentu dari
dana zakat.
Dimasa Rasulullah, zakat dan ushr adalah pendapatan paling utama bagi Negara.
Zakat dan Ushr berbeda dengan pajak, tetapi merupakan kewajiban agama dan termasuk
salah satu pilar Islam. Pada masa Rasulullah zakat dikenakan pada hal-hal berikut:
1. Benda logam yang terbuat dari emas. Seperti koin, perkakas, ornament dan bentuk
lainnya.
2. Benda logam yang teruat dari perak. Seperti koin, perkakas, ornament dan bentuk
lainnya.
3. Binatang ternak unta, sapi, domba, dan kambing.
4. Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan hewan.
5. Hasil pertanian termasuk buah-buahan.
6. Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh.
7. Barang temuan.
Pencatatan seluruh penerimaan Negara pada masa Rasulullah tidak ada karena
beberapa alasan. Pertama, jumlah orang islam yang bisa membaca sedikit dan jumlah orang
yang dapat menulis atau yang mengenal aritmatika sederhana lebih sedikit lagi. Kedua,
sebagian besar bukti pembayaran dibuat dalam bentuk sederhana baik yang didistribusikan
maupun yang diterima.Ketiga, sebagian besar dari zakat hanya didistribusikan secara
local.Keempat, bukti-bukti penerimaan dari berbagai daerah yang berbeda tidak umum
digunakan.Kelima, pada kebanyakan kasus ghanimah digunakan dan didistribusikan setelah
terjadi peperangan tertentu.
Catatan mengenai pengeluaran secara rinci pada masa Rasulullah juga tidak tersedia,
tetapi tidak bisa diambil kesimpulan bahwa system keuangan yang ada tidak dijalankan
sebagaimana mestinya atau membingungkan. Dalam kebanyakan kasus pencatatannya
diserahkan pada pengumpl zakat dan setiap orang yang terlatih dengan mengumpulkan
zakat. Setiap perhitungan yang ada disimpan dan diperiksa oleh Rasulullah. Selama tiga
belas tahun di makkah, kaum muslimin didorong untuk menginfakkan harta mereka buat
para fakir, miskin dan budak, namun sebelum ditentukan nisab dan beberapa kewajiban
zakatnya, juga belum diketahui apakah telah teroganisasi pengumpulan dan penyaluranya,
yang jelas kaum muslimin awal memberikan sebagian besar harta mereka untuk kepentingan
islam.1
Dalam bidang pengelolaan zakat Nabi Muhammad saw, memberikan contoh dan
petunjuk operasionalnya. Manajemen operasional yang bersifat teknis tersebut dapat dilihat
1Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar. 2001. Hml.33-36.
pada pembagian struktur amil zakat, yang terdiri dari: (1) Katabah, petugas yang mencatat
para wajib zakat, (2) Hasabah, petugas yang menaksir, menghitung zakat, (3)Juba>h,
petugas yang menarik, mengambil zakat dari para muzakki, (4) Khaza>nah, petugas yang
menghimpun dan memelihara harta, dan (5) Qasa>mah, petugas yang menyalurkan zakat
pada mustah}iq (orang yang berhak menerima zakat).2
PRIMER SEKUNDER
Biaya pertahanan, seperti: persenjataan, unta, Bantuan untuk orang yang belajar agama di
kuda, dan persediaan madinah
Penyaluran zakat dan ushur kepada yang Hiburan untuk para delegasi keagamaan
berhak menerimanya menurut ketentuan al-
Qur’an.
Pembayaran gaji untuk wali, qadi, guru, Hiburan untuk para utusan suku dan Negara
imam, muadzin. serta biaya perjalanan mereka
2 Faisal, SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT DI DUNIA MUSLIM DAN INDONESIA (Pendekatan Teori Investigasi-Sejarah
Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve), Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember 2011, hlm. 248.
Pembayaran utang orang yang meninggal
dalam keadaan miskin
Persediaan darurat
Dimasa Rasulullah, jumlah kuda di Arab sangat sedikit terutama kuda yang
dimiliki orang-orang Islam terutama digunakan untuk kebutuhan pribadi dan jihad
sehingga mereka dibebaskan dari kewajiban zakat. Pada periode selanjutnya, periode Abu
Bakar, kegiatan ternak dan memperdagangkan kuda dilakukan secara besar-besaran di
Syiria dan bagian lain dari daerah kekuasaan. Beberapa kuda memiliki nilai jual yang
tinggi dan orang-orang islam terlibat dalm perdagangan ini. Karena maraknya
perdagangan kuda.Mereka menanyakan kepada Abu Ubayda Gubernur Syiria, tentang
membayar zakat kuda dan budak.Gubernur memberitahu bahwa tidak zakat atas
3Faisal, SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT DI DUNIA MUSLIM DAN INDONESIA (Pendekatan Teori Investigasi-Sejarah
Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve), Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember 2011, hlm. 248.
keduanya. Kemudian mereka mengusulkan kebada Khalifah agar ditetapkan kewajiban
zakatnya tetapi permintaan mereka tidak dikabulkan.Mereke kemudian datang kembali
kepada Abu Ubayda dan bersikerah ingin membayar. Ahirnya beliau menulis surat
kepada Abu bakar dan Abu bakar menginstrusikan Gubernur untuk menerk zakat dari
mereka dan menditribusikkanya kepada fakir miskin dan para budak-budak. Pada masa
kekhalifahan Abu Bakar pernah terjadi serangan kaum muslim atas perintah Abu Bakar
terhadap para penentang pembayaran zakat. Ini menunjukkan bahwa negara memiliki
peranan dalam pemungutan zakat.
Baitul Maal pada masa ini juga tertata dengan baik dan rapi, pasalnya pendapatan negara
meningkat drastis dan juga sistem adminstrasi yang lengkap. Pada masa Ummar Ibn Khattab
beliau mendirikan departemen pelayanan militer, departemen kehakiman dan eksekutif,
depatemen pelayanan dan pengembangan islam dan departemen jaminan sosial untuk membantu
mendistribusikan harta baitul maal, Ummar Ibn Khattab juga mendirikan dewan islam yang
bertugas untuk memberikan tunjangan-tunjangan kepada angkatan perang dan pensiun.
Periode Usman Bin Affan (577-565 M)
Pengelolaan zakat pada periode Usman sebenarnya hanya melanjutkan kebijakan
yang ditetapkan oleh Umar. Pada periode ini perekonomian sangat baik umat muslim
sangat makmur. Harta zakat pada periode ini tertinggi daripada pada masa-masa sebelum
Usman, karena wilayah kekhalifahan semakin luas dan pengelolaan zalat semakin sulit
terjangkau membuat perhatian Usman akan pengelolaan zakat tidak sepenuh seperti
khalifah sebelumnya, sementara itu selain zakat ada beberapa sumber pendapatan yang
memadai seperti Kharaj(pajak tanah pertanian) dan Jizyah (pajak) sehingga Usman lebih
fokus pada hal ini dikarenakan presentasinya dapat berubah-ubah tidak seperti zakat yang
tetap seperti syariat islam.
Puncak keberhasilan pengelolan zakat terjadi pada masa khilafah Dinasti Umayyah
dan Abbasiyah. Ketika kejayaan islam mulai mengalami pasang surut dan didunia
berkembang konsep negara bangsa berdasarkan asas nasionalisme, maka umat islam tidak
lagi hidup dalam satu atap kekhalifahan, tetapi terpecah menjadi beberapa negara dengan
peraturan yang berbeda-beda. Namun semangat membayar zakat bagi umat Islam masih
terus berlanjut.
Secara historis disebutkan bahwa ada suatu kecenderungan penguasa muslim, sejak
Daulah Abbasiyah hingga Turky Usmani, yang selalu menunjukkan ajaran kedermawanan
islam dalam bentuk kelembagaan. Khusunya pendidikan dan madrasah. Terlihat
pemerintah/penguasa menyokong bahkan membiayai sepenuhnya lembaga tersebut, misanya
madrasah Nizamiyah yang didirikan pada abad ke 10 M dan 11 M. Kita tahu bahwa Turky
Usmani juga menyisihkan diri dari sebagian anggaran belanjanya untuk kepentingan
beasiswa bagi penuntut ilmu di kota-kota keilmuan seperti Kairo, Makkah, dan Madinah.
Universitas Al- Azhar juga menjadi satu contoh filantropi Islam yang luar biasa
dengan zakat harta maupun zis (zakat, infaq, shodaqoh. Karena itu Universitas Al-Azhar
sangat independen, bahkan lembaga belanja pendidikan islam ini lebih besar dari anggaran
negara belanja Mesir sendiri. Tetapi dalam perkembangan berikutnya, pada 191, pemerintah
mesir dibawah Presiden Nasser melakukan nasionalisasi secara paksa atas seluruh harta
wakaf al-Ashar.Al-Azhar pun menjadi bagaian terstruktur dari negara, anggaranya
ditetapkan dan diberikan oleh negara.Syeikh Al-Azhar dijadikan pejabat setingkat perdana
Mentri dan digaji pemerintah.Akibatnya Al-Azhar tidak lagi independen atau kekuatan
penyeimbang penguasa.4
https://fitrianitaumami.blogspot.com/2017/09/sejarah-pengelolaan-zakat_23.html?m=1
http://ekonomisyariahc.blogspot.com/2017/03/pengelolaan-zakay-lintas-sejarah.html?m=1
Faisal, SEJARAH PENGELOLAAN ZAKAT DI DUNIA MUSLIM DAN INDONESIA (Pendekatan Teori Investigasi-Sejarah
Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve), Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember 2011, hlm. 248.