Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP LANJUT USIA (LANSIA)


A. Definisi Lansia

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang

mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk

keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain

(Wahyudi, 2000). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai

suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri

dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).

Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,

2006).

Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai

perubahan oleh usia yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari

penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai oleh perubahan gradual dan

lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan

Hendra Utama,1995).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus

menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya

dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

B. Batasan Lansia

Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1
1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun

2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun

3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun

4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI), mengatakan lanjut usia

merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi

4 bagian:

1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun

2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun

3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun

4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

C. Tipe-tipe Lansia

Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah

sendiri daripada tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000)

adalah:

1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.

2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan,

mempunyai kegiatan.

3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses

penuaan yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani,

kehilangan kekuasaan, jabatan, teman.

2
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.

5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian,

mengasingkan diri, minder, pasif, dan kaget.

D. Teori-teori Proses Penuaan

(1). Teori Biologi

 Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik

untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari

perubahan biokimia yang terprogramoleh molekul-molekul atau

DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

 Teori radikal bebas

Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-

oksidasi bahan organik yang menyebabkan sel-sel tidak dapat

regenerasi.

 Teori autoimun

Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan

gangguan pada keseimbangan regulasi system imun (Corwin,

2001). Sel normal yang telah menua dianggap benda asing,

sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang

menghancurkan sel tersebut. Selain itu atripu tymus juga turut

sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu melawan

organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori meyakini

3
menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk

autoantibodi.

 Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa

digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kesetabilan lingkungan internal, dan stres menyebabkan sel-sel

tubuh lelah dipakai.

 Teori telomer

Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah.

Setiap pembelaan akan menyebabkan panjang ujung telomere

berkurang panjangnya saat memutuskan duplikat kromosom, makin

sering sel membelah, makin cepat telomer itu memendek dan

akhirnya tidak mampu membelah lagi.

 Teori apoptosis

Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel

jika lingkungannya berubah, secara fisiologis program bunuh diri

ini diperlukan pada perkembangan persarapan dan juga diperlukan

untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini

lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres

dan hormon tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu

apoptosis diberbagai organ tubuh.

4
(2). Teori Kejiwaan Sosial

 Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)

Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah

mereka yang aktif dan ikut bnyak kegiatan social.

 Keperibadian lanjut (Continuity theory)

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang

yang lanjut usia sangat dipengaruhi tipe personality yang

dimilikinya.

 Teori pembebasan (Disengagement theory)

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari

pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut

usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

(3). Teori Lingkungan

 Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat

percepatan proses penuaan.

 Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat

medis memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi

DNA.

 Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi

mengandung subtansi kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik

yang dpat mempercepat proses penuaan.

5
 Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol

dalam darah. Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat

proses penuaan.

Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia:

Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua.

Dari ujung rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan

makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan

yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Fisik

a. Sel

Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar,

berkurangnya cairan intra seluler, menurunnya proporsi

protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak

menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.

b. Sistem Persyarafan

Respon menjadi lambat dan hubungan antara

persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%,

mengecilnya syaraf panca indra sehingga

mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan

pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan

perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh

terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap

sentuhan.

c. Sistem Penglihatan.

6
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata,

lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi

katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan

warna menurun.

d. Sistem Pendengaran.

Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama

pada bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak

jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia

diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi

menyebabkan otosklerosis.

e. Sistem Cardiovaskuler.

Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan

jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20

tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh

darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk

ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun

menjadi 65mmHg dan tekanan darah meninggi akibat

meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer,

sistole normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95

mmHg.

f. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja

sebagai suatu thermostat yaitu menetapkan suatu suhu

7
tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang

mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain:

Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek

menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang

banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g. Sistem Respirasi.

Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu

meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas

pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas

turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya

aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg,

CO2 arteri tidak berganti.

h. Sistem Gastrointestinal.

Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap

menurun, pelebaran esophagus, rasa lapar menurun,

asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun,

peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi

absorbsi menurun.

i. Sistem Genitourinaria.

Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan

kapasitasnya menurun sampai 200 mg, frekuensi BAK

meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,

selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun

8
dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse

berefek pada seks sekunder.

j. Sistem Endokrin.

Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH,

FSH, LH), penurunan sekresi hormone kelamin

misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.

k. Sistem Kulit

Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan

proses keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak,

berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan

vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh,

kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya,

perubahan pada bentuk sel epidermis.

l. System Muskuloskeletal.

Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan

dan pemendekan tulang, persendian membesar dan

kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi

serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot

mudah kram dan tremor.

2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

a. Perubahan fisik.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

9
d. Hereditas.

e. Lingkungan.

f. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi

misalnya kekakuan sikap.

g. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10

menit.

h. Kenangan lama tidak berubah.

i. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan

verbal, berkurangnya penampilan, persepsi, dan

ketrampilan, psikomotor terjadi perubahan pada daya

membayangkan karena tekanan dari factor waktu.

3. Perubahan Psikososial

a. Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang

menyebabkan rasa tidak aman, takut, merasa penyakit selalu

mengancam sering bingung panic dan depresif.

b. Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik

dan sosioekonomi.

c. Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang,

kehilangan status, teman atau relasi

d. Sadar akan datangnya kematian.

e. Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.

f. Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.

g. Penyakit kronis.

10
h. Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.

i. Gangguan syaraf panca indra.

j. Gizi

k. Kehilangan teman dan keluarga.

l. Berkurangnya kekuatan fisik.

Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu

perubahan biologis, psikologis, sosiologis.

1. Perubahan biologis meliputi:

a. Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang

bertambah mengakibatkan jumlah cairan tubuh juga

berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan

kering, wajah keriput serta muncul garis-garis yang

menetap.

b. Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia

lanjut sehingga dihubungkan dengan kekurangan

vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan

gangguan pada indera pengecap yang dihubungkan

dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu

makan, penurunan indera pendengaran terjadi karena

adanya kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.

c. Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal

mengakibatkan ganguan fungsi mengunyah yang

berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.

11
d. Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada

saluran pencernaan seperti perut kembung nyeri yang

menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan

mobilitas usus dapat juga menyebabkan susah buang air

besar yang dapat menyebabkan wasir

e. Kemampuan motorik yang menurun selain

menyebabkan usia lanjut menjadi lanbat kurang aktif

dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat

mengganggu aktivitas/ kegiatan sehari-hari.

f. Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang

menyebabkan penurunan daya ingat jangka pendek

melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa

kesultan mengenal benda-benda kegagalan melakukan

aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam

menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya

abstraksi yang mengakibatkan kesulitan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia

atau pikun.

g. Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan

air dalam jumlah besar juga berkurang. Akibatnya dapat

terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi

hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

h. Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah

satu masalah kesehatan yang besar yang sering

12
diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami

IU sering kali mengurangi minum yang mengakibatkan

dehidrasi.

2. Kemunduran psikologis

Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk

mengadakan penyesuaian–penyesuaian terhadap situasi yang

dihadapinya antara lain sindroma lepas jabatan sedih yang

berkepanjangan.

3. Kemunduran sosiologi

Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

dan pemahaman usia lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social

seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di dalam pekerjaan.

Perubahan status social usia lanjut akan membawa akibat bagi

yang bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik

dalam menghadapi perubahan tersebut aspek social ini sebaiknya

diketahui oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat

mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Perawatan Lansia

Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan

pendekatan yaitu:

a. Pendekatan Psikis

Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif

yang berperan sebagai support system, interpreter dan

sebagai sahabat akrab.

13
b. Pendekatan Sosial

Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta

bercerita, memberi kesempatan untuk berkumpul bersama

dengan klien lansia, rekreasi, menonton televise, perawat

harus mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan

rasa persaudaraan.

c. Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam

hubungannya dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia,

terutama bila lansia dalam keadaan sakit.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmawan. 2008.Lansia Sebaiknya Jangan Kelebihan atau Kekurangan

gizi.www. Keluarga Berencana & Kependudukan.com tanggal 5 januari 2009

jam 14.00.

2. Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba

Medika:Jakarta

3. Nugroho, W. 2008.Gerontik dan Geriatik. EGC: Jakarta

4. Nursalam.2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan:

5. Zakiah, Handayani.2007. Motivasi Keluarga, Pemenuhan Gizi, Lanjut


Usia.wwwt.top gdlnode-gdl-res.com diperoleh tanggal 3 januari 2009 jam
15.19

15
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASAM URAT

A. Definisi
Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada

sendi dan jari (depkes, 1992). Penyakit metabolik ini  sudah dibahas oleh

Hippocrates pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai

penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan,

anggur dan seks. sejak saat itu banyak teori etiologis dan terapeutik yang telah

diusulkan. Sekarang ini, gout mungkin merupakan salah satu jenis penyakit

reumatik yang paling banyak dimengerti dan usaha-usaha terapinya paling besar

kemungkinan berhasil.

Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asam

urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian

atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).

Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukan asam

urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407).

Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang

berhubungandengan defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia.

(Brunner &Suddarth. 2001;1810).

Artiritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristalasam urat di

daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasi akut. Jadi, Gout atau

sering disebut ³asam urat´ adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak

16
dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang

menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.

B. Klasifikasi

Gout terbagi atas 2 yaitu :

a.  Gout primer, dimana menyerang laki-laki usia degenerative,

dimanameningkatnya produksi asam urat akibat pecahan purin yang disintesis

dalam jumlah yang berlebihan didalam hati. Merupakan akibat langsung dari

pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekresi

asam urat yaitu hiperurisemia karena gangguan metabolisme purin atau

gangguan ekresi asam urat urin karena sebab genetik. Salah satu sebabnya

karena kelainan genetik yang dapat diidentifikasi, adanya kekurangan enzim

HGPRT (hypoxantin guanine phosphoribosyle tranferase) atau kenaikan

aktifitas enzim PRPP (phosphoribosyle pyrophosphate ), kasus ini yang dapat

diidentifikasi hanya 1 % saja

b. Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan pemecahan

purin menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat. Contohnya pada pasien

leukemia Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau

ekresi asam urat yang berkurang akibar proses penyakit lain atau pemakaian

obat tertentu. merupakan hasil berbagai penyakit yang penyebabnya jelas

diketahui akan menyebabkan hiperurisemia karena produksi yang berlebihan

atau penurunan ekskresi asam urat di urin.

17
C. Etiologi

Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya

deposit / penimbunan kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering

terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan

metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari

ginjal.

Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :

a. Faktor  genetik seperti gangguan metabolisme purin yang

menyebabkanasam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau

keduanya.

b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,

hipertensi,gangguan ginjal yang akan menyebabkan :

c. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.

d. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asamurat

seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,aseta

zolamid dan etambutol.

e. Pembentukan asam urat yang berlebih

f. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.

g. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih

karana penyakit lain, seperti leukimia.

h. Kurang asam urat melalui ginjal

i. Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distalginjal

yang sehat. Penyabab tidak diketahui. Gout sekunder renal disebabkan oleh

18
karena kerusakan ginjal,misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal

kronik.

D. Patofisiologi

Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan

berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat

adalah produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin

menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai berikut:

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur

penghematan (salvage pathway).

1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui

prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah

melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat,

asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian

mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat

reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan

amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme

inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya

untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.

2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa

purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini

tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas

(adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk

19
prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua

enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin

fosforibosiltransferase (APRT).

Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan

difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal

ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan

di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin

E. Manifestasi Klinis

Manisfestasi  sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut (serangan

rekuren inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan kristal

yang menumpuk dalam jaringan aritukuler,jaringan oseus,jaringan lunak,serta

kartilago),nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan assam urat dalam

traktus urunarus. Ada empat stadium penyakit gout yang di kenali :

1.      Hiperutisemia asimtomatik

2.      Artiritis gout yang kronis

3.      Gout interkritikal

4.      Gout tofaseus yang kronik

Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan

sesudah menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak

diternui pada usia 50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95

persen penderita gout adalah pria. Urat serum wanita normal jumahnya

sekitar 1 mg per 100 mI, lebih sedikit jika dibandingkn dengan pria. Tetapi

20
sesudah menopause perubahan tersebut kurang nyata. Pada

priahiperurisemia biasanya tidak timbul sebelurn mereka mencapai usia

remaja.

Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-

tanda awitan serangan gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan

lokal. Pasien mungkin juga menderita demam dan jumlah sel darah

putihmeningkat. Serangan akut mungkin didahului oleh tindakan

pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres emosional. Meskipun

yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki, tetapi sendi

lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin lanjutnya penyakit maka

sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku dapat

terserang gout. Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri.

Kebanyakan gejala-gejala serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari

walaupun tanpa pengobatan.

Perkembangan serangan Akut gout biasanya merupakan kelanjutan

dari suatu rangkaian kejadian. Pertama-tama biasanya terdapat supersaturasi

urat dalam plasma dan cairan tubuh. Ini diikuti dengan pengendapan kristal-

kristal urat di luar cairan tubuh dan endapan dalarn dan seldtar sendi. Tetapi

serangan gout sering merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptura tofi

(endapan natrium urat) yang merupakan penyebab peningkatan konsentrasi

asam urat yang cepat. Tubuh mungkin tidak dapat menanggulangi

peningkatan ini dengan memadai, sehingga mempercepat proses

pengeluaran asam urat dari serum. Kristalisasi dan endapan asam urat

merangsang serangan gout. Kristal-kristal asam urat ini merangsang respon

21
fagositosis oleh leukosit dan waktu leukosit memakan kristal-kristal urat

tersebut maka respon mekanisme peradangan lain terangsang. Respon

peradangan mungkin dipengaruhi oleh letak dan besar endapan kristal asam

urat. Reaksi peradangan mungkin merupakan proses yang berkembang dan

memperbesar diri sendiri akibat endapan tambahan kristal-kristal dari

serum.

Periode antara serangan gout akut dikenal dengan nama gout inter

kritikal. Pada masa ini pasien bebas dari gejala-gejala klinik. Gout kronik

timbul dalarn jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan rasa nyeri,

kaku dan pegal. Akibat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan

kronik, sendi yang bengkak akibat gout kronik sering besar dan

berbentuk nodular. Serangan gout Aut dapat terjadi secara simultan diserta

gejala-gejala gout kronik. Tofi timbul pada gout kronik karena urat tersebut

relatif tidak larut. Awitan dan ukuran tofi sebanding dengan kadar urat

serum. Yang sering terjadi tempat pembentukan tofi adalah: bursa

olekranon, tendon Achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah, bursa

infrapatella dan helix telinga.

Tofi-tofi ini mungkin sulit dibedakan secara klinis dari rheumatoid

nodul. Kadang-kadang tofi dapat membentuk tukak dan kemudian

mengering dan dapat membatasi pergerakan sendi. Penyakit ginjal dapat

terjadi akibat hiperurisemia kronik, tetapi dapat dicegah apabila gout

ditangani secara memadai.

F.  Pemeriksaan penunjang

22
1. Pemeriksaan Laboratorium

1)   Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg

% normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.

2)   Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa

yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.

3)   Pemeriksaan darah lengkap

4)   Pemeriksaan ureua dan kratinin

a.    kadar  ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl

b.   kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl

2.  Pemeriksaaan fisik

G. Diagnosa

Untuk mendiagnosis artritis gout digunakan kriteria American

Rheumatism Association (ARA), yaitu: 

1. terdapat kristal monosodium urat di dalam cairan sendi

2. terdapat kristal monosodium urat di dalam tofi,

3. Atau didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut ini :

a.      Inflamasi maksimum pada hari pertama

b.     Serangan artritis akut lebih dari 1 kali

c.      Artritis monoartikular

23
d.     Sendi yang terkena bewarna kemerahan

e.      Pembengkakan dan sakit pada sendi metatarsalfalangeal 1

f.       Serangan pada sendi tarsal unilateral

g.     Adanya tofus

h.      Hiperurisemia

i.       Pada gambaran radiologik, tampak pembengkakan sendi asimetris

j.       Pada gambaran radiologik, tampak krista subkortikal tanpa erosi

k.     Kultur bakteri cairan sendi negatif

H. Penalaktasanaan medis dan keperawatan

1.    Pengobatan Fase akut

Kolkisin merupakan obat pilihan untuk mengatasi artritis gout akut.

Obat ini mempunyai efek penghambat motilitas dan asadesi netrofil,

mengurangi pelepasan eikasinoid, PGE2, dan LTB4 oleh monosit dan

netrofil dengan cara menghambat fosfolipase-A2, mengubah kemotaksis

fagosit. Kolkisin diberikan 0,5mg/jam sampai tercapainya perbaikan nyeri

dan inflamasi, atau timbul toksisitas gastrointestinal seperti muntah dan

diare, atau tercapai dosis maksimal per hari 8 mg. Pada orang dengan

gangguan fungsi ginjal kolkisin harus diturunkan.

2.    Pengobatan hiperurisemia

24
Diet rendah purin memegang peranan penting. Obat yang dapat

menurunkan kadar asam urat darah dibagi dua, yaitu golongan urikosurik

dan golongan penghambat xantine-oksidase. Obat golongan urikosurik yang

penting adalah probenesid. Obat ini bekerja dengan cara menghambat

reabsorpsi asam urat di tubulus secara kompetitif, sehingga eksresi asam

urat melalui ginjal ditingkatkan. Dosis awalnya adalah 0,5mg/hari dan

secara berkala dapat ditingkatkan menjadi 1-3 mg/hari dalam dosis terbagi

2-3 kali sehari. Obat golongan ini tidak boleh diberikan bila produksi urin

kurang dari 1400ml/24 jam. Pemberian ini dikontraindikasikan bila terdapat

produksi dan eksresi asam urat berlebih, riwayat batu ginjal, volume urin

berkurang, dan hipersensitif terhadap probenesid.

Obat golongan inhibitor xantine-oksidase (alopurinol) merupakan obat

yang poten untuk mencegah konversi hipoxantine dan xantin menjadi asam

urat. Akibatnya kadar kedua zat tersebut akan meningkat dan akan dibuang

melalui ginjal.

Indikasi pemberian alopurinol adalah:

1.      Penderita yang tidak memebri respon adekuat terhadap gol.

Urikosurik, misalnya pada gg. Fungsi ginjal.

2.       Penderita yang hipersensitif terhadap gol.urikosurik

3.      Penderita dengan batu urat di ginjal.

4.      Penderita dnegan tofus yang besar, yang memerlukan perawatan

kombinasi alopurinol dengan urikosurik.

25
5.      Hiperurisemia sekunder karena penyakit mieloproliperatif, dapat

diberikan alupurinol sebelum pemberian sitostatika.

Dosis rata-rata 300mg/hari, tetapi pada orang tua dan penderita dengan

GFR di bawah 50m/menit, dapat dimulai dnegan dosis 100mg/hari.

3.    Komplikasi Hiperurisemia pada Ginjal

Tiga komplikasi hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan

ginjal akut dan kronis akibat asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25%

pasien dengan gout primer. Kelarutan kristal asam urat meningkat pada

suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada suasana urin yang asam,

kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk batu.

Gout dapat merusak ginjal sehingga pembuangan asam urat akan

bertambah buruk. Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari

penghancuran yang berlebihan dari sel ganas saat kemoterapi tumor.

Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat pengendapan asam urat pada

duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal ginjal akut.

Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan

gangguan ginjal kronik.7

I. Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis danulkus

peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti

inflamasinonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit

( disease modifyingantirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor

penyebab morbiditas danmortalitas utama pada arthritis reumatoid

26
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga

sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya

berhubungandengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan

neuropati iskemik akibat vaskulitis

J. Asuhan  keperwatan pada klien gout

a.    Pengkajian Identitas Klien

b.   Anamnesa

-       Identitas Klien

-       Riwayat kesehatan klien

- Keluhan utama

-  Riwayat kesehatan sekarang

-  Riwayat kesehatan masa lalu

-  Riwayat kesehatan keluarga

- Head to toe terdiri dari:

Pemeriksaan dilakukan mulai dari kepala sampai kaki (menggunakan

Data fokus) dengan menggunakan teknik inspeksi (gerakan dada yang

tidak simetris), palpasi (terdapat getaran yang tidak simetris), perkusi, dan

auskultasi

c.   Pemeriksaan penunjang  

1.    Pemeriksaan Laboratorium

27
-   Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = >

6 mg % normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.

-   Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan

diagnosa yaitu cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental

sekali.

-   Pemeriksaan darah lengkap

-   Pemeriksaan ureua dan kratinin

2.   kadar  ureua darah normal : 5-20 ,mg/dl

3.    kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dl

d. Diagnosa  Keperawatan

1.      Nyeri behubungan dengan kerusakan integritas jaringan sekunder tehadap gout

ditandai dengan pasien mengunkapkan ketidak nyamanan, merintih,melindungi sisi

yang sakit, meringis

Tujuan Intervensi rasional

Nyeri berkurang 1.      Pantau kadar asam 1.untuk mengevaluasi


urat serum
keekfetifan terapi

2.      Berikan istirahat dengan


2.Peninggian dan
kaki ditnggikan dan berikan
pemberian kantung
kantung es.
dingin membantu
mengurangi bengkak.

28
3.      Berikan obat anti gout 3.Obat anti gout
yang diresepkan dan bekrja dengan
evaluasi menghambat rabsorsi
keefektipannya. asam urat di tubulus
ginjal

4.      Berikan pasien untuk


minum 2 ± 3 liter cairan
setiap hari dan
meningkatknmasukan
makanan pembuatan
alkalin

2.      Kurang pengetahuan tentang pengobatan dan perawatan dirumah.

Tujuan Intervensi Rasional

Pasien dan keluarga·     Jelaskan pada pasien·      Memberikan


dapat memahami tentang asal mula pengetahuan pasien
penggunaan obat dan penyakit sehingga pasien dapat
perawatan menghindari terjadinya
dirumah.Kriteria : serangan berulang.
·      Berikan Jadwal obat
· Pasien dan keluarga ·      Penjelasan ini dapat
yang harus di gunakan
menunjukkan meningkatkan
meliputi nama obat,
pemahaman tentang koordinasi dan
dosis, tujuan dan efek
kondisi prognosis dan kesadaran pasien
samping
perawatan. terhadap pengobatan
yang teratur.
· Mengembangkan
rencana untuk
perawatan diri,

29
termasuk modifikasi .
gaya hidup yang
konsisten dengan
mobilitas dan atau
pembatasan aktifitas.

3.      Gangguan mobilitas fisik burhungan dengan nyeri persendian

Tujuan Intervensi Rasional

Pasien dapat·     Evaluasi pemantauan·     Tingkat aktifitas /


meningkatkan aktifitas tingkat inflamasi atau latihan tergantung dari
sesuai kemampuan. rasa sakit pada sendi. perkembangan atau
Kriteria: resolusi dan proses
·     Pertahankan istirahat
inflamasi
· Pasien dapat tirah baring/duduk jika
mempertahankan diperlukan. Jadwal·     Istirahat yang
fungsi posisi dengan aktifitas untuk sistemik selama
tidak adanya memberikan periode eksaserbasi akut dan
pembatasan istirahat yang terus seluruh fase penyakit
kontraktur. menerus dan tidur malam yang penting untuk
hari yang tidak mencegah kelelahan,
· Pasien dapat
terganggu. mempertahankan
mempertahankan atau
kekuatan.
meningkatkan ·     berikan lingkungan
kekuatan dan fungsi yang aman misalnya·     Menghindari cedera
dari kokompensasi menggunakan pegangan akibat kecelakaan atau
bagian tubuh. tangga pada bak atau jatuh
pancuran dan toilet
· Pasien dapat
mendemonstrasikan
tehnik atau perilaku
yang memungkinkan

30
melakukan aktfitas

DAFTAR PUSTAKA

Brunney & suddarjh, 2001. Keperawatan Medikal – bedah. EGC. Jakarta.

Compiement, Tim, 2002. Kumpulan Makalah Keperawaan Medikal Bedah. UGM.


Yogyakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

Carpito, Lynda juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit :
EGG, jakarta

31
KONSEP TEORI RENDAM AIR JAHE HANGAT

A. Pengertian Dan Manfaat Rendam Air Jahe Hangat


Salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk
intervensi secara mandiri dan bersifat alami yaitu hidroterapi rendaman air
hangat secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat
ke tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan
dapat menurunkan ketegangan otot. Hidroterapi rendam air hangat sangat
mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan biaya mahal dan
tidak memiliki efek samping yang berbahaya. ( Perry & Poter, 2006).
Terapi rendam kaki air hangat akan memberikan respon lokal
terhadap panas melalui stimulasi ini akan mengirimkan impuls dari perifer
ke hipotalamus. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipothalamus
diransang, sistem effektor mengeluarkan signal yang mulai berkeringat
dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh
pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah
pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi.
Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan aliran darah ke setiap jaringan
bertambah, khususnya yang mengalami radang dan nyeri, sehingga terjadi
penurunan nyeri sendi pada jaringan yang meradang (Tamsuri, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan Sani dan Winarsih (2013),
dengan judul perbedaan efektifitas kompres hangat dan kompres dingin
terhadap skala nyeri pada klien gout di Wilayah Kerja Puskesmas Batang
III Kab Batang didapatkan hasil bahwa rata-rata penurunan skala nyeri
pada kompres hangat adalah 1,60 dan rata-rata penurunan skala nyeri pada
kompres dingin adalah 1,05. Hal ini berarti kompres hangat lebih efektif
untuk menurunkan nyeri pada penderit arthritis gout.
Rendam kaki dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan herbal lain
salah satunya jahe. Jenis-jenis jahe yang dikenal oleh masyarakat yaitu
jahe emprit (jahe kuning), jahe gajah (jahe badak), dan jahe merah (jahe

32
sunti). Jahe mengandung lemak, protein, zat pati, oleoresin dan minyak
atsiri. Rasa hangat dan aroma yang pedas pada jahe disebabkan oleh
kandungan minyak atsiri dan senyawa oleoresin. Rasa hangat pada jahe
dapat memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah lancar
(Kurniawati, 2010).
Berdasarkan penelitian Rusnoto dkk, 2015. Pemberian kompres
hangat memakai jahe untuk meringankan skala nyeri pada pasien asam
urat Di Desa Kedungwungu Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan.
Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan
kompres hangat memakai jahe adalah 6,00 (nyeri sedang), setelah
dilakukan kompres hangat memakai jahe adalah 3,67 (nyeri ringan). dan
hasil dari uji peringkat wilxocon didapat bahwa nilai hasil p value 0.000 (p
< 0.05 ) sehingga H0 ditolak disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
kompres hangat memakai jahe untuk meringankan skala nyeri pada pasien
asam urat di desa Kedungwungu Kecamatan Tegowanu Kabupaten
Grobogan.

33
B. SOP RENDAM KAKI AIR JAHE HANGAT

RENDAM KAKI AIR JAHE HANGAT


Pengertian Rendam kaki air jahe hangat adalah salah satu macam
dari hidroterapi dengan menggunakan air hangat yang
dicampur dengan jahe yang berfungsi melancarkan
peradaran darah dan dapat mengurangi rasa nyeri.
Indikasi Pada pasien yang mengalami penyakit hipertensi, asm
urat dan penyakit sendi lainnya
Tujuan Untuk mengurangi rasa nyeri, suhu air yang diguakan
untuk rendam kaki tersebut dapat eningkatkan
kelenturan jaringan otot kaki, dan memberikan
pengaruh pada sistem pembuluh darah yaitu fungsi
jantung dan pernapasan atau paru paru
Persiapan tempat dan 1). Termometer air
Alat 2). Kaleng
3). Handuk
4). Air hangat
5). Stopwatch
6). Jahe
Persiapan pasien dan 1. Inform Consent
persiapan lingkungan 2. Melakukan ontrak topik, waktu,tempat,dan tujuan
dilakukan terapi rendam kaki air jahe hangat
Pelaksanaan 1. Membawa peralatan mendekati responden
2. Posisikan klien dalam posisi duduk di kursi
3. Masukkan air hangat ke dalam baskom/kaleng
secukupnya dengan suhu 400
4. Masukkan tumbukan jahe kedalam
baskom/kaleng dan campur dengan air hangat
5. Rendam kaki biarkan selama kurang lebih 15
menit

34
6. Tutup baskom/kaleng dengan handuk untuk
menjaga suhu
7. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika
suhu turun tambahkan air hangat sampai suhu
sesuai kembali
8. Setelah selesai (15 menit) angkat kaki lalu
keringkan dengan handuk
9. Rapikan peralatan

Sikap Bekerja dengan teliti dan sopan serta lemah lembut


Evaluasi

35
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK LANJUT USIA

DENGAN MASALAH NYERI KRONIS


SEHUBUNGAN DENGAN PROSES PENYAKIT
PANTI GRIYA ASIH LAWANG MALANG
A. DATA UMUM

Nama Panti : Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang Malang

Alamat Panti : Jl. Ngamarto Selatan No 628 Lawang Malang

B. DATA INTI

a. Sejarah berdirinya RAAL Griya Asih, Lawang

Sebelum dipindah ke Lawang, Griya Asih berada di Surabaya

kemudian pada tahun 1994 Rumah Asuh lansia dan anak asuh

dijadikan satu tempat menjadi RAAL. Dan tempatnya sekarang ada di

Jalan pramuka RT 09 RW 05 Desa Ngamarto Lawang alasan dipindah

dari Surabaya ke Lawang adalah lingkungan yang lebih tenang dan

udara yang lebih segar dan menyehatkan bagi para lansia karena dulu

waktu di Surabaya tempat ini dekat dengan pabrik dan bengkel mobil.

a. Kegiatan hidup sehari-hari

Semua penghuni panti werda Griya Asih makan sebanyak 3x/ hari,

disediakan oleh panti, ekstra fooding 3x/ minggu, ekstra fooding

kacang hijau 2x/minggu dengan rincian hari pembagian susu yaitu hari

Minggu, Rabu, dan Jumat. Pola istirahat tidur rata-rata 8-10 jam/hari.

Pola eliminasi 1-2 x / hari. Seluruh penghuni diatur jadwal mandi

2x/hari dengan 10 orang yang harus dibantu oleh perawat dan sisanya

sebanyak 9 orang bisa mandi sendiri.

36
b. Perilaku terhadap kesehatan

Penghuni panti tidak ada yang merokok, alkohol, tidak

mengkonsumsi gula berlebih dan mengkonsumsi garam yang berlebih.

Ada beberapa orang yang menkonsumsi kopi tetapi tidak disediakan

oleh panti. Diet makanan penghuni panti sudah diatur oleh ahli dapur

disesuaikan dengan kondisi setiap penghuni. Penghuni panti lebih

percaya terhadap obat-obatan medis daripada pengobatan alternatif.

c. Data Sub sistem

Lingkungan fisik: konstruksi bangunan masih kuat, tetapi ada

dinding yang sedikit retak, cat tembok ada yang sudah luntur,

kebersihan lantai baik, setiap hari disapu dan dipel, lantai tidak licin

dan terbuat dari tekel, ventilasi cukup karena setiap kamar terdapat

ventilasi, pencahayaan baik. Secara umum kebersihan baik.

- Luas bangunan: 1600 M2

- luas tanah: 26.185 M2

- Status tanah: Sertifikat Hak Milik GPIB

- Keadaan lahan tertata rapi dan sebagian besar dimanfaatkan

sebagai kebun

- Sumber Air Bersih berasal dari PDAM.

- Sarana pembungan sampah dibuang di halaman belakang dengan di

buat lubang kemudian di bakar pada musim kemarau sedangkan

pada musim penghujan ditimbun untuk dijadikan pupuk.

- Sarana SPAL dibuang di septic tank

37
- Kamar mandi berjumlah 9 kamar mandi, disebelah timur 4 buah

dan sebelah barat 4 buah sedangkan 1 kamar mandi khusus untuk

perawat.

d. Pelayanan kesehatan

Total pegawai berjumal 29 orang. Jumlah pramulansia = 7 orang,

terbagi atas 2 shift pagi, sore dan malam. Tiap shift berjumlah 2 orang.

Kegiatan kegiatan di panti ini meliputi kegiatan rutin (mandi, kegiatan

bebas, makan pagi, ibadah pagi, berjemur, mengukur TTV sampai

menunggu makan siang, tidur siang sampai jam 2, kemudian mandi

dilanjutkan makan sore jam 5, ibadah sore, tidur atau istirahat)

e. Transportasi, keamanan dan keselamatan

Akses jalan tergolong rusak ringan (jalan diaspal tapi berlubang).

Transportasi umum untuk menuju panti hanya samapai gang kemudian

masuk kedalam lagi harus menggunakan jasa angkutan ojek.

Keamanan lingkungan dijaga oleh satpam selama 24 jam dengan 2

shift. Alat pemadam kebakaran tidak ada,kualitas air layak pakai dan

udara di lingkungan masih bersih dan sehat karena jauh dari industri

dan jalan raya. Didalam ruangan panti disediakan pegangan mobilisasi

untuk para lansia. Untuk diluar ruangan tidak ada pegangan tapi

jalanya sudah di haluskan atau di paving

f. Sarana komunikasi yang digunakan telepon rumah dan sebagaian kecil

ada yang menggunakan handphone. Pola komunikasi antar kelompok

berdialog secara langsung dengan sebgaian besar menggunakan bahasa

Indonesia dan sebagian kecil menggunakanan bahasa Mandarin.

38
Penyebaran informasi diumumkan secara lisan oleh karyawan panti.

Komunikasi dengan institusi luar menggunakan surat dari kantor atau

melalui kantor terlebih dahulu. Tingkat pendapatan tiap penghuni

sebagian besar berasal dari keluarga dan gereja yang mengirim serta

sumbangan dari donatur. Di lingkungan panti tidak ada toko dan pasar

tetapi di luar lingkungan panti ( sekitar panti) terdapat warung dan

toko.

g. Sarana Rekreasi yaitu terdapat televisi. Sebagian besar penghuni panti

menggunakan waktu luang untuk melihat TV, merajut, mengobrol

dengan sesama penghuni panti.

b. Data Demografi
- Jumlah anggota: 19 Orang (Yang dikaji 9 lansia)
- Distribusi Lansia menurut:
 Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin
NO JENIS KELAMIN JUMLAH PRESENTASE
.

1. P 9 100 %

2. L 0 0%

Jumlah 9 100 %

Intepretasi data :

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa dari 9 lansia seluruhnya


berjenis kelamin perempuan.

 Tabel 2.2 Distribusi Menurut Umur


NO RENTANG JUMLAH PRESENTASE
. UMUR

1. 45-59 tahun 0 0%

2. 60-74 tahun 1 11,1%

39
3. 75-90 tahun 7 77,7%

4. 90 tahun keatas 1 11,1%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

- Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa dari 9 lansia, yang paling


banyak lansia dengan umur 75-90 adalah 7 lansia (77,7%) dan yang
paling sedikit adalah lansia yang berumur 60-74 tahun dan 90 tahun
ke atas yaitu 1 orang (11,1%).
 Tabel 2.3 Distribusi Menurut Status Perkawinan
NO STATUS JUMLAH PRESENTASE
. PERKAWINAN

1. Kawin 8 88,8%

2. Belum kawin 1 11,1%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.3 diketahui dari 9 lansia yang paling banyak


adalah kawin yaitu sebanyak 8 orang (88,8%) yang sudah menikah
dan yang paling sedikit lansia yang belum kawin 1 orang (11,1%).

Tabel 2.4 Distribusi Menurut Agama

NO AGAMA JUMLAH PRESENTASE


.

1. Islam 0 0%

2. Kristen 9 100 %

3. Katolik 0 0%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

40
Berdasarkan tabel 2.4 diketahui agama yang paling banyak dianut di ruang
Fransiscus adalah yang paling banyak beragama kristen yaitu 9 orang
(100%).

Tabel 2.5 Distribusi Menurut Pendidikan Terakhir

NO PENDIDIKAN JUMLAH PRESENTASE


. TERAKHIR

1. SD 0 0%

2. SMP 3 33,3%

3. SMA/SMK 4 44,4%

4. Perguruan Tinggi 2 22,2%

5. Tidak Sekolah 0 0%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.5 diketahui bahwa pendidikan terakhir para


lansia yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 4 orang
(44,4%) dan yang paling sedikit pendidikan lansia adalah SD dan
Perguruan Tinggi sebanyak 2 orang (22,2%).

c. Vital Statistik

Data Status Kesehatan Kelompok Usia Lanjut:

 Masalah Kesehatan Saat ini:


Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok, masalah
kesehatan yang lebih banyak di derita di panti griya asih adalah nyeri kaki.

 Tabel 2.6 Distribusi Masalah Kesehatan saat ini


NO JENIS JUMLAH PRESENTASE
. PENYAKIT

1. Nyeri Kaki 5 55,6%

2. Hipertensi 1 11,1%

41
2. Diabetes Melitus 0 0%

4. Dermatitis 0 0%

5. Tirah Baring 2 22,2%

7. Osteoporosis 1 11,1%

8. Paru-Paru 0 0%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.6 diketahui bahwa dari 9 lansia penyakit yang


paling banyak diderita oleh lansia adalah Nyeri yaitu sebanyak 5
orang (55,6%), yang paling sedikit hipertensi dan osteoporosis
sebanyak 1 orang (11,1%).

 Tabel 2.7 Distribusi Menurut Kegiatan hidup sehari-hari


PEMENUHAN
NO
KEBUTUHAN JUMLAH PRESENTASE
.
NUTRISI MAKAN

1. 3 kali sehari 9 100%

2 Tidak mau makan 0 0%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.7 diketahui bahwa dari 9 lansia dalam


pemenuhan kebutuhan nutrisi makan yang paling banyak adalah 3
kali sehari sebanyak 9 orang(100%). Menu makanan dipanti:
(makan pagi dan siang: nasi, lauk, sayur, buah
[pepaya/pisang/semangka], minum teh/air putih), Snack
(kentang,bubur kacang hijau,kolak).

 Tabel 2.8 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Minum

NO PEMENUHAN JUMLAH PRESENTASE


. KEBUTUHAN

42
NUTRISI MINUM

1. >2 liter/hari 0 0%

2. 1-2 liter/hari 8 88,8%

3. <1 liter/hari 1 11,1%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.8 diketahui bahwa dari 9 lansia dalam


pemenuhan kebutuhan nutrisi minum terbanyak yaitu 1-2 liter/hari
sebanyak 8 orang (88,8%), sedangkan yang paling sedikit <1
liter/hari sebanyak 1 orang (11,1%). Minuman yang diberikan
pada lansia berupa teh dan air mineral. Namun untuk gula
dikurangi.

 Tabel 2.9 Pola Istirahat Tidur

NO POLA JUMLAH PRESENTASE


. ISTIRAHAT
TIDUR

1. 8-9 jam 5 55,5%

2. 6-7 jam 4 44,4%

3. 4-5 jam 0 0%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.9 diketahui bahwa dari 9 lansia dalam Pola


istirahat tidur yang paling banyak adalah 8-9 jam sebanyak 5 orang
(55,5%) dan yang paling sedikit adalah 6-7 jam 4 orang (44,4%).
Para lansia tidur pada siang hari pada pukul 13.00-14.00 WIB dan
pada malam hari pada pukul 18.00-03.00 WIB.

 Tabel 2.10 Pola Eliminasi Alvi

NO POLA JUMLAH PRESENTASE

43
. ELIMINASI ALVI

1. 1 kali sehari 7 77,7%

2. 2 kali sehari 0 0%

3. 3 kali seminggu 2 22,2%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.10 diketahui bahwa dari 9 lansia dalam


eliminasi alvi yang paling banyak adalah 1 kali sehari sebanyak 7
orang (77,7%), 3 kali seminggu sebanyak 2 orang (22,2%).

 Tabel 2.11 Kebersihan Diri (Mandi)

NO. MANDI JUMLAH PRESENTASE


1. 1 kali sehari 0 0%
2. 2 kali sehari 9 100%
3. Seka 0 0%
Jumlah 9 100%
Interpretasi data:

Berdasarkan data 2.11 diketahui bahwa dari 9 lansia di ruang


Fransiscus yang paling banyak mandi 2xsehari sebanyak 9 orang
100%.

 Tabel 2.12 Distribusi Menurut Alat Bantu yang digunakan:


NO ALAT BANTU JUMLAH PRESENTASE
.

1. Tanpa Bantuan 4 44,4%

2. Kursi Roda 3 33,3%

3. Tongkat 2 22,2%

4. Kruk 0 0%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

44
Berdasarkan tabel 2.12 diketahui bahwa dari 9 lansia yang paling
banyak adalah menggunakan alat bantu seperti kursi roda sebanyak
3 orang (33,%), tanpa bantuan sebanyak 4 orang (44,4%) dan yang
paling sedikit adalah dengan tongkat 2 orang (22,2%).

 Tabel 2.13 Tingkat Kemandirian (Indexs Barthel)


NO ALAT BANTU JUMLAH PRESENTASE
.

1. Mandiri 4 44,4%

2. Bantuan Minimal 2 22,2%

3. Bantuan Total 3 33,3%

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.13 diketahui bahwa dari 9 lansia yang paling


banyak rata-rata untuk indeks baerthel bisa melakukan aktivitas
secara mandiri sebanyak 4 orang (44,4%), bantuan total yaitu
sebanyak 3 orang (33,3%), dan yang paling sedikit bantuan
minimal yaitu sebanyak 2 orang (22,2%).

 Tabel 2.14 Short portable mental status questioner

NO SPMSQ JUMLAH PRESENTASE


.
1. Fungsi Intelektual 5 55,5%
utuh
2. Fungsi intelektual 1 11,1%
kerusakan ringan
3. Fungsi intelektual 3 33,3%
kerusakan sedang
4. Fungsi intelektual 0 0%
kerusakan berat
Jumlah 9 100%
Interpretasi data:

Berdasarkan table 2.14 diketahui bahwa dari 9 lansia yang paling


banyak adalah memiliki fungsi intelektual utuh yaitu sebanyak 5

45
orang (55,5%) dan yang paling sedikit yaitu mengalami fungsi
intelektual kerusakan ringan sebanyak 1 orang (11,1%).

 Table 2.15 Mini Mental Status Exam


NO. MMSE JUMLAH PRESENTASE
1. Tidak ada gangguan 5 55,5%
kognitif
2. Gangguan kognitif 3 33,3%
sedang
3. Gangguan kognitif 0 0%
berat
4. Tidak Terkaji 1 11,1%
Jumlah 9 100%
Interpretasi data:

Berdasarkan table 2.15 diketahui bahwa dari 9 lansia yang paling


banyak adalah tidak mengalami gangguan kognitif sebanyak 5
orang (55,5%) dan yang paling sedikit adalah yang tidak terkaji
yaitu 1 orang (11,1%)

Tabel 2.16 Pengkajian Keseimbangan


NO. KESEIMBANGAN JUMLAH PRESENTASE
1. Resiko jatuh tinggi 5 55,5%
2. Resiko jatuh sedang 1 11,1%
3. Resiko jatuh rendah 3 33,3%
Jumlah 9 100%
Interpretasi data:

Berdasarkan table 2.16 diketahui bahwa dari 9 lansia yang paling


banyak untuk keseimbangan adalah resiko jatuh tinggi sebanyak 5
orang (55,5%) dan yang paling sedikit resiko jatuh sedang
sebanyak 1 orang (%).

 Table 2.17 Perilaku terhadap kesehatan


NO PERILAKU JUMLAH PRESENTASE
. TERHADAP
KESEHATAN

1. Merokok 0 0%

2. Minum kopi 1 11,1%

46
3. Minum alcohol 0 0%

4. Suka manis 2 22,2%

5. Suka asin 1 11,1%

6. Lemak 0 0%

7. Mengkonsumsi 5 55,5%
tinggi purin

Jumlah 9 100%

Interpretasi data:

Berdasarkan tabel 2.17 diketahui dari pengkajian beberapa lansia


yang berjumlah 9 orang, yang terbanyak suka mengkonsumsi tinggi
purin sebanyak 5 orang (55,5%) dan yang paling sedikit perilaku
hidup suka makanan asin dan suka minum kopi sebanyak 1 orang
(11,1%).

d. Nilai dan Kepercayaan terhadap kesehatan


Sebagian besar lansia di Rumah Asuh Lansia Griya Asih tidak
mengetahui tentang apa itu Posyandu Lansia, mereka juga tidak pernah
mengikuti kegiatan posyandu lansia ditempat tinggalnya dulu. Tetapi
sudah aktif mengikuti posyandu lansia di panti sekarang ini.

Untuk pemenuhan gizi para lansia, disesuaikan dengan kondisi


pasien dan diet yang sudah dianjurkan oleh dokter yaitu yang lebih
banyak untuk makanan lansia yaitu dengan rendah lemak dan tinggi
kalori. (makan pagi dan siang: nasi, lauk, sayur, buah [pepaya/pisang],
minum teh/air putih), Snack  di sesuaikan dengan diet dari penyakit.

C. DATA SUBSISTEM

1. Lingkungan Fisik

a) Sarana Perumahan

Konstruksi bangunan permanen, luas bangunan sekitar 1 hektar, lantai

bagian dalam keramik. Lantai sudah cukup baik untuk lansia karena di

47
desain lantai yang tidak licin dan tidak berbahaya bagi lansia.

Penerangan dan pencahayaan baik, semua ruangan dan lorong diberi

lampu, tiap ruangan memiliki beberapa ventilasi udara, kebersihan

terjaga, setiap hari di sapu dan dipel (setiap melakukan tindakan,

seperti setelah makan), jumlah ruangan kamar ada 14 ruangan.

b) Pekarangan

Pekarangan cukup luas dan dimanfaatkan untuk menanam tanaman

hias.

c) Sarana Sumber Air Bersih

Sarana air bersih memadai berasal dari PDAM dan sumur bor, tiap

kamar dan tiap ruangan mempunyai kamar.

d) Sarana Pembuangan Sampah

Sarana pembuangan sampah baik, di depan ruangan disediakan tempat

sampah kering dan basah (untuk pampers dari lansia.

e) Sarana Pembuangan Kotoran Manusia

Pembuangan kotoran manusia dibuang melalui kloset dan disalurkan

melalui saluran sapic tank.

f) Sarana Mandi

Ditiap kamar mandi ruangan terdapat 1 kran air panas dan 1 kran air

dingin. Kondisi kamar mandi bersih, karena air yang mengalir jernih

48
dan bak mandi selalu bersih. Kondisi lantai tidak licin dan terdapat

pegangan di dinding kamar mandi.

g) Sarana SPAL

Tidak mempunyai sarana SPAL. Pembuangan air limbah selokan.

2. Pelayanan Kesehatan dan Sosial

a. Jumlah Petugas, terdiri dari

Jumlah Pegawai 29 orang yaitu: 4 orang laki-laki dan 25

perempuan

Jumlah biarawati 1 orang

b. Pengalaman petugas mengikuti pelatihan kesehatan

-Pernah: 7 orang

-Belum: 22 orang

Jenis Pelatihan: seminar keperawatan lansia

c. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

Pagi jam 04.30 WIB para lansia mandi. Setelah itu jam 07.00

makan pagi. Setelah makan ada ibadah. Selanjutnya beberapa

lansia berjemur dan pemeriksaan tekanan darah. Jam 09.30 para

lansia makan makanan kecil/snack. Makan siang jam 12.00.

Setelah makan siang para lansia beristirahat. Jam 14.30 para lansia

mandi. Setelah mandi ada pemeriksaan tekanan darah. Jam 17.00

49
jadwal para lansia untuk makan. Setelah makan para lansia

beristirahat.

- Fisioterapi (Jadwal ditentukan ruangan)

- Misa kebaktian (tiap hari Minggu jam 8 pagi)

3. Transportasi, Keamanan dan Keselamatan

a. Sarana jalan dan transportasi di lingkungan kelompok lansia

Sarana jalan dilingkungan kelompok lansia terlihat baik, tiap tepi

jalan diberi pegangan besi untuk memudahkan dan membantu

lansia berjalan, jalannya pun cukup luas dan lebar. Terdapat kursi

roda untuk mempermudah para lansia dalam beraktivitas.

b. Keamanan lingkungan

Terdapat pos satpam di bagian depan panti dan selalu ada satpam

yang berjaga, ditiap sudut ruangan juga terdapat cctv untuk

mempermudah dalam menjaga para lansia.

4. Politik dan Pemerintahan

- Struktur Orgaisasi Panti Griya Asih

PENGKAJIAN FOKUS KEPERAWATAN KOMUNITAS

50
Nama Komunitas : Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih

Nama Masalah : Asam Urat

Data Fokus Masalah Etiologi


DS : Nyeri Kronis Proses penyakit (Asam
Urat)
 Berdasarkan
pengkajian yang
telah dilakukan
oleh kelompok di
dapatkan bahwa
sebagian besar
lansia mengeluh
nyeri pada kaki dan
sering kesemutan
sebanyak 5 orang
(56 %). Serta
didapatkan
pengkajian :
P : Proses Penyakit
Q : Seperti
diremas-remas
R : Nyeri di kedua
kaki
T : Terus-menerus

DO :

 Berdasarkan
pengkajian yang
telah dilakukan
didapatkan data
bahwa lansia yang

51
mengalami nyeri
kaki dan kesemutan
sebanyak 5 orang
(56 %).
 Berdasarkan
pengkajian
didapatkan data
pasien merasa nyeri
saat dibuat
beraktifitas seperti
berjalan an pasin
napak meringis
menahan nyeri.

DS : Hambatan Mobilitas Penurunan rentang


Fisik gerak, kelemahan otot,
 Berdasarkan nyeri pada gerakan, dan
pengkajian yang kekakuan pada sendi
telah dilakukan
oleh kelompok di
dapatkan bahwa
sebagian besar
lansia mengeluh
lemas pada kaki
dan sulit berdiri
serta dan lansia
yang tidak mampu
berjalan sendiri
sebanyak 5 orang
(56%) berkaitan
dengan kelemahan
otot, sehingga
hanya

52
menggunakan kursi
roda atau walker.
DO :
 Berdasarkan
pengkajian yang telah
dilakukan didapatkan
data bahwa lansia yang
menggunakan alat
bantu kursi roda
sebanyak 5 orang
(55,5%)
 Berdasarkan
pengkajian
keseimbangan yang
telah dilakukan di
dapatkan bahwa para
lansia yang memiliki
Resiko jatuh tinggi
sebanyak 5 orang (56
%).

53
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

N DAFTAR DIAGNOSA
O
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses peyakit (asam urat) ditandai
dengan berdasarkan pengkajian yag telah dilakukan oleh kelompok
didapatkan bahwa sebagian besar lansia mengeluh nyeri pada kaki
sebanyak 5 rang (56 %)

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan nyeri


ditandai dengan berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh
kelompok didapatkan sebagian lansia megeluh lemas pada kaki sebanyak
8 orang dan lansia yang tidak mampu berjalan sendiri (dengan alat bantu)
sebanyak 5 orang (56 %)

3. Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu ditandai dengan


berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok didapatkan
bahwa lansia yang menggunakan alat bantu sebanyak 5 orang (56 %)
lansia dengan alat bantu kursi roda sebanyak 3 orang dan yang
menggunakan walker 2 orang.

54
Intervensi Keperawatan

Nama Kelompok Lansia : 9 Lansia Griya Asih

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Nyeri Kronis Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Untuk
berhubungan tindakan 2. Kaji dan mengetahui
dengan proses keperawatan observasi respon
peyakit (asam selama ± 6 jam PQRST nyeri subyektif
urat) ditandai nyeri berkurang 3. Jelaskan dan pasien dalam
dengan dengan KH : bantu lansia melaporkan
berdasarkan 1. Lansia tampak terkait nyeri dan skala
pengkajian yag rileks dengan nyeri
telah dilakukan 2.Lansia tindakan 2. Untuk
oleh kelompok memberitahukan penurunan mengetahui
didapatkan penurunan nyeri nyeri secara keefektifan
bahwa sebagian 3. Nyeri non dalam
besar lansia berkurang dengan farmakologi mengurangi
mengeluh nyeri skala 0-1 4. Ajarkan nyeri
pada kaki rendam kaki 3. Untuk
sebanyak 5 rang air jahe merelaksasikan
(56 %) hangat yang otot dan
dapat mengurangi
mengurangi nyeri
intensitas
nyeri

Implementasi Keperawatan

55
Nama Kelompok Lansia : 9 Lansia Griya Asih

No Tanggal/Jam Implementasi
Dx
Dx-1 13-03-2020 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
(08.00 WIB) 2. Mengkaji dan observasi PQRST (Penyebab,
Qualitas, Regional, Skala, Time) nyeri
(09.30 WIB) 3. Menjelaskan dan membantu lansia terkait dengan
tindakan penurunan nyeri secara non farmakologi
dan cara pencegahanya.
(10.00 WIB) 4. Mengajarkan rendam kaki air jahe hangat yang
dapat mengurangi intensitas nyeri
Dx-1 14-03-2020
(08.10 WIB) 1. Mengobservasi tanda-tanda vital
(09.00 WIB) 2. Mengkaji dan observasi PQRST (Penyebab,
Qualitas, Regional, Skala, Time) nyeri
(09.40 WIB) 3. Mengajarkan rendam kaki air jahe hangat yang
dapat mengurangi intensitas nyeri

56
- Sistem Pendanaan Panti

Sistem pendanaan Panti Griya Asih Lawang ini berasal dari

Bantuan Pemerintah, Bantuan dari donatu dan juga berasal dari

keluarga dari para lansia yang ada di dalam panti.

5. Komunikasi

Beberapa lansia memiliki telephon genggam yang digunakan untuk

berkomunikais dengan keluarga

6. Ekonomi

 Status Pekerjaan Anggota Kelompok Lansia

57
Status pekerjaan dari para lansia bermacam-macam jenisnya, ada

yang dulunya bekerja di pabrik, pembantu, Swasta, Wiraswasta.

 Tingkat Pendapatan Anggota Kelompok

Tingkat pendapatan setelah di dalam panti tidak ada karena mereka

tidak bekerja lagi, sehingga mereka tidak mendapatkan uang.

 Sarana Ekonomi yang tersedia di Masyarakat

Saran ekonomi yang tersedia di dekat panti ada toko dan warung

selain itu juga dekat dengan pasar jaraknya kira-kira 3km dari panti

untuk mencapai pasar.

7. Rekreasi

Pada saat waktu luang, beberapa lansia ada yang memanfaatkan

untuk berlatih berjalan, menyulam, membaca surat kabar, atau bahkan

mengobrol dengan lansia lain maupun dengan perawat. serta setiap

hari minggu diadakan kumpul-kumpul bersama. Untuk rekreasi keluar

panti tidak ada, yang ada hanyalah senam lansia yang dilakukan setiap

hari minggu seperti bernyanyi atau permainan lain yang bisa

menyalurkan hobi dari para lasia tersebut

58
Denah RAAL Griya Asih

Keterangan:

1 Kantor

2 Ruang Makan

3 Dapur

4 Ruang Kamar

5 Ruang Makan

6 Ruang Kamar

7 Kamar Mandi

8 Halaman Jemuran

9 Aula

59
Jadwal Kegiatan Lansia Selama 1 Minggu
No Jam Hari
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
1 03.30-05.00 Mandi Pagi Mandi Pagi Mandi Pagi Mandi Pagi Mandi Pagi Mandi Pagi Mandi Pagi
05.00-07.00 Menunggu Menunggu Menunggu Menunggu Menunggu makan Menunggu makan Menunggu
makan pagi makan pagi makan pagi makan pagi pagi pagi makan pagi
07.00-07.30 Makan Pagi Makan Pagi Makan Pagi Makan Pagi Makan Pagi Makan Pagi Makan Pagi

07.30-09.30 Berdoa, Berdoa, Berdoa, Berdoa, Berdoa, Berdoa, Berdoa,


Berjemur, Berjemur, Berjemur, Berjemur, Berjemur, Berjemur, Berjemur,
Pemeriksaan Pemeriksaan TD, Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan TD, Pemeriksaan TD, Pemeriksaan TD,
TD, Fisioterapi TD, TD, Fisioterapi (sesuai Fisioterapi (sesuai Senam Lansia
Fisioterapi (sesuai Jadwal) Fisioterapi Fisioterapi Jadwal) Jadwal)
(sesuai Jadwal) (sesuai (sesuai Jadwal) Visite Dokter Potong kuku,
Jadwal) potong rambut

09.30-09.45 Makan Snack Makan Snack Makan Snack Makan Snack Makan Snack Makan Snack Makan Snack

09.45-11.00 Kembali ke Kembali ke Kembali ke Kembali ke Kembali ke kamar Kembali ke Kembali ke


kamar masing- kamar masing- kamar kamar masing- masing-masing kamar masing- kamar masing-
masing masing (istirahat) masing- masing (istirahat) masing (istirahat) masing (istirahat)
(istirahat) masing (istirahat)
(istirahat)
12.00-12.30 Makan Siang Makan Siang Makan Siang Makan Siang Makan Siang Makan Siang Makan Siang

60
14.30-16.00 Mandi Sore Mandi Sore Mandi Sore Mandi Sore Mandi Sore Mandi Sore Mandi Sore
16.00 Istirahat / Istirahat / Istirahat / Istirahat / Istirahat / Istirahat / Istirahat /
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Tekanan Darah Tekanan Darah TekananDara Tekanan Darah Tekanan Darah Tekanan Darah Tekanan Darah
h
17.00-17.30 Makan Malam Makan Malam Makan Malam Makan Malam Makan Malam Makan Malam Makan Malam

18.00-02.30 Istirahat/Tidur Istirahat/Tidur Istirahat/Tidur Istirahat/Tidur Istirahat/Tidur Istirahat/Tidur Istirahat/Tidur


Malam Malam Malam Malam Malam Malam Malam

61
PENGKAJIAN FOKUS KEPERAWATAN KOMUNITAS

Nama Komunitas : Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih

Nama Masalah : Asam Urat

Data Fokus Masalah Etiologi


DS : Nyeri Kronis Proses penyakit (Asam Urat)

 Berdasarkan
pengkajian yang
telah dilakukan oleh
kelompok di
dapatkan bahwa
sebagian besar lansia
mengeluh nyeri pada
kaki dan sering
kesemutan sebanyak
5 orang (56 %). Serta
didapatkan
pengkajian :
P : Asam urat
Q : Cekot-cekot
R : Persendian kaki
S : 4-5
T : Terus-menerus

DO :

 Berdasarkan
pengkajian yang
telah dilakukan
didapatkan data
bahwa lansia yang
mengalami nyeri

62
kaki dan kesemutan
sebanyak 5 orang (56
%).
 Berdasarkan
pengkajian
didapatkan data
pasien merasa nyeri
saat dibuat
beraktifitas seperti
berjalan an pasin
napak meringis
menahan nyeri.

DS : Hambatan Mobilitas Fisik Penurunan rentang gerak,


kelemahan otot, nyeri pada
 Berdasarkan
gerakan, dan kekakuan pada
pengkajian yang sendi
telah dilakukan oleh
kelompok di
dapatkan bahwa
sebagian besar lansia
mengeluh lemas
pada kaki dan sulit
berdiri serta dan
lansia yang tidak
mampu berjalan
sendiri sebanyak 5
orang (56%)
berkaitan dengan
kelemahan otot,
sehingga hanya
menggunakan kursi
roda atau walker.
DO :

63
 Berdasarkan pengkajian
yang telah dilakukan
didapatkan data bahwa
lansia yang
menggunakan alat bantu
kursi roda sebanyak 5
orang (55,5%)
 Berdasarkan pengkajian
keseimbangan yang telah
dilakukan di dapatkan
bahwa para lansia yang
memiliki Resiko jatuh
tinggi sebanyak 5 orang
(56 %).

DS: Resiko Jatuh Kelemahan Otot


 Berdasarkan
pengkajian yang
telah dilakukan oleh
kelompok di
dapatkan bahwa
sebagian besar lansia
mengeluh sulit
berdiri dan berjalan
sebanyak 8 orang
(88,8%) berkaitan
dengan kelemahan
otot, sehingga hanya
menggunakan kursi
roda atau walker.
DO:
 Berdasarkan pengkajian
yang telah dilakukan

64
didapatkan data bahwa
lansia yang
menggunakan alat bantu
kursi roda sebanyak 3
orang dan yang memakai
walker 2 orang
 Berdasarkan pengkajian
keseimbangan yang telah
dilakukan di dapatkan
bahwa para lansia yang
memiliki Resiko jatuh
tinggi sebanyak 5 orang
(56 %).
 Barthel indeks di
dapatkan data bawa
lansia yang secara total
tidak bisa melakukan
kemandirian dalam
kehidupan sehari-hari
sebanyak 5 orang (56
%).

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

65
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan proses peyakit (asam urat) ditandai dengan berdasarkan
pengkajian yag telah dilakukan oleh kelompok didapatkan bahwa sebagian besar lansia
mengeluh nyeri pada kaki sebanyak 5 rang (56 %)

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan nyeri ditandai dengan
berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok didapatkan sebagian lansia
megeluh lemas pada kaki sebanyak 8 orang dan lansia yang tidak mampu berjalan sendiri
(dengan alat bantu) sebanyak 5 orang (56 %)

3. Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu ditandai dengan berdasarkan
pengkajian yang telah dilakukan oleh kelompok didapatkan bahwa lansia yang menggunakan
alat bantu sebanyak 5 orang (56 %) lansia dengan alat bantu kursi roda sebanyak 3 orang dan
yang menggunakan walker 2 orang.

66
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Nyeri kronis Setelah dilakukan 5. Kaji dan 4. Untuk
berhubungan dengan tindakan
observasi mengetahui
proses peyakit (asam keperawatan selama
urat) ditandai ± 6 jam nyeri PQRST nyeri respon subyektif
dengan berdasarkan berkurang dengan
6. Jelaskan dan pasien dalam
pengkajian yag telah KH :
dilakukan oleh - Lansia tampak bantu lansia melaporkan
kelompok rileks
terkait dengan nyeri dan skala
didapatkan bahwa -Lansia
sebagian besar lansia memberitahukan tindakan nyeri
mengeluh nyeri pada penurunan nyeri
penurunan 5. Untuk
kaki sebanyak 5 rang - Nyeri berkurang
(56 %) dengan skala 0-1 nyeri secara mengetahui
non keefektifan
farmakologi dalam
7. Ajarkan rendam mengurangi
kaki air jahe nyeri
hangat yang 6. Untuk
dapat merelaksasikan
mengurangi otot dan
intensitas nyeri mengurangi
nyeri

67
EVALUASI

No. Tanggal Evaluasi


Diagnosa
1. 13 Maret S :
56% lansia mengelu nyeri cekot-cekot pada kaki dan sering
2020
kesemutan.
P : Asam urat
Q : Cekot-cekot
R : Persendian kaki
S : 4-5
T : Terus-menerus
O :
 Kaku sendi
 56% lansia memiliki riwayat penyakit asam urat

Nama Tensi
Oma Anance 120/70
Oma Tina 120/80
Oma Icai 110/70
Oma Yulan 110/80
Oma Rani 120/90
Oma Lilik 120/70
Oma Netty 120/90
14 Maret
Oma Rukayah 110/90
2020 Oma Tatik 130/80

A : Masalah nyeri kronis teratasi sebagian


P :- Observasi nyeri pada lansia
- Lakukan rendam kaki air jahe hangat

S :
56% lansia mengatakan nyeri pada persendian kaki
berkurang dan kadang-kadang
P : Asam urat
Q : Cekot-cekot
R : Persendian kaki
S : 4-5
T : terus-menerus

68
O :
 Kaku sendi
 56% lansia memiliki riwayat penyakit asam urat

Nama Tensi
Oma Anance 110/80
Oma Tina 120/90
Oma Icai 110/80
Oma Yulan 120/80
Oma Rani 110/90
Oma Lilik 120/80
Oma Netty 120/80
Oma Rukayah 120/70
Oma Tatik 130/90
A : Masalah nyeri
kronis teratasi
P : Lanjutkan intervensi

69

Anda mungkin juga menyukai