Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan


kontrol dam memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk
individu, kelompok atau masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan
perubahan-perubahan secara suka rela dalam tingkah laku individu (Entjang, 1991)
Pengertian pendidikan kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang
berpengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan ada
hubungannya dengan kesehatan perseorangan, masyarakat, dan bangsa. Kesemuanya
ini, dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimanya secara suka rela perilaku
yang akan meninhkatkan dna memelihara kesehatan.Menurut Wood dikutip dari
Effendi (1997)
Unsur program ksehatan dan kedoktern yang didalamnya terkandung rencana
untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dengan tujuan untuk membantu
tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Menurut Stewart dikutip dari Effendi (1997)
Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam
keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan
yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang
didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Menurut (Notoatmodjo. S,
2003: 20)

2. TUJUAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah
dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan
terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan
dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan
kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga
produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program
kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi
masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak,
2009).
Menurut Benyamin Bloom (1908) tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau
meningkatkan 3 domain perilaku yaitu kognitif (cognitive domain), afektif (affective
domain), dan psikomotor (psychomotor domain). (Notoatmodjo, 2003: 127)
Menurut Notoatmodjo (2007: 139) dalam perkembangannya, teori Bloom ini
dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
 Tahu (know) : Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
 Memahami (comprehension): Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
 Aplikasi (aplication) : Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
real (sebenarnya).
 Analisis (analysis) : Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen –
komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
 Sintesis (synthesis) : Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
 Evaluasi (evaluation) : Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
obyek.

 Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
 Menerima (receiving) : Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau
dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
 Merespon (responding) : Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
 Menghargai (valuing) : Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
 Bertanggung jawab (responsible) : Bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap
yang paling tinggi.

 Praktik atau tindakan (practice)


Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:
 Persepsi (perception) : Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan
dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat
pertama.
 Respon terpimpin (guided response) : Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator
praktik tingkat dua.
 Mekanisme (mecanism) : Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu
dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
 Adopsi (adoption) : Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

3. RUANG LINGKUNG PENDIDIKAN KESEHATAN


Menurut ( Notoatmodjo. S, 2003: 27 ) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat
dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan
atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan
kesehatan.
 Aspek Kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup
empat aspek pokok yaitu:
a. Promosi ( promotif )
b. Pencegahan ( preventif )
c. Penyembuhan ( kuratif )
d. Pemulihan ( rehabilitatif )
e. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan


menjadi lima yaitu:
a. Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran murid.
c. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan yang bersangkutan.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup terminal bus,
stasiun, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit,
Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya.
f. Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan
berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari leavel and clark, sebagai berikut;
1) Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup dan
perbaikan sanitasi lingkungan.
2) Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi.
3) Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera.
4) Pembatasan Cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan
masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, sedang
pengobatan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan orang yang ber
sangkutan menjadi cacat.
5) Rehabilitasi (pemulihan).

4. PENTINGNYA PENDIDIKAN KESEHATAN


Banyak dari kita yang sudah diajarkan pentingnya kesehatan sejak menginjak
pendidikan sekolah dasar hingga bangku sekolah menengah atas. Sehingga ketika kita
dewasa, kita bisa mengetahui mana yang berguna bagi kesehatan dan mana yang bisa
menurunkan kesehatan.Jika kita maknai lebih lanjut, sebenarnya ada beberapa alasan
mengapa pendidikan kesehatan itu Penting dan perlu diberikan. Antara lain:
 Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat, dalam
membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran
aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yg optimal.
 Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yg sesuai
dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
 Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri,
mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap masalahnya,
dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar,
dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat
5. KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang
kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek
pendidikan. Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti didalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan yang lebih
dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
Berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk social dalam
kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat selalu
memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih
pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut,
seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
Kegiatan belajar tiu mempunyai ciri-ciri :
1) Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada individu,
kelompok atau masyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial
2) Hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan
baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama
3) Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan

Bertolak dari konsep pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses
belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai
kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya
sendiri menjadi mampu dan lain sebagainya.
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu,
kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (Prilaku) nya/mereka
untuk mencapai kesehatannya/mereka secara optimal. Batasan-batasan konsep
pendidikan kesehatan yang sering dijadikan acuan antara lain dari : Nyswander,
Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain sebagainya.
6. ILMU-ILMU BANTU PENDIDIKAN KESEHATAN
Dalam perkembangannya, suatu ilmu secara sadar ataupun tidak sadar memerlukan
ilmu-ilmu lain sebagai alat bantunya. Ilmu pendidikan yang mempunyai tujuan akhir
pada perubahan tingkah laku manusia sudah barang tentu memerlukan banyak sekali
ilmu bantu sesuai dengan aspek yang mempengaruhi tingkah laku. Perilaku manusia
cenderung bersifat holistik (menyeluruh). Sebagai arah analisis, perilaku .manusia
tersebut dapat dibagi menjadi 3 aspek, yakni aspek fisiologi, psikologi dan sosial.
Ketiga aspek tersebut sulit dibedakan dalam pengaruh dan kontribusi pembentukan
perilaku manusia.
Ilmu-ilmu yang mempelajari faktor-faktor tersebut di atas antara lain psikologi,
antropologi, sosiologi, komunikasi dan sebagainya. Oleh karena itu untuk
menganalisis dan memecahkan masalah kesehatan dari segi edukatif, sebenarnya
adalah menganalisis dan memecahkan masalah tingkah laku individu atau masyarakat
yang berhubungan dengan kesehatan mereka. Umumnya tingkah laku itu dijabarkan
di dalam 3 bentuk, yakni knowledge, attitude, dan practice (KAP). Jadi apabila kita
melihat problem kesehatan dengan kacamata edukatif maka yang tampak adalah
bagaimana sikap pengetahuan dan kebiasaan hidup dari masyarakat serta faktor-faktor
yang mempengaruhi. Demikian pula dengan cara pemecahannya.

7. PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN


Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan
sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada
orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah
kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya
sendiri. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
8. PERANAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada
H.L.Blum. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling
besar terhadap status kesehatan. Disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua.
Pelayanan kesehatan, dan keturunan mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan.
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi 3
faktor pokok yakni :
1) Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)
2) Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)
3) Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan


kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu
kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Dengan kata lain
pendidikan kesehatan adalah suatu usaha ntuk menyediakan kondisi psikologis dari
sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.

9. PROSES PENDIDIKAN KESEHATAN


Pokok dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Kegiatan belajar terdapat tiga
persalan pokok, yakni :
 Persoalan masukan (input) : Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan
adalah menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok
atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar
belakangnya.
 Persoalan proses : Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya
perubahan kemampuan (prilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam
proses ini terjadi pengaruh timbale balik antara berbagai faktor, antara lain :
subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan teknik belajar,
alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
 Keluaran (output) : Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu
berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar,


yakni : Faktor materi (bahan mengajar), lingkungan, instrumental, dan subjek
belajar. Faktor instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti
perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak (software) seperti
fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya

10. TEMPAT PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN


Pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat sehingga dengan
sendirinya sasarannya juga berbeda. Misalnya:
1) Pendidikan Kesehatan di Keluarga
2) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran guru
dan murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan
sekolah (UKS)
3) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan
masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus dengan
sasaran pasien dan keluarga pasien
4) Pendidikan kesehatan di tempat – tempat kerja dengan sasaran buruh atau
karyawan
5) Pendidikan Kesehatan di tempat umum ,misalnya pasar,terminal,bandar
udara,tempat-tempat pembelanjaan,tempat tempat olah raga,taman kota ,WC
dsb

11. ASPEK SOSBUD DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN

 Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


 Persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit
 Masyarakat mempunyai batasan sehat atau sakit yang berbeda dengan konsep
sehat dan sakit versi sistem medis modern (penyakit disebabkan oleh makhluk
halus, guna-guna, dan dosa
 Kepercayaan : Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah
laku kesehatan, beberapa pandangan yang berasal dari agama tertentu kadang-
kadang memberi pengaruh negatif terhadap program kesehatan. Sifat fatalistik
atau Fatalisme adalah ajaran atau paham bahwa manusia dikuasai oleh nasib.
Seperti contoh, orang-orang Islam di pedesaan menganggap bahwa penyakit
adalah cobaan dari Tuhan, dan kematian adalah kehendak Allah. Jadi, sulit
menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan saat sakit.
 Pendidikan : Masih banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah,
petunjuk-petunjuk kesehatan sering sulit ditangkap apabila cara
menyampaikannya tidak disesuaikan dengan tingkat pendidikan khayalaknya.
 Nilai Kebudayaan : Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku
bangsa yang mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek
tertentu. Nilai kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada cara hidup,
persepsi masyarakat terhadap kebutuhan dan pilihan mereka untuk bertindak.

Contoh :
Wanita sehabis melahirkan tidak boleh memakan ikan karena ASI akan
menjadi amis -Di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru. Penyakit
ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus. Penderita
hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah dilakukan penelitaian
ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tradisi kanibalisme
 Sifat Etnosentris : merupakan sikap yang memandang kebudayaan sendiri
yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.
 Etnosentrisme : merupakan sikap atau pandangan yg berpangkal pada
masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan
pandangan yg meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Seperti contoh,
Seorang perawat/dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang
kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan
masyarakat tidak. Selain itu, budaya yang diajarkan sejak awal seperti budaya
hidup bersih sebaiknya mulai diajarkan sejak awal atau anak-anak karena
nantinya akan menjadi nilai dan norma dalam masyarakat.
 Norma : merupakan aturan atau ketentuan yg mengikat warga kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yg
sesuai dan diterima oleh masyarakat. Terjadi perbedaan norma (sebagai
standar untuk menilai perilaku) antara satu kebudayaan dengan kebudayaan
yang lain. Masyarakat menetapkan perilaku yang normal (normatif) serta
perilaku yang tidak normatif. Contohnya : Bila wanita sedang sakit, harus
diperiksa oleh dokter wanita dan masyarakat memandang lebih bergengsi
beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin
B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.
 Inovasi Kesehatan : Tidak ada kehidupan sosial masyarakat tanpa perubahan,
dan sesuatu perubahan selalu dinamis. artinya setiap perubahan akan diikuti
perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. Seorang petugas kesehatan jika akan
melakukan perubahan perilaku kesehatan harus mampu menjadi contoh dalam
perilakukanya sehari-hari. Ada anggapan bahwa petugas kesehatan merupakan
contoh rujukan perilaku hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku
kesehatan yang baik adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.
 Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan
 Penghasilan (income). Masyarakat yang berpenghasilan rendah menunjukkan
angka kesakitan yang lebih tinggi, angka kematian bayi dan kekurangan gizi
 Jenis kelamin (sex). Wanita cenderung lebih sering memeriksakan kesehatan
ke dokter dari pada laki-laki.
 Jenis pekerjaan yang berpengaruh besar terhadap jenis penyakit yang diderita
pekerja.
 Self Concept, menurut Merriam- Webster adalah : “the mental image one has
of oneself yaitu gambaran mental yang dipunyai seseorang tentang dirinya.
Self concept ditentukan oleh tingkat kepuasan atau ketidakpuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri. Self concept adalah faktor yang penting
dalam kesehatan, karena mempengaruhi perilaku masyarakat dan perilaku
petugas kesehatan.
 Image Kelompok : Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image
kelompok. Perilaku anak cenderung merefleksikan dari kondisi keluarganya.
 Identitas Individu pada Kelompok : Identifikasi individu kepada kelompok
kecilnya sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan kepuasan
dalam pekerjaan mereka. Inovasi akan berhasil bila kebutuhan sosial
masyarakat diperhatikan
A. Pengertian Supportif group
Pengertian supportif group merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana,
mengatur dan berespon secara langsung terhadap issue-isue dan tekanan yang khusus
maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal dari grup ini didirikan adalah memberikan
support dan menyelesaikan masalah (Grant-Iramu, 1997 dalam Hunt, 2004).
Supportif group hampir mirip dengan self help group, pada support group fasilitator
kelompok merupakan orang professional yang terlatih dalam pekerjaan sosial, psikologi,
keperawatandan lainnya yang dapat memberikan arti dan aturan kepemimpinan yang
benar dalam kelompok. Sedangkan self help group bisanya berawal dan didirikan oleh
orang-orang yang mempunyai masalah yang sama, memberikan dukungan antar masing-
masing anggota dengan lingkungan yang saling mengerti dan aman.

Tabel 1.Perbedaan antara self help group dan support group serta orientasi proses dalam
kelompok (Striegel-Moore & Steiner-Adair, 1998 dalam Hunt, 2004).
Self help group Support group Orientasi proses
dalam kelompok
Self help group merupakan Suatu organisasi atau orang Keanggotaan
kumpulan satu atau lebih profesional yang memulai kelompok merupakan
orang dengan satu masalah group dan berespon faktor yang penting
utama yang sama (contoh: terhadap kenginan yang dalam perubahan
eating disorder) yang dibutuhkan teraupuetik
membuat suatu kelompok

Fasilitator atau pemimpin Orang yang memfasilitasi / Anggota berhati-hati


dalam group berrotasi dan memimpin merupakan dalam menjaga
berbagi dengan anggota profesional yang telah kekohesivan dari
group yang lain. terlatih kelompok
Semua anggota grup Fasilitator diluar dari Fokus penting adalah
mempertimbangkan pertemuan hubungan dan
kesamaan interaksi antara
anggota kelompok
Topik diputuskan oleh Fasilitator memutuskan Tujuan untuk
kelompok. topik dan kegiatan memulihkan isue
kelompok untuk yang teeridentifikasi
anggotanya pada individu
anggota kelompok
Anggota kelompok Aturan pemimpin adalah
mengidentifikasi memfasilitasi anggota
pengalaman yang biasa dan untuk berbagi,
melindungi keamanan dan mengidentifikasi
kontinuitasnya dalam pengalaman, melindungi
kelompok.. dan menjaga kontinuitas
kelompok
Rotasi ledaer/fasilitator Leader menggunakan
menunjukkan bahwa dirinya secara terang-
semua anggota kelompok terangan untuk menarik
sama perhatian dari anggota
kelompok
Kelompok terbuka,
keanggotaan dapat tidak
stabil dan kehadiran
sukarela..
Anggota mempunyai
keragaman keinginan,
hidup dan sejarahnya
Fokus utama adalah sejarah
hidup dan pengalaman
pribadi partisipan
Tujuannya untuk
memberikan support,
validasi dan informasi

B. Tujuan
Maksud didirikannya supporift group adalah untuk memberikan support, focus untuk
pemulihan, aksi social termasuk kebijakan organisasi. Tujuan dan harapan dalam group
adalah pengalaman kelompok yang positif. Tujuan penting adalah resolusi permasalahan
dengan segera, memberikan motivasi dan perubahan prilaku individu

C. Indikasi
Memberikan dukungan pada balita dengan : ISPA
Dukungan dapat juga diberikan pada pasien dengan:
1. Potensial pertumbuhan dan perkembangan
2. Masalah keperawatan resiko
3. Masalah kesehatan fisik dan psikologis

D. Jumlah peserta
Grup kecil 5-8 anggota untuk grup yang berpengalaman

E. Waktu
Lama waktu yang digunakan dalam terapi 30 menit
F. Kegiatan
Kegiatan dipimpin oleh perawat, dapat terstruktur atau tidak struktur bervariasi sesuai
kebutuhan, seperti alternatif meeting dimana waktu dibagi menjadi kegiatan yang
terstruktur dan tidak terstuktur, atau semua pertemuan memiliki alokasi waktu untuk
sharing cerita atau setengah pertemuan untuk pembicara tamu atau kegiatan lain.
Kegiatan berupa:
1. Mendatangkan pembicara / tamu yang berkompeten untuk memberikan materi yang
sesuai dengan topik yang disepakati
2. Role Play
3. Sharing stories personal dan pengalaman

G. Aktivitas

Menurut Dombec & Moran (2000), aktivitas yang dapat dilakukan adalah
Sesi 1-4 analisa masalah
1) Memahami masalah, tiap anggota harus memahami isu, gejala atau masalah yang
dialami, langkah pertama ke self help, selanjutnya memahami issue dan sifat masalah.
Perhatikan kecenderungan yang mungkin terjadi terhadap masalah.
Pertanggungjawaban ketika membuat atau mempertahankan suatu masalah
2) Memecahkan masalah kedalam bagian-bagian kecil ketika sudah memahami masalah,
kemungkinan masalah dirasakan terlalu besar untuk digambarkan yang dapat
dilakukan adalah mencoba menangkap semua masalah, membagi kedalam bagian-
bagian selanjutnya buat rencana bagaimana memperbaiki bagian demi bagian
3) Menentukan tujuan, pada sesi ini setiap masalah sudah dibagi menjadi bagian-bagian
kecil, selanjutnya membuat tujuan, dimana, berapa lama akan diselesaikan
4) Menentukan bagaimana mengukur pencapaian tujuan. Beberapa cara untuk mengukur
pencapaian tujuan adalah apa permasalahan utama yang terlihat, berapa lama waktu
untuk mencapai tujuan, apa yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan.
Sesi 5-7 merencanakan suatu solusi
5) Membuat pendidikan tentang pemecahan masalah dengan belajar metode-metode
yang tersedia untuk mengelola issue-issue dan permasalahan sehingga kita akan tahu
apa yang akan dilakukan dalam memecahkan masalah yang dialami. Bicarakan
dengan anggota yang lain bagaimana tiap anggota atau yang pernah mengalami
permasalahan
6) Memilih solusi yang terbaik. Setelah mempelajari sebanyak mungkin tentang cara
memecahkan maslah. Pilih cara yang akan dipakai berdasarkan faktor kekuatan dan
kelemahan yang ada
7) Menulis rencana
Hal ini dilakukan setelah mengerti:
1. Apa permasalahan yang ingin diubah
2. Bagaimana cara merubahnya
3. Apa tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. bagaimana cara mengukur kemajuan
5. Pemecahan masalah apa yang akan dipilih
6. Metode dan pilihan upaya yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi. Tulis
rencana kedalam kertas, pilih metode, pendekatan dan tehnik yang akan
digunakan untuk menyelesaikan rencana dan batas waktu
8) Melakukan tindakan sesuai rencana
Aktivitas pada sesi ini melakukan rencana yang disusun dan komitmen untuk tetap
berpegang pada rencana. Tanamkan dalam diri bahwa masalah yang sedang
diselesaikan akan membantu mengatasi masalah yang lebih besar, tindakan yang
dilakukan saat ini agar masalah tidak bertambah buruk
9) Setia kepada rencana
Hindari kekambuhan (relaps). Bagian akhir dari supprt group adalah tetap
berpedoman pada rencana bila terjadi kekambuhan. Relaps terjadi ketika seseorang
gagal untuk melakukan sesuai rencana
MATERI ISPA

A. DEFINISI ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi
dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi
tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru
termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai radang parenkim
paru.(Vietha,2009)
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernafasan baik atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad remik atau bakteri, virus
maupun riketsin tanpa atau disetai radang dari parenkim. ( Whaley dan Wong, 2000 ).

B. ETIOLOGI
Infeksi saluran pernafasan atas merupakan penyakit yang kompleks dengan heterogen
yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih virus dan riketsia
serta jamur virus penyebab ISPA antara lain golongan miksi virus (termasuk didalamnya
virus influenza, virus parainfluenza dan campak) dan adenovirus, bakteri penyebab ISPA
misalnya streptococus haemolitikus, stafilococus, penemococus, hemovilius influenza,
berdetella pertusis dan korine bakterium difteria
C. MEKANISME KLINIS
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala ringan dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat
dan semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan laboratorium. Tanda-
tanda klinis :
1) Pada sistem respiratorik :
 Tachipnea
 Napas tak teratur (apnea)
 Retraksi dinding torax
 Napas cumping hidung
 Sianosis
 Suara nafas lemah/hilang
2) Pada sistim kardio :
 Takikardial
 Bradikardial
 Hipertensi
 Hipotensi
 Kardial arrest
3) Pada sistem cerebral :
 Gelisah
 Mudah terangsang
 Sakit kepala
 Bingung
 Kejang
 Koma
4) Tanda-tanda laboratorium
 Hipoksemia
 Hipersepnia

5) Asidosis (metabolic/respiratoric)
D. Gejala ISPA
Berikut ini adalah gejala ISPA :
- Demam
- Batuk
- Pilek, hidung tersumbat, atau bersin-bersin
- Nyeri tenggorokan/nyeri menelan
- Suara serak
- Sakit kepala, badan pegal-pegal, atau nyeri sendi
- Lesu, lemas
- Sesak napas
- Frekuensi napas cepat

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk.
Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam dan dingin.

E. PENATALAKSANAAN
Berikut ini beberapa tips untuk penanganan ISPA secara umum:
1. Istirahat yang cukup
2. Berikan anak minum lebih banyak, terutama bila anak batuk dan demam
3. Berikan obat penurun panas bila demam
4. Hindari penularan ke orang lain. Cara untuk menghindari penularan: menutup
mulut dan hidung bila batuk/bersin, cuci tangan dengan sabun setelah
batuk/bersin, gunakan masker (bila anak cukup kooperatif), hindari kontak
terlalu dekat dengan bayi atau manular.
5. Jangan memberikan antibiotik tanpa intruksi dokter. Antibiotik tidak
diperlukan apabila ISPA yang disebabkan infeksi virus. Penggunaan antibiotik
yang tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri terhadap antibiotik
tersebut.
6. Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak. Diskusikan dengan dokter anda
mengenai manfaat dan risiko obat tersebut apabila akan diberikan pada anak
anda
7. Kenali tanda-tanda gawat darurat.

Anda perlu segera memeriksakan anak ke dokter apabila:

1. Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat


2. Napas berbunyi mengi (wheezing) atau seperti merintih (grunting)
3. Dinding dada/sela-sela iga tampa tertarik ke dalam bila anak bernapas
4. Bibir berwarna kebiru-biruan
5. Leher anak kaku
6. Kesulitan menelan
7. Muntah terus menerus
8. Anak tampak sangat lemah

E. PENCEGAHAN
1. Menjaga keadaan gizi
2. Imunisasi
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
PERTEMUAN PERTAMA

Tujuan Umum: Memahami tentang konsep


Tujuan Khusus:
1. Memahami konsep
2. Memahami langkah-langkah kegiatan

Setting:
Hari/Tanggal : Senin, 23 April 2018
Waktu : 07.00 WIB
Tempat : Balai Desa Sangon

Alat:
leaflet
Buku kerja dan pulpen

Metode:
Diskusi dan tanya jawab
Role Play

Langkah-langkah:
H. Orientasi
1. Salam
2. Doa
3. Memperkenalkan diri terapis dan peserta
2. Menanyakan perasaan peserta hari ini
3. Menjelaskan tujuan, waktu dan tempat

b. Kerja
1. Menjelaskan tentang konsep: pengertian, tujuan, prinsip, membuat beberapa
kesepakatan (nama kelompok, anggota kelompok) dan aturan
2. Menjelaskan 7 langkah kegiatan
1) Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2) Mengetahui cara penyelesaian masalah
3) Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4) Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5) Memilih pemecahan masalah
6) Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7) Melakukan tindakan sesuai rencana

c. Terminasi
1. Express feeling dan evaluasi pemahaman tentang permasalahan
2. Kontrak
3. Doa
4. Mengucap salam

Evaluasi:
No Masalahkes Kegiatan Evaluasi Analisa SWOT (Isinya
(IsinyaHasilPencapaian Faktor pendukung &
dan EvaluasiStruktur) penghambat)
1

Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku kerja
masing-masing anggota
PERTEMUAN KEDUA DAN SETERUSNYA

Tujuan umum: Peserta melakukan 7 langkah supportif group


Tujuan khusus:
1. Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2. Mengetahui cara penyelesaian masalah
3. Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5. Memilih pemecahan masalah
6. Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7. Melakukan tindakan sesuai rencana

Setting:
Terapis dan peserta duduk bersama setengah lingkaran
Ruangan nyaman dan tenang

Alat / bahan:
leaflet
Buku kerja dan pulpen
Spidol

Metode:
Curah pendapat
Diskusi
Tanya jawab
Role Play
Langkah-langkah:
a. Orientasi
1. Salam
2. Menanyakan perasaan peserta hari ini dan evaluasi rencana tindak lanjut pertemuan
sebelumnya
3. Menyepakati topic ( permasalahan ), tujuan, waktu dan tempat
b. Kerja
Melakukan role play:
1. Identifikasi permasalahan yang ingin diubah
2. Mengetahui cara penyelesaian masalah
3. Menetapkan tujuan dan sasaran dari permasalahan
4. Menentukan cara mengukur kemajuan (kriteria standar, waktu)
5. Memilih pemecahan masalah
6. Menentukan metode yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi.
7. Melakukan tindakan sesuai rencana
c. Terminasi
 Express feeling dan evaluasi pemahaman anggota tentang topik yang diangkat
 Rencana tindak lanjut
 Kontrak
 Doa
 Mengucap salam
Evaluasi:
No Masalahkes Kegiatan Evaluasi Analisa SWOT (Isinya
(IsinyaHasilPencapaian Faktor pendukung &
dan EvaluasiStruktur) penghambat)
1

Dokumentasi: Dokumentasi kemampuan yang dimiliki peserta ditulis pada buku kerja
masing-masing anggota
FORMAT BUKU SG (supportif group)

Tanggal Memahami Cara Memilih Cara Melakukan Cara Mencegah


Masalah Penyelesaian Penyelesaian Tindakan Kekambuhan
Masalah Masalah
PROSES KELOMPOK
SUPPORTIF GROUP

Disusun oleh :
Kelompok 1B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2018

Anda mungkin juga menyukai