Anda di halaman 1dari 92

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
Dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
“Konsep SPTK (Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan) dan API (Analisa Proses
Interaksi)” ini dengan tepat waktu. Semoga ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memperluas pengetahuan mengenai Hipertensi.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman penulis sendiri, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannnya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kami harapkan kepada
pembaca memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Cimahi, April 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatn jiwa yang
menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik
sebagai kiatnya. Praktik keperatan jiwa terjadi dalam konteks social dan lingkungan.Perwat
jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian
dan prilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan
praktik keperawatan.
Perlunya komunikasi terapeutik sebagai dasar yang digunakan untuk membentuk
hubungan antara perawat dank lien.Komunikasi ini adalah modalitas utama pada keperawatn
psikiatrik.Untuk menjadi komunikator yang efektif, perawat harus menyadari pesan
nonverbal klien sebagaimana menyadari pesan verbal. Kemampuan berfokus baik pada isi
maupun konteks pesan membuat perawat dapat membantu klien berbicara secara terbuka
mengenai perasaan mereka.
Dalam semua interksi, klien harus dapat mempercayai perawat dan merasa aman serta
dihargai ketika pikiran yang ada di dalam diri, emosi, dan masalh pribadinya diungkap dan
dipaparkan.Dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat terhadap klien perlu adanya
pendokumentasian kumunikasi terapeutik tersebut.

B. Rumusan masalah
Adapun rumusan maslah dalm makalah ini yaitu ‘
a) Apa yang dimaksud dengan analisa proses interaksi ?
b) Apa tujuan analisa proses interaksi ?
c) Bagaimana Pendokumentasian Analisa Proses Interaksi ?
d) Bagaimana Fase-Fase Komunikasi ?
e) Bagaimana variabel Analisa Proses Interksi
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
a) Untuk mengetahui pegertian API
b) Untuk mengetahui tujuan API
c) Untuk mengetahui bagaimana Pendokumentasian Analisa Proses Interaksi
d) Untuk mengetahui Fase-Fase Komunikasi
e) Untuk mengetahui variabel API
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI SPTK (Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan)


Strategi Pelaksanaan ( SP ) merupakan instrumen panduan pelaksanaan intervensi
keperawatan jiwa yang digunakan sebagai acuan bagi ners saat berinteraksi atau
berkomunikasi secara terapeutik kepada klien dengan gangguan jiwa.
a. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien : yaitu menggambarkan kondisi atau keadaan fisik klien dan
verbalisasi klien.
Contoh:
- ( S ): Klien mengatakan kalau sedang marah menendang pintu, merusak
barang disekitarnya.
- ( O ): ekspresi wajah tegang, bingung, gelisah, muka merah, pandangan mata
tajam.
2. Diagnosa keperawatan :
Contoh : Perilaku kekerasan, Resiko perilaku kekerasan, resiko menciderai diri
orang lain dan lingkungan.
3. Tujuan Khusus :
Mengidentifikasi tujuan khusus dan intervensi keperawatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan diagnosa yang telah ditetapkan.
b. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Terdiri dari :
a. Fase Orientasi :
a) Salam Terapeutik
b) Evaluasi/Validasi Data
c) Kontrak ( topik, waktu, Tempat )

b. Fase Kerja :
Adalah fase dimana seorang ners melakukan inti terapeutik dalam berkomunikasi
dengan topik atau tujuan sesuai dengan strategi pelaksanaan ( SP ) yang telah
ditetapkan berdasarkan diagnosa kep. Jiwa.
c. Fase Terminasi :
Terdiri dari :
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
b. Rencana tindak Lanjut
c. Kontrak yang akan datang
B. Contoh SPTK (Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan)
a. Halusinasi penglihatan
Diagnosa keperawatan: Gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan.
Tujuan khusus: Klien dapat mengendalikan halusinasinya.
Tindakan keperawatan: (SP1)
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi responnya terhadap halusinasi
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
8. Memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan

Proses Pelaksanaan Tindakan:

Orientasi

1) Salam terapeutik:

“Selamat pagi S!”

2) Evaluasi/validasi:

”Bagaimana perasaan S saat ini? Masih ingat kan sama suster?”

3) Kontrak:
a. Topik : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang halusinasi yang S
alami dan cara mengendalikannya?”
b. Waktu : “Kita akan bercakap-cakap selama 20 menit saja”
c. Tempat: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang ini saja?”
4) Kerja

”Apakah S sering mengalami sesuatu?”

”Apa yang sering S alami? Apakah bapak sering melihat sesuatu hal yang aneh?”

“Saya mengerti S melihat sesuatu hal itu, namun saya tidak bisa melihatnya?”

”Ada juga klien lain yang sering mengalami hal yang sama seperti S”
”Biasanya apa yang S lihat? ”

”Kapan biasanya sesuatu hal itu muncul?”

”Seberapa sering itu muncul?”

”Kondisi atau situasi apa yang menyebabkan sesuatu hal itu muncul?”

”Apa yang biasanya S rasakan jika sesuatu hal itu muncul?”

”Apa yang biasanya S lakukan untuk mengatasi perasaan itu?”

”Menurut S, apa yang akan terjadi jika S selalu melihatkan sesuatu hal itu?”

“Biasanya cara apa yang S lakukan?”

“Ada beberapa cara yang bisa S lakukan jika hal itu muncul lagi, bisa dengan
tidur, marah atau menyibukkan diri, sehingga hal itu bisa sedikit menghilang.”

“Menurut S dari tiga cara yang saya sebutkan mana yang bisa S lakukan?”

“Mari kita diskusikan cara yang lebih baik untuk mengontrol halusinasi S. ada 4
cara untuk mengontrol halusinasi. Yang pertama dengan mengatakan pada diri
sendiri bahwa ini tidak nyata. Yang kedua adalah dengan menemui orang lain
untuk menceritakan masalah halusinasi S. Yang ketiga S bisa melakukan jadwal
kegiatan yang sudah disusun. Dan yang terakhir S bisa meminta orang lain untuk
menyapa jika halusinasi S sedang muncul.”

“Menurut S, cara mana yang bisa kita gunakan?”

“ wah, bagus sekali S sudah bisa memilih cara yang akan S gunakan untuk
mengurangi halusinasi?”

5) Terminasi
a. Evaluasi subjektif:

”Bagaimana perasaan S setelah kita berbincang-bincang, apakah S sudah

lebih memahami?”

b. Evaluasi objektif:
” Coba S sebutkan lagi cara yang bisa kita pakai untuk mengontrol halusinasi?”

”Bagus sekali, ternyata S mampu menyebutkan cara mengontrol halusinasi?”

c. Rencana tindak lanjut:

”Setelah saya tinggal, S bisa latihan untuk mengontrol halusinasi, dan mengulang-
ulang apa yang baru saja kita pelajari.

d. Kontrak yang akan datang:


1) Topik: Bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang lagi mengenai obat
yang harus S minum untuk membantu mengatasi halusinasi yang S alami?”
2) Waktu : “S kapan mau bertemu lagi dengan saya?” Bagaimana kalau nanti jam
setengah 2?”
3) Tempat : ”S mau ngobrol-ngobrol di mana? Bagaimana kalau di sini lagi saja.
Apakah S bersedia?”
2. Halusinasi dengar

Diagnosa keperawatan: Gangguan sensori persepsi: halusinasi dengar.

Tujuan khusus: Klien dapat mengendalikan halusinasinya.

Tindakan keperawatan: (SP1)

a. Mengidentifikasi jenis halusinasi


b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Mengidentifikasi responnya terhadap halusinasi
g. Mengajarkan klien menghardik halusinasi
h. Memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan

Proses Pelaksanaan Tindakan

Orientasi

1) Salam terapeutik: “Selamat pagi S!”


2) Evaluasi/validasi:”Bagaimana perasaan S saat ini? Masih ingat kan sama suster?”
3) Kontrak:
a. Topik : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang halusinasi yang S
alami dan cara mengendalikannya?”
b. Waktu : “Kita akan bercakap-cakap selama 20 menit saja”
c. Tempat: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang ini saja?”
4) Kerja

”Apakah S sering mengalami sesuatu?”

”Apa yang sering S alami? Apakah bapak sering mendengar suara-suara yang aneh?”

“Saya percaya S mendengar suara-suara itu, namun saya tidak bisa mendengarnya?”

”Ada juga klien lain yang sering mengalami hal yang sama seperti S”

”Biasanya apa yang S dengar? ”

”Kapan biasanya suara-suara itu muncul?”

”Seberapa sering suara itu muncul?”

”Kondisi atau situasi apa yang menyebabkan suara-suara itu muncul?”

”Apa yang biasanya S rasakan jika suara-suara itu muncul?”

”Apa yang biasanya S lakukan untuk mengatasi perasaan itu?”

”Menurut S, apa yang akan terjadi jika S selalu mendengarkan suara-suara itu?”

“Biasanya cara apa yang S lakukan?”

“Ada beberapa cara yang bisa S lakukan jika suara itu muncul lagi, bisa dengan tidur,
marah atau menyibukkan diri, sehingga suara itu bisa sedikit menghilang.”

“Menurut S dari tiga cara yang saya sebutkan mana yang bisa S lakukan?”

“Mari kita diskusikan cara yang lebih baik untuk mengontrol halusinasi S. ada 4 cara
untuk mengontrol halusinasi. Yang pertama dengan mengatakan pada diri sendiri
bahwa ini tidak nyata. Yang kedua adalah dengan menemui orang lain untuk
menceritakan masalah halusinasi S. Yang ketiga S bisa melakukan jadwal kegiatan
yang sudah disusun. Dan yang terakhir S bisa meminta orang lain untuk menyapa
jika halusinasi S sedang muncul.”

“Menurut S, cara mana yang bisa kita gunakan?”


“ wah, bagus sekali S sudah bisa memilih cara yang akan S gunakan untuk
mengurangi halusinasi?”

5) Terminasi
1. Evaluasi subjektif: ”Bagaimana perasaan S setelah kita berbincang-bincang,
apakah S sudah lebih memahami?”
2. Evaluasi objektif:

” Coba S sebutkan lagi cara yang bisa kita pakai untuk mengontrol halusinasi?”

”Bagus sekali, ternyata S mampu menyebutkan cara mengontrol halusinasi?”

3. Rencana tindak lanjut:

”Setelah saya tinggal, S bisa latihan untuk mengontrol halusinasi, dan


mengulang-ulang apa yang baru saja kita pelajari.

4. Kontrak yang akan datang:


a. Topik: Bagaimana kalau nanti kita berbincang-bincang lagi mengenai obat
yang harus S minum untuk membantu mengatasi halusinasi yang S alami?”
b. Waktu : “S kapan mau bertemu lagi dengan saya?” Bagaimana kalau nanti
jam setengah 2?”
c. Tempat : ”S mau ngobrol-ngobrol di mana? Bagaimana kalau di sini lagi
saja. Apakah S bersedia?”
3. Harga Diri Rendah

Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tujuan Khusus :

a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
b. Klien dapat menilai kemampuan pasien yang dapat digunakan
c. Klien dapat memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
d. Klien dapat berlatih sesuai dengan kemampuan yang dipilih
e. Klien dapat pujian yang wajar terhadap keberhasilan yang dicapai
f. Klien dapat memasukkan kegiatannya ke dalam jadwal harian pasien

Tindakan Keperawatan
SP1 HDR

1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien


2) Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang dapat digunakan
3) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan
pasien
4) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6) Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan

Orientasi

1) Salam terapetik

”Selamat pagi, Ibu R. Saya suster Amye Hutagalung. Hari ini saya yang akan
menemani ibu.”

2) Evaluasi/validasi

”Apa yang Ibu rasakan sekarang?”

3) Kontrak (topik, waktu, tempat)

”Ibu, hari ini kita akan ngobrol-ngobrol. Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
kegiatan yang ibu sukai?”

4) Kerja

”Bu R, kegiatan apa yang ibu senangi? Apa ibu suka memasak dan merapikan
tanaman? ”Ya, bagus sekali kegiatannya. Selain itu ada lagi tidak? Ayo coba ibu
ingat-ingat lagi.”

”Nah, kegiatan itu bisa dilakukan di sini lho. Nyapu, olahraga, dan nyuci piring
bisa lho.”

”Ayo, kita coba sekarang nyapu ya. Iya, bagus sekali ibu. Ibu bisa
melakukannya dengan baik.”

”Sekarang, kita buat lagi jadwal kegiatan yang baru. Kita masukin ke daftarnya
yuk. Kita buat sama-sama yuk.”
5) Terminasi

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

a) Evaluasi Subjektif

”Bagaimana perasaan Ibu setelah ngobrol-ngobrol tadi?”

b) Evaluasi Objektif

”Bu tadi kita sudah bicara banyak tentang kegiatan yang disukai Ibu.
Bisa Ibu sebutkan lagi?”

2. Rencana lanjut klien

”Nah, Ibu bisa melakukan semua kegiatan ini sesuai dengan jadwal yang
kita susun tadi. Suster akan liat ya.”

3. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)

”Bagaimana kalau nanti kita ketemu lagi seperti ini? Kita latihan
merapikan tanaman ya. Kita akan ketemu lagi jam setengah 2 ya.”

4. Isolasi Sosial

Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial

Tujuan khusus:

Klien dapat bersosialisasi/berinteraksi dengan orang lain yang ada di lingkungannya.

Tindakan keperawatan: (SP 1)

1) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien


2) Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain
3) Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4) Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
5) Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam jadwal kegiatan harian.

Proses Tindakan
Orientasi

1. Salam terapeutik:

“Selamat pagi, X!”

2. Evaluasi/validasi:

”Bagaimana perasaan X saat ini? Masih ingat khan sama suster?”

3. Kontrak:

a. Topik : “Apakah ada keluhan hari ini? Bagus. Bagaimana kalau kita bercakap-
cakap tentang keluarga dan teman-teman X?”

b. Waktu : “Kita akan selama 20 menit saja. Bagaimana apa X setuju? Baiklah.”

c. Tempat: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di bangku taman saja?”

Kerja

“Apa yang X rasakan selama dirawat di sini? Ada tidak yang X kenal di ruangan
ini? Coba sebutkan siapa saja orang-orang yang X kenal di ruangan ini!”

“Apa saja kegiatan yang biasa X lakukan dengan teman-teman yang X kenal?”

“Apa yang menghambat X dalam berteman dengan orang lain, misalnya perawat
atau pasien lain?”

“Menurut X, apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Coba


sekarang kita catat ya. Wah, benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai
klien dapat menyebutkan lebih dari 5 keuntungan).”

“Nah, kalau kerugiannya bila kita tidak memiliki teman apa ya, X? Ya, apa lagi?
(sampai klin dapat menyebutkan beberapa).”

“X bisa lihat sekarang, ternyata kerugian tidak memiliki teman sangat banyak.
Tapi, jika kita punya teman maka keuntungannya akan lebih banyak. Kalau
begitu, apakah X ingin belajar berteman dengan orang lain? Bagus. Bagaimana
kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain? Tn AA setuju,
baiklah.”

“Begini cara berkenalan dengan orang lain : kita sampaikan kalau kita mau
kenalan sambil mengulurkan tangan untuk menjabat, lalu sebutkan dahulu nama
kita, nama panggilan kita, asal daerah/suku kita, dan hobi kita. Contoh :
(sampaikan kalau mau kenalan sambil mengulurkan tangan untuk menjabat)
Nama saya Amye Hutagalung. Saya senang dipanggil Amye. Saya berasal dari
Medan, Sumatera Utara. Hobi saya adalah membaca dan menyanyi. Selanjutnya,
X menanyakan balik kepada teman. Contohnya : Nama Anda siapa? Senang
dipanggil apa? Asal Anda dari daerah mana? Hobi apa yang Anda miliki?”

“Ayo, X. Misalnya X belum kenal dengan saya. Coba berkenalan dengan saya.”

“Iya, bagus sekali. Coba sekali lagi! Bagus.”

“Setelah X kenal dengan orang tersebut, X bisa melanjutkan percakapan tentang


topik yang menyenangkan untuk X bicarakan bersama dengan teman. Misalnya,
tentang cuaca mendung, tentang olahraga, tentang keluarga, pekerjaan, dan lain
sebagainya.”

Terminasi

1. Evaluasi subjektif :

”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan hari ini? Bagaimana kalau
kita masukkan cara ini ke dalam jadwal kegiatan harian X?

Evaluasi objektif :

” Coba X sebutkan lagi tahap-tahap cara berkenalan dan bercakap-cakap dengan


orang lain. Bagus sekali.”

2. Rencana tindak lanjut :

”Setelah saya tinggal, X bisa mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama
saya tidak bersama X ya. Sehingga, X lebih siap untuk berkenalan langsung
dengan orang lain. X mau mempraktekkan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain? Baiklah.”

3. Kontrak yang akan datang :

a. Topik: “Bagaimana kalau pada pertemuan selanjutnya Senin, 08 Februari 2010,


kita berbincang-bincang lagi mengenai latihan/praktek berkenalan dan
bercakap-cakap dengan orang lain.”

b. Waktu : “X kapan mau bertemu lagi dengan saya? Bagaimana kalau nanti jam
11.30 WIB?”

c. Tempat : ”X mau ngobrol-ngobrol di mana? Bagaimana kalau di sini lagi saja.


Apakah X bersedia? Baiklah. Sampai ketemu lagi.”

4. Defisit Perawatan Diri

Diagnosa keperawatan :Defisit perawatan diri

Proses Pelaksanaan Tindakan

Orientasi

1) Salam terapetik : ”Selamat pagi S.”

2) Evaluasi/ validasi: ”Bagaimana perasaan S hari ini?”

3) Kontrak (topik, waktu, tempat): ”Sesuai janji kita kemarin, sekarang kita ketemu lagi.
Kita mau bicara masalah kebersihan diri ya. Mau mengobrol berapa lama? 20 menit?
Mau mengobrol di mana? Di teras? Baiklah.”

Tujuan khusus : Klien mampu melakukan kebersihan diri sendiri secara mandiri.

Tindakan keperawatan : (SP 1)

1) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri


2) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

3) Membantu klien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri

4) Menganjurkan klie memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Kerja

“Berapa kali S mandi dalam sehari? Apakah S sudah mandi hari ini? Menurut S apa
kegunaan mandi? Apa alasan S sehingga tidak bisa merawat diri dengan bersih? Menurut
S, apa manfaatnya kalua kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang
tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya? Gatal, kulit berminyak, mulut bau, kepala
berketombe.. Apa lagi? Kalau kita tidak menjaga kebersihan diri, penyakit apa yang akan
muncul? Betul, kudis, panu, ketombe, dll.. Apa lagi?”

“Apa yang S lakukan untuk merawat rambut? Kapan saja S keramas? Pakai samphoo
tidak? Berapa kali S ikat gigi dalam sehari? Kapan saja waktunya? Di mana biasanya S
BAB dan BAK? Setelahnya disiram tidak? Berapa gayung air untuk memnyiramnya?
Menurut S, kalau mau mandi apa saja yang perlu dipersiapkan?”

“Nah, sekarang kita ke kamar mandi. Kita akan latihan cara menggosok gigi dengan
benar dan bersih hasilnya ya. Sekarang siapkan sikat gigi S. Ambil pasta gigi. Kumur-
kumurlah. Lalu, sikat gigi dengan arah dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Bagus.
Sekarang kumur-kumur lagi sampai bersih ya.. (dst)”

Terminasi

1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan :

a) Evaluasi Subjektif

”Bagaimana perasaan S setelah kita bercakap-cakap dan latihan tentang perawatan diri
tadi?”

b) Evaluasi Objektif
”Coba sebutkan lagi cara-cara mandi yang benar dan bersih seperti yang S sudah
lakukan? Bagus!”

2) Rencana lanjut klien

”Mari kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian S ya.”

3) Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)

”Nanti kita ketemu lagi jam 11.30. Bagaimana? Kita akan mengobrol selama 20 menit
dan membicarakan lagi jadwal kegiatan perawatan diri S ya. Mau mengobrol di mana
nanti? Di sini lagi? Baiklah sampai ketemu nanti ya. Selamat pagi.

5. WAHAM

Diagnosa Keperawatan : Waham

Tujuan Khusus : Membantu Orientasi realita

Tujuan Umum

1. Bina hubungan saling percaya

2. Membantu klien kembali ke realita

3. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

4. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya

5. Membantu klien menyusun kegiatan harian

a. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP1)

Orientasi

a) Salam terapeutik: “Hallo, selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Amye
Hutagalung, panggil saya Amye saja, saya mahasiswa Keperawatan Universitas
Indonesia, saya bertugas disini selama 5 kali pertemuan.

b) Evaluasi/validasi: Bagaimana kabar bapak hari ini? Aduh bapak hari ini tampak
segar sekali? Sudah makan pagi apa belum? Menunya masih ingat apa tadi ?”
c) Kontrak (topik, waktu, tempat): “ Hari ini kita akan bincang-bincang untuk lebih
saling mengenal, waktunya ± 15 menit cukup tidak pak?”. Dimana kita bicara?
Bagaimana kalau sambil duduk di teras?”

Kerja

“Bagaimana perasaan dan keadaan pak hari ini?”

“Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-bincang?”

“ Pak tidak usah kawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya dan perawat-
perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu Bapak”

“Bapak, bisa saya tahu sekarang identitas Bapak, baik alamat, keluarga, hobi atau
mungkin keinginan sekarang?”

“Wah terima kasih Bapak karena sudah mau berkenalan dengan saya dan sekarang
saya akan memberitahu identitas saya, Bapak mau kan mendengarkan?”

“Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman, jadi Bapak
tidak perlu sungkan lagi bila ada masalah bisa diceritakan pada saya, Bapak mau kan
berteman dengan saya?”

Terminasi

“Sementara itu dulu yang kita bicarakan ya Pak?”

“Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa?”

“ Wah, bagus sekali Pak bisa ingat nama saya.”

“Saya sangat senang bisa berkenalan dengan Bapak dan Bapak sudah bisa
mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan dan berteman dengan
saya.”

“Besok kita ketemu lagi ya? Dan bincang-bincang lagi tentang cara mempraktekkan
membina hubungan dengan orang lain dan membicarakan kemampuan yang bapak
miliki , jam 10.30 WIB, tempatnya disini lagi, bagaimana bapa parmin setuju?”
“Baiklah, saya minta pamit dulu, terimakasih, sampai bertemu besok ya?”

6. RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

Diagnosa keperawatan: Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan perilaku


kekerasan.

Tujuan khusus: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

Tindakan Keperawatan

1. Membantu Klien mengidentifikasikan penyebab perilaku kekerasan.

2. Membantu Klien mengidentifikasikan tanda-tanda dan gejala perilaku kekerasan.

3. Membantu Klien mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

5. Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam merespon terhadap


kemarahan

6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol PK secara fisik 1

7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian

Proses Pelaksanaan Tindakan

Orientasi

“ Selamat pagi Pak ! ” ( disertai mengulurkan tangan untuk berjabat tangan).

“ Nama saya Amye Hutagalung, saya biasa dipanggil Amye.“

“ Nama bapak siapa ? “

“ Nama panggilannya siapa pak ? “.

“ Saya ingin berbincang-bincang dengan bapak ...., boleh ? “


“ Bagaimana kalau sambil barbincang-bincang kita duduk di kursi dekat ruang makan itu ?

“ Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan yang sedang bertugas disini, saya akan
merawat bapak dari jam 08.00-14.00

“ Kita akan bersama-sama menyelesaikan masalah yang bapak .... hadapi.”

Kerja

“ Bagaimana perasaan bapak .... hari ini ?”

“ Kalau boleh tahu, apa yang terjadi selama ini sampai bapak ... dibawa kemari ?”

“ Apa yang menyebabkan bapak .... berperilaku seperti itu ?”

Terminasi

“ Baik pak ...., saya rasa sudah cukup percakapan kita kali ini, kalau boleh saya
menyimpulkan perilaku yang bapak lakukan tersebut adalah termasuk perilaku kekerasan
karena bapak sangat kesal pada istri bapak, saya ingin kita ketemu lagi siang ini setelah
makan siang untuk mendiskusikan tanda-tanda yang termasuk perilaku kekerasan dan
perilaku kekerasan apa yang telah bapak lakukan, mungkin tidak akan lama sekitar 15
menit, bapak maukan ?”

“ Sekarang bagaimana perasaan bapak .... ?”

“ Bapak bisa sebutkan lagi penyebab kenapa berperilaku seperti itu ?”

“ Silahkan bapak .... istirahat sambil menunggu makan siang karena saya lihat bapak
kelihatan lelah. “

“ Oh iya, mungkin ada yang ingin bapak .... sampaikan lagi sebelum saya pergi keruang
perawatan untuk menuliskan bahan diskusi kita nanti siang ? “

“ Baik pak .... silahkan bapak istirahat.”

7. RESIKO BUNUH DIRI


Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

Tujuan Khusus : Klien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik

Tujuan Umum

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2. Klien tidak akan melakukan aktivitas yang mencederakan dirinya

3. Klien akan mengidentifikasikan aspek-aspek positif yang ada pada dirinya

4. Klien akan mengimplementasikan dua respons protektif diri yang adaptif

5. Klien akan mengidentifikasi dua sumber dukungan sosial yang bermanfaat

6. Klien akan mampu menguraikan rencana pengobatan dan rasionalnya

Tindakan Keperawatan

1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien

2. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien

3. Melakukan kontrak treatment

4. Mengajarkan cara-cara mengendalikan dorongan bunuh diri

5. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

A. CONTOH STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA

(SP KELUARGA)

• Masalah :Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi (Pendengar)

• Pertemuan :ke 5 (Lima)

PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi :

1) Pasien:

Pasien telah mengetahui beberapa cara untuk melawan halusinasi,pasien berada di ruang
tidur pasien, mengenakan baju rapi sedang duduk tenang.

2) Keluarga:

Keluaga belum belum mengetahui cara merawat pasien saat halusinasinya


muncul,keluaga berada diruangan menunggui anaknya.

2. Diagnosa: Resiko mencederai diri , lingkungan dan orang lain b/d ganguan sensori persepsi
:Halusinasi

3. TUK:

Keluarga dapat terlibat dalam merawat pasien baik di rumah sakit maupun dirumah.

5.1.Keluarga mampu mengidentifikasi maslah keluarga dalam merawat pasien

5.2.menjelaskan proses terjadinya hakusinasi

5.3.menjelaskan cara merawat pasien.

5.4.menyusun jadwal keluarga untuk merawat pasien

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

Pada suat hari tepatnya hari minggu jam 9 pagi dirumah sakit jiwa Lawang terlihat seorng
bapak dan ibu sedang menunngui anaknya yang mengalami gannguan halusinasi di ruang kamar
pasien.

1. Orientasi

a. salam terapeutik

perawat:assalamu’alaikum bapak/ibu

Bapak & ibu: wa’alaikum salam sus…

Perawat: saya perwat dina,saya yang merwat anak bapak dan Ibu
Bapak: iya sus…

b. Evaluasi

Perawat: bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?

Ibu: saya merasa sedih sus melihat anak saya seperti ini.

Perawat: ’’Ibu yang sabar ya,saya akan berusaha membatu untuk kesembuhan anak ibu

Ibu: ya sus,terima kasih

Perawat: Apa pendapat ibu tentang anak Ibu?

Ibu:anak saya masih masih sering menyendiri dan berbicara sendiri tiba-tiba berteriak teriak..

Perawat:Jadi anak ibu halusinasinyabelum terkontrol ya bu?

Ibu:iya sus saya takutdengan kondisi anak kami yang seperti ini.

c. Kontrak

Perawat:Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah apa yang anak bapak dan ibu alami dan
bantuan apa yang bapak dan ibu bisa berikan’’

Ibu: iya sus…

Perwat: kita mau berdiskusi dimana bu?’’

Bagaimamna kalau diruang wawancara’’?

Ibu:iya sus..

Perawat: Berapa lama waktu bapak dan ibu untuk berdiskusi?

Ibu: Bagaimana kalau 15 menit saja sus

Perawat: baiklah ibu…

Mari kita menuju ruang wawancara

Perawat ,bapak dan ibu meninngalkan pasien diruangannya dan menuju ruang wawancara untuk
mendiskusikan tentanghalusinasi dan cara caramerawat pasien halusinasi.
d. Kerja:

Perawat: silahkan duduk bapak dan ibu

Ibu dan bapak: iya sus…

Perawat: apa yang bapak /ibu rasakan menjadi maslah dalam merwat ’’W”?

Bapak: kami masih belum bisa menghadapi anak kami saat berbicara sendiri dan berteriak teriak
sendiri.

Perawat: apa yang ibu / bapak lakukan?

Ibu: kami hanya bisa menyuruhnya diam dan mencoba menenangkan,tetapi anak kami tetap saja
berteriak teriak dan marah marah sendiri

Perawat: ya , gejala yang dialami oleh anak bapak/ibu itu itu dinamakan halusinsi pendengaran
,yaitu mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak ada yang berbicara.”tanda tandanya bicara dan
tertawa sendiri atau marah marah tanpa sebab.jadi kalau anak bapak /ibu mendengar suara-
suara,sebenarnya suara itu tidak ada.

Ibu: ooo….jadi anak kami mengalami mengalami halusinasi pendengaran. Penyebabnya apa ya
sus?

Perawat: Penyebabnya harga diri rendah bu. Anak ibu merasa harga dirinya rendah sehingga anak
ibu menarik diri kemudian timbul halusinasi.

Ibu: Terus bagaimana cara mengatasinya sus?

Perawat:Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/ibu agar bisa mengendalikan
halusinasi.

Bapak: Apa cara-caranya sus?

Perawat : Cara-caranya tersebut antara lain :

Pertama, dihadapan anak bapak/ibu, jangan membantah halusinasi atau mendukungnya.


Katakan saja bapak/ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara, tetapi bapak/ibu
sendiri tidak mendengar suara apa-apa.
Kedua, jangan biarkan anak bapak/ibu melamun dan sendiri, karena kalu melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan
keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sam. Tentang kegiatan, saya telah melatih anak
bapak/ibu untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong bapak/ibu pantau pelaksanaannya.
Yaa……dan berikan pujian jika dia lakukan! Apakah ibu mengerti?

Ibu : Iya sus saya mengerti, saya akan melakukan sesuai saran suster dan memantaunya.

Perawat : Cara yang ketiga yaitu bantu anak bapak/ibu minum obat secara teratur. Jadi bapak/ibu
dapat mengingatkan kembali, ya bak/ibu…………..

Bapak : Iya sus, kami akan selalu mengingatkan anak kami agar selalu minum obat. Karena kami
sangat mengharapkan anak kami cepat sembuh. Kami sangat sedih sekali dengan kondisi anak
kami yang seperti ini. Oh ya sus, obatnya apa saja?

Perawat : Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkaan
suara-suara. Diminum 3x sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Yang putih
namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru
namanya HP gunanya menenangkan cara berfikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obatnya
perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhannya pak/bu, apakah ibu dan bapak sudah
mengerti?

Ibu : Iya sus, kami mengerti.

Perawat : Yang terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak
bapak/ibu dengan cara menepuk punggung anak bapak/ibu.Suruhlah anak bapak/ibu menghardik
suara tersebut. Anak bapak/ibu sudah saya ajarkan cara halusnasi.

e. Terminasi

1). Evaluasi Subyektif

Perawat : “Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berdiskusi memutushalusinasi anak


bapak/ibu

Ibu : Perasaan saya lebih baik dari sebelumnya, dan kekhawatiran saya menjadi berkurang karena
sudah mengetahui cara-cara untuk memutus halusinasi ketika halusinasi anak kami muncul.
2). Evaluasi Obyektif

Perawat : Sekarang coba bapak/ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak bapak/ibu untuk
memutus halusinasi.

Bapak ; Yang pertama, tidak boleh membantah halusinasi atau mendukungnya. Mengatakan
percaya memang anak mendengar suara, tetapi saya sendiri tidak mendengarnya. Kedua, tidak
boleh mendengarkan anak melamun dan sendiri, mengupayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya, dan membuatkan jadwal kegiatan sehari-hari. Ketiga, membantu anak minum obat
secara teratur.

Perawat : Bagus sekali, bapak/ibu telah memahaminya.

f.Rencana tindak lanjut

Perawat : Nah……….bagaimana kalu bapak/ibu lakukan terus selama di RS agar nanti dirumah
sudah lancar.

Ibu : Iya sus, akan kami lakukan terus selama di RS.

1. Kontrak

• Topik

Perawat : “Baiklah, waktu kita sudah habis, bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak bapak/ibu?”

Bapak : Iya sus, kami bersedia.

• Tempat

Perawat : Tempatnya mau dimana pak/bu?

Ibu : Disini saja sus.

• Waktu

Perawat : Mau jam berapa ?

Bapak : Jam 09.00 wib saja, seperti hari ini.

Perawat : Baiklah bapak/ibu sampai jumpa hari selasa.


Ibu : Iya sus, kalau begitu saya permisi dahulu. Assalamu’alaikum…………

Perawat : Wa’alaikumsalam………….

Setelah mengucapkan salam kepada perawat, bapak/ibu dari anak “W” meninggalkan ruang
wawancara. Mereka terlihat lebih tenang. Dan kemudian mereka menuju ruang anak “W”. Untuk
melakukan cara-cara yang telah diajarkan perawat.

“SEKIAN TERIMA KASIH”

STRATEGI PELAKSANAAN pada pasien dengan ISOLASI SOSIAL

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : selasa, 14 desember 2010

Pertemuan : 1

Sp/Dx : 1/ Isolasi Sosial

Ruangan : Saraswati

Nama Klien : Ny M

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data subjektif:

•Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.

•Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya

•Klien merasa orang lain tidak selevel.

Data objektif:
•Klien tampak menyendiri

•Klien terlihat mengurung diri

•Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

3. Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Khusus:

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial

c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan orang lain

d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap

e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain

f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial

g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

4. Tindakan Keperawatan

a.Membina hubungan saling percaya

b.Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

c.Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

d.Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain

e.Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang

f.Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain


dalam kegiatan harian
B. Strategi Pelaksanaan

1. Fase Orentasi

a. Salam Terapeutik

“ Selamat Pagi Bu!” Perkenalkan nama saya zian faizah, biasa di panggil zian, saya mahasiswa
poltekkes depkes jakarta III. Saya praktek disini mulai dari hari ini sampai tanggal 23 Desember
2010 dari jam 08.00-14.00 WIB. Nama ibu siapa? Senang di panggil apa?

b. Validasi

“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ?”

c. Kontrak

- Topik

“ Senang ya bisa berkenalan dengan ibu hari ini, bagaimana kalau kita berbincang-bincang untuk
lebih saling mengenal sekaligus agar ibu dapat mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain?

-Waktu

“ berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15
menit saja?

- Tempat

“ di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di ruangan ini saja kita
berbincang-bincang...”

- Tujuan

“Agar ibu dengan saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan
berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.”

2. Fase kerja

“Ibu”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan ibu siapa? Menurut ibu apa
keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain?
Kalau ibu tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain
yaitu bapak punya banyak teman, saling menolong, saling bercerita, dan tidak selalu sendirian.
Sekarang saya akan mengajarkan ibu berkenalan. Bagus... ibu dapat mempraktekkan apa yang
saya ajarkan tadi.. bagaiman kalau kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain di masukkan
kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

1. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”

2. Evaluasi Objektif

“coba ibu ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain?”

b. Tindak Lanjut

“tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain dan
cara berkenalan yang benar. Saya harap ibu dapat mencobanya bagaimana berinteraksi dengan
orang lain!“

c. Kontrak yang akan datang

- Topik

“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan berbincang-bincang lagi tentang
jadwal yang telah kita buat dan mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain?

-Waktu

“berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau
15 menit saja?”

- Tempat
“ di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok
kita melakukannya di teras depan saja?...

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Rabu, 15 desember 2010

Pertemuan : 2

Sp/Dx : II/ Isolasi Sosial

Ruangan : Saraswati

Nama Klien : Ny M

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data subjektif:

•Klien mengatakan malas berinteraksi

•Klien mengatakan cepat lelah kalau banyak jalan

Data objektif:

•Klien menyendiri di kamar

•Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar

•Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial : Menarik diri

3. Tujuan
a.Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain

b.Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain

4. Tindakan Keperawatan

a.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

b.Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

c.Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan

1. Fase Orentasi

a. Salam Terapeutik

“ Selamat Pagi Bu!” masih ingat dengan saya? Benar ibu! saya suster zian...

b. Validasi

“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin saya ajarkan?”

c. Kontrak

- Topik

“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara berkenalan
dengan satu...”

-Waktu

“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15 menit... bagaimana
menurut ibu?

- Tempat

“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan... apakah ibu setuju?”
- Tujuan

“Agar ibu dengan orang lain dapat saling kenal”

2. Fase kerja

“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada saya bagaimana cara
berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari
kita melakukannya dengan satu orang yang ibu belum kenal!! Bagus... ibu dapat mempraktekkan
dengan baik dan sesuai dengan apa yang saya ajarkan.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan
dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

1. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?

Siapa nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”

2. Evaluasi Objektif

“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 1 orang”

b. Tindak Lanjut

“ibu saat saya tidak ada ibu dapat melakukan hal seperti yang ibu lakukan tadi dengan orang
yang belum ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang pernah ibu ajak kenalan atau bisa ibu
catat di buku saat berkenalan.”

c. Kontrak yang akan datang

- Topik

“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan melakukan interaksi/ berkenalan
dengan orang lain sebanyak 2 orang atau lebih?
-Waktu

“berapa lama ibu punya waktu untuk interaksi dengan orang lain? Bagaimana kalau besok kita
melakukannya selama 15 menit?”

- Tempat

“ di mana ibu bisa melakukannya besok? Ya sudah... bagaimana kalau besok kita melakukannya
di tempat ini lagi?...

selamat siang ibu!!!”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari : Kamis, 16 desember 2010

Pertemuan : 3

Sp/Dx : III/ Isolasi Sosial

Ruangan : Saraswati

Nama Klien : Ny M

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data subjektif:

•Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain

•Klien mengatakan sudah mengajak beberapa untuk berkenalan

Data objektif:

•Klien tampak sudah mau keluar kamar

•Klien dapat melakukan aktivitas di ruangan

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri

3. Tujuan

•Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih

•Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian

4. Tindakan Keperawatan

a. mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien

b. memberikan kesempatan pada klien berkenalan

c. menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Pelaksanaan

1. Fase Orentasi

a. Salam Terapeutik

“ Selamat Pagi Bu!” masih ingat dengan saya? Benar ibu! saya suster zian...

b. Validasi

“ Bagaimana perasaan ibu hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin ibu lakukan?”

c. Kontrak

- Topik

“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini ibu akan melakukan interaksi dengan orang lain
sebanyak 2 orang atau lebih pada orang yang tidak ibu kenal atau orang baru...”

-W aktu

“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15 menit... bagaimana
menurut ibu?
- Tempat

“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras... apakah ibu setuju?”

- Tujuan

“Agar ibu dengan orang lain dapat saling kenal dan mempunyai teman yang banyak”

2. Fase kerja

“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba ibu perlihatkan kepada saya bagaimana cara
berkenalan dengan orang lain? Hebat... ibu dapat melakukannya dengan baik... sekarang, mari
kita melakukannya dengan orang lain yang ibu tidak kenal sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus...
ibu dapat mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang dalam berinteraksi dengan orang
lain.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan
kedalam jadwal kegiatan harian?

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

1. Evaluasi Subyektif

“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?

Siapa-siapa saja nama orang yang ibu ajak berkenalan tadi?”

2. Evaluasi Objektif

“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya sebanyak 3 orang”

b. Tindak Lanjut

“nah.. saat saya tidak ada, ibu dapat melakukannya hal seperti yang ibu lakukan tadi dengan
orang yang baru ibu kenal... kemudian ibu ingat nama yang pernah ibu ajak kenalan atau bisa ibu
catat di buku saat berkenalan.”

c. Kontrak yang akan datang


- Topik

“baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita ulangi apa yang telah kita pelajari dari
kemarin ya bu.. apakah ibu bersedia?

-Waktu

“berapa lama ibu mau melakukannya? Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15
menit?”

- Tempat

“ di mana ibu bisa melakukannya besok? Baiklah kita melakukannya di sini saja....

selamat siang ibu!!!”

Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum

- Suhu tubuh lebih dari 38 °C.

- Nadi cepat, tapi jika terjadi peningkatan tekanan intra kranial nadi menjadi cepat.

- Nafas lebih dari 24 x/menit

b. Pemeriksaan Fisik

- Kepala dan leher : Ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan nistagmus (gerakan bola
mata capat tanpa disengaja, diluar kemauan), pada wajah ptiachiae, lesi purpura, bibir
kering,sianosis serta kaku kuduk.

- Thorak / dada : Bentuk simetris, pernafasan tachipnea, bila koma pernafasan cheyne stokes,
adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung S1-S2.

- Abdomen : Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun.

- Ekstremitas : pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek Bruzinsky dan tanda
Kernig positif, tanda hemiparesis.

- Genetalia : Inkontinensia uria pada stadium lanjut.


c. Pemeriksaan Penunjang

- Pungsi lumbal.

- Kultur darah.

- CT-scan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

2.1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kelelahan, kelemahan dan
penurunan tingkat kesadaran.

2.2 Perubahan perfusi jaringan (otak) berhubungan dengan proses inflamasi adanya
peningkatan tekanan intra kranial.

2.3 Perubahan volume cairan (defisit) berhubungan dengan inadekuatnya intake dan
kehilangan yang abnormal.

2.4 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan anoreksia, kelemahan, mual, muntah.

2.5 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilitas, diaforesis dan defisit
neurologis.

2.6 Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan istirahat yang lama dan infasi
meningeal.

3. PERENCANAAN

3.1

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN III

Tujuan : Tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit dalam darah.


Kriteria Hasil :

1. Keadaan serum dan elektrolit darah dalam batas normal.

2. TTV normal.

3. Kulit lembab, turgor kulit kembali dalam waktu 1 detik.

4. Suhu normal (36,5°C-37,5°C).

Rencana Tindakan :

1. Obsevasi TTV tiap 4 jam.

R/: Perubahan suhu tubuh dan peningkatan nadi merupakan salah satu tanda terjadi dehidrasi

2. Deteksi tanda-tanda dari dehindrasi seperti membran mukosa kering,rasa haus , penurunan
BB, penurunan produksi urine.

R/: Pengawasanan terjadi dehidrasi sangat membantu menentukan output yang abnormal dan
kriteria beratnya dehidrasi.

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN IV

3.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN V

Tujuan : Tidak terjadi kerusakan kulit.

Kriteria Hasil :

1. Perubahan posisi secara teratur.

2. Dapat mengidentifikasi kerusakan kulit.

3. Kulit selalu dalam keadaan kering.

Rencana tindakan :

1. Jaga kulit dalam keadaan bersih dan kering.

R/: Keadaan kulit yang kotor dan basah mempengaruhi sirkulasi yang menyebabkan kematian
jaringan dan terjadi ulkus
2. Ubah posisi tidur pasien setiap 2 jam.

R/: Penekanan yang lama pada kulit akan mempengaruhi sirkulasi yang menyebabkan kematian
jaringan dan terjadi ulkus.

3. Gunakan pakaian tipis dan menyerap panas.

R/: Pakaian yang tipis dan tidak menyerap panas akan membantu.

4. Lakukan masase pada daerah kulit yang terjadi penekanan tiap 4 jam.

R/: Masase pada daerah kulit yang terjadi penekanan akan membantu sirkulasi darah.

3.6 DIAGNOSA KEPERAWATAN VI

Tujuan : Pasien menunjukkan peningkatan rasa nyaman.

A. Pengertian API

Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat
kerja yang dipakai perawat (mahasiswa ) untuk memahami interaksi yang terjadi
antara perawat dan klien.

Analisa proses interaksi merupakan analisa mendalam yang dilakukan perawat


terhadap interaksi yang terjadi antara perawat dengan klien
Analisa proses interpersonal ialah suatu cara mencatat komunikasi terapeutik
antara perawat dan klien. Komponennya adalah tujuan, faktor perkembangan,
interaksi antara perawat dan klien, interpretasi (rasional teknik) pikiran, perasaan,
dan kebutuhan.

B. Tujuan Analisa Proses Interaksi

1. Meningkatkan kemampuan mendengar

2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi

3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji


kemampuan (mahasiswa ) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi
CI/supervisior/pembibimbing untuk memberi arahan
4. Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah
perkembangan dan perubahan pendekatan perawat
5. Membantu perwat merencanakan tindakan keperawatan

C. Pendokumentasian Analisa Proses Interaksi

Komunikasi terapiutik terjadi antara dua individu, perawat dan klien, dan
menggambarkan kepribadian masing-masing individu. Analisis proses
interpersonal

(API) mempertimbangkan bukan hanya pikiran dan perasaan klien, tetapi juga

perasaan dan pikiran perawat ( kesadaran diri perawat ) . tujuan (API) adalah

mendokumentasikan komunikasi dengan klien untuk mengkaji perilaku, pikiran,

perasaan dan kebutuhan klien serta mendokumentasikan kesadaran diri perawat.

Alat ini membantu perawat menentukan tujuan dari interaksi yang berpusat pada

klien. Beberapa dari tujuan proses keperawatan, yang hasil akhirnya adalah klien

yang dapat menyelesaikan masalah, tujuan (API) bersifat jangka pendek,yang di

capai hanya terkait dengan komunikasi spesifik tersebut. Tujuan di nyatakan

dengan istilah yang dapat di ukur, menggunakan kata kerja tindakan masalahnya

Tn.anderson akan menyatakan kekhawatiran tentang tanggung jawab

membesarkan cucunya.
API memiliki awal, pertengahan dan akhir. Tahap awal ( orientasi ) meliputi

pertanyaan terbuka yang di gunakan perawat untuk mendorong klien memilih

topik, dan identifikasi tujuan. Tahap pertengahan (kerja) menggambarkan

penggunaan teknik komunikasi terapiutik fokus untuk memperoleh gambaran

komperehensif tentang situasi dan pikiran, kebutuhan dan hubungan yang terkait.
Tahap akhir meliputi terminasi sementara atau terminasi akhir dalam hubungan

perawat klien .

Halaman Sampul
Beberapa format dapat digunakan untuk mencatat komunikasi terapeutik antara

perawat dan klien .Format berikut membuat komponen komunikasi terapeutik

yang paling penting untuk dicatat.Saat mahasiswa perawat menguasai

keterampilan komunikasi terapeutik, komponen tersebut menjadi daftar periksa

dalam pikiran saat proses interpersonal berlangsung. Pada saat ini, dokumentasi

tertulis dalam format berikut membantu mahasiswa mengembangkan kerangka

kerja dalam melaksanakan intervensi keperawatan vital ini.


Kerangka kerja tertulis API dimulai denagan halaman sampul yang memuat tujuan

interaksi yang berpusat pada klien, ahli teori perkembangan yang perawat pilih

untuk menjelaskan ststus perkembangan klien, serta pengkajian tahap

perkembangan klien.
Interaksi dan Interpretasi
Interaksi antara klien dan perawat di catat sedapat mungkin mendekati verbatim

(kata-kata dalam interaksi tersebut) dan mencakup komunikasi proses


nonverbal. Sesi praktik antara dua mahasiswa perawat 9satu mahasiswa berperan

sebagai perawat dan yang lain berperan sebagai klien) dapat di rekam di vidio

sehingga transkripsi verbatim dapat di tulis. Upaya ini memungkinkan perawat

mengkaji keberhasilannya dalam mendengar aktif, memerhatikan isyarat,

menetapkan tujuan yang berpusat pada klien dan tujuan yang diidentifikasi klien,

menggunakan teknik pertanyaanterfokus secara cermat untuk mengumpulkan data

data yang mendalam dari klien, mengidentifikasi persepsi klien tentang insiden

daari awal sampai akhir, dan mengkaji hubungan antara partisipan, serta memandu

klien dalam menghasilkan solusi. Merekam dividio juga memungkinkan


mahasiswa juga melihat perilaku nonverbal yang membantu dan menghambat

proses komunikasi terapiutik.Perawat menganalisis dan menginterprestasi setiap

interaksi perawat klien. Perawat mengidentifikasi teknik komunikasi terapiutik

khusus yang digunakan, rasional menggunakan teknik tersebut, pikiran dan

perasaan tentang dirinya sendiri dan klien pada waktu tersebut secara tepat, dan

kebutuhannya sendiri selama interaksi, apabila intervensi yang dilakukan tidak

terapeutik, perawat akan mengidentifikasi secara jelas intervensi yang lebih

terapiutik . gambaran tentang interaksi meliputi pesan verbal dan nonverbal

perawat dan klien serta informasi yang relevan tentang lingkungan, seperti suara,

panas, cahaya, keberadaan orang lain, dan posisi setiap orang.

Evaluasi
API diakhiri dengan evaluasi diri perawat.Ada juga alat evaluasi rekan sejawat
yang dapt digunakan untuk mengkaji API mahasiswa lain yang direkam di
video.Kedua alat ini membantu mahasiswa mengidentifikasi area perkembangan
keterampilan komunikasi terapeutik dan area yang membutuhkan lebih banyak
praktik.

D. Fase-Fase Komunikasi

a. Tahap Preinteraksi

Merupakan tahap di mana perawat akan bertemu dengan klien.

· Tugas Perawat pada tahap preinteraksi


1. Mendapatkan informasi ttg klien (dari medical record atau sumber lainnya)

2. Mencari literatur yg berkaitan dengan masalah yang di alami klien

3. Mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri

4. Menganalisa kekuatan dan dan kelemahan profesional diri

5. Membuat rencana pertemuan dengan klien:

- Tipe spesifik data yang akan dicari

- Metode yg tepat untuk wawancara

- Seting ruang/waktu yg tepat

b. Tahap Orientasi

Merupakan tahap di mana perawat pertama kali bertemu dengan klien

· Tugas perawat pada tahap Orientasi

1. Membangun iklim percaya, memahami penerimaan dan komunikasi terbuka

2. Memformulasikan kontrak dengan klien

Tugas perawat dalam tahap ini adalah melakukan kontrak dengan klien.
Komponen Kontrak dg Klien

• Nama perawat atau klien

• Peran yang diharapkan dari perawat dan klien

• Tanggung jawab dari perawat dan klien

• Tujuan

• Kerahasiaan

• Harapan

• Topik

• Waktu dilakukannya interaksi.

c. Tahap Kerja
Merupakan tahap dimana perawat memulai kegiatan

Tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan pada tahap prainteraksi.

d. Tahap Terminasi

Merupakan tahap di mana perawat akan menghentikan interaksinya dg klien


Tahap ini bisa merupakan tahap terminasi sementara maupun akhir.

Tugas perawat pada tahap terminasi

1. Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara kognitif, psikomotor,
maupun afektif

2. Merencanakan tindak lanjut dg klien

3. Melakukan kontrak

4. Mengakhiri terminasi dg cara yang baik

Berikut ini beberapa terapi yang dapat digunakan oleh perawat : Terapi modalitas

1. Terapi Individual

Terapi individual adalah pembentukan hubungan yang terstruktur antara perawat


klien untuk mencapai perubahan pada diri klien.perawat dan klien secara bersama-
sama merumuskan tujuan dan saling menentukan komponen-komponen praktis
dari hubungan terapi, seperti penjadwalan dan pembiayaan.

Dalam fase kerja, klien menjadi lebih terlibat dalam eksplorasi diri. Dalam fase ini
perwat bekerja dengan isi (cerita ) dan proses ataw ( perasaan ) yang di kaitkan
dengan penderitaan pasien.

Fase terminasi terjadi saat klien dan perawat menentukan bahwa penutup dari
suatu hubungan telah tepat.biasanya kedua pihak setuju bahwa masalah yang
mengawali hubungan terapeutik sudah lebih dapat di tangani dari sudut pandang
klien dan bahwa tujuan khusus yang di buat sudah tercapai.klien mulai merasa
dirinya lebih baik dan sering melaporkan peningkatan dalam fungsi diri, sosial,
atau pekerjaan. Tujuan utama terapi , seperti pengurangan distres emosional,
perubahan perilaku yang tidak baik, peningkatan pertumbuhan dan
pekerkembangan klien, serta peningkatan kepuasan hidup, telah terpenuh
2. Terapi milieu (lingkungan sosisal)

Dalam terapi milieu, perawat menggunakan semua aspek lingkungan rumah sakit
dalam sebuah cara terapeutik. Secara spesifik, perawat menciptakan kesempatan
untuk perubahanpertumbumbuhan dan perilaku dengan berfokus pada nilai
terpeutik dari setiap aktivitas dan interaksi. Contoh dari menciptakan sebuah
lingkungan yang membuat klien menerima dukunkungan, pengertian, dan
kesempatan untuk berkembang sebagai pribadi yang bertanggung jawab adalah
pertemuan komunitas, latihan fisik, dan aktifitas kelompok lainnya. Klien terpajan
pada peraturan-peraturan, harapan-harapan unit, tekanan dari rekan sebaya, dan
interaksi sosial. Perawat mendorong komunikasi dan pembuatan keputusan, serta
menyediakan kesempatan untuk meningkatkan harga diri dan mempelajari
keterampilanserta perilaku yang baru. Dengan berpartisipasinya dalam terapi
milieu, dan keterampilan sosia serta emosional yang di butuhkan untuk
berinteraksi dengan orang lain. Tujuan terapi ini adalah memampukan klien untuk
hidup di luar lingkungan institusi, melalui perolehan kemampuan yang penting
untuk kelancaran transisi ke dalam komunitas.

3. Intervensi krisis

Intervensi krisis adalah suatu proses terapi jangka pendek yanf sistematis, yang di
dalamnya perawat bekerja sama dengan klien, keluarga, atau kelompok yang
mengalami situasi sangat berat atu tak tertahankan.krisis pada klien dapat berupa
krisis perkembangan maupun krisis situasional. Krisis tersebut biasanya dapat
mereda sendiri, umumnya berlangsung selama 4 sampai 6 minggu.sebuah krisis
dapat berhasil diatas jika klien kembali ketingkat fungsi yang sama atau lebih
tinggi dari tingkat fungsi sebelum krisis.hasil yang biasa dicapai klien mungkin
berupa peningkatan rasa kompetensi diri, identifikasi kemungkinan untuk tumbu,
atau pengembagan rencana masa depan, yang mungkin memerlukan akses ke
terapi jangka panjang atau jangka pendek atau bahkan hospitalisai.

4. Terapi biologis
Terapi biologis didasarkan pada model medis yang memandang gangguan
emosional dan perilaku sebagai suatu gangguan yang spesifik atau penyakit.
Contoh terapi biologis adalah obat-obatan psikoaktif, intervensi nutrisi, fototerapi,
terapi elektronvulsif, dan psichosurgery
( terapi gangguan jiwa dengan membesah otak) .

5. Terapi kognitf

Terapi kognitif menggunakan beberapa strategi untuk memodifikasi keyakinan


dan sikap yang memengaruhi perasaan dan perilaku klien. Ketika seseorang
mempunyai pandangan negatif terhadap diri sendiri, dunia, dan masa depan
mereka, mereka cenderung mengolah keyakinan yang tidak masuk akal tengtang
kemampuan mereka dan hubungannya dengan orang lain. Untuk mengatasi
masalah klien dari perspektif kognitif, perawat secara aktif dan langsung
membantu klien mempertimbangkan kembali stresor, dan mnengidentifikasi pola
pemikiran dan keyakinan yang tidak akurat. Intervensi dasar meliputi pengajaran
subtitusi/penggantian pikiran, penyelesaian masalah, dan cara memodifikasi
percakapan diri sendiri yang negatif, mulai bermain peran dan mencontohkan
strategi koping.

6. Terapi keluarga

Dalam terapi keluarga, seluruh keluarga disertakan sebagai unit penanganan.


Semua masalah dalam keluarga dipandang dari sebuah sudut pandang yang
mengungkapkan bagaimana masing-masing anggota keluarga berkontribusi
terhadap masalah yang dialami. Dalam bekeja dengan keluarga, perawat melalui
tiga fase hubungan terapeutik. Fase pertama, yanag dinamakan periode
kesepakatan oleh terapis keluarga, ditandai dengan terbentuknya hubungan antara
anggota keluarga dan terapis. Pada titik ini, isi diidentifikasi dan tujuan ditetapkan.
Fase kedua, natau fase kerja, terdiri dari pengubahan pola interaksi, peningkatan
individu, dan penggalian cara-cara baru dalam berprilaku. Anggota keluaarga
diikutsertakan dalam mengklarifikasi batasan, peraturan dan harapan. Pada fase
terminasi, keluarga melihat kembali proses yang dibuat
dalam mencapai tujuan, cara-cara untuk mengatasi isu-isu yang timbul kembali
dan mempertahankan asuhan yang berkesinambungan.
Tujuan utama dari terapi adalah meningkatkan fungsi keluarga. Tehnik yang sering
kali diguakan meliputi perumusan gejala, pembentukan kembali perilaku, dan
pemberian tugas pekerjaan tugas. Dalam merumuskan gejala, komunikasi
paradoks digunakan untuk mengubah peerilaku yang tidak dapat diterima
menghilang ketika perilaku menjadi tindakan yang disengaja. Untuk membentuk
kembali perilaku adalah dengan memberi label kembali perilaku tersebut dengan
cara menekankan aspek-aspek situasi yang positif.

7. Terapi kelompok

Pada metode penanganan ini, seorang perawat spesialis yang menjadi terapis dan
enam sampai delapan orang bertemu secara teratur dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan hubungan interpersonal dan
mengubah pola perilaku yang maladaptif.

Dalam seting kelompok, perawat terapis menyarankan berbagai alternatif caara


untuk mengatasi situasi penuh stres. Klien mempelajari bagaimana mempelajari
bagaimana membuat ekspresi perasaan yang sesuai dan menggali cara-cara untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perubahan pribadi. Dengan pengalaman dalam
kelompok, klien dapat mengembangkan strategi koping yang baru dan
memperkuat keterampilan mereka dalam pemecahan masalah.

Proses kelompok secara khas terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap permulaan,
yaitu periodde orientasi, para anggota diorientasikan pada apa yang diperlukan
dalam terapi. Tahap kedua, yaitu fase kerja, dicirikan dengan beberapa konflik
yang dihubungkan dengan otnomi dan kendali. Terapis membantu klien
mengeksplorasi isu-isu dan berfokus pada kondisi yang ada di sini dan saat ini.
Dukungan di berikan kepada anggota pada saat mereka mberjuang mengatasi
konflik yang terkait dengan keintiman, kerja sama dan produktifitas.pada tahap
ketiga, atau tahap terminasi, kelompok dihubungkan dan dilibatkan dalam
interaksi ini memberikan
umpan balik, dukungan, dan toleransi terhadap perbedaan-perbedaan; interaksi ini
juga menguatkan penyelesaian masalah.
Beberapa tehnik yang digunakan dalam terapi kelompok serupa dengan tehnik
yang digunakan dalam terapi individual, dengan modifikasi berdasarkan pada tipe
klien dan orientasi teoritis yang digunakan dalm terapis.

8. Hipnosis

Hipnosis digunakan untuk menginduksi relaksasi yang mendalam dengan


mengubah kesadaran klien. Hasil induksi hipnotik adalah kondisi trancelike, yang
membuat klien mengungkapkan ingatan, asosiasi mental, konsentrasi mereka
untuk mengungkapkan kejadian-kejadian besar dalam kehidupan dan pengalaman-
pengalaman yang berhubungan dengan tingkat distres mereka saat ini. Hipnosis
dapat dilaksanakan oleh perawat terapis yang telah dididk dalam hipnoterapi
klinis. Tujuan utama hipnosis adalah membuat klien relaks, merumuskan
pandangan yang berbeda mengenai beberapa masalah, mengungkapkan perasaan
dan pikiran yang ditekan, serta memfasilitasi perubahan perilaku.

9. Terapi bermain

Terapi bermain memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan perasaan dan


perhatiannya melalui aktivitas bermain yang merupakan “bahasa di masa kanak-
kanak”. Premis dari terapi bermain ini adalah bahwa anak-anak berkomunikasi
lebih baikmelalui permainan dari pada dengan kemapuan verbal mereka. Dengan
terapi bermain, perawat terapis dapat mengkaji tingkat perkembangan dan status
emosional anak, membuat hipotesa-hipotesa diagnostik, dan menegakkan
intervensi terapeutik. Pada tahun 1947, Dr Virginia Axline menyusun pedoman
mengenai prinsip-prinsip terapi bermain. Ia menganjurkan terapis untuk
mengembangkan hubungan hangat dengan setiap anak dan mengikuti keinginan
anak selama sesi bermain. supaya terapi ini efektif, terapi harus dapat
mereflesikan perasaan-perasaan anak dan percaya pada kemampuan anak untuk
menyelesaikan masalah. Refleksi memberikan umpan balik
kepada anak tentang apa yang sedang terjadi dalam permainan tersebut. Saat
hubungan terjalin, terapis membuat iterpretasi daari perilaku anak. Satu-satunya
keterbatasan yang ada selama terapi bermain adalah bagaimana memelihara rasa
aman, pengamanan, dan realitas pada anak-anak.

10. Terapi perilaku

Terapi perilaku didasarkan pada premis bahwa kaerena perilaku itu dipelajari,
perilaku sehat dapat dipelajari dan menggantikan perilaku yaang tidak sehat.
Perawat terapis bekerja dengan klien untuk mengindentifikasi masalah dan
menentukan tujuan tertentu sebagai fokus dari perawatan. Intervensi didasarkan
pada prinsip-prinsip pengondisian klasik dan pengondisian operan serta mengikuti
format yang tepat.

Ada lima tehnik dasar terpi perilaku. Pada model peran, terapis atau orang lain
mencontohkan perilaku yang diingginkan dan klien mempelajarinya melalui
praktik dan imitasi. Pada pengondisian operan, yang juga disebut penguatan
positif, terapis memberi penghargaan kepada kien karena telah membuat
perubahan perilaku menjadi positif. Modifikasi perilaku terjadi ketika klien
mencapai tujuan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya; perilaku ini secara
sistimatis telah dikuatkan oleh umpan balik positif atau penghargaan yang
diterima. Pada desensitisasi sistematis, klien yang menderita akibat fobia
diperkenalkan secara berulang-ulang kepada stimulus yang menimbulkan fobia
pada saat klien berada dalam kondisi rileks. Pada terapi pengendalian diri, klien
dilatih oleh terapis untuk belajar bagaimana mengubah kata-kata negatif dan
membimbing mereka sampai memperoleh pengendalian atas tindakan mereka.
Tehnik yang terakhir terapi aversi ( menghindari ) atau terapi refleks terkondisi,
didasarkan pada prinsif penguatan negatif. Perilaku abnormal yang dipilih
disandingkan dengan pengalaman yang tidak nyaman, dan klien segera belajar
untuk tidak mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi negatif akibat
perilaku tersebut.

11. Terapi Singkat


Terapi singkat ( psikoterapi dinamis jangja pendek) dikrmbangkan dari penelitian
Drs. Frans Alexander dan Thomas Freench, yang menangani penyakit
psikosomatik dengan membantu klien mengatasi masalah psikologis yang
merangsang efek fisiologis.Terapi ini juga menekankan pada perawatan klien
dalam waktu sesingkat mungkin biasanya dalam 15 sesi atau kurang.

12. Terapi Bermain

Terapi bermain memungkinkan anak-anak untuk mengekspresikan perasaan dan


perhatiannya melalui aktivitas bermain yang merupakan ‘ bahasa dimas kanak-
kanak’.Premis dari terapi bermain ini adalah bahwa anak-anak berkomunikasi
lebih baik melalui permainan daripada dengan kemampuan verbal meraka.

13. Terapi pikiran-jasmani-rohani

Terapi pikiran-jasmani-rohani disebut juga terapi alternatif atau terapi pelenkap


adalah kombinasi berbagai pengobatan tradisional barat dan timur. Sering kali
klien dibimbing untuk menjalani terapi pikiran-jasmani-rohani sebagai tambahan
dari perawatan tradisional atau jika terapi konvensional tampak tidak efektif.
Sebuah perspektif utama dari timur adalah bahwa kita semua adalah “satu dengan
alam” dan bahwa masing-masing orang mempunyai energi kehidupan yang
disebut qi atau ch’i, yang harus dihargai dan dipelihara untuk meni ngkatkan
keharmonisan dan kesejahteraan internal. Dua bagian energi kehidupan yang
dikenal sebagai “yin” dan “yang” merepresentasikan kesinambungan antara
energi-energi yang berlawanan (positif dan negatif) di dunia.

E. Variabel Analisa Proses Interaksi Variabel dari analisa proses interaksi (API) adalah :

- Komunikasi verbal

Komunikasi adalah proses yang digunakan individu untuk bertukar informasi.


Pesan-pesan secara simultan dikirim dan diterima dengan dua cara : secara verbal
melalui penggunaan kata-kata, dan secara nonverbal, melalui perilaku yang
menyertai ucapan ( Balzer-Riley,1996).
Komunikasi verbal terdiri dari kata-kata yang digunakan individu untuk berbicara
kepada satu atau pendengar atau lebih.Kata-kata merupakan symbol yang
digunakn untuk mengidentifikasi obyek dan konsep yang didiskusikan.

Keterampilan komunikasi verbal :

· Menggunakan pesan kongkret

· Komunikasi terapeuyik

· Menginterpretasi sinyal atau isyarat

-Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal adalah perilaku yang menyertai isi verbal, seperti gerak
tubuh, ekspresi wajah dan mata, nada suara, kecepatan dan keenggenan bicara,
suara mendengur dan suara merintih, serta jarak dari pendengar.Komunikasi
nonverbal dapat menunjukkan pikiran, perasaan, kebutuhan, dan nilai pembicara,
yang kebanyakan ditunjukan secara tidak sadar.

Keterampilan komunikasi nonverbal :

· Menginterpretasi ekspresi wajah

· Menginterpretasi bahasa tubuh

· Menginterpretasi isyarat vokal

· Menginterpretasi kontak mata

-Analisis berpusat pada klien

Perawat tidak memilih topic yang akan didiskusikan, klien yang mengidentifikasi
masalah yang ingin dibicarakannya.Perawat menggunakan keterampilan
mendengar aktif untuk mengidentifikasi topic masalah.Penyelidikan yang cermat
dengan menggunakan banyak pertanyaan yang difokuskan dengan baik membantu
perawat memahami pengalaman klien.Tujuan diidentifikasi olrh klien dan
pengumpulan informasi tentang topic ini difokuskan pada klien.Perawat berperan
sebagai pemandu dalam percakapan ini.Komunikasi terapeutik berpusat pada
upaya mencapai tujuan selama batas waktu percakapan.
- Analisa berpusat pada perawat

Banyak situasi terapeutik memerlukan penyelesian maslah.Perawat tidak


diharapkan menjadi seorang ahli ataumengatakan kepada klien hal ynag perlu
dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya.Sering kali, hanya dengan membantu
klien mendiskusikan dan mengeksplorasi persepsinya terhadap masalahnya akan
menstimulasi ditemukannya solusi yang potensial dalam pikiran klien.Perawat
harus memperkenalkan konsep penyelesaikan masalah dan menyiapkan diri dalam
proses ini.Perawat yang memandu klien untuk menyelesaikan masalahnya dengan
mengembangkan strategi koping yang baru, mempertahankan atau meningkatkan
harga diri klien, dan menunjukkan kenyakinan bahwa klien mampu
berubah.Tujuan ini mendorong klien untuk mengembangkan daftar
keterampilannya dan merasa kompoten, dan perasaan efektif serta memiliki
kendali adalah keadaan nyaman untuk setiap klien.
ANALISA PROSES INTERAKSI

Hari/Tangg
Nama : Tn. K al : Senin, 21 April 2010
Usia : 21 Tahun Waktu : 11.20 – 11.30 wita.
Interaksi : Ke I (Fase Perkenalan) Tujuan : Setelah intervensi keperawatan
: Tenang, posisi duduk berdampingan di kursi/meja makan
Lingkungan pasien K dan P dapat membina
hubungan
Ruang Perawatan Srikaya saling percaya.
Deskripsi : Penampilan klien terlihat cukup rapi, rambut bersih disisir dan wajah bersih,
sudah mandi.

Analisa
Komunikasi Non
Berfokus Analisa Berfokus
Komunikasi Verbal Verbal Rasional
pada Klien pada Perawat
:memper
Selamat siang Pak ! Oh... namanya Kaharuddin, biasanya hatikan
dipanggil apa? Tersenyum, berdiri sejenak
P namun
disamping K.
kelihata
: Menatap ke arah P sambil
Nama saya Kaharuddin, tapi saya biasanya tersenyum. n masih
Kahar. Tetap tersenyum ragu

Selamat siang ! : Tersenyum.

Sambil duduk disamping


Klien
dan setelah itu,
mengulurkan
Saya perawat ………., Saya mahasiswa S1
Keperawatan ……. yang sementara tangan untuk bersalaman
praktek di sini dengan K.
: Mau bersalaman
tersenyum
selama 2 minggu. Kalau bapak siapa dan menatap ke arah P.
namanya ?

Sikap terbuka,
tetap
tersenyum.
Nama Saya Kaharuddin
n hubungan saling
Merasa ragu apakah K mau menerima Pada awal percaya.
kehadiran P. interaksi harus
didahului atau
Merasa lega karena K mau merespon dimulai dengan Untuk menimbulkan
stimulus yang disampaikan oleh P dan K membina kepercayaan bagi klien
Merasa senang karena K mau menjawab mau menyebut namanya. hubungan saling
salam. percaya.

Berharap dapat melanjutkan


pembicaraan Perkenalan
diharapkan Mengulangi apa yang diucapkan
dapat untuk memvalidasi atau
meningkatka menegaskan kembali.
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Analisa Berfokus Analisa Berfokus Rasional
S pada Perawat
Kahar, kalau tidak keberatan bisakah kita Berpikir apakah K Informing :
cerita- Tetap tersenyum, Klien mau mau memberikan
menuruti apa melanjutkan informasi tentang
cerita sebentar sekitar 10 menit. memperhatikan K, dengan yang interaksi, waktu
diminta berfikir untuk dan tujuan P
sikap terbuka. perawat. interaksi mengadakan
Ia Pak Mantri selanjutnya. interkasi dengan K.
Mau
: Menatap ke arah P . mendengar
dengan serius
Maunya Kahar kita ceritanya dimana ? dan
Tetap tersenyum, dan tetap memperhatikan.
Di meja makan saja pak Mantri. mempertahankan kontak
mata.
Jadi hari ini kita akan membicarakan apa Mengerti apa Berharap K mulai Kontrak diperlukan
yang yang mau untuk
dirasakan oleh Kahar. : Ekspresi tersenyum pada dimaksud oleh berinteraksi dengan interaksi selanjutnya.
perawat, kadang perawat.
Perawat.
Kahar, saya praktek di sini setiap hari selamamenundukkan kepala.
2
minggu dari jam 08.00 – 14.00. Saya
akan
bersama-sama dengan Kahar. Nanti kita
akan Menggunakan nada suara
sama-sama membahas masalah yang
Kahar sedang tapi jelas.
rasakan. Mudah-mudahan saya dapat
membantu Berharap K mau
mengatasi masalahnya, Untuk itu saya Kalimat terbuka
sangat memberi
berharap Kahar mau menceritakan kesempatan pada K
masalah dan terbuka dan untuk
apa yang dirasakan atau dipikirkan sekarang
ini, menceritakan mengungkapkan
biar saya tahu. Saya akan menjaga
kerahasiaannya. masalahnya. perasaannya.
Apakah Kahar setuju ?

Ia pak Mantri

Kahar, bagaimana perasaannya hari ini,


apakah semalam tidurnya nyenyak atau tidak
?

Merasa baik-baik saja.


Bisakah Kahar cerita, mulanya kenapa
sampai
kahar dibawah ke rumah sakit ?
Berharap K mau
Tidak merasa
keberatan menjawab
Saya memukul orang. dengan pertanyaan
P.
permintaan P
Analisa
Komunikasi Non
Berfokus Analisa Berfokus
Komunikasi Verbal Verbal Rasional
pada Klien pada Perawat
Baiklah mungkin Kahar mau istirahat dan Merasa senang
makan, Tetap mempertahankan karena Pertantaan terbuka
pertemuan kita cukup dulu. Nanti besok kontak mata dan K setuju untuk
kita tersenyum. kontrak memberi kesempatan
lanjutkan pembicaraan kita sekitar jam 10.00 petemuan
pagi, berikutnya.. pada klien untuk
tentang mengapa sampai Kahar memukul
Tampa
orang ? Nampak tersenyum dan mengungkapkan
k K tidak Tidak memaksakan
Bagaimana apakah Kahar setuju ? menatap ke arah P diri perasaannya.
keberatan
untuk bertanya
dengan
kontrak watu tentang
Menunjukkan
yang
Ia Pak Mantri masalah K dan perhatian
ditawarkan.
mengalihkan adalah awal yang baik
Bagus sekali, sudah mau berceritera untuk membina
Berdiri di samping K
dengan Pak pembicaraan. hubunga
sambil
mantri, Selamat siang ..! mengulur tangan dan n saling percaya,
Merasa yakin
salaman
bahwa
dengan K sebagai tanda
Terima kasih Pak Mantri. Selamat siang ..! perpisahan. mengakhiri
pembicaraan
adalah Kontrak penting untuk
tepat agar klien
bisa melakukan interaksi
Membalas jabat tangan.
istirahat. selanjutnya.
ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama : Nn.”HN” Hari/Tanggal: 27 mei 2003.


Usia : 28 Th Waktu : 09.00 -09.15 wita
Interaksi : Ke III (Fase Kerja) Tujuan : Setelah Intervensi Keperawatan
Lingkungan : Posisi berdiri berdampingan di samping K dapat mengenal halusinasinya.
tempat tidur.
: Penampilan K nampak tidak rapi, rabut tidak disisir, menggunakan celana
Deskripsi jeans,
memakai baju kaos dan memakai sandal.

Analisa
Berfokus Analisa Berfokus
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Rasional
pada Klien pada Perawat
Mungkin
Selamat pagi “Hn” Menghampiri K, tersenyum, bertanya Penuh percaya diri Salam merupakan
dan senang
duduk berdampingan K dalam hati, bertemu langkah awal untuk
maksud dengan K. membina interaksi.
kedatanagn
Selamat pagi perawat.
Pak : Melihat ke arah P, sambil
tersenyum.
Kontak mata, bicara santai Berusaha
Apakah “Hn” masih ingat janji kita waktu tapi mengetahui Pertanyaan terbuka
keadaan hari ini ,
pertemuan kemarin ? jelas. dan memberi kesempatan K
kebutuhan yang untuk menentukan arah
: Menunduk dan menatap ke
arah harus segera permbicaraan.
P. dipenuhi saat ini.
K berfikir bahwa
ia tidak
mengalami
: Kontak mata kurang.
perubahan.
Bagaimana perasaannya hari ini bu, apa Tenang, rileks,
semalam mempertahankan Bersikap persuasif Informing, menjelaskan
tidurnya enak, apa sudah makan ? Masih
ingat kontak mata. agar klien dapat kontak untuk
nama saya tidak ? .......Nama saya Mathius. bekerja sama memudahkan intervensi
menjalankan
: Melamun dan menunduk. kontrak selanjutnya.
sebelumnya
Ehm ......., Mathius

Bagus ...!, Betul sekali.


Analisa
Berfokus Analisa Berfokus
Komunikasi Non Verbal Rasional
Komunikasi Verbal pada Klien pada Perawat
: Bagaimana dengan suara-suara yang Kontak mata, bicara santai
sering Ibu tapi Bersikap persuasif Inorming menjelaskan
dengar ? Apakah ibu masih
mendengarnya ? jelas. agar klien dapat kontak untuk
memudahkan
bekerja sama intervensi
menjalankan
: Ya. kontrak selanjutnya.
: Tersenyum dan sebelumnya.
memandang ke
Membayangkan
arah P. ketika suara-
suara
itu muncul
: Kapan biasanya suara-suara itu muncul. Menatap ke arah K
Menatap ke arah P
: saat lagi sendiri.

: Apa yang dibilang ? : Bicara santai tapi jelas. Memberikan Memberikan dorongan
Baik bu, bolehkan kita
cerita-cerita lagi sebentar
jam 13.30 di sini untuk
membicarakan masalah
: Menyuruh pulang. yang Hn rasakan. :Tampak berpikir sambil menunduk.

Ia pak,boleh

Terima kasih bu telah Kontak mata tetap, nada bersahabat tidak menuduh atau
: Pak mantri percaya apa yang didengar cerita-cerita dengan saya. menghakimi.
oleh Hn, Selamat siang Hn.
: Tersenyum
tapi pak mantri sendiri tidak dengar.
Ada juga teman lain di sini yang sama Nada suara bicara santai dan bersahabat, tetap tersenyum dan
seperti ibu, juga sering mendengar mempertahankan kontak mata.
suara-suara. : Tersenyum dan menunduk.

: Ia pak

:Apa yang dirasakan ibu bila


mendengar suara-suara itu ?

:
Mengidentifikasi kegiatan
Mengingat-nginat
dan penguatan atau hal-hal yang
penguatan dengan terhadapapa yang dilakukan
harapan K terus
jika mendengar dilakukan K ketika terjadi
mau pernyataan klien.
suara-suara.
cerita.
halusinasi.

Analisa
Komunikasi Non
Berfokus Analisa Berfokus
Komunikasi Verbal Verbal Rasional
pada Klien pada Perawat

K: Iya Pak, sekarang sih, sua Menunduk, Tidak mau


menatap P

: Tetap menunduk
nada suara sedang
K: Ka G………………… Sikap tapi jelas
terbuka
, tetap
Ka G, bagaimana terseny
perasaan Ka G hari ini? um.

Ka G, saya disini selama 6 hari mulai hari


senin sampai sabtu dari jam 8.00 samapi
jam 13.00. Saya perawat akan bersama- Tetap
sama Ka G, tujuannya adalah kita akan tersenyum, Tetap
sama-sama membahas masalah yang Ka G memperhatik tersenyum,
rasakan, mudah-mudahan saya dapat an K, dengan tetap
membantu memecahkan masalahn7ya, sikap mempertahank
Untuk itu saya berharap Ka G mau terbuka. an kontak
menceritakan apa yang ada dalam fikiran mata.
dan perasaan Ka G biar saya lebih tahu, A. panda
Saya akan menjaga kerahasiaannya. Apa ngan tetap D. Ekspresi
Ka G setuju ? menunduk, wajah nampak
ekspresi datar.
Tidak ada jawaban. wajah datar. Menggunakan
f) mulai menjawab. Merasa lega
karena K mau
Mulai berfikir – merespon
fikir tentang tujuan stimulus yang
disampaikan Informing :
perawat oleh memberikan
mendekatinya informasi tentang
P waktu dan tujuan
perawat
Berpikir mengadakan
apakah K mau interkasi dengan K.
melanjutkan
interaksi,
berfikir untuk Berharap K mulai
interaksi mau berinteraksi d
selanjutnya.
Kalimat terbuka memberi kesempatan pada
K untuk mengungkapkan …..
ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama : Tn.”DM” Hari/Tanggal : Jumat, 6 Juni 2003”


Usia : 34 Th Waktu : 10.00– 10.15 wita
Interaksi : Ke III (Fase Kerja) Tujuan : Setelah Intervensi Keperawatan
Lingkungan : Posisi Duduk berdampingan di samping K dapat mengenal tentang pentingnya
tempat tidur. kebersihan diri.
: Penampilan K nampak tidak rapi, rabut tidak disisir, menggunakan celana pendek, memakai baju
Deskripsi kaos.
Analisa
Analisa Berfokus
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Berfokus pada Rasional
pada Perawat
Klien
: Menghampiri K,
Selamat pagi Mas tersenyum, Mungkin Merasa ragu, Salam merupakan
berdiri di sampng tempat bertanya dalam apakah pasien langkah awal untuk
tidur K hati, maksud mau menerima membina interaksi.
kedatanagn kehadiran P.
: Melihat ke arah P, sambil perawat.
Selamat Pak
tersenyum, kemudian
pandangan ke tempat lain.

: Kontak mata, bicara santai


Perasaan masih
Bagaimana perasaannya hari ini ? Masih tapi jelas. Pertanyaan terbuka
ingat nama saya tidak ? ragu apakah K memberi kesempatan
dapat menerima K untuk menentukan
: Menunduk dan meludah. K berfikir
bahwa kehadiran P. arah permbicaraan.
ia tidak
mengalami
perubahan.
Informing,
: Tetap tersenyum dan Berusaha menjelaskan
Boleh saya duduk di sini dan cerita-cerita
mempertahankan kontak mengetahui kontak untuk
dengan ibu ± 10 menit
mata. keadaan hari ini , memudahkan
dan kebutuhan intervensi selanjutnya.
: Kontak mata kurang, terus yang harus segera
Tidak apa-apa meludah. dipenuhi saat ini.
: Tenang, rileks,
Masih ingat sama saya Mas “DM” mempertahankan kontak
mata.
: Melamun dan menunduk.
Masa lupa, kemarin kan kita sudah kenalan
dan janji mau ketemu, nama saya Mathius.

Bagaimana tidurnya semalam ?


Tidur !

Analisa
Berfokus Analisa Berfokus
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Rasional
pada Klien pada Perawat
: Bagaimana Mas “DM” perasaannya pagi Kontak mata, bicara santai
ini, tapi Bersikap persuasif Informing menjelaskan
kelihatannya ibu nampak lesuh, Apa ibu
sudah jelas. agar klien dapat kontak untuk
mandi ? bekerja sama memudahkan intervensi
menjalankan
kontrak selanjutnya.
: Belum....., nanti h saja. : Memandang ke arah P sebelumnya.
kemudian pandangan ke
tempat
lain.
: Bagusnya Mas “DM” mandi supaya
badannya Menatap ke arah K Memberikan Memberikan dorongan
terasa segar. penguatan dengan dan penguatan terhadap
harapan K terus
mau pernyataan klien.
cerita.
: Ia nanti......! : Menunduk dan meludah.
: Baik Mas “DM”, terima kasih sudah mau
cerita : Bicara santai tapi jelas.
dengan saya. Boleh saya kembali sebentar
siang
untuk cerita-cerita lagi ? : Tampak berpikir sambil
menunduk.
: Terima - kasih
Kontak mata tetap, nada
bersahabat tidak menuduh
atau
menghakimi.

: Tersenyum dan menunduk.


Komunikasi Verbal Komunikasi Non Analisa Rasional
Verbal Berfokus Analisa Berfokus
pada Klien pada Perawat
K: Iya Pa Mantri, sekarang sih, sua Menunduk, Tidak mau
menatap P
Merasa lega karena
K: Ka G………………… : Tetap menunduk K mulai K
Sikap terbuka, tetap mau merespon
menjawab. stimulus
tersenyum. yang disampaikan
oleh
P
Berpikir apakah K Informing :
Ka G, saya disini selama 6 hari mulai hari
Tetap tersenyum, mau memberikan
senin melanjutkan informasi tentang
sampai sabtu dari jam 8.00 samapi jam
memperhatikan K, dengan interaksi, waktu
13.00. berfikir untuk
sikap terbuka. interaksi dan tujuan perawat
Saya perawat akan bersama-sama Ka G, : pandangan tetap
tujuannya menunduk, selanjutnya. mengadakan interkasi
adalah kita akan sama-sama membahas
masalah ekspresi wajah datar. dengan K.
yang Ka G rasakan, mudah-mudahan saya
dapat
membantu memecahkan masalahn7ya,
Untuk itu
saya berharap Ka G mau menceritakan apa
yang
ada dalam fikiran dan perasaan Ka G biar
saya
lebih tahu, Saya akan menjaga kerahasiaannya.
Apa Ka G setuju ?

Tidak ada jawaban.

Tetap tersenyum, tetap


mempertahankan kontak
mata. Mulai berfikir –

Ka G, bagaimana perasaan Ka G hari ini? : Ekspresi wajah nampak fikir tentang tujuan
datar. perawat
Menggunakan nada suara mendekatinya
sedang tapi jelas
Berharap K mulai mau
berinteraksi d
Kalimat terbuka memberi
kesempatan pada K untuk

mengungkapkan …..
ANALISA PROSES INTERAKSI

Nama : Tn “DM” Hari/Tanggal : Jum’at, 13 Juni 2003


Usia : 34 Th Waktu : 13.00 – 13.10 wita
Interaksi : Fase Terminasi Tujuan : Setelah Intervensi
Keperawatan
Lingkungan : Posisi Duduk berdampingan di samping K dapat menerima perpisahan
tempat tidur. secara wajar.
Deskripsi : Penampilan K nampak rapi, rabut disisir, menggunakan celana jeans,
memakai baju kaos dan memakai sendal.

Analisa Analisa
Berfokus
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Berfokus pada Rasional
pada Perawat
Klien
: Menghampiri K,
Selamat siang Mas “DM” tersenyum, Merasa ragu,
berdiri di samping tempat apakah K mau
tidur K menerima
perpisahan ini.
: Melihat ke arah P, sambil
Selamat siang.
tersenyum.
Pada akhir interaksi
Bagaimana perasaannya hari ini bu ?
: Kontak mata, bicara santai
Apakah tapi jelas. harus dilakukan
sudah makan bu ? terminasi.
: Menganggukkan kepala.
Sudah. Perasaan masih Perawat dengan Klien,
ragu apakah K menerima perpisahan
: Tetap tersenyum dan
Boleh saya duduk di
dapat menerima
sini dan cerita-cerita dengan wajar.
mempertahankan kontak
dengan ibu ± 10 menit perpisahan.
mata.
Duduk paK. : Menatap ke arah P sambil
tersenyum.
Merasa lega
Oh iya Mas “DM”, apakah ibu masih ingat: Tenang, rileks, karena K mau
tujuan kita bertemu, dimana waktu
Memikirkan
itu kita mempertahankan kontak merespon stimulus
sama-sama cerita untuk membantu topik
masalah mata. yang disampaikan
menuru
yang ibu rasakan, Bagaimana t ibu apa lagi yang P.
harus
ditanyakan
apa merasa ada baikan/enak ? Saya melihat
Mas “DM” sekarang, sudah banyak ke P
berubah
karena sudah mau cerita dengan orang
lain
dan sekarang sudah nampak segar dan Merasakan
rapih. adanya
perubahan
dalam
: Menatap P dan tersenyum
dirinya.
Ia pak
Analisa
Analisa Berfokus
Komunikasi Verbal Komunikasi Non Verbal Berfokus pada
pada Perawat
Klien
Senang karena K
Oh ya, agar perasaan mau mengamuk dan : Tersenyum, dan dapat menangkap
marah – marah Mas “DM” dapat mempertahanka
melakukan n kontak apa yang
misalnya jangan suka melamun, cari mata. disampaikan oleh
kesibukan di rumah, dll. P.

Ia pak, nanti ku coba.


: Melihat ke arah P, sambil
Berusaha untuk
tersenyum.
melaksanakan
apa yang
Bagus bu, selain itu yang perlu ibu lakukan dianjurkan P
di : Berbicara dengan suara Merasa lega
rumah adalah ibu harus cerita-cerita
dengan lembut tapi jelas dan karena K mau
mempertahanka
orang di rumah, dan jangan lupa minum obat n kontak merespon stimulus
secara teratur dan ingat kembali kontrol Merasa bahwa
ke mata. yang disanmpaikan
ada yang akan
dokter di Polik. P.
membantu.
Ia pak. : Wajah nampak ceria.

Nah, kalau begitu pertemuan ini, kita : Tetap tersenyum dan


mempertahanka
cukupkan sampai di sini dulu, mudah- n kontak
mudahan semua yang sudah kita bicarakan
dapat bermanfaat bagi ibu. Selamat siang mata.
bu.

Terima kasih pak, selamat siang. : Menatap ke arah P dan


tersenyum.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat
kerja yang dipakai perawat (mahasiswa ) untuk memahami interaksi yang terjadi
antara perawat dan klien.

Tujuan Analisa Proses InteraksiMeningkatkan kemampuan mendengar

a) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi

b) Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan


( mahasiswa ) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI/supervisior/pembibimbing
untuk memberi arahan

c) Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta


mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan perawat

d) Membantu perwat merencanakan tindakan


keperawataN Pendokumentasian Analisa Proses Interaksi

a) Halaman sampul

b) Interaksi dan interpretasi

c) Evaluasi
Fase-Fase Komunikasi

a) Tahap preinteraksi

b) Tahap orientasi

c) Tahap kerja

d) Tahap terminasi

Variabel dari analisa proses interaksi (API) adalah :

a) Komunikasi verbal

b) Komunikasi Non Verbal

c) Analisis berpusat pada klien

d) Analisa berpusat pada perawat


B. Saran

Perlunya komunikasi terapeutik sebagai dasar yang digunakan untuk membentuk


hubungan antara perawat dan klien.Komunikasi ini adalah modalitas utama pada
keperawatn psikiatrik.Diharapkan bagi perawat dalam melakukan tindakan untuk
memahami interaksi antara perawat dank lien serta mampu mendokumentasikan setiap
tindakan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Copel Linda Carmen.2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri.Pedoman Klinis Perawat Edisi 2.EGC :

Jakarta.

Isaacs Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, Edisi 3. EGC : Jakarta.

Sulistiwati dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Videbeck L. Sheila. 20 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai