Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KAJIAN ANALISIS PANDEMI COVID-19 DALAM PERSPEKTIF KEPERAWATAN


KOMUNITAS

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah: Keperawatan Komunitas 1

Dosen pengampu: Ns. Asmadi M.Kep Sp.Kom

Oleh:

Triska Fuji Maerani (CKR0180153)

S1 Keperawatan Semester 5 Reg D

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


Jalan Lingkar Bayuning No.2, Kadugede, Kab. Kuningan, Jawa Barat 45561
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kajian Analisis Pandemi Covid-19 dalam
Perspektif Keperawatan Komunitas ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ns. Asmadi M.Kep Sp.Kom pada mata kuliah
Keperawatan Komunitas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Covid-16 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ns. Asmadi M.Kep Sp.Kom, selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Komunitas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kuningan, 25 November 2020

Triska Fuji Maerani


Daftar isi

Kata pengantar

Daftar isi

Bab 1(Pendahuluan)

a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan

Bab II (Pembahasan)

1. Pengertian covid-19
2. Penyebab Covid-19
3. Gejala orang terinfeksi covid-19
4. Cara mencegah virus Covid-19
5. Komplikasi
6. Analisis Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Keperawatan Komunitas

Penutup

a. Kesimpulan
b. Saran

Daftar pustaka
Bab I
Pendahuluan

1. Latar belakang
Covid-19 atau biasa disebut korona merupakan virus yang tengah menjadi momok
bagi seluruh dunia, tak tekecuali Indonesia. Tak terhitung banyaknya korban jiwa yang
disebabkan oleh virus ini. Penyebaran virus Covid-19 yang terbilang cepat membuat
banyak pihak kewalahan. Yang membuat virus ini semakin menjadi momok bagi
masyarakat adalah belum ditemukannya obat atau vaksin yang benar-benar pasti bisa
menyembuhkan virus ini dan juga penyebarannya yang cepat juga membuat sebagian
orang tidak sempat mendapat penanganan medis seperti yang seharusnya.
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Covid-19 ?
b. Apa penyebab Covid-19?
c. Apa Gejala orang yang terinfeksi viris ini?
d. Bagaimana cara mencegah virus Covid-19?
e. Apa komplikasi yang di timbulkan oleh virus covid-19?
f. Bagaimana analisis Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Keperawatan Komunitas?
3. Tujuan:
a. Untuk memenuhi nilai atau tugas mata kuliah Keperawatan Kounitas
b. Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai covid-19
c. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang covod-19
Bab II
Pembahasan
1. Pengertian covid-19
Penyakit koronavirus (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, disingkat
COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu
jenis koronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi koronavirus 2019–2020.
Penderita COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas.
Sakit tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin lebih jarang ditemukan. Pada penderita yang
paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan multiorgan.
Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet) dari
saluran pernapasan yang sering dihasilkan saat batuk atau bersin. Waktu dari paparan
virus hingga timbulnya gejala klinis berkisar antara 1–14 hari dengan rata-rata 5 hari.
Metode standar diagnosis adalah uji reaksi berantai polimerase transkripsi-balik (rRT-
PCR) dari usap nasofaring atau sampel dahak dengan hasil dalam beberapa jam hingga 2
hari. Pemeriksaan antibodi dari sampel serum darah juga dapat digunakan dengan hasil
dalam beberapa hari. Infeksi juga dapat didiagnosis dari kombinasi gejala, faktor risiko,
dan pemindaian tomografi terkomputasi pada dada yang menunjukkan gejala pneumonia.
Mencuci tangan, menjaga jarak dari orang yang batuk, dan tidak menyentuh
wajah dengan tangan yang tidak bersih adalah langkah yang disarankan untuk mencegah
penyakit ini. Disarankan untuk menutup hidung dan mulut dengan tisu atau siku yang
tertekuk ketika batuk. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan kepada orang-orang yang menduga
bahwa mereka telah terinfeksi untuk memakai masker bedah dan mencari nasihat medis
dengan memanggil dokter dan tidak langsung mengunjungi klinik. Masker juga
direkomendasikan bagi mereka yang merawat seseorang yang diduga terinfeksi tetapi
tidak untuk digunakan masyarakat umum. Belum ada vaksin atau obat antivirus khusus
untuk COVID-19; tata laksana yang diberikan meliputi pengobatan terhadap gejala,
perawatan suportif, dan tindakan eksperimental. Angka fatalitas kasus diperkirakan
antara 1–3%.
2. Penyebab Covid-19
Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2
(SARS-CoV-2 atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2). Virus ini
menyebar melalui percikan (droplets) dari saluran pernapasan yang dikeluarkan saat
sedang batuk atau bersin.
Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh penyakit ini karena virus
memasuki sel inangnya lewat enzim pengubah angiotensin 2 (angiotensin converting
enzyme 2 atau ACE2), yang paling banyak ditemukan di dalam sel alveolar tipe II paru.
SARS-CoV-2 menggunakan permukaan permukaan sel khususnya yang mengandung
glikoprotein yang disebut "spike" untuk berhubungan dengan ACE2 dan memasuki sel
inang. Berat jenis ACE2 pada setiap jaringan berhubungan dengan tingkat keparahan
penyakit. Diduga, bahwa penurunan aktivitas ACE2 memberikan perlindungan terhadap
sel inang karena ekspresi ACE2 yang berlebihan akan menyebabkan infeksi dan replikasi
SARS-CoV-2Beberapa penelitian, melalui sudut pandang yang berbeda juga
menunjukkan bahwa peningkatan ekspresi ACE2 oleh golongan obat penghambat
reseptor angiotensin II akan melindungi sel inang. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut
tentang hal ini. ACE2 juga merupakan jalur bagi virus SARS-CoV-2 untuk menyebabkan
kerusakan jantung, karenanya penderita dengan riwayat penyakit jantung memiliki
prognosis yang paling jelek.
3. Gejala orang terinfeksi covid-19

Infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya


mengalami gejala flu, seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala;
atau gejala penyakit infeksi pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak
bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Namun, secara umum ada 3 gejala umum
yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

a. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius)

b. Batuk
c. Sesak napas
Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu
setelah terpapar virus Corona.

4. Cara mencegah virus Covid-19


Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau
COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari
faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
a. Hindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung.
b. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.
c. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung
alkohol minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
d. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
e. Hindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan
hewan, cuci tangan setelahnya.
f. Masak daging sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
g. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu
ke tempat sampah.
h. Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
i. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan
agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
a. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
b. Periksakan diri ke dokter hanya bila Anda mengalami gejala atau keluhan.
c. Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak
memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang
digunakan orang lain.
d. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda
benar-benar sembuh.
e. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang
sakit.
f. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan
tidur dengan orang lain.
g. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang
bersama orang lain.
h. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera
buang tisu ke tempat sampah.
5. Komplikasi

Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius
berikut ini:

 Pneumonia
 Infeksi sekunder pada organ lain
 Gagal ginjal
 Acute cardiac injury
 Acute respiratory distress syndrome
 Kematian

6. Analisis Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Keperawatan Komunitas


Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar memiliki kamuan
dan kemampuan hidup sehat. Harapannya dapat terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salag satu unsur kesejahteraan umum.
Hal tersebut dapat tercapai dengan menyelenggarakan upaya kesehatan, baik promotif,
perventif, kuratif, maupun rehabilitatif di fasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/ atau masyarakat.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan sangat memegang peranan
penting dalam mencapai tujuan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya mulai dari rentang sehat sampai dengan sakit. Bahkan Badan Kesehatan
Dunia(WHO/ World Health Organization) menyatakan perawat merupakan back bone
(tulang punggung) di fasilitas pelayanan karena proporsi jumlahnya yang lebih banyak
dibandingkan tenaga kesehatan lain. Pelayanan terhadap pasien secara terus menerus (24
jam) dan berkesinambungan serta termasuk salah satu yang berada di garda terdepan
dalam pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Salah satu tantangan sebagai tenaga kesehatan yaitu perawat yang selalu berada di
garda terdepan ini adalah perannya dalam memberikan pelayanan kesehatan selama masa
pandemi covid-19. Kita semua tahu bahwa pandemic Covid-19 ini yang berawal dari
Wuhan-China telah menyebar di berbagai belahan dunia dan telah memakan banyak
korban jiwa baik dari masyarakat samap dengan tenaga kesehatan. Hal tersebut tentunya
menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi perawat (khususnya) yang selalu berada di
garda terdepan pelayanan dalam menjalankan peran profesional keperawatan. Belum lagi
ditambah dengan beban psikologis dari beberapa masyarakat tentang stigma negatif
perawat yang merawat pasien Covid-19. Bahkan beberapa ada yang melakukan
penolakan/diskriminasi saat mereka kembali ke masyarakat. Hal inilah yang
membutuhkan peran perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dan pasien khususnya.
Berman et all tahun 2016 menyebutkan bahwa peran perawat yaitu sebagai
pemberi asuhan keperawatan, komunikator, pendidik, advokat pasien, konsultan,
pembaharu, pemimpin dan manager. Peran-peran tersebut sangat penting dan dibutuhkan
terutama di saat pandemic covid-19 saat ini.

Peran pemberi asuhan keperawatan bagi perawat yang merawat pasien Covid19
adalah dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar pasien melalui pemberian
pelayanan keperawatan mulai dari sederhana sampai dengan kompleks, dimana pasien
Covid-19 yang dirawat di Rumah Sakit tidak bisa ditunggui oleh keluarganya, sehingga
peran ini sangat penting sekali. Belum lagi resiko besar yang dihadapi oleh perawat pada
saat melakukan perawatan, walaupun sudah ada standart pelayanan perawatan khusus
pasien Covid-19. Peran lain adalah sebagai komunikator, dimana di masa pandemi saat
ini komunikasi adalah hal yang harus ektra dilakukan oleh perawat disbanding dengan
sebelumnya agar dapat melakukan komunikasi yang efektif dan efisien, baik kepada
pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentunya.
Peran komunikator yang baik juga diperlukan dalam melaksanakan peran
educator, dimana pada masa pandemi, ada beberapa masyarakat yang percaya berita
hoaks dibandingkan dengan petugas kesehatan.

Peran dalam upaya peningkatan kesehatan dapat dilakukan dengan memperbaiki


imunitas fisik, kesehatan jiwa, dan psikososial. Menggunakan istilah dari Keliat, BA
(2020) bahwa imunitas fisik dapat diperoleh melalui makanan bergizi, minum yang
cukup, olahraga teratur minimal 30 menit sehari, berjemur di pagi hari, dan istirahat yang
cukup. Imunitas kesehatan jiwa dan psikososial dapat diperoleh dengan fisik yang rileks,
mengatur emosi yang positif, membangun pikiran yang positif, perilaku yang positif,
relasi yang positif, dan spiritual yang positif.

Sementara itu, peran dalam pencegahan Covid-19 dilakukan melalui edukasi


tentang physical distancing, cuci tangan dengan sabun, menggunakan masker, dan lain-
lain. Dengan menitikberatkan pada 5 fungsi kesehatan keluarga, yaitu mengetahui
masalah, dilakukan dengan memahamkan setiap anggota keluarga agar dapat
mengutarakan pemahaman dan permasalahan yang dirasakan terkait Covid-19.
Mengambil keputusan, dilakukan dengan membantu keluarga dalam mengambil
keputusan untuk mengatasi masalah berdasar masukan dari anggota keluarga yang lain
dan informasi resmi dari pemerintah. Merawat anggota keluarga, dilakukan dengan
mengadakan kegiatan sehari-hari dalam keluarga yang saling menguatkan. Menciptakan
suasana yang kondusif, dilakukan dengan saling menghormati, menghargai, dan
memberikan harapan satu dengan yang lain sehingga ikatan emosi dan tali kasih semakin
baik. Terakhir menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia, seperti puskesmas, dokter
keluarga, praktik perawat, klinik, rumah sakit, dan berbagai informasi kesehatan dari
pemerintah.

Dalam konteks teori perilaku kesehatan, kita ingat dalam sejarah Susan Blackburn
yang menyebutkan salah satu contoh terjadinya epidemi kolera di Hindia Belanda pada
1820-an, yang menurut sejarah telah diidentifikasi dokter dari Yunani Kuno, yaitu
Hippocrates dan Galen, diperkirakan berasal dari dataran di sekitar delta Sungai Ganggi
dan Brahmaputra di India. Dalam konteks ini, ada teori yang menjadi dasar pencetus
kondisi sakit kala itu adalah teori ekologi lingkungan yang oleh John Gordon
menyebutkan ada tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi terjadinya sehat dan
sakit di masyarakat. Yaitu, A/agent (penyebab penyakit), P (host)/populasi berisiko
tinggi, dan L (lingkungan). Namun, dalam perkembangannya, tidak hanya tiga hal yang
menjadi sakit, yang menurut teori klasiknya H.L. Bloom ternyata derajat kesehatan,
dalam hal ini penyakit masyarakat, dapat ditentukan empat faktor: lifestyle (gaya hidup)
serta lingkungan bisa sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Kemudian, faktor pelayanan
kesehatan dan faktor genetik. Melihat faktor tersebut, lagi-lagi perilaku adalah yang bisa
menjadi prediktor utama penyebab derajat kesehatan, maka tidak ada upaya lain yang
menjadi prioritas selain harus berfokus pada perilaku.

Kemudian, mengapa peran perawat keluarga dan perawat komunitas penting?


Tentu itu didasari paradigma ilmu keperawatan yang memahami individu sebagai klien,
keluarga sebagai klien, dan masyarakat sebagai klien. Khusus memahami masyarakat
sebagai klien, tentu masyarakat memiliki ciri seperti adanya interaksi antarwarga, diatur
oleh adat istiadat, norma, hukum, dan peraturan yang khas serta memiliki identitas yang
kuat mengikat semua warga. Dari sinilah dibutuhkan pendekatan dalam menyelesaikan
masalah kesehatan komunitas dengan pendekatan etnonursing, dalam bahasa sederhanya
adalah keperawatan berbasis budaya, karena permasalahan kesehatan tidak terlepas dari
masalah budaya dan perilaku.

Untuk itu, perlu dilakukan upaya peran perawat komunitas dengan fokus pada
pendekatan budaya melalui tiga komponen sebagaimana dalam konsep tindakan
keperawatan oleh Andrew dan Boyle (1995). Pertama, dengan cultural care preservation
atau mempertahankan budaya kesehatan, jika budaya/perilaku kesehatan yang dilakukan
masyarakat tidak bertentangan dengan kesehatan. Kedua, cultural care
accommodation/negotiation, yaitu membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu
yang lebih menguntungkan kesehatan. Ketiga, cultural care repatterning/reconstruction
atau melakukan rekonstruksi budaya apabila klien memiliki budaya yang merugikan
kesehatan.
Dengan tiga upaya tersebut, hidup new normal berdampingan dengan Covid-19
dapat berjalan dengan sehat. Selain itu, semua peran tidak dapat dijalankan dengan
mudah jika kebijakan pemerintah tidak menambah jumlah perawat kesehatan komunitas
dan menempatkan posisi perawat yang bekerja di puskesmas untuk difungsikan menjadi
perawat kesehatan komunitas yang memiliki otoritas dalam upaya pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas.
Bab lll
Penutup

1. Kesimpulan
Penyakit koronavirus (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, disingkat
COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu
jenis koronavirus. Infeksi menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan
(droplet) dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan saat batuk atau bersin.
Waktu dari paparan virus hingga timbulnya gejala klinis berkisar antara 1–14 hari
dengan rata-rata 5 hari. Mencuci tangan, menjaga jarak dari orang yang batuk, dan
tidak menyentuh wajah dengan tangan yang tidak bersih adalah langkah yang
disarankan untuk mencegah penyakit ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan kepada
orang-orang yang menduga bahwa mereka telah terinfeksi untuk memakai masker
bedah dan mencari nasihat medis dengan memanggil dokter dan tidak langsung
mengunjungi klinik.

peran perawat keluarga dan perawat komunitas penting karena didasari paradigma
ilmu keperawatan yang memahami individu sebagai klien, keluarga sebagai klien,
dan masyarakat sebagai klien. Khusus memahami masyarakat sebagai klien, tentu
masyarakat memiliki ciri seperti adanya interaksi antarwarga, diatur oleh adat
istiadat, norma, hukum, dan peraturan yang khas serta memiliki identitas yang kuat
mengikat semua warga. Dari sinilah dibutuhkan pendekatan dalam menyelesaikan
masalah kesehatan komunitas dengan pendekatan etnonursing, dalam bahasa
sederhanya adalah keperawatan berbasis budaya, karena permasalahan kesehatan
tidak terlepas dari masalah budaya dan perilaku.
2. Saran
Diharapkan semua orang ikut berkontribusi untuk menekan angka kematian dan
angka pasien terinfeksi
Daftar pustaka

https://tirto.id/hasil-riset-masa-inkubasi-virus-corona-covid-19-bisa-hanya-5-hari-eEzY
https://www.alodokter.com/virus-corona
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pandemi_koronavirus_2019%E2%80%932020
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit_koronavirus_2019
https://www.jawapos.com/opini/10/06.2020/perawat-komunitas-di-era-new-normal/
http://webinarkeperawatan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/Ns.-Heryanto-Adi-
Nugroho-M.Kep_.-Sp.Kom-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai