Anda di halaman 1dari 4

ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOGERIATRIK

Oleh : Agus Setyo Utomo, A. MKes

Pengkajian Pasien Lansia


Pengkajian pasien lansia menyangkut beberapa aspek yaitu biologis, psikologis, dan sosiokultural yang
beruhubungan dengan proses penuaan yang terkadang membuat kesulitan dalam mengidentifikasi masalah
keperawatan. Pengkajian perawatan total dapat mengidentifikasi gangguan primer. Diagnosa keperawatan
didasarkan pada hasil observasi pada perilaku pasien dan berhubungan dengan kebutuhan.

Wawancara
Hubungan yang penuh dengan dukungan dan rasa percaya sangat penting untuk wawancara yang positif
kepada pasien lansia. Lansia mungkin merasa kesulitan, merasa terancam dan bingung di tempat yang baru atau
dengan tekanan. Lingkungan yang nyaman akan membantu pasien tenang dan focus terhadap pembicaraan.

Keterampilan Komunikasi Terapeutik


Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan lama wawancara.
Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran kemampuan untuk
merespon verbal. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya.
Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir abstrak. Perawat dapat
memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon nonverbal seperti kontak mata secara
langsung, duduk dan menyentuk pasien.
Melihat kembali kehidupan sebelumnya merupakan sumber data yang baik untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan pasien dan sumber dukungan. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian
pasien dan distress yang ada. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan atau protocol
wawancara pengkajian. Hal ini dapat meningkatkan kecemasan dan stres pasien karena kekurangan informasi.
Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.

Setting wawancara
Tempat yang baru dan asing akan membuat pasien merasa cemas dan takut. Lingkungan harus dibuat
nyaman. Kursi harus dibuat senyaman mungkin. Lingkuangan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang
sensitif terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
Data yang dihasilkan dari wawancara pengkajian harus dievaluasi dengan cermat. Perawat harus
mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien. Perawat
harus memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara dan faktor lain yang dapat mempengaruhi status,
seperti pengobatan media, nutrisi atau tingkat cemas.

Fungsi Kognitif
Status mental menjadi bagian dari pengkajian kesehatan jiwa lansia karena beberapa hal termasuk :
1. Peningkatan prevalensi demensia dengan usia.
2. Adanya gejala klinik confusion dan depresi.
3. Frekuensi adanya masalah kesehatan fisik dengan confusion.
4. Kebutuhan untuk mengidentifikasi area khusus kekuatan dan keterbatasan kognitif .

Status Afektif
Status afektif merupakan pengkajian geropsikiatrik yang penting. Kebutuhan termasuk skala depresi.
Seseorang yang sedang sakit, khususnya pada leher, kepala, punggung atau perut dengan sejarah penyebab fisik.
Gejala lain pada lansia termasuk kehilangan berat badan, paranoia, kelelahan, distress gastrointestinal dan menolak
untuk makan atau minum dengan konsekuensi perawatan selama kehidupan.
Sakit fisik dapat menyebabkan depresi sekunder. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan depresi
diantaranya gangguan tiroid, kanker, khususnya kanker lambung, pancreas, dan otak, penyakit Parkinson, dan
stroke. Beberapa pengobatan da[at meningkatkan angka kejadian depresi, termasuk steroid, Phenothiazines,
benzodiazepines, dan antihypertensive. Skala Depresi Lansia merupakan ukuran yang sangat reliable dan valid
untuk mengukur depresi.

Respon Perilaku
Pengkajian perilaku merupakan dasar yang paling penting dalam perencanaan keperawatan pada lansia.
Perubahan perilaku merupakan gejala pertama dalam beberapa gangguan fisik dan mental. Jika mungkin,
pengkajian harus dilengkapi dengan kondisi lingkungan rumah. Hal ini menjadi modal pada faktor lingkungan yang
dapat mengurangi kecemasan pada lansia.
Pengkajian tingkah laku termasuk kedalam mendefinisikan tingkah laku, frekuensinya, durasi, dan faktor
presipitasi atau triggers. Ketika terjadi perubahan perilaku, ini sangat penting untuk dianalisis.

Kemampuan fungsional
Pengkajian fungsional pada pasien lansia bukan batasan indokator dalam kesehatan jiwa. Dibawah ini
merupakan aspek-aspek dalam pengkajian fungsional yang memiliki dampak kuat pada status jiwa dan emosi.

Mobilisasi
Pergerakan dan kebebasan sangat penting untuk persepsi kesehatan pribadi lansia. Hal yang harus dikaji
adalah kemampuan lansia untuk berpindah di lingkungan, partisipasi dalam aktifitas penting, dan mamalihara
hubungan dengan orang lain. Dalam mengkaji ambulasi , perawat harus mengidentifikasi adanya kehilangan fungsi
motorik, adaptasi yang dilakukan, serta jumlah dan tipe pertolongan yang dibutuhkan. Kemampuan fungsi

Activities of Daily Living


Pengkajian kebutuhan perawatan diri sehari-hari (ADL) sangat penting dalam menentukan kemampuan
pasien untuk bebas. ADL ( mandi, berpakaian, makan, hubungan seksual, dan aktifitas toilet) merupakan tugas
dasar. Hal ini sangat penting dalam untuk membantu pasien untuk mandiri sebagaimana penampilan pasien dalam
menjalankan ADL.

The Katz Indeks


Angka Katz indeks dependen dibandingkan dengan independen untuk setiap ADL seperti mandi, berpakaian,
toileting, berpindah tempat , dan makan. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
perubahan fungsi ADL setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas rehabilisasi.

Fungsi Fisiologis
Pengkajian kesehatan fisik sangat penting pada pasien lansia karena interaksi dari beberapa kondisi kronis,
adanya deficit sensori, dan frekuensi tingkah laku dalam masalah kesehatan jiwa. Prosedur diagnostic yang
dilakukan diantaranya EEG, lumbal; funksi, nilai kimia darah, CT Scan dan MRI. Selain itu, nutrisi dan pengobatan
medis juga harus dikaji.

Nutrisi
Beberapa pasien lansia membutuhkan bantuan untuk makan atau rencana nutrisi diet. Pasien lansia yang
memiliki masalah psikososial memiliki kebutuhan pertolongan dalam makan dan monitor makan. Perawat harus
secara rutin mengevaluasi kebutuhan diet pasien. Pengkajian nutrisi harus dikaji lebih dalam secara perseorangan
termasuk pola makan rutin, waktu dalam sehari untuk makan, ukuran porsi, makanan kesukaan dan yang tidak
disukai.
Pengobatan Medis
Empat faktor lansia yang beresiko untuk keracunan obat dan harus dikaji yaitu usia, polifarmasi, komplikasi
pengobatan, komorbiditas.

Penyalahgunaan Bahan-bahan Berbahaya


Seorang lansia yang memiliki sejarah penyalahgunaan alcohol dan zat-zat berbahaya beresiko mengalami
peningkatan kecemasan dan gangguan kesehatan lainnya apabila mengalami kehilangan dan perubahan peran
yang signifikan. Penyalahgunaan alcohol dan zat-zat berbahaya lainnya oleh seseorang akan menyebabkan jarak
dari rasa sakit seperti kehilangan dan kesepian.

Dukungan Sosial
Dukungan positif sangat penting untuk memelihara perasaan sejahtera sepanjang kehidupan, khususnya
untuk pasien lansia. Latar belakang budaya pasien merupakan faktor yang sangat penting dalam mengidentifikasi
support system. Perawat harus mengkaji dukungan sosial pasien yang ada di lingkungan rumah, rumah sakit, atau di
tempat pelayanan kesehatan lainnya. Keluarga dan teman dapat membantu dalam mengurangi shock dan stres di
rumah sakit.

Interaksi Pasien- Keluarga


Peningkatan harapan hidup, penurunan angka kelahiran, dan tingginya harapan hidup untuk semua wanita yang
berakibat pada kemampuan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemberian perawatan dan dukungan kepada lansia.
Kebanyakan lansia memiliki waktu yang terbatas untuk berhubungan dengn anaknya. Masalah perilaku pada lansia
kemungkinan hasil dari ketiakmampuan keluarga untuk menerima kehilangan dan peningkatan kemandirian pada
anggota keluarga yang sudah dewasa.

Diagnosa
Diagnosa yang di gunakan ialah diagnose tunggal.

Perencanaan dan intervensi


Hasil yang diharapkan berhubungan dengan perawatan lansia harus relistik berdasarkan perubahan yang
potensial. Contohnya tujuan yang ingin dicapai pada pasien dengan depresi yang bermasalah dalam personal
hygiene : Pasien dapat mandi, berpakaian, dan menyikat gigi secara mandiri

Stimulasi kognitif
Aktivitas yang dilakukan harus direncanakan untuk menjaga atau meningkatkan kemampuan kognitif pasien.
Diskusi kelompok dapat membantu pasien fokus pada topik.

Meningkatkan rasa aman dan nyaman


Lansia sering melakukan yang terbaik pada situasi yang direncanakan untuk perawatan mereka. Setting jiwa
lansia harus dirancang dengan warna yang lembut. Jika ada musik harus yang menenangkan dan disukai oleh
lansia. Cahaya yang menyilaukan harus dihindari. Bagi lansia yang tidak tinggal dirumah mereka barang-barang
seperti foto-foto keluarga, objek religius, afghan, atau benda-benda yang menenangkan. Kemananan harus
dipertimbangkan karena lansia sering terjatuh, lantai tidak boleh licin dan tidak ada rintangan

Consisten physical layout


Perubahan ruangan harus dihindari, barang-barang yang ada harus tetap, hal ini membantu lansia yang
disorientasi dan menjaga keselamatan lansia.

Structured routine
Jadwal sehari-hari harus direncanakan dengan pasti. Waktu tidur, waktu bangun, tidur siang dan waktu
makan tidak boleh berubah-ubah.
Fokus pada kelebihan dan kemampuan
Sebagain besar lansia memiliki prestasi pada masa lalunya. Jika lansia tidak mampu berkomunikasi, anggota
keluarga dapat memberikan informasi mengenai kehidupan mereka dan memberi kegiatan yang dsukai lansia.

Minimize disruptive behavior


Memahami perilaku pasien dapat mengurangi agitasi dan krisis perilaku.

Minimal demand for compliant behavior


Lansia yang mengalami kerusakan kognitif sering menentang permintaan dari orang lain. Mereka tidak
mengerti apa yang ditanyakan pada mereka atau mereka menjadi takut pada perubahan aktivitas yang tidak dapat
diprediksi.

Terapi elektro konfulsif


Terapi ini efektif untuk intevensi pada lansia yang mengalami depresi. Kontraindikasi pada lansia yang
memiliki lesi intracranial dengan peningkatan tekanan intracranial, aritmia, dan infark miokard lebih dari 3 bulan.

Pengobatan psikotropika
Obat pada lansia harus hati-hati, karena obat dapat berpengaruh pada perilaku lansia dan system saraf
pusat.

Evaluasi
Stuart dan Sundeen (1995) menyebutkan beberapa kondisi dan perilaku perawat yang diperlukan pada saat
melakukan evaluasi dalam proses keperawatan, yaitu:
Kondisi perawat :
Supervisi, analisis diri, peer review, partisipasi pasien dan keluarga
Perilaku perawat ;
Membandingkan respon pasien dan hasil yang diharapkan, mereview proses keperawatan, memodifikasi proses
keperawatan sesuai yang dibutuhkan, berpartisipasi dalam peningkatan kualitas dari aktifitas yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart & Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Fifth Edition. United State of America :
Mosby.
Carpenito, L. “ Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis”, Edisi ke-6, EGC, Jakarta, 2000.
Nugroho, Wahjudi. “Keperawatan Gerontik”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta 2000.
Leeckenotte, Annete Glesler. “Pengkajian Gerontologi”, Edisi ke-2, EGC, Jakarta, 1997.
Watson, Roger. “Perawatan Lansia”, Edisi ke-3, EGC, Jakarta 2003

Anda mungkin juga menyukai