Anda di halaman 1dari 3

SISTEM INFORMASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS KOMPUTER DAN MANFAATNYA

Abstrak Artikel ini menjelaskan tentang sistem informasi keperawatan yang berfokus pada dokumentasi
asuhan keperawatan berbasis komputer dan manfaatnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan
meningkatkan mutu layanan keperawatan. Sebagaimana yang diungkapkan Graves dan Corcoran (1989),
Informatika keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer dan informasi ilmu keperawatan. Kombinasi
ini membantu dalam manajemen pemrosesan data keperawatan, informasi dan pengetahuan dalam
mendukung praktik keperawatan dan pemberian perawatan. A. LATAR BELAKANG Pelayanan
keperawatan adalah salah satu p elayanan kesehatan yang memiliki peranan sangat penting pada suatu
rumah sakit. Perubahan dalam masyarakat menimbulkan tuntutan baru untuk keperawatan. Teknologi
dan penemuan ilmiah baru mengharuskan perawat untuk secara terus menerus memperbaharui
pengetahuan dan keterampilan mereka.(blais et al, 2002). Agar pelayanan keperawatan memiliki
kualitas mutu yang baik, seorang perawat dituntut untuk mampu memberikan a suhan keperawatan
secara efisien dan efektif dan dapat diakses dalam suatu rentang lingkungan kh ususnya rumah sakit.
Standar asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien terdiri dari pengkajian, penegakan diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi setelah itu dilakukan pendokumentasian . Saat
ini sebagian besar rumah sakit masih melakukan pendokumentasian asuhan kepe rawatan secara
manual, dimana dalam pelaksanaannya se ring diabaikan oleh perawat karena hal ini menambah beban
kerja perawat yang sudah banyak dan menghabiskan waktu yang banyak untuk penulisan.
Pendokumentasian Keperawatan adalah hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan
keperawatan. (Kozier,E. 1990). Pendokumentasi juga merupakan bukti akontabilitas terhadap asuhan
keperawatan yang telah diberikan perawat kepada pasien, sehingga tindakan tersebut dapat
dipertanggung jawabkan dan merupakan bukti praktik keperawatan profesional. (Hariyati, RT, 1999).
Peningkatan kualitas sistem informasi keperawatan merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan. Sejak pengenalan sistem informasi keperawatan akut pada tahun 1965,
perpaduan informatika konsumen dan sistem informasi yang berpusat pada pasien (staggers,
Thompson, dan Snyder- Halpern, 2001). Saat ini sistem informasi keperawatan dijadikan standar dalam
sistem informasi perawatan kesehatan terintegrasi yang lebih luas dan menyediakan alat – alat yang
efektif dan efisien untuk mendukung asuhan keperawatan. (Blais et all , 2002). B. Kajian Literatur a.
Defenisi Salah satu pengertian teknologi informasi adalah seperangkat alat yang menolong mengerjakan
sesuatu dengan informasi yang menghasilkan tugas terkait proses pengolahan informasi. (Sungkar &
Sabarguna, 2007). Istilah informatika keperawatan pertama kali digunakan oleh Scholes dan Barber pada
tahun 1980 pada konferensi MEDINFO di T okyo. Simson (1998) menefinisikan informatika keperawatan
adalah susah karena terget bidangnya sedang berkembang. Maka ia membuat definisi awal penggunaan
komputer diseluruh bidang kegiatan perawat, pelayanan kesehatan, pendidikan dan riset. Definisi lain
yang mereka kemukakan adalah:penggunaan tekhnologi informasi dalam mendukung fungsi perawat.
Seperti pendapat Scholes dan Barber, definisi yang lain menyebutkan penggunaan komputer mulai dari
pengolah kata (word) sampai kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk perawat dalam parktik
keperawatan proffesional. (Irdawaty & Sudaryanto, 2003). Informatika perawatan kesehatan adalah
aplikasi teknologi informasi untuk memfasilitasi akuntabilitas, membantu pengendalian biaya dan
meningkatkan kualitas perawatan (Ball dan Douglas, 1977), menurut Graves dan Corcoran (1989),
Informatika keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer dan informasi ilmu keperawatan. Kombinasi
ini membantu dalam manajemen pemrosesan data keperawatan, informasi dan pengetahuan dalam
mendukung praktik keperawatan dan pemberian perawatan. (Blais et all, 2002) b. Manfaat Menurut
Holmas (2003) terdapat beberapa keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu: 1.
Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan cepat diketahui 2. Kualitas,
meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan waktu perawat berfokus pada
pemberian asuhan 3. Accessibility & legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik tentang
semua pasien dan suatu lokasi (Ratna Sitorus, 2006) ANA mengatakan bahwa system informasi
keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan data, info rmasi dan
pengetahuan tentang standar dokumentasi , komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan,
mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan
efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang
diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar
komponen yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna,
akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi. (Vestal, Khaterine, 1995 dikutip oleh
Hariyati, RT., 1999). Manfaat penerapan sistem informasi keperawatan di lingkungan rumah sakit salah
satunya adalah membantu perawat dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Dengan
memanfaatkan sistem informasi keperawatan tersebut perawat dapat menghemat waktu untuk
melakukan pencatatan dibandingkan bila dilakukan pencatatan secara manual. Di samping itu, data yang
tercatat dengan menggunakan sistem informasi keperawatan akan lebih terjamin keberadaannya.
Resiko data yang dicatat akan hilang sangat kecil. Berbeda dengan pencatatan ya ng berdasarkan paper
base, dimana kemungkinan untuk hilangnya data sangat mungkin untuk terjadi. Selain itu keberadaan
sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan keefektifan dan efisien kerja dari tenaga
keperawatan. c. Program Sistem Pendokumentasi an Asuhan Keperawatan 1. Standard Asuhan
Keperawatan Standar Asuhan Keperawatan menggunakan standar Internasional dengan mengacu pada
Diagnosa Keperawatan yang dikeluarkan oleh North American Nursing Diagnosis Association, standar
outcome keperawatan mengacu pada Nursing Outcome Clasification dan standar intervensi
keperawatan mengacu pada Nursing Intervention Clasification (NIC) yang dikeluarkan oleh Iowa
Outcomes Project. Standar Asuhan Keperawatn ini juga telah dilengkapi dengan standar pengkajian
perawat an dengan mengacu pada 13 Divisi Diagnosa Keperawatan yang disusun oleh Doenges dan
Moorhouse dan standar evaluasi keperawatan dengan mengacu pada kriteria yang ada dalam Nursing
Outcome Clasification (NOC) dengan model skoring 2. Proses keperawatan a. Pengkajian Proses
keperawatan dimulai dengan pengumpulan data menilai status pasien sekarang dalam perbandingan
dengan kriteria dan harapan normalitas. b. Diagnosa Diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh
the North American Nursing Diagnosis Association (NANDA): Bermula dari pengorganisasian diagnosis
keperawatan yang dikembangkan dari daftar abjad, selanjutnya berkembang menjadi sistem konseptual
sebagai penuntun klasifikasi diagnosis keperawatan dalam sebuah taksonomi c. Intervensi –
Implementasi The Nursing Interventions Classification (NIC) adalah daftar komprehensif intervensi
keperawatan yang dikelompokkan berdasarkan label yang mendeskripsikan aktivitas keperawatan. NIC
dibagi menjadi tujuh bidang, yaitu: 1) Fisiologis–dasar (physiological–basic): Mendukung fungsi fisik. 2)
Fisiologis–kompleks (physiological–complex): Mendukung regulasi homeostatis 3) Perilaku (behavioral):
Mendukung perubahan fungsi sosial dan gaya hidup. 4) Keselamatan (safety): Mendukung proteksi
terhadap gangguan. 5) Keluarga (family): Mendukung unit keluarga. 6) Sistem kesehatan (health
system): Mendukung penggunaan sistem layanan kesehatan. 7) Komunitas (community): Mendukung
kesehatan komunitas. d. Evaluasi Melalui proses kognitif yang spesifik bagi masing -masing disiplin,
pelabelan diagnostik diaplikasikan, tujuan pengobatan diidentifikasi dengan tenggat waktu untuk
evaluasi, serta intervensi pengobatan dipilih dan diimplementasikan. Pada interval tertentu, pasien
dinilai kembali, efektivitas perawatan dievaluasi, serta tujuan dan intervensi pengobatan dilanjutkan
atau disesuaikan menurut kebutuhan. Jika penilaian kembali menunjukkan bahwa pasien tidak
membutuhkan lagi perawatan, layanan diakhiri.

Anda mungkin juga menyukai