Anda di halaman 1dari 6

PENYUSUNAN ALOKASI DAN PENJADWALAN DINAS TENAGA

KEPERAWATAN

A. Pengertian Alokasi dan Penjadwalan


Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu tempat
(pembeli dan sebagainya) penjatahan. Atau penentuan banyaknya biaya yang
disediakan untuk suatu keperluan (Kamus besar bahasa Indonesia). Penjadwalan
adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-masing
pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu kegiatan hingga tercapainya hasil yang
optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan – keterbatasan yang ada (Husein
2008 dalam Jurnal USU).

Tujuan dari penjadwalan perawat menurut Hibberd 1999 dalam Yuanita (2003) :
1. Menemukan kebutuhan asuhan keperawatan pada pasien.
2. Menyesuaikan parameter-parameter tujuan dan alokasi biaya.
3. Mempertahankan fleksibilitas dan keadilan.
4. Mempertimbangkan kebutuhan pribadi dari staf.

Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat-manfaat sebagai berikut :


1. Memberikan pedoman terhadap pekerjaaan/kegiatan mengenai batas-batas waktu
untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.
2. Memberikan alat bagi pihak manajemen untuk mengkoordinir secara sistematis
dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan waktu.
3. Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.
4. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan.
5. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.

B. Penjadwalan Perawat
Perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu hal
yang paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit. Ada tiga hal
yang berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan
dan penjadwalan perawat yaitu :
1. Staffing decision, yaitu : merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan
akan perawat prakualifikasinya. 
2. Scheduling decision, yaitu : menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift. Shift
kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka
memenuhi kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang harus tersedia.
3. Allocation decision, yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke
shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga akibat adanya variasi demand
yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.

Jenis Penjadwalan Dinas :


1. Penjadwalan Sentralisasi
Penjadwalan yang terpusat mendukung untuk akses pasien yang lebih baik,
komunikasi profesional, dukungan sosial dan meningkatkan kepuasan kerja (Parker et
al., 2012). Kelemahan untuk penjadwalan sentralisasi adalah terbatasnya pengetahuan
koordinator terhadap perubahan ketajaman kebutuhan pasien atau kegiatan yang
berhubungan dengan pasien lainnya pada unit (Yoder-Wise, 2014), tidak dapat
mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan khusus pegawai (Hariyati, 2014).
2. Penjadwalan Desentralisasi
Proses manajemen penjadwalan dinas yang dilakukan oleh manajer unit sebagai
penanggung jawab utama. Manajer unit bertanggung jawab untuk membuat semua
penjadwalan, absensi, mengurangi staf selama periode jumlah atau akuitas pasien
menurun, jadwal bulanan unit dan menyiapkan libur besar (Marquis & Huston, 2012).
Kelemahan dari penjadwalan desentralisasi ini berkaitan dengan ketidakmampuan
setiap individu perawat manajer untuk mengetahui gambaran besar yang berhubungan
dengan kepegawaian di seluruh unit perawatan multiple pasien dan permintaan khusus
yang lebih banyak seperti cuti.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksananya manajemen penjadwalan perawat :


1. Faktor Kebijakan atau Regulasi
Faktor regulasi mengacu kepada peraturan yang berlaku di suatu negara. Menurut
NHS, kebijakan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penjadwalan dinas
(NHS, 2016).
2. Faktor Organisasi (Kepemimpinan dan Pekerjaan)
Faktor organisasi merujuk ke kondisi rumah sakit tempat bekerja meliputi kondisi
pekerjaan, kepemimpinan, budaya organisasi dan adanya imbalan atau insentif
sehingga dapat mempengaruhi penjadwalan dinas perawat.
3. Faktor Individu Perawat (Faktor Pribadi dan Komitmen)
Penelitian Bae et al. (2013) menyebutkan bahwa faktor pribadi perawat menjadi
persoalan dalam mempengaruhi penjadwalan. Faktor pribadi perawat yang bisa
mempengaruhi penjadwalan dinas meliputi status keluarga, status kesehatan dan
sifat-sifat pribadi (misalnya komitmen terhadap organisasi).
4. Faktor Pasien (Perawatan dan Harapan Pasien)
Pasien merupakan fokus utama dari pelayanan keperawatan. Faktor berpusat pada
pasien berhubungan permintaan pasien seperti perawatan pasien dan harapan
pasien yang menentukan tingkat layanan yang diperlukan (NHS, 2016).
(Bae, Trinkoff, Jing, & Brewer, 2013; Mutingi & Mbohwa, 2015; Mwiya, 2008;
NHS, 2016).

C. Undang-Undang Mengenai Kerja Shift Pagi Siang dan Malam


Pengaturan jam kerja dalam sistem shift diatur dalam UU No.13 tahun 2003
mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut :
1. Jika jam kerja di lingkungan suatu perusahaan atau badan hukum lainnya
ditentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum 8 jam per hari,
termasuk istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02 huruf a UU No 13 tahun
2003). 
2. Jumlah jam kerja secara kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih dari 40
jam / minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No 13 tahun 2003).
3. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam /
hari per shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40 jam / minggu, harus
sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang
diperihitungkan sebagai waktu kerja lembur (Pasal 78 ayat 02 UU No 13 Tahun
2003).
4. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus
yang dijalankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift. Menurut
Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang dimaksud dengan pekerjaan
dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang menurut jenis dan
sifatnya harus dilaksanakan atau dijalankan secara terusdalam keadaan lain
berdasarkan kesepakatan antara pekerja dengan pengusaha.

D. Karakteristik Penjadwalan Perawat


Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain :
1. Coverage
Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan
sesuai jadwal berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat tersebut. 
2. Quality
Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal.
3. Stability
Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur masuk
untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai pandangan
bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yangs tabil dan konsisten,
seperti weekend policy, rotation policy.
4. Flexibility
Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan seperti
pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift.
5. Fairness
Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa diberlakukan sama.
6. Cost
Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun operasional
penjadwalan.
(MenurutWarner1976 dalam Atmasari 2014)

E. Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan


Penjadwalan perawat juga didefinisikan sebagai latihan bulanan dalam pengaturan
organisasi yang kompleks dengan obyektifitas ganda dan banyak tantangan yang
bertujuan meminimalkan biaya, memaksimalkan kepuasan perawat dan pemerataan
beban kerja (Legrain et al., 2015).
Pada ruang rawat di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam sehari dibagi ke
dalam 3 shift, yaitu : shift pagi, sore dan malam. Penjelasan untuk masing-masing
shift adalah sebagai berikut :
1. Shift Pagi
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 7.00 pagi
s.d 14.00 sore.
2. Shift Sore
Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 14.00 sore
s.d 21.00 malam.
3. Shift Malam
Kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul 21.00
malam s.d 7.00 pagi di hari berikutnya.

F. Contoh Kasus Penjadwalan Perawat di Ruangan


Di suatu ruangan rawat inap penyakit dalam di RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi. Terdapat umlah perawat 14 orang yang dipimpin oleh 1 orang Karu
yang memiliki latar belakang pendidikan S1, saru orang Katim yang memiliki
latar belakang pendidikan S1 dan 12 orang perawat pelaksana (PP). Karu akan
menyusun jadwal dinas selama 1 minggu.

REFERENSI
Anonim. (2017). Gajimu. Pembagian Kerja Shift.
Armstrong-Stassen, M., Freeman, M., Cameron, S., & Rajacich, D. (2015). Nurse
managers’ role in older nurses’ intention to stay. Journal of Health Organization and
Management, 29(1), 55–74. http://doi.org/10.1108/JHOM-02- 2013-0028
Koning, C. (2014). Does self-scheduling increase nurses’ job satisfaction? An
integrative literature review. Nursing Management, 21(6), 24–28.
http://doi.org/10.7748/nm.21.6.24.e1230

Anda mungkin juga menyukai