Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH PEMBIAYAAN TERHADAP

PROFITABILITAS (ROA) PERBANKAN SYARIAH

DENGAN INFLASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah Tahun 2016-2019)

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Manajemen Keuangan Syariah
Dosen Pengampu: Fetria Eka Yudiana, M. Si.

Disusun Oleh

DEVA NOVITASARI
63010170142

PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia
yang menerapkan dual banking system dibidang perbankan. Dual banking system adalah
suatu system perbankan yang menghendaki beroperasinya bank syariah sebagai alternatif
atas bank konvensional yang berlaku dan beroperasi secara bersama-sama pada sistem
perbankan suatu negara (Sjahdaeni, 2014: 105).

Hal tersebut ditandai dengan didirikannya berbagai lembaga keuangan syariah yang
menawarkan beragam instrumen keuangan berbasis syariah, salah satunya adalah bank
syariah. Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan
selalu berkaitan dengan masalah uang yang merupakan barang dagangan utamanya
(Sudarsono, 2003: 18).

Bank syariah memiliki peran sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk pembiayaan. Bank dapat
memperoleh keuntungan berasal dari selisih dana yang terhimpun dari masyarakat dan
dana yang disalurkan kepada masyarakat yang berupa kredit atau pembiayaan atau
bentuk-bentuk lainnya. Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank
konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah terletak pada
keuntungan yang diharpakan. Bagi bank konvensional keuntungan yang diperoleh dari
melalui bunga sedangkan bagi bank syariah berdasarkan prinsip bagi hasil berupa
imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2002: 93).

Sampai saat ini terdapat 14 Bank Umum Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah
(UUS) yang tercatat dalam Statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1.1
Jumlah Kantor Individual Perbankan Syariah – SPS Desember 2019

Indikator KPO/KC KCP/UPS KK


BUS 480 1.243 196
UUS 160 159 62
BPRS 167 - 286
Total 807 1.402 544
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah
Dalam penghimpunan dana, bank syariah dapat menggunakan prinsip wadi’ah,
qardh, maupun ijarah. Dalam pembiayaan, bank syariah dapat menggunakan prinsip jual
beli dan sewa. Selain itu, bank syariah juga menyediakan berbagai jasa keuangan seperti
wakalah, hiwalah, rahn, sharf dan ujr. Dalam menyalurkan dananya pada nasabah,
produk pembiayaan dapat terbagi menjadi empat kategori, yaitu pembiayaan dengan
prinsip jual beli, sewa, bagi hasil dan akad pelengkap.

Pembiayaan merupakan fungsi utama dari Perbankan Syariah dan merupakan sumber
pendapatan Perbankan Syariah. Peningkatan dan penurunan jumlah pembiayaan juga
akan berpengaruh pada profitabilitas yang diperoleh Perbankan Syariah. Dengan
demikian, perkembangan suatu bank sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam
menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat.

Tabel 1.2
Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah

Tahun Pembiayaan (milliar


rupiah)
2016 248.007
2017 285.695
2018 320.193
2019 355.182
Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah pembiayaan terus meningkat setiap
tahunnya. Meskipun kenaikan masih terbilang fluktuatif, namun hal ini membuktikan
bahwa pembiayaan menjadi salah satu produk yang sangat diunggulkan oleh Perbankan
Syariah.

Sampai sejauh ini, sasaran pembiayaan Perbankan Syariah sebagian besar mengarah
kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Karena dengan konsep pembiayaan,
akan memberi peluang bagi usaha UMKM untuk mengembangkan usahanya berdasarkan
asas kemitraan sebagaimana yang diusung oleh Perbankan Syariah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah inflasi. Inflasi
merupakan gejala ekonomi yang sulit dihindari dalam suatu perekonomian, yang dapat
menimbulkan efek baik maupun buruk. Secara umum inflasi dapat dikatakan sebagai
kenaikan harga secara umum dan berlangsung secara terus-menerus.

Tabel 1.3
Tingkat Inflasi

Tahun Inflasi
2016 4.14%
2017 3.49%
2018 3.25%
2019 2.82%
Sumber: Bank Indonesia (www.bi.go.id)
Inflasi dapat berpengaruh buruk bagi perekonomian. Apabila terjadi inflasi yang
parah dan tak terkendali (hiperinflasi) maka keadaan perekonomian menjadi kacau. Hal
ini mengakibatkan minat masyarakat untuk menabung atau berinvestasi dan berproduksi
menjadi berkurang. Infasi berpotensi mengerek bunga kredit. Kenaikan bunga kredit
tentu akan menghambat pertumbuhan kredit itu sendiri. Sementara pendapatan dari sektor
kredit akan menjadi kecil. Hal ini berimbas kepada profitabilitas bank yang bersangkutan
(Wibowo dan Syachu, 2013: 4).

Profitabilitas merupakan ukuran kemampuan suatu entitas usaha dalam menghasilkan


laba. Profitabilitas sangat penting karena profitabilitas merupakan tujuan utama suatu
entitas dalam melakukan usahanya. Selain itu profitabilitas juga dapat digunakan untuk
mengetahui baik buruknya kinerja suatu entitas usaha dalam menjalankan usahanya
(Riyadi dan Yulianto, 2014: 468).

Terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian yang dapat dipaparkan oleh penulis.
Pertama, mengenai pengaruh pembiayaan terhadap profitabilitas dimana Hanania (2015)
menyebutkan bahwa pembiayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia baik dalam jangka pendek dan jangka
panjang.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Innayatilah dan Subardjo (2017)


menyebutkan bahwa pembiayaan jual beli berpengaruh positif terhadap profitabilitas dan
pembiayaan bagi hasil berpengaruh negative terhadap profitabilitas. Serta penelitian
Riyadi dan Yulianto (2014) menyebutkan hasil yang berbeda dimana secara parsial
pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif terhadap ROA dan secara parsial pembiayaan
jual beli tidak berpengaruh terhadap ROA.

Kedua, mengenai pengaruh inflasi terhadap profitabilitas dimana Hanania (2015)


menyebutkan bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas jangka
pendek tetapi berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas jangka panjang.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Wibowo dan Syachu (2013) menyebutkan bahwa
inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti


permasalahan tersebut dan melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH
PEMBIAYAAN TERHADAP PROFITABILITAS (ROA) BANK SYARIAH
DENGAN INFLASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA TAHUN 2016-
2019”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas (ROA) pada


Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
2. Sejauh mana pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas (ROA) pada
Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
3. Sejauh mana pengaruh pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas (ROA) pada
Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
4. Sejauh mana pengaruh pembiayaan istishna’ terhadap profitabilitas (ROA) pada
Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
5. Sejauh mana pengaruh pembiayaan ijarah terhadap profitabilitas (ROA) pada
Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
6. Sejauh mana inflasi sebagai variabel moderating mempengaruhi pembiayaan
mudharabah terhadap proditabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah tahun 2016-
2019?
7. Sejauh mana inflasi sebagai variabel moderating mempengaruhi pembiayaan
musyarakah terhadap proditabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah tahun 2016-
2019?
8. Sejauh mana inflasi sebagai variabel moderating mempengaruhi pembiayaan
murabahah terhadap proditabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah tahun 2016-
2019?
9. Sejauh mana inflasi sebagai variabel moderating mempengaruhi pembiayaan
istishna’ terhadap proditabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah tahun 2016-2019?
10. Sejauh mana inflasi sebagai variabel moderating mempengaruhi pembiayaan ijarah
terhadap proditabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah tahun 2016-2019?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisa sejauh mana pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap


profitabilitas (ROA) pada Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
2. Untuk menganalisa sejauh mana pengaruh pembiayaan musyarakah terhadap
profitabilitas (ROA) pada Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
3. Untuk menganalisa sejauh mana pengaruh pembiayaan murabahah terhadap
profitabilitas (ROA) pada Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
4. Untuk menganalisa sejauh mana pengaruh pembiayaan istishna’ terhadap
profitabilitas (ROA) pada Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
5. Untuk menganalisa sejauh mana pengaruh pembiayaan ijarah terhadap profitabilitas
(ROA) pada Perbankan Syariah tahun 2016-2019?
6. Untuk menganalisis sejauh mana inflasi sebagai variable moderating mempengaruhi
pembiayaan mudharabah terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah
tahun 2016-2019?
7. Untuk menganalisis sejauh mana inflasi sebagai variable moderating mempengaruhi
pembiayaan musyarakah terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah
tahun 2016-2019?
8. Untuk menganalisis sejauh mana inflasi sebagai variable moderating mempengaruhi
pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah
tahun 2016-2019?
9. Untuk menganalisis sejauh mana inflasi sebagai variable moderating mempengaruhi
pembiayaan istishna’ terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah tahun
2016-2019?
10. Untuk menganalisis sejauh mana inflasi sebagai variable moderating mempengaruhi
pembiayaan ijarah terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Umum Syariah tahun
2016-2019?

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat atau kegunaan bagi
pihak yang terkait antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharpkan dapat memberikan pengetahuan atau wawasan di bidang


perbankan syariah mengenai pengaruh pembiayaan terhadap profitabilitas (ROA)
dengan inflasi sebagai variabel moderating pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama berada di
bangku kuliah.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Otoritas Moneter

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berguna bagi


pemegang kebijakan moneter di Indonesia dalam menentukan kebijakan yang
berkaitan dengan Perbankan Syariah di Indonesia.

b. Bagi Perbankan Syariah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh


pembiayaan dan lingkungan makro terhadap profitabilitas sehingga dapat
dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan perusahaan.

D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan deskripsi ringkas mengenai kajian penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti. Beberapa peneliti telah
melakukan penelitian tentang pengaruh pembiayaan terhadap profitabilitas. Hasil dari
penelitian terdahulu akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam
penelitian ini. Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu dirangkum dalam Tabel 1.4
yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.4
Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Hasil


Pengaruh Pembiayaan terhadap Profitabilitas
1 Yulia Inayatillah X : Pembiayaan Jual Beli -Pembiayaan jual beli
& Anang (murabahah, salam, dan Financing to Deposit
Subardjo (2017) istishna’), Pembiayaan Ratio (FDR) berpengaruh
Bagi Hasil (mudharabah, positif terhadap
musyarakah), FDR, NPF profitabilitas BUS
Y : Profitabilitas -Non Performing
Financing (NPF)
berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas
BUS
-Pembiayaan Bagi Hasil
tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas
BUS
2 Slamet Riyadi & X : Pembiayaan Bagi -Pembiayaan bagi hasil
Agung Yulianto Hasil, Pembiayaan Jual berpengaruh negatif
(2014) Beli, FDR, NPF signifikan terhadap ROA
Y : Profitabilitas -Pembiayaan jual beli
tidak berpengaruh
terhadap ROA
-FDR berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA
-NPF tidak berpengaruh
terhadap ROA
3 Indriani Laela X : Pendapatan Pembiayaan
qodriasari (2014) Pembiayaan mudharabah,
Mudharabah, musyarakah, murabahah,
Musyarakah, dan ijarah memiliki
Murabahah, dan Ijarah pengaruh negatif
Y : Profitabilitas signifikan terhadap
profitabilitas Bank
Umum Syariah
Pengaruh Inflasi terhadap Profitabilitas
1 Luthfia Hanania X : Dana Pihak Ketiga, -Dana Pihak Ketiga
(2015) Pembiayaan berpengaruh signifikan
(mudharabah, terhadap profitabilitas,
musyarakah, -Pembiayaan
murabahah, salam, berpengaruh signifikan
istishna’, ijarah), NPF, positif terhadap
Tingkat Suku Bunga dan profitabilitas (ROA)
Inflasi -NPF tidak berpengaruh
Y : Profitabilitas signifikan terhadap
profitabilitas
-Tingkat suku bunga
berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas
-Inflasi : jangka pendek
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas, tetapi
dalam jangka panjang
berpengaruh signifikan
positif terhadap
profitabilitas
2 Edhi Satriyo X : Suku Bunga, Inflasi, Biaya Operasional dan
Wibowo & CAR, BOPO, NPF Pendapatan Operasional
Muhammad Y : Profitabilitas (BOPO) berpengaruh
Syaichu (2013) signifikan negatif
terhadap ROA sedangkan
variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR),
NPF, Inflasi dan Suku
Bunga tidak berpengaruh
3 Ravika Fauziah X : Inflasi Tidak terdapat pengaruh
(2013) Y : ROA, ROE, BOPO antara Inflasi terhadap
ROA, ROE, dan BOPO
pada Bank Muamalat
Indonesia Maupun Bank
Central Asia
Inflasi sebagai Variabel Moderating terhadap Profitabilitas
1 Eka Febriyana X : Tabungan -Tabungan berpengaruh
(2018) Y : Profitabilitas negatif dan signifikan
Z : Inflasi terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Umum
Syariah di Indonesia
tahun 2012-2015
-Inflasi memoderasi
pengaruh antara tabungan
terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Umum
Syariah di Indonesia
tahun 2012-2015
Sumber: Data Jurnal, diolah.
Dari beberapa penelitian terdahulu, masih terdapat penelitian dengan hasil yang
berbeda sehingga perlu dilakukannya penelitian. Kelebihan dalam penelitian ini dapat
dilihat dari data yang diambil yaitu menggunakan data terbaru. Dengan menggunakan
data terbaru, hasil yang diperoleh akan lebih menggambarkan situasi perbankan saat
ini.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah


pada penelitian ini, peneliti lebih berfokus untuk mengetahui apakah pembiayaan
perbankan syariah yang diperoleh dari SPS yang diterbitkan OJK diantaranya
pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, istishna', dan ijarah berpengaruh
terhadap profitabilitas (ROA) perbankan syariah di Indonesia. Selain itu peneliti
belum menemukan penelitian yang menyatakan inflasi memoderasi pembiayaan
perbankan syariah terhadap profitabilitas (ROA).

E. KERANGKA TEORI
1. Teori Agen (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency theory sebagai teori


hubungan dimana principal agen telah mendelegasikan wewenang kepada agen
dalam mengelola usaha serta mengambil keputusan yang berkaitan. Agency Theory
dikenal sebagai suatu hubungan kontraktual keuangan yang melibatkan pihak pemilik
dana dengan pihak pengelola dana. Dalam penerapannya pemilik dana (principal)
memberi otorisasi terhadap manajemen selaku agen (agency relationship), tetapi
kemudian terjadi perbedaan kepentingan. Kepentingan yang berbeda tersebut dapat
menyebabkan asimetry information dari agen terhadap principal (Ardiyansyah,
2014).

Agency Theory dapat terjadi dalam lembaga keuangan Islam dalam skema
penyaluran produk pembiayaan yang berbasis bagi hasil pada perbankan syariah.
Dimana ketika salah satu mudharib sebagai pihak yang aktif serta memiliki
pengetahuan mengenai proyek investasi yang beresiko tetapi menguntungkan namun
tidak memiliki dana awal untuk membiayai proyek tersebut dan pihak shahibul maal
sebagai pemilik dana, tetapi terdapat perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak.

2. Perbankan Syariah

Perbankan dalam kehidupan suatu negara adalah salah satu agen pembangunan
(agent of development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan itu
sendiri, yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
pembiayaan. Fungsi inilah yang lazim disebut dengan intermediasi keuangan
(financial intermediary function) (Anshori, 2008: 3).

Bank syariah merupakan lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary


institution) yang kegiatan operasionalnya bebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh
Islam, yaitu maysir, gharar, riba, risywah, dan batil. Istilah perbankan di dalam Al-
Quran tidak disebutkan secara eksplisit tetapi yang dimaksud adalah sesuatu yang
memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban maka
semua itu disebutkan dengan jelas, seperti zakat, sadaqah, ghanimah (rampasan
perang), bai’ (jual beli), dayn (utang dagang), maal (harta) dan sebagainya yang
memiliki fungsi yang dilaksanakan oleh pihak tertentu dalam kegiatan ekonomi
(Sudarsono, 2003: 45).

3. Pembiayaan

Pembiayaan atau financing merupakan sebuah dukungan investasi yang dapat


dilakukan sendiri maupun atas nama lembaga yang telah direncanakan dengan
memberikan pendanaan dari satu pihak kepada pihak lainnya. Atau dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang telah dikeluarkan untuk sebuah dukungan
investasi yang telah direncanakan (Rivai dan Arifin, 2010: 681).

Istilah pembiayaan pada intinya adalah I believe I trust, yaitu saya percaya atau
saya menaruh kepercayaan. Perkataan pembiayaan yang berarti kepercayaan (trust)
berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul maal menaruh kepercayaan kepada
seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus
digunakan dengan benar, adil dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang
jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa pembiayaan


berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan
yang diberikan oleh bank syariah mempunyai lima bentuk utama, diantaranya adalah
pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah, pembiayaan murabahah,
pembiayaan istishna’ dan pembiayaan ijarah (Muhammad, 2005: 20).

a. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah, yaitu akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung
oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola
(Antonio, 2001: 95).

b. Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua belah pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.

c. Pembiayaan Murabahah

Murabahah, yaitu akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan termasuk harga
pembelian barang kepada pembeli, kemuadian ia mensyaratkan atasnya laba atau
keuntungan dalam jumlah tertentu (Sabiq, 1991: 83) dalam (Muhammad, 2014:
256).

d. Pembiayaan Istishna’

Istishna’, yaitu kontrak jual beli dimana harga atas barang tersebut dibayar
lebih dulu, tetapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang
disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan
kemudian.

e. Pembiayaan Ijarah

Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas barang atau jasa
melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri. Manfaat yang diambil tidak berbentuk zatnya melainkan
sifatnya dan dibayar dengan sewa (Muhammad, 2014: 294).

4. Profitabilitas (ROA)

Return On Asset (ROA) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank


dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan asset yang
menghasilkan keuntungan. ROA adalah gambaran produktivitas bank dalam
mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan. Semakin besar ROA berarti
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai semakin baik posisi bank dari
sisi penggunaan asset (Amalia, 2016: 4-5). Menurut R. Agus Sartono (2010: 122),
yang menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

5. Inflasi
Secara teori inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankan sebagai salah satu
institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi, bahkan
sangat rentan dengan resiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya (Rivai dan
Andria, 2009). Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari barang dan
jasa selama satu periode tertentu. Dua hal penting dalam pengertian inflasi, yakni
menyangkut kenaikan harga yang terjadi secara terus menerus (a persistent upward
movement) dan kenaikan harga terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa (the
general price movement) (Karim, 2013: 135).

Menurut Boediono (2014: 162), inflasi dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu
sebagai berikut:

a. Inflasi ringan, apabila kenaikan harga berada dibawah 10% setahun.


b. Inflasi sedang, apabila kenaikan harga berada di antara 10-30% setahun.
c. Inflasi berat, apabila kenaikan harga berada di antara 30-100% setahun.
d. Hiperinflasi, apabila kenaikan harga di atas 100% setahun.

F. MODEL PENELITIAN

H2
H1

H6
Mudharabah X1 Inflasi
H7
Musyarakah X2
H8 Profitabilitas
Murabahah X3 H9 (ROA)
Istishna’ X4
H10
Ijarah X5
H3
H4
H5
Gambar 1.1
Model Penelitian

G. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan suatu jawaban permasalahan sementara yang bersifat dugaan


dari suatu penelitian (Supardi, 2005: 69). Hipotesis adalah jawaban sementara sebelum
melakukan penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
berdasarkan teori yang relevan dan logika berfikir belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dan analisis data (Hamdi dan
Bahruddin, 2014: 36).

1. Pengaruh Pembiayaan terhadap Profitabilitas

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, bank syariah menyalurkan


pembiayaan kepada para nasabah yang membutuhkan. Pembiayaan yang diberikan
perbankan syariah di Indonesia menggunakan prinsip jual beli, sewa dan bagi hasil.
Pembiayaan yang disalurkan akan memberikan revenue kepada bank syariah berupa
nisbah atau margin yang telah disepakati melalui akad. Ketika nasabah
mengembalikan total pembiayaan yang diberikan oleh bank beserta nisbah atau
margin yang telah ditentukan maka bank akan memperoleh keuntungan. Keuntungan
yang diperoleh akan berpengaruh terhadap peningkatan profitabilitas bank syariah
(Hanania, 2015: 154).

Pembiayaan bagi hasil menggunakan akad mudharabah dan nusyarakah. Hasil


dari penelitian yang dilakukan oleh Amalia dan Fildiana (2016), menunjukkan bahwa
pembiayaan mudharabah berpengaruh positif terhadap profitabilitas Bank Syariah
Mandiri, tetapi berpengaruh negatif pada Bank Muamalat. Hasil tersebut juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Permata dan Yaningwati (2014) yang
hasilnya menunjukkan bahwa pembiayaan mudharabah berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas.

Sedangkan pada pembiayaan musyarakah, penelitian yang dilakukan Permata dan


Yaningwati (2014) menyatakan bahwa pembiayaan musyarakah berpengaruh positif
terhadap profitabilitas. Hal ini bertentangan dengan pemelitian yang dilakukan oleh
Amalia dan Fildiana (2016) yang menyatakan bahwa pembiayaan musyarakah
berpengaruh negative terhadap profitabilitas Bank Muamalat, dan tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.

Dalam penelitian secara keseluruhan pada pembiayaan bagi hasil, penelitian yang
dilakukan Riyadi dan Yulianto (2014) dan Rahman dan Rochmanika (2012) keduanya
menyatakan bahwa pembiayaan bagi hasil berpengaruh negative terhadap
profitabilitas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut:

H1: Pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Umum


Syariah.

H2: Pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Umum


Syariah.
Pembiayaan jual beli menggunakan tiga jenis akad, yaitu murabahah, salam dan
istishna’. Pada pembiayaan murabahah, penelitian yang dilakukan oleh Amalia dan
Fildiana (2016) menyatakan pembiayaan murabahah berpengaruh negative terhadap
profitabilitas Bank Muamalat dan tidak berpengaruh pada Bank Syariah Mandiri.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Qodriasari (2014) yang
menyebutkan bahwa pembiayaan murabahah berpengaruh negative terhadap
profitabilitas.

Pada pembiayaan istishna’, penelitian yang dilakukan oleh Amalia dan Fildiana
(2016) menyatakan pembiayaan istishna’ berpengaruh positif terhadap profitabilitas
bank Muamalat dan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri.

Penelitian secara keseluruhan pada pembiayaan jual beli, penelitian yang


dilakukan Inayatillah dan Subardjo (2017), Rahman dan Rochmanika (2012)
menyatakan bahwa pembiayaan jual beli berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Dari uraian di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Umum


Syariah.

H4: Pembiayaan istishna’ berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Umum


Syariah.

Pada pembiayaan ijarah, penelitian yang dilakukan oleh Amalia dan Fildiana
(2016) menyatakan bahwa pembiayaan ijarah tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri. Namun hasil penelitian
tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Qodriasari (2014) yang
menyebutkan bahwa pembiayaan ijarah berpengaruh negative terhadap profitabilitas.
Dengan uraian tersebut, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Pembiayaan ijarah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank Umum


Syariah.

2. Pengaruh Pembiayaan terhadap Profitabilitas (ROA) dengan Inflasi sebagai Variabel


Moderating

Kondisi perekonomian yang menarik perhatian perbankan dalam menyalurkan


pembiayaan adalah tingkat inflasi. Inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk kepada
individu, masyarakat dan kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Dapat dilihat
perkembangan tingkat imbalan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dari tahun
2008 sampai 2012 mengalami fluktuasi yang signifikan, hal ini juga seiring dengan
tingkat inflasi yang juga mengalami hal yang sama tetapi tidak dengan perkembangan
pembiayaan bank syariah yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya (Dahlan,
2014: 106).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dahlan (2014) hasilnya menyatakan bahwa
inflasi tidak mempengaruhi penyaluran pembiayaan pada bank syariah di Indonesia.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Astohar (2016), inflasi mampu
memperkuat ataupun memperlemah pengaruh pembiayaan terhadap ROA pada Bank
Umum Syariah. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Febriyana
(2018) menyatakan bahwa inflasi memoderasi pengaruh antara tabungan terhadap
Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2012-2015. Dari
uraian tersebut, peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H6: Inflasi Memoderasi Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap


Profitabilitas Perbankan Syariah.

H7: Inflasi Memoderasi Pengaruh Pembiayaan Musyarakah terhadap


Profitabilitas Perbankan Syariah.

H8: Inflasi Memoderasi Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap


Profitabilitas Perbankan Syariah.

H9: Inflasi Memoderasi Pengaruh Pembiayaan Istishna’ terhadap Profitabilitas


Perbankan Syariah.

H10: Inflasi Memoderasi Pengaruh Pembiayaan Ijarah terhadap Profitabilitas


Perbankan Syariah.

H. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2016: 35) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandasakan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitati, dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data
tersebut, serta penampilan hasilnya (Arikunto, 2006: 12).

2. Data dan Sumber Data


a. Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dengan jenis
data time series. Menurut Wijaya (2013: 19) data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber yang menerbitkan dan bersifat siap pakai dan juga mampu
memberikan informasi dalam pengambilan keputusan walaupun dapat diolah lebih
lanjut. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi laporan publikasi Bank Umum
Syariah periode 2016-2019.

b. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari publikasi Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Data yang bersumber dari publikasi Bank
Indonesia adalah data inflasi. Sedangkan data yang diperoleh dari publikasi
Otoritas Jasa Keuangan adalah data pembiayaan dan profitabilitas Bank Umum
Syariah.

Penelitian ini menggunakan data bulanan yaitu periode Januari 2016 sampai
Desember 2019 yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah yang dirilis oleh
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

3. Teknik Pengumpulan Data


a. Populasi

Menurut Bawono (2008: 28), populasi adalah keseluruhan wilayah obyek dan
subyek penelitian yang ditetapkan untuk analisis dan ditarik kesimpulan oleh
peneliti. Menurut Muhammad (2005: 97), Populasi adalah sekumpulan orang atau
obyek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk
masalah pokok dalam suatu penelitian.

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum
Syariah (BUS) yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau Bank
Indonesia (BI).

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2016: 149), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Apa yang dipelajari dari
sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


menggunakan probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Sujarweni, 2015: 85). Adapun kriteria yang
menjadi sampel penelitian ini adalah:
1) Merupakan Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar dalam Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) yang menerbitkan laporan bulanan
tahun 2016-2019.
2) BUS tersebut menerbitkan laporan keuangan bulanan periode 2016-2019 dan
telah dipublikasikan di Otoritas Jasa Keuangan atau Bank Indonesia.
3) BUS tersebut menampilkan data yang dibutuhkan untuk penelitian selama
periode 2016-2019.

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka BUS yang dapat dijadikan sebagai


sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1.5

Bank Umum Syariah di Indonesia

No Bank Umum Syariah


1 PT. Bank Aceh Syariah
2 PT. Bank Muamalat Indonesia
3 PT. Bank Victoria Syariah
4 PT. Bank BRI Syariah
5 PT. Bank Jabar Banten Syariah
6 PT. Bank BNI Syariah
7 PT. Bank Syariah Mandiri
8 PT. Bank Mega Syariah
9 PT. Bank Panin Syariah
10 PT. Bank Syariah Bukopin
11 PT. BCA Syariah
12 PT. Maybank Syariah Indonesia
13 PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id)

4. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto dalam Sujarweni (2015: 97), instrumen pengumpulan data


adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya. Pembuatan instrumen harus mengacu pada variabel penenlitian, definisi
operrasional dan skala pengukurannya. Instrumen dalam penelitian ini berupa laporan
keuangan yang dapat diakses langsung melalui situs Bank Indonesia (www.bi.go.id),
Otoritas Jasa Keuangan (www.ojk.go.id) dan website masing-masing bank.

6. Uji Instrumen Penelitian


a. Uji Stasioneritas
Sebelum melakukan analisis, kita harus mengetahui terlebih dahulu apakah
data runtut waktu yang kita gunakan sudah stasioner atau belum (Winarno, 2015:
7.5). Data yang stasioner bila diregresi akan mudah menyebabkan regresi lancing.
Data dikatakan stasioner bila memenuhi syarat berikut: (1) rata-rata dan variannya
konstan sepanjang waktu, dan (2) kovarian antara dua runtut waktu tergantung
pada kelambanan antara dua periode tersebut. Oleh karena itu, data yang tidak
stasioner harus dijadikan stasioner dulu (Winarno, 2015: 11.5). Uji yang
digunakan adalah uji Unit Root Test dengan uji intermediate ADF test.

b. Uji Asumsi Klasik


1) Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016: 154), uji normalitas bertujuan untuk menguji


apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka
uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik.

2) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi


terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap, maka disebut
Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas (Ghozali,
2016:134).

3) Uji Multikolinieritas

Diterangkan oleh Winarno (2015:5.1) bahwa multikolinearitas adalah


kondisi adanya hubungan linier antarvariabel independen. Karena melibatkan
beberapa variabel independen, maka multikolinearitas tidak akan terjadi pada
persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu
variabel independen).

4) Uji Autokorelasi

Autokorelasi atau Otokorelasi (Autocorrelation) menurut Winarno (2015:


29) adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi
lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut
waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data
pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan
autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antar objek (cross section).

7. Analisis Data dan Alat Analisis Data


a. Analisis Data
1) Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi ini digunakan untuk mrnganalisa data yang bersifat


multivariate, maksudnya digunakan untuk meramalkan nilai variabel
dependen (Y), dengan variabel independen (X) yang lebih dari satu (minimal
dua), sehingga analisa regresi berganda juga sering disebut analisa
multivariate karena variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel Y
lebih dari satu variabel X.

2) Moderated Regression Analysis (MRA)

Model regresi moderasi atau sering disebut Moderated Regression


Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi linier berganda dimana
dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian dua
atau lebih variabel independen (Ghozali, 2013: 223).

b. Alat Analisis Data

Alat analisis data dalam penelitian ini menggunakan Eviews. Eviews adalah
progam computer yang digunakan untuk mengolah data statistic dan
ekonometrika. Progam ini dapat dijalankan pada sistem operasi Ms Windows,
sejak versi XP atau sesudahnya, baik versi 32 maupun 64 bit. Alamat situsnya
adalah di www.eviews.com (Winarno, 2015: 11).

8. Definisi Konsep dan Operasional


a. Variabel Independen

Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel stimulus atau


variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel
yang variabelitasnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk
menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi (Sarwono, 2010:
38). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pembiayaan Bank Umum
Syariah diantaranya pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah,
istishna’, dan ijarah.

b. Variabel Moderating

Menurut Ghozali (2013: 213) variabel moderasi adalah variabel independen


yang akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen
lainnya terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel moderasi yang
digunakan adalah inflasi.

c. Variabel Dependen

Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang memberikan reaksi


atau respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat adalah
variabel yang variabelitasnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh
yang disebabkan oleh variabel bebas (Sarwono, 2010: 38). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah.

Untuk lebih memahami secara spesifik terhadap variabel-variabel yang ada dalam
penelitian ini, dapat kita lihat dalam definisi konsep yang ada pada Tabel berikut ini:

Tabel 1.6
Definisi Konsep

No Variabel Definisi
1 Pembiayaan Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana
Mudharaba pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah
h (X1) modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian
pembagian keuntungan (Karim, 2013: 103). Data yang
diperoleh berasal dari SPS yang diterbitkan oleh OJK.
2 Pembiayaan Perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal
Musyarakah kedua pihak digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola
(X2) bersama-sama. Keuntungan dan kerugian ditanggung
bersama sesuai kesepakatan awal (Rivai dan Arifin, 2010:
193). Data yang diperoleh berasal dari SPS yang diterbitkan
oleh OJK.
3 Pembiayaan Perjanjian jual beli dimana bank membeli barang yang
Murabahah dipesan dan menjualnya kepada nasabah. Harga jual bank
(X3) adalah harga beli dari supplier ditambah keuntungan yang
disepakati. Bank harus memberitahu secara jujur harga
pokok barang kepada nasabah (Muhammad, 2014: 256).
Data yang diperoleh berasal dari SPS yang diterbitkan oleh
OJK.
4 Pembiayaan Perjanjian jual beli dimana pembeli menugasi produsen
Istishna’ untuk menyediakan barang pesanan sesuai spesifikasi yang
(X4) disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang
disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran
dimuka, cicilan atau ditangguhkan sampai jangka waktu
tertentu (Muhammad, 2014: 231). Data yang diperoleh
berasal dari SPS yang diterbitkan oleh OJK.
5 Pembiayaan Akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
Ijarah (X5) jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri (Muhammad, 2014: 294). Data yang diperoleh
berasal dari SPS yang diterbitkan oleh OJK.
6 Profitabilitas Rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam
(Y) mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan asset
yang menghasilkan keuntungan (Amalia, 2016: 4-5). Data
yang diperoleh berasal dari SPS yang diterbitkan oleh OJK.
7 Inflasi (Z) Menurut Karim (2013: 135), inflasi adalah kenaikan tingkat
harga secara umum dari barang dan jasa selama suatu
periode tertentu. Data yang diperoleh berasal dari Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang dirilis oleh Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, N. &. (2016). Struktur Pembiayaan dan Pengaruhnya terhadap Profitabilitas Bank
Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi V (5).
Anshori, A. G. (2008). Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University
Perss.
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani bekerjasama
dengan Tazkia Cendikia.
Ardiansyah, M. (2014). Bayang-bayang teori keagenan pada produk Pembiayaan perbankan
syariah. Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, Vol. 14, No. 2.
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Astohar. (2016). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Financing to Deposit Ratio
(FDR) terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia dengan Inflasi Sebagai
Variabel Pemoderasi. Jurnal Among Makarti Vol. 9, No. 18.
Baharuddin, A. S. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Deepublish.
Bawono, B. G. (2008). Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa
Barat dan Banten). Yoyakarta: UII Yogyakarta.
Boediono. (2001). Ekonomi Makro Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.
Dahlan, R. (2014). Pengaruh Tingkat Bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Tingkat
Inflasi terhadap Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Etikonomi Vol. 13 , No.
2.
Febriyana, E. (2018). Analisis Pengaruh Tabungan terhadap Return On Asset (ROA) Bank
Syariah dengan Inflasi sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Bank Umum Syariah
periode 2012-2015). Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Salatiga.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam IBM SPSS 23. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanania, L. (2015). Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan
Syariah Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Perbanas Institute I (1).
Inayatillah, Y. (2017). Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Jual Beli, FDR, NPF,terhadap
Profitabilitas Bank Syariah. Jurnal Ilmu dan Riset Akutansi VI.
Jensen, M. C. (1976). “Theory of The Firm: Manajerial Behaviour, Agency Costs, and Owership
Structure”. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4.
Karim, A. A. (2013). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Kasmir. (2002). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Muhammad. (2005). Pengantar Akuntansi Syariah Edisi 2. Yogyakarta: Salemba Empat.
Muhammad. (2014). Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Permata, R. I. (2014). Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap
Tingkat Profitabilitas (Return On Equity) (Studi pada Bank Umum Syariah yang terdaftar
di Bank Indonesia Periode 2009-2012). Jurnal AdministrasiBisnis (JAB) Vol. 12.
Prawirohardjo, S. (2010). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Qodriasari, I. L. (2014). AnalisisPengaruh Pendapatan Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah,
Murabahah, dan Sewa Ijarah terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia
periode tahun 2011-2013. Naskah Publikasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahman, A. F. (2012). Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non
Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. Ejournal
UIN Malang.
Rivai, V. d. (2010). Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara.
Riyadi, S. d. (2014). Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil,Pembiayaan Jual Beli, Financing to
Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah di Indonesia. Acounting Analysis Journal III (4).
Sartono, A. (2010). Menejemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.
Sjahdeini, S. R. (2014). Perbankan Syariah, Produk-Produk dan Aspek Aspek Hukumnya.
Cetakan Kesatu. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sudarsono, H. (2003). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V. W. (2015). Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Sumar'in. (2012). Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Supardi. (2015). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press.
Wibowo, E. S. (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap
Profitabilitas Bank Syariah. Diponegoro Journal of Management II (2).
Wijaya, T. (2013). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Winarno, W. W. (2015). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews 4 th. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.

Anda mungkin juga menyukai