Anda di halaman 1dari 22

Paper Mengenal Asuransi Syariah

Di susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuransi Syariah


Dosen Pengampu Muhammad Muttaqin, M.M.

Disusun Oleh :
Nama :Ika Puji Hastuti
NIM :63010170141
Kelas :5I

Progam Studi Perbankan Syariah


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
Tahun Akademik 2019/2020

1
A. Pengertian Asuransi Syariah
Istilah asuransi dalam bahasa arab disebut at-ta’min, penanggung disebut
mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min.
Menta’minkan sesuatu artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang
cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah
disepakati atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang. Dalam islam,
terdapat tujuan yang mendasar yaitu al-kifayah “kecukupan” dan al-anmnu “keamanan”.
“Sebagaimana firman Allah SWT bahwa dialah allah yang mengamankan mereka dari
ketakutan”, sehingga sebagian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan
bentuk keamanan. Dari prinsip tersebut islam menyarankan kepada umatnya untuk
mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa mendatang maupun untuk
keluarganya.
Banyak pendapat mengenai beberapa pengertian asuransi, antara lain :
1. Asuransi dapat diartikan sebagai suatu persetujuan dimana penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan mendapat premi, untuk
mengganti kerugian atau tidak diperolehnya keuntungan yang diharapkan
yang dapat diderita karena peristiwa yang tidak diketahui lebih dahulu.
2. Husain Hamis Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah ta’awun yang terpuji
yaitu saling menolong dalam berbuat kebajikan dan takwa, dengan demikian
ta’awun mereka salaing membantu antar sesama, dan mereka takut dengan
bahaya yang mengancam mereka.
3. Musthafa Ahmad Zarqa mengatakan bahwa makna asuransi adalah kejadian.
Adapun metodologi dan gambarannya dapat berbeda-beda namun pada intinya
asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam
menghindari resiko (ancaman) bahaya yang akan terjadi dalam hidupnya,
dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
4. Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-ta’min atau asuransi syariah
dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial.
5. Dalam buku Aqdu at-Ta’min wa mauqifu asy-syari’ah al-Islamiyah Minhu,
az-Zahra mengatakan bahwa sistem asuransi yang dipahami oleh para ulama

2
syariah adalah sebuah sistem ta’awun dan tadhamun yang bertujuan untuk
menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah. Tugas ini diberikan
kepada sekelompok tertanggung dengan cara memberikan pengganti kepada
orang yang tertimpa musibah. Pengganti tersebut diambil dari kumpulan
premi-premi yang dimiliki. Mereka (para ulama syariah) mengatakan bahwa
dalam penetapan semua hukum yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan
ekonomi, islam bertujuan agar suatu masyarakat hidup berdasarkan atas asas
saling menolong dan menjamin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban.
Dengan demikian, asuransi dilihat dari segi teori dan sistem sangat relevan
dengan tujuan-tujuan umum syariah dan didukung oleh dalil-dalil. Dikatakan demikian
karena asuransi adalah sebuah gabungan kesepakatan untuk saling menolong, yang telah
diatur dengan sistem yang sangat rapi antara sejumlah besar manusia. Tujuannya adalah
menghilangkan atau meringankan kerugian dari peristiwa-peristiwa yang menimpa dan
jalan yang ditempuh adalah dengan memberikan sedikit pemberian dari masing-masing
individu.
Menururt Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Tahun 2001 dalam
fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 bagian Pertama mengenai Ketentuan Umum angka
1, disebutkan bahwa Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah pihak/orang melalui investasi dalam
bentuk asset atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk mengahadapi
resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong-menolong atas
dasar ukhuwah islamiah antara sesama anggota peserta asuransi syariah dalam
menghadapi resiko.

B. Sejarah Asuransi Syariah


Sejarah Sejarah asuransi syariah dimulai sejak tahun 1979 ketika sebuah perusahaan
asuransi jiwa di sudan, yaitu Sudanese Islamic Insurance pertama kali memperkenalkan
asuransi syariah. Kemudian pada tahun yang sama persahaan asuransi jiwa di Uni Emirat
Arab juga memperkenalkan asuransi syariah di wilayah arab. Setelah itu pada tahun 1981
sebuah perusahaan asuransi jiwa Swiss bernama Dar Al-Maal Al-Islami memperkenalkan

3
asuransi syariah di Janewa. Diiringi oleh penerbitan kedua di Eropa yang diperkenalkan
oleh Islamic Takaful Company di Luksemburg pada tahun 1983. Di kepulauan Bahamas
juga didirikan Islamic Takafol dan Re-Rakafol Company, yang selanjutnya di Bahrain
asuransi syariah yaitu Syarikat Al-Takafol Al-Islamiah Bahrain yang didirikan tahun
1983. Sedangkan asuransi syariah di Asia pertama kali diperkenalkan di Malasyia pada
tahun 1985 melalui sebuah asuransi jiwa bernama Takaful Malasyia.
Asuransi syariah di Indonesia merupakan sebuah cita-cita yang telah dibangun
sejak lama, dan telah menjadi lembaga asuransi modern yang siap melayani umat Islam
Indonesia dan bersaing dengan lembaga asuransi konvensional. Adapun perkembangan
asuransi di Indonesia baru ada pada paruh terakhir tahun 1994, yaitu dengan berdirinya
Asuransi Takaful Indonesia pada tanggal 25 Agustus 1994, dengan diresmikan PT
Asuransi Takaful Keluarga melalui SK Mentri Keuangan NO. Kep-385/KMK.017/1994.
Pendirian Asuransi Takaful Indonesia yang diprakasai oleh Tim pembentuk Aruransi
Takaful Indonesia yang dipelopori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia
(ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, Asuransi Jiwa Tugu
Mandiri, Pejabat dari Departemen Keuangan, dan Pengusaha Muslim Indonesia. Melalui
seminar nasional dan studi banding dengan Takaful Malaysia, berdirilah PT Syarikat
Takaful Indonesia (PT STI) sebagai Holding Company pada 24 Februari 1994. Anak
perusahaannya; PT Asuransi Takaful Keluarga (Life Insurance) dan PT Asuransi Takaful
Umum (General Insurance). Izin operasional PT Asuransi Takaful Keluarga keluar pada
4 Agustus 1994, diresmikan Menteri Keuangan, Mar’ie Muhamad, 25 Agustus 1994.

C. Prinsip Asuransi Syariah


Adapun prinsip-prinsip yang terdapat dalam asuransi Islam adalah sebagai berikut
1. Tauḥid (ketakwaan)
Jika dicermati ayat-ayat al-Qur’an tentang mu’amalah, maka akan terlihat dengan
jelas bahwa Allah selalu menyeru kepada umat-Nya agar mu’āmalah yang
dilakukannya membawanya kepada ketakwaan Allah. Seorang muslim ketika
membeli dan menjual, menyewakan dan mempekerjakan, melakukan penukaran
dengan lainnya dalam harta atau berbagai kemanfaatan, ia selalu tunduk kepada
aturan Allah dalam mu’amalah-Nya. Ia tidak akan berusaha dengan sesuatu yang

4
haram seperti riba, penimbunan, zalim, menipu, berjudi, mencuri, menyuap dan
menerima suapan. Allah meletakkan prinsip tauḥid (ketakwaan) sebagai prinsip
utama dalam mu’amalah. Oleh karena itu, segala aktivitas dalam mu’amalah harus
senantiasa mengarahkan para pelakunya dalam rangka untuk meningkatkan
ketakwaan kepada Allah.
2. Al-Amanah (tepercaya/jujur)
Menurut Yusuf al-Qaradlawi, di antara nilai transaksi yang terpenting dalam
bisnis adalah al-amanah atau ‘kejujuran’. Ia merupakan puncak moralitas iman dan
karateristik yang paling menonjol dari orang-orang yang beriman. Bahkan, kejujuran
merupakan karateristik para Nabi. Tanpa kejujuran, kehidupan agama tidak akan
berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan berjalan dengan baik. Sebaliknya,
kebohongan adalah cabang kemunafikan dan merupakan salah satu ciri orang-orang
munafik. Kejelekan pasar perdagangan di dunia dan yang paling banyak
memperburuk citra perdagangan adalah kebohongan, manipulasi dan mencampur
adukkan antara kebenaran dengan kebatilan, baik secara dusta dalam menerangkan
spesifikasi barang dagangan dan mengunggulkannya atas yang lainnya, atau dalam
memberitahukan tentang harga belinya atu harga jualnya kepada orang lain maupun
tentang banyaknya pemesanan.
3. Ta’awun (kerja sama)
Ta`awun merupakan salah satu prinsip utama dalam interaksi mu’amalah. Bahkan
ta`awun dapat menjadi fondasi dalam membangun sistem masyarakat, yang kaya
memperhatikan yang miskin dalam hal kebutuhan financial, dan yang miskin
membantu orang kaya dalam hal tenaga atau yang lainnya. Ta`awun merupakan inti
dari konsep takaful, dimana antar satu peserta dengan perserta lainnya saling
menanggung risiko, yakni , melalui mekanisme dana tabarru’ dengan akad yang benar
yaitu ‘Aqd Takafulli atau ‘Aqd Tabarru’. Takaful dapat menjadi solusi agar
masyarakat lepas dari kemiskinan, karena perhatian orang-orang yang kaya terhadap
yang miskin telah diatur dalam syariah. Janganlah kekayaan itu hanya berputar di
sekitar orang-orang kaya saja, di sekitar para konglomerat saja.
4. Saling melindungi satu sama lain

5
Dalam hal ini yang dimaksud dengan berbagai macam kesusahan dan kesulitan di
dalam asuransi disebut sebagai risiko yang bisa terjadi kapan saja dan tak terduga,
yang mana risiko tersebut dapat menimbulkan dampak kerugian secara finansial.
Maka asuransi dapat meminimalkan kerugian finansial tersebut. Seperti membiarkan
uang menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi
masyarakat umum.
5. Saling bertanggung jawab
Banyak hadist Nabi saw, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
yang mengajarkan bahwa hubungan orang-orang beriman dalam jalinan rasa kasih
sayang satu sama lain, ibarat satu badan. Bila satu bagian tubuh sakit maka seluruh
anggota tubuh akan turu merasakan penderitaan.
6. Al-Khidmah (pelayanan).
Rasulullah bersabda, “Seorang Imam (pemimpin) adalah pemelihara dan pengatur
urusan (rakyat). Ia akan diminta pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya” (HR
Bukhari dan Muslim). Rasulullah mengatakan bahwa pengurus itu adalah pelayan
masyarakat. Dalam makna yang luas, berarti bahwa perusahaan dalam bisnis apapun
apalagi bisnis yang terkait dengan pelayanan, harus benar-benar mampu memberikan
pelayanan yang optimal kepada customer. Karena pelayanan (khidmah) adalah salah
satu bagian penting dalam mu’amalah yang Islami.
Untuk melayani customer seseorang harus menggunakan prinsip-prinsip
pelayanan yang baik seperti murah senyum, bertutur kata yang baik, bermuka manis
sehingga menyenangkan bagi mereka yang dilayani. Dalam al-Qur’an Allah
berfirman dalam surat al-Hijr ayat 88 :
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”.
Seorang pelaku bisnis muslim diharuskan untuk berperilaku sopan dalam bisnis
mereka sesuai yang dianjurkan al-Qur’an dan sunnah. Sopan santun adalah fondasi
dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku, dan ia juga merupakan dasar dari jiwa
melayani dalam bisnis. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang tinggi, dan bahkan
mencakup semua sisi hidup manusia.
7. Menghindari unsur gharar, maysir dan riba

6
Menjauhi garar, maisir, dan riba. Prinsip yang paling utama dalam
mu’āmalah Islam khususnya untuk Lembaga Keuangan Syariah adalah menjauhi
riba, garar, dan maisir. Dalam al-Qur’an Allah berfirman, “Allah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba”. Dari ayat tersebut tampak jelas bahwa Islam
menghalalkan perdagangan dan melarang riba. Pengertian riba tidak ada dalam al-
Qur’an dan al-Hadis. Namun demikian, dari praktik yang dilarang Rasulullah
dapat dikatakan bahwa riba adalah mengambil tambahan dari harta pokok atau
modal secara batil.

D. Pendapat Para Ahli Ulama Tentang Asuransi


Hampir semua ulama sepakat mengenai pentingnya asuransi dalam kehidupan
sosial. Namun mereka berbeda pandangan ketika berbicara mengenai hukum dari
Asuransi, dilihat dari sudut fiqh Islam. Secara umum, pandangan ulama terhadap
asuransi terwakili dalam tiga golongan pendapat.
 Pendapat ulama yang membolehkan
Syekh Abdul Wahab Khalaf, Musthafa Ahmad Zarqa, Muhammad Yusuf
Musa, Abdurrahman Isa, Bahjat Ahmad Hilmi dsb. Diantara alasan pendapat yang
menghalalkan asuransi adalah :
- Tidak adanya nash Qur’an maupun hadits yang melarang.
- Peserta asuransi dan perusahaan sama-sama rela dan ridha.
- Tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak.
- Asuransi bahkan memberikan keuntungan kedua pihak.
- Asuransi termasuk akad mudharabah, peserta sebagai shahibul mal dan
perusahaan asuransi sebagai mudharibnya.
- Usaha asuransi sangat menguntungkan kemaslahatan umum.
 Pendapat ulama yang mengharamkan
Ulama yang mengharamkan asuransi adalah Syekh Ahmad Ibrahim, Sayid Sabiq,
Muhammad Abu Zahrah, Abdullah Al-Qalqili, Syekh Muhammad Bakhit Al-
Mu’thi’i, dsb. Diantara alasan pendapat yang mengharamkan asuransi adalah :
- Asuransi mengandung unsur perjudian (maysir/ qimar)
- Asuransi mengandung unusr ketidakjelasan dan ketidakpastian (gharar)

7
- Asuransi mengandung unsur riba
- Potensi terjadi bagi nasabah yang tidak bisa melanjutkan pembayaran premi, yaitu
berupa hilang atau hangusnya premi yang telah dibayarkannya
- Asuransi termasuk akad sharf, yaitu terjadinya tukar menukar uang, namun tidak
sama dan juga tidak tunai.

E. Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional


Sebagaimana sudah dibahas bahwa dalam Asuransi Islam terdapat prinsip-prinsip
yang dijadikan landasan operasionalnya. Prinsip-prinsip itulah yang antara lain
membedakan praktik asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Jika melihat prinsip
dan sistem operasional asuransi Islam, akan mengantar seseorang kepada pemahaman
bahwa jasa perasuransian Islam tidak bekerja semata-mata dari sudut kepentingannya
yang bersifat materi. Menurut Syakir Sula, kehadiran asuransi Islam ini membawa misi
pemberdayaan umat (ekonomi dan sumber daya manusia) serta pencerahan kultural.
Adapun perbedaan prinsipial antara asuransi Islam dengan asuransi konvensional adalah
sebagai berikut:
a. Dari segi konsep
Dalam konsep konvensional, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima
premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung. Sedangkan dalam
konsep Islam, asuransi adalah sekumpulan orang-orang yang saling membantu, saling
menjamin, dan bekerja sama, dengan cara masingmasing mengeluarkan dana tabarru.
b. Dari asal-usul
Asuransi Konvensional berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang
dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Pada tahun 1668 M di Coffe House London
berdirilah Lloyd of London sebagai cikal-bakal asuransi konvensional. Adapun Asuransi
Islam berasal dari al-`āqilah, kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam datang. Kemudian
disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah dituangkan dalam
konstitusi pertama di dunia (Konstitusi Madinah) yang dibuat langsung oleh Rasulullah.

8
c. Dilihat dari sumber hukumnya.
Asuransi konvensional bersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Asuransi
konvensional berdasarkan pada hukum positif, hukum alam, dan contoh-contoh yang ada
sebelumnya. Sedangkan asuransi islam bersumber dari wahyu Allah, sunnah Nabi
Muhammad saw, ijma’, qiyas, istiḥsan, `dan urf (tradisi). Asuransi konvensional tidak
selaras dengan syariah Islam karena adanya maisīr, garār, dan ribā yang diharamkan
dalam mu’āmalah. Sedangkan asuransi islam bersih dari adanya maisir, garar, dan riba.
d. Pengawasan
Dalam asuransi konvensional tidak ada Dewan Pengawas Syariah, karena prinsip-
prinsipnya tidak berdasarkan syariah Islam sehingga dalam praktiknya banyak
bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’.
e. Akad/ Perjanjian
Asuransi konvensional menggunakan akad jual-beli (aqd al-mu`awadah, aqd al-
iz`an, aqd al-garar, dan aqd al-mulzim), sedangkan asuransi islam menggunakan aqd al-
tabarru’ dan aqd al-tijarah (muḍarabah, wakalah, waḍi’ah, syirkah, dan sebagainya).
f. Dari segi jaminan/risk
Asuransi konvensional menggunakan transfer of risk, di mana terjadi transfer
risiko dari tertanggung kepada penanggung, sedangkan asuransi Islam menggunakan
sharing of risk, di mana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan
peserta lainnya (ta`awun).
g. Dari segi pengelolaan
Dalam asuransi konvensional tidak ada pemisahan dana, yang berakibat pada
terjadinya dana hangus. Sedangkan dalam asuransi Islam, pada produk-produk saving
(life) terjadi pemisahan dana, yaitu dana tabarru’, derma dan dana peserta, sehingga tidak
mengenal istilah dana hangus.
h. Investasi Dana Premi
Dalam asuransi konvensional bebas melakukan investasi dalam batas-batas
ketentuan perundang-undangan, dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya obyek atau
sistem investasi yang digunakan. Sedangkan dalam asuransi Islam, investasi dapat
dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, sepanjang tidak bertentangan

9
dengan prinsipprinsip syariah Islam. Di samping itu, dalam melakukan investasi, asuransi
bebas dari riba dan tempat-tempat investasi yang terlarang.
i. Kepemilikan Dana
Dalam asuransi konvensional, dana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya
menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan ke
mana saja. Sedangkan dalam asuransi Islam, dana yang terkumpul dari peserta dalam
bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta (ṣahib al-mal), asuransi syariah
hanya sebagai pemegang amanah (muḍarib) dalam mengelola dana tersebut.
j. Unsur Premi
Dalam asuransi konvensional, unsur premi terdiri dari tabel mortalita (mortality
tables), bunga (interest), biaya-biaya asuransi (cost of insurance). Dalam asuransi Islam,
iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan (yang tidak mengandung
unsur ribā). Tabarru’ juga dihitung dari tabel mortalita, tetapi tanpa perhitungan bunga
teknik.
k. Loading (komisi agen)
Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama diperuntukkan bagi
komisi agen, bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu, nilai tunai pada
tahun pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus), sedangkan pada sebagian
asuransi Islam, loading (komisi agen) tidak dibebankan pada peserta tetapi dari dana
pemegang saham. Akan tetapi, sebagian yang lainnya mengambilkan dari sekitar 20-30
persen saja dari premi tahun pertama. Dengan demikian, nilai tunai tahun pertama sudah
terbentuk.
l. Sumber Pembayaran Klaim
Pada asuransi konvensional, sumber biaya klaim adalah dari rekening perusahaan,
sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Dari praktiknya tampak benar
bahwa asuransi konvensional merupakan bisnis murni dan tidak ada nuansa spiritualnya;
Sedangkan pada asuransi Islam, sumber pembiayaan klaim diperoleh dari rekening
tabarru’, di mana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah,
peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko tersebut.

10
m. Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi yang dianut asuransi konvensional adalah konsep akuntansi
accrual basis, yaitu proses akuntasi yang mengakui terjadinya peristiwa atau keadaan
nonkas. Di samping asuransi konvensional juga mengakui pendapatan, peningkatan aset,
expenses, leabilities dalam jumlah tertentu yang baru akan diterima dalam waktu yang
akan datang. Adapun asuransi Islam menganut konsep akuntansi cash basis, mengakui
apa yang benar-benar telah ada, sedangkan accrual basis dianggap bertentangan dengan
syariah karena mengakui adanya pendapatan, harta, beban atau utang yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Sementara apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang
tahu.
n. Keuntungan
Pada asuransi konvensional, keuntungan yang diperoleh dari surplus
underwriting, komisi reasuransi, dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan
perusahaan. Sedangkan pada asuransi Islam, profit yang diperoleh dari surplus
underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi, bukan seluruhnya menjadi milik
perusahaan, tetapi dilakukan bagi hasil (muḍārabah) dengan peserta.
o. Misi dan Visi
Secara garis besar misi utama asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan
sosial. Adapun misi yang diemban oleh asuransi Islam adalah misi akidah, misi ibadah
(ta`āwun), misi ekonomi, dan misi pemberdayaan umat.

F. Produk-produk dalam Asuransi Syariah


 Takaful Individu
Produk asuransi syariah ini memberikan perlindungan dan perencanaan yang
bersifat pribadi, dan dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini:
- Takaful Dana Investasi yang menjamin dan memberikan perlindungan hari
tua atau menjadi jaminan dana bagi ahli waris bila nasabah meninggal
dunia lebih awal.
- Takaful Dana Haji yang dipergunakan sebagai perlindungan dana
perorangan yang berencana menunaikan ibadah haji.

11
- Takaful Dana Siswa yang memberikan jaminan dana pendidikan mulai
sekolah dasar sampai sarjana.
- Takaful Dana Jabatan yang memberikan jaminan santunan bagi ahli waris
dari nasabah yang menduduki jabatan penting bila nasabah meninggal
dunia lebih awal atau tidak bekerja lagi dalam masa jabatannya.
 Takaful Group
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan perencanaan
untuk pribadi dan kelompok, misal kelompok dalam sebuah perusahaan yang
dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini:
- Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji sebagai perlindungan bagi
karyawan yang ingin menunaikan ibadah haji, yang didanai iuran bersama
dengan keberangkatan bergilir.
- Takaful Kecelakaan Siswa yang memberikan proteksi pelajar dari resiko
kecelakaan yang berakibat cacat bahkan yang mengakibatkan meninggal
dunia.
- Takaful Wisata dan Perjalanan yang memberikan proteksi peserta wisata
dari resiko kecelakaan yang mengakibatkan meninggal dunia atau cacat
seumur hidup.
- Takaful Kecelakaan Group, yang memberikan proteksi santunan karyawan
dalam perusahan, organisasi atau perkumpulan lainnya.
- Takaful Pembiayaan, untuk proteksi pelunasan hutang bagi nasabah yang
meninggal dalam masa perjanjian.
 Takaful Umum
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan perencanaan yang
bersifat umum dan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
- Takaful Kebakaran, untuk perlindungan dari kerugian yang disebabkan
api.
- Takaful Kendaraan Bermotor, untuk perlindungan terhadap kerugian pada
kendaraan bermotor.
- Takaful Rekayasa, untuk perlindungan terhadap kerugian pada pekerjaan
pembangunan baik pembangunan rumah, villa, dan bangunan lainnya.

12
- Takaful Pengangkutan, untuk perlindungan dari kerugian pada semua
barang setelah dilakukan pengangkutan baik darat, laut, dan udara.
- Takaful Rangka Kapal, untuk perlindungan dari kerusakan mesin
khususnya mesin kapal dan rangka kapal yang disebabkan kecelakaan atau
musibah.
-
G. Mekanisme Kerja Asuransi Syariah

Di dalam operasional asuransi syari’ah yang sebenarnya terjadi adalah saling


bertanggung jawab, membantu dan melindungi diantara para peserta sendiri. Perusahaan
asuransi diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi,
mengembangkan dengan jalan yang halal, memberikan santunan kepada yang mengalami
musibah sesuai isi fakta perjanjian tersebut. Adapun proses yang dilalui seputar
mekanisme kerja asuransi syariah dapat diuraikan:

 Underwriting
Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta
yang dikaitkan dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi.
Underwriting asuransi syariah bertujuan memberikan skema pembagian resiko
yang proposional dan adil diantara para peserta yang secara relatif homogen.
Dalam melakukan proses underwriting terdapat tiga konsep penting yang
menjadi dasar bagi perusahaan asuransi untuk menerima dan menolak suatu
penutupan resiko. Pertama, kemungkinan menderita kerugian, kondisi ini
diramalkan berdasarkan apa yang terjadi pada masa lalu. Kedua, tingkat
resiko, yaitu ketidakpastian akan kerugian pada masa yang akan datang.
Ketiga, hukum bilangan dimana makin banyak obyek yang mempunyai resiko
yang sama atau hampir sama, akan makin bertambah baik bagi perusahaan
karena penyebaran risiko akan lebih luas dan kemungkinan menderita
kerugian dapat secara sistematis diramalkan. Pada asuransi syariah
underwriting berperan:
1. Mempertimbangkan risiko yang diajukan. Proses seleksi yang dilakukan oleh
underwriting dipengaruhi oleh faktor usia, kondisi fisik atau kesehatan, jenis

13
pekerjaan, moral dan kebiasaan, besarnya nilai pertanggungan, dan jenis
kelamin.
2. Memutuskan meneriama atau tidak risiko-risiko tersebut.
3. Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk memastikan
peserta membayar premi sesuai dengan tingkat risiko, menetapkan besarnya
jumlah pertanggungan, lamanya waktu asuransi, dan plan sesuai dengan
tingkat risiko peserta.
4. Mengenakan biaya upah (ijarah/fee) pada dana kontribusi peserta
5. Mengamankan profit morgin dan menjaga agar perusahaan asuransi tidak rugi.
6. Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat berkembang
7. Menghindari anti seleksi.
8. Underwriting juga harus memperhatikan pasar kompetetif yang ada dalam
ketentuan tarif, penyebaran resiko dan volume, dan hasil survey.
 Polis
Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta
asuransi dengan perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti auntetik
berupa akta mengenai adanya perjanjian asuransi. Unsur-unsur yang harus ada
dalam polis adalah:
a. Deklarasi, memuat data yang berkaitan dengan peserta seperti nama, alamat,
jenis dan lokasi objek asuransi, tanggal dan jangka waktu penutupan,
perhitungan dan besarnya premi serta informasi lain yang diperlukan.
b. Perjanjian asuransi, memuat pernyataan perusahaan asuransi menyatakan
kesanggupannya mengganti kerugian atas objek asuransi apabila terjadi
kerusakan.
c. Pernyataan polis, memuat kondisi objek, batas waktu pembayaran premi,
permintaan pembatalan polis, prosedur pengajuan klaim, asuransi ganda,
subrogasi.
d. Pengecualian, memuat penyebutan dengan jelas musibah apa saja yang tidak
ditutup atau diluar penutupan asuransi.
e. Kondisi pertanggungan, memuat kondisi objek yang diasuransikan.
f. Polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi.

14
Dalam asuransi Islam, untuk menghindari unsur-unsur yang diharamkan di atas kontrak
asuransi, maka diberikan beberapa pilihan kontrak alternatif dalam polis asuransi
tersebut.Sebagai ilustrasi:

a. Polis dengan akad Mudhorobah atau mudhobbah musyarakah. Pada akad


Mudhorobah peserta asuransi menyediakan modal untuk dikelola oleh operator
asuransi. Sedangkan Mudhorobah musyarakah perusahaan asuransi sebagai
Mudhorib menyertkan modal atau dananya dalam investasi bersama dana peserta.
Dalam kontrak tercantum persetujuan kontribusi yang dijadikan dana asuransi
syariah dan pihak operator berhak mengelola dan mengivestasikan dana asuransi
untuk kepentingan perusahaan sesuai dengan prinsip Mudhorobah. Peserta
menyetujui kontribusinya dijadikan tabarru’ dan digunakan untuk membantu
peserta lain yan tertimpa musibah dalam bentuk hibah.
b. Wakalah bil ujrah, yaitu pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi
untuk mengelola dana peserta dengan pemberian ujrah (fee). Persetujuan
kontribusi yang dimasukkan dapat dinvestasikan dan dikelola sesuai dengan
prinsip syariah, persetujuan pembayaran klaim/manfaat asuransi, provisi dan
cadangan sesuai pedoman dan kebijakan otoritas. Persetujuan membayar biaya
wakalah bil ujrah.
 Premi (Kontribusi)
Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan
besar tabungan peserta asuransi, mendapatkan santunan kebajikan atau dana
klaim terhadap suatu kejadian yang mengakibatkan terjadinya klaim,
menambahkan investasi pada masa yang akan datang. Sedangkan bagi
perusahaan premi berguna untuk menambah investasi pada suatu usaha untuk
dikelola. Premi yang dikumpulkan dari peserta paling tidak harus cukup untuk
menutupi tiga hal, yaitu klaim resiko yang dijamin,biaya akuisisi, dan biaya
pengelolaan operasional perusahaan. Premi dalam asuransi syariah umumnya
dibagi beberapa bagian yaitu:
a. Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang
polis yang dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya akan mendapatkan hak
sesuai dengan kesepakatan dari pendapatan investasi bersih. Premi tabungan dan

15
hak bagi hasil investasi akan diberikan kepada peserta bila yang bersangkutan
dinyatakan berhenti sebagai peserta
b. Premi tabarru’ yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan
digunakan untuk tolong menolong dan menaggulangi musibah kematian yang
akan disantunkan kepada ahli waris bila peserta meninggal dunia sebelum masa
asuransi berakhir.
c. Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada
perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dalam
rangka pengelolaan dana asuransi.

Penetapan besarnya tarif premi tidak ditentukan oleh pemerintah, karena


diserahkan pada mekanisme pasar yang berlaku. Namun pada dasarnya tarif premi
menurut aturan pemerintah harus memenuhi unsur berikut:
Penetapan tarif premi asuransi kerugian, perhitungan jumlah premi yang akan
mempengaruhi dana klaim tergantung pada beberapa hal, antara lain:

a. Penetapan tarif premi harus dilakukan dengan memperhitungkan


 Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk jenis asuransi yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.
 Biaya perolehan, termasuk komisi agen.
 Biaya administrasi dan biaya umum lainnya.
b. Tarif premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak melebihi dan
tidak ditetapkan secara diskriminatif. Demikian pula tidak boleh terlalu berlebihan
sehingga tidak sebanding dengan manfaat yang dijanjikan.

Pada asuransi jiwa, perhitungan jumlah premi yang akan mempengaruhi dana klaim
tergantung pada beberapa factor, antara lain :

a. Jenis produk asuransi yang ditawarkan.


b. Lamanya masa asuransi
c. Usia peserta
d. Kesehatan peserta
e. Jumlah peserta

16
 Pengelolaan Dana Asuransi (Premi)

Pengelolaan dana asuransi (premi) dapat dilakukan dengan akad mudharabah,


mudharabah musyarakah, atau wakalah bil ujrah. Pada akad mudhorobah, keuntungan
perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian keuntungan dana dari investasi (sistem
bagi hasil). Para peserta asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik modal dan
perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai pihak yang menjalankan modal.
Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan
perusahaan sesuai ketentuan yang telah disepakati. Pada akad mudharobah musyarakah,
perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib yang menyertakan modal atau dananya
dalam investai bersama dana para peserta. Perusahaan dan peserta berhak memperoleh
bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari investasi. Sedangkan pada akad wakalah
bil ujrah, perusahaan berhak mendapatkan fee sesuai dengan kesepakatan. Para peserta
memberikan kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dananya dalam hal: kegiatan
administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting, pemasaran, dan
investasi.

 Jenis Investasi Usaha Asuransi Syariah

Investasi merupakan penggunaan modal untuk menciptakan uang , baik melalui


sarana yang menghasilkan pendapatan maupun melalui kerja sama yang lebih
berorientasi risiko yang dirancang untuk mendapatkan perolehan modal. Jenis investasi
dan reasuransi syariah terdiri dari:

a. Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank, termasuk deposito on


call dan deposito yang berjangka waktu kurang dari atau sama dengan 1 bulan
dengan batasan tidak boleh melebihi 20% dari jumlah investasi.
b. Saham yang tercatat dibursa efek dengan batasan tidak boleh melebihi 20%
dari jumlah investasi
c. Obligasi dan medium term notes.
d. Surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah atau bank Indonesia.
e. Unit penyertaan reksadana dengan batasan tidak boleh melebihi 20% dari
jumlah investasi.

17
 Klaim

Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi
sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Ketentuan klaim dalam asuransi syariah adalah:

- Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.


- Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.
- Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan
kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.
- Klaim atas akad tabarru’ merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban
perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.
 Penutupan Asuransi

Adalah berakhirnya perjanjian asuransi. Penyebab berakhirnya perjanjian asuransi


bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu:

1. Perjanjian berakhir secara wajar karena masa berlakunya sudah berakhir


sebagaimana perjanjian semula.
2. Perjanjian berakhir secara tidak wajar karena dibatalkan oleh salah satu pihak
walau masa berlaku perjanjian belum berakhir.

H. Akad Dalam Asuransi Syariah


Pada asuransi syariah, akad yang melandasi bukan akad jual beli (aqd tabaduli)
atau akad mu’awadhad sebagimana halnya pada asuransi konvensional. Tetapi akad yang
digunakan adalah akad tolong menolong (aqd takafuli) dengan menciptakan instrumen
baru untuk menyalurkan dana kebajikan melaui akad tabarru’ “hibah”. Majelis ulama
Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) telah
membuat pedoman mengenai asuransi syariah. Dimana pedoman tersebut, khususnya
mengenai masalah teknis operasional, secara ringkas dijelaskan sebagai berikut :
 Ketentuan Umum
- Asuransi Syariah (ta’min, takaful, tadhamun) adalah usaha saling melindungi
dan saling menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi

18
dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian
sesuai dengan syariah.
- Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada poin 1 adalah yang
tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba (bunga), zulmu
(penganiayaan), riswah (suap), barang haram, dan maksiat.
- Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan
komersial.
- Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan
kebaikan dan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.
- Premi adalah kewajiban peserta untuk memberikan sejumlah dana kepada
perusahaan sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
- Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberi perusahaan asuransi
sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
 Akad dalam Asuransi
- Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad
tijarah dan atau akad tabarru’.
- Akad tijarah yang dimaksud dalam poin 1 adalah mudharabah, sedangkan
akad tabarru; adalah hibah.
- Dalam akad sekurang-kurangnya disebutkan :
 Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan
 Cara dan waktu pembayaran premi
 Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru’ serta syarat-syarat yang
disepakati sesuai dengan jenis asuransi yang di akad.
 Kedudukan Setiap Pihak dalam Akad Tijarah dan Tabarru’
- Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai
mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal
(pemegang polis)
- Dalam akad tabarru’ (hibah) peserta memberikan hibah yang akan
digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan
perusahaan sebagai pengelola dana hibah.

19
 Kedudukan dalam Akad Tijarah dan Tabarru’
- Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru’ apabila yang
tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan
kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
- Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.
 Jenis Asuransi dan Akadnya
- Dipandang dari segi jenis, asuransi terdiri atas asuransi kerugian dan
asuransi jiwa.
- Akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah.

Akad-akad dalam asuransi syariah tidak hanya sebatas pada akad tabarru’ dan
mudharabah saja. Tetapi beberapa akad-akad tijarah lainnya yang ada dalam fiqih islam
seperti al-musyarakah, al-wakalah, al-wadiah, as-syirkah, al-musahamah, dan sebagainya
dibenarkan oleh syara’ untuk digunakan dalam asuransi syariah.

I. Prospek Asuransi Syariah


Melihat perkembangan dan pertumbuhan industri asuransi di Indonesia yang
sangat pesat dan apalagi dengan adaya BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
masyarakat Indonesia sudah terjamin dari kehidupan sosial mereka seperti kesehatan.
Dalam beberapa tahun terakhir ini banyak sekali perusahaan asuransi konvensional
menawarkan produk asuransi mereka yang terbaru yaitu asuransi syariah,
pertumbuhan industri asuransi syariah harus didukung pemerintah dan juga masyrakat
Indonesia yang menjadi negara muslim terbesar di dunia,Pasar asuransi syariah di
Indonesia pada saat ini terus mengalami pertumbuhan yang pesat mengingat
mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim. Negara-negara dengan penduduk
mayoritas muslim seperti Indonesia, pada umumnya memiliki tingkat penetrasi dan
tingkat density asuransi yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara
lain. Hal ini disebabkan oleh apa yang disebut sebagai halangan agama yaitu
keyakinan agama yang tidak memperkenankan praktek asuransi konvensional. Selain
dapat mengatasi hambatan agama tersebut, sifat alami asuransi syariah akan

20
berpotensi untuk berkembang di Indonesia karena beberapa alasan antara lain
mayoritas penduduknya beragama Islam akan cenderung menghormati solusi yang
berasal dari agamanya sendiri, ekonomi Indonesia yang secara signifikan bergantung
pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) akan cocok dengan
pendekatan pengelolaan risiko melalui konsep tolong menolong dalam asuransi syariah,
sifat alami asuransi syariah yang memungkinkan peserta mendapatkan bagi hasil akan
lebih adil. Dalam laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) yang berjudul "The Rise
of Asia's Middle Class 2010" disebutkan bahwa jumlah kelas menengah di
Indonesia tumbuh pesat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Pada 1999 kelompok
kelas menengah baru mencapai 25 persen atau 45 juta jiwa, namun satu dekade
kemudian melonjak jadi 42,7 persen atau 93 juta jiwa. Sedangkan jumlah kelompok
miskin berkurang dari 171 juta jiwa menjadi 123 juta jiwa. Dengan jumlah kelas
menengah Indonesia yang berkembang pesat memungkinkan industri asuransi
bertumbuh dengan sangat baik dan juga di dukung oleh Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) akan lebih mendorong proses bisnis yang bersih sehingga
berdampak kondusif bagi timbulnya asuransi syariah dan sifat asuransi syariah antara
lain menghindarkan praktek-praktek yang mengandung unsur-unsur ketidakpastian dan
judi akan sejalan dengan praktek usaha yang penuh kehati-hatian di lingkungan
ekonomi global. Konsep dasar asuransi syariah terutama yang menggunakan sistem
wakalah merupakan konsep asuransi yang akan terbebas dari ketidakpastian usaha di
sektor asuransi.
J. Perusahan Asuransi Di Indonesia
Beberapa perusahaan asuransi syariah yang ada di Indonesia, seperti asuransi syariah
“Mubarakah” (1997), serta berbagai unit asuransi syariah dari asuransi konvensional,
seperti : MAA Assurance (2000), Asuransi Great Eastern (2001), Asuransi Bumiputera
(2003), Asuransi Beringin Jiwa Sejahtera (2003), Asuransi Tripakarta (2002), Asuransi
Jasindo Takaful (2003), Asuransi Binagria (2003), Asuransi Bumida (2003), Asuransi
Staci Jasa Pratama (2004), Asuransi Central Asia (2004), Asuransi Adira Syariah (2004),
Asuransi BNI Jiwasraya Syariah (2004), Asuransi Sinar Mas (2004), dan sebagainya.
Sampai Mei 2008, sudah hadir 41 perusahaan asuransi syariah di Indonesia, 3 perusahaan
re-asuransi syariah, dan 6 broker asuransi dan re-asuransi syariah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Syakir Sula, Muhammad. 2004. Asuransi Syariah ( Life and General ). Jakarta: Gema
Insani.

https://id.scribd.com/document/330157416/MAKALAH-ASURANSI-SYARIAH
Diakses pada tanggal 07 September 2019 pukul 18:37

https://www.researchgate.net/publication/305885018_Prospek_dan_Tantangan_Perkemb
angan_Asuransi_Syariah_di_Indonesia
Diakses pada tanggal 07 September 2019 pukul 18:57 WIB

https://www.scribd.com/doc/307591680/MEKANISME-ASURANSI-SYARIAH
Diakses pada tanggal 07 September pukul 19:35 WIB

22

Anda mungkin juga menyukai