No.BP : 1711312042
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Kasus 1
Fraktur
Pasien perempuan 25 tahun datang ke unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Kota
Padang datang dalam keadaan sadar dengan keluhan nyeri pada tungkai kanan dan tidak dapat
digerakkan pasca kecelakaan bermotor sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
Saat itu pasien sedang mengendarai motor sendirian memakai helm, ditabrak oleh motor dari
arah depan. Riwayat sakit kepala, muntah, lupa dengan kejadian lama serta keluar darah dari
hidung/telinga tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos
mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 98x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu
36,70C, glasgow coma scale (GCS) 15. Pada pemeriksaan lokalis pada regio femur dextra
didapatkan pada pemeriksaan Look: kulit utuh (tidak ada luka robek), udem (+) di bagian tengah
paha, memar (-), deformitas (+) angulasi, rotasi external dan pemendekan. Pada pemeriksaan
Feel: didapatkan nyeri tekan di bagian tengah paha, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba, capillary
refill time (CRT) kurang dari 2 detik dan sensibilitas normal. Pada pemeriksaan Movement:
didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, range of motion (ROM) sulit dinilai, krepitasi
tidak dilakukan.
Dari pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur os femur dekstra
1/3 tengah dengan displacement fragmen fraktur disertai soft tissue swelling disekitarnya.
Kemudian pasien diberikan terapi analgetik dan pemasangan skin traction dengan beban 5 kg.
Pertanyaan :
1. Jelaskan pengkajian tambahan pada kasus diatas
Jawab:
Anamnesa
1. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut
bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
3. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor
presipitasi nyeri.
4. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
5. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau
menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
6. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
7. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam
hari atau siang hari.
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan pada
dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup
klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme
kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya dan
apakah klien melakukan olahraga atau tidak
Pola nutrisi dan metabolisme
Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces
pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak. Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian
dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan
kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur
Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.
Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain
Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien
harus menjalani rawat inap
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan
akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body
image)
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat
fraktur
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual
karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang
dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah
anak, lama perkawinannya
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan
timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang
ditempuh klien bisa tidak efektif.
Nyeri akut b.d agen Kontrol nyeri (1605): Manajemen pengobatan (2380):
pencedera d.d hambatan
Mengenali kapan tentukan obatan yang diperlukan dan
kemampuan melakukan
terjadinya nyeri kelola menurut resep atau protokol
aktivitas sebelumnya,
dipertahankan pada 2 diskusikan masalah keuangan dengan
ekspresi wajah nyeri
ditingkatkan pada 4 keluarga berkaitan dengan regimen
Menggambarkan fakor obat
penyebab nyeri tentukan kemampuan pasien untuk
dipertahankan pada 2 mengobati dirinya sendiri dengan
ditingkatkan pada 4 cara yang tepat
Menggunkan analgesik monitor efektifitas cara pemberian
yang direkomendasikan obat yang sesuai
dipertahankan pada 2 monitor tanda dan gejalatosisitas obat
ditingkatkan pada 4 monitor efek samping obat
Malaporkan perubahan buang obat yang sudah kadaluarsa
terhadap gejala nyeri fasilitasi perubahan pengobatan
pada profesional dengan dokter
keperawatan
monitor respons terhadap perubahan
dipertahankan pada 2
pengobatan dengan cara yang tepat
ditingkatkan pada 4
pantau kapatuhan terhadap regimen
Melaporkan gejala yang
obat
tidak terkontrol pada
pertimbangkan fakor yang
profesional keperawatan
menghalangi pasien unuk
dipertahankan pada 2
mengkonsumsi obat yang direspkan
ditingkatkan pada 4
Tingkat nyeri (2102):
Panjangnya episode Manajemen nyeri (1400):
nyeri dipertahankan
Lakukan pengkajian nyeri
pada 2 ditingkatkan
komprehensif yaang meliputi
pada 4
lokasi, karakteristik,
ekspresi wajah nyeri
durasi,frekuensi,
dipertahankan pada 2
kualitas,intensitas, berat nyeri dn
ditingkatkan pada 4
faktor pencetus
tidak bisa beristirahat
Pastikan perawatan analgetik
dipertahankan pada 2
dengan pemantauan yang ketat
ditingkatkan pada 4
Gali pengetahuan dan kepercayaan
ketegangan otot
pasien terhadap nyeri
dipertahankan pada 2
Gali bersama pasien faktor yang
ditingkatkan pada 4
memperberat nyeri
fokus menyempit
Kendalikan faktor lingkungan
dipertahankan pada 2
yang dapat memperberat nyeri
ditingkatkan pada 4
(misalnya: suhu ruangan,
mengerinyit
pencahayaan, suara bising)
dipertahankan pada 2
Ajarkan prinsip manajemen nyeri
ditingkatkan pada 4
(relaksasi, teknik hynosis)
kehilangan nafsu makan
dipertahankan pada 2
ditingkatkan pada 4
a. Penatalaksanaan medis
1. Diagnosis dan penilaian fraktur
Anamnesis pemeriksaan klinik dan radiologi dilakukan untuk mengetahui dan menilai
keadaan fraktur. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan lokasi fraktur, bentuk
fraktur, menetukan teknik yang sesuai untuk pengobatan komplikasi yang mungkin
terjadi selama pengobatan.
2. Reduksi
Tujuan dari reduksi untuk mengembalikan panjang dan kesejajaran garis tulang yang
dapat dicapai dengan reduksi tertutup atau reduksi terbuka.
Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau mekanis untuk menarik fraktur,
kemudian memanipulasi untuk mengembalikan kesejajaran garis normal. Jika reduksi
tertutup gagal dilakukan atau kurang memuaskan, maka data dilakukan reduksi
terbuka.
Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal untuk
mempertahanan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi solid. Alat fiksasi
internal antara lain, pen, kawat, skrup dan plat. Alat-alat tersebut dimasukan ke dalam
fraktur melalui pembedahan ORIF (Open Reduction Internal Fixatition). Pembedahan
terbuka ini akan mengimobilisasi fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat
tersambung kembali.
3. Retensi
Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan mencegah
pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan plat atau traksi
dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi ekstremitas yang mengalami fraktur.
4. Rehabilitas
Mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Setelah pembedahan, pasien
memerlukan bantuan untuk melakukan latihan. (Istianah, 2017)
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Fraktur tertutup
Menjelaskan kepada pasien mengenai metode yang tepat untuk mengurangi
edema dan rasa sakit yang dirasakan atau nyeri. Misalnya, manajemen nyeri
dan meninggikan ekstremitas lebih dari jantung
Mengajarkan latihan yang dapat dilakukan pasien untuk menjaga kesehatan
dan kekuatan otot
Mengajarkan pasien cara menggunakan alat bantu dengan aman. Misalnya
menggunakan alat bantu jalan seperti kruk, dan lainnya.
Membantu pasien untuk mengatur atau memodifikasi lingkungan rumahnya
untuk membantu perawatan pribadi di rumah, jika perlu.
Mengajarkan pasien mengenai cara perawatan diri, informasi pengobatan,
kemungkinan komplikasi (termasuk tanda dan gejala yang perlu di perhatikan)
dan kebutuhan yang diperlukan untuk melajutkan perawatan kesehatan.
2. Fraktur terbuka
Penatalaksanaan yang paling penting untuk fraktur terbuka adalah mencegah
terjadinya infeksi pada luka, jaringan lunak dan tulang serta membantu
penyembuhan tulang.
Berikan segera antibiotik IV segera setelah pasien tiba dirumah sakit bersama
dengan pemberian tetanus toksoid, jika diperlukan.
Mengirigasi luka dan melakukan debridemen.
Meninggikan ektremitas untuk meminimalkan edema.
Menilai status neurovascular pasien.
Mengukur suhu pasien secara berkala untuk memantau terjadinya tanda-tanda
infeksi.(Brunner & Suddarth’s, 2010)
Kasus 2
Rheumatoid arthritis
Pasien perempuan, 55 tahun dengan keluhan nyeri sendi inflamatif di sendi bahu, kedua tangan,
kedua kaki yang mengganggu aktivitas. Sendi terasa hangat, bengkak dan kaku terutama di pagi
hari, pasien kadang merasa demam ringan dan kelelahan. Anggota keluarga tidak ada yang
mengalami sakit sendi dengan gelaja yang sama. Pada pemeriksaan fisik secara umum kondisi
stabil.
Pertanyaan :
1. Jelaskan pengkajian lanjut dan pemeriksaan penunjang pada kasus diatas berdasarkan
teori
2. Jelaskan topik edukasi yang diberikan kepada pasien dengan rheumatoid arthritis
Jawab :
1.Pengkajian :
1. Identitas Klien
Nama, alamat, jenis kelamin (RA lebih banyak menyerang wanita dari pada pria), umur
(RA dapat terjadi pada usia berapa pun, namun lebih sering terjadi pada usia 40 sampai
60 tahun), agama, riwayat pendidikan, pekerjaan, dan penanggung jawab (Wahid, 2013).
Pada kasus tersebut pasien berjenis kelamin perempuan berusia 55 tahun.
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian yang terganggu yaitu pada sendi pergelangan
tangan, lutut, pergelangan kaki, sendi siku, bahu, sterno klavikula dan panggul. Keluhan
sering berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi (Putra dkk, 2013).
Pada kasus tersebut pasien dengan keluhan nyeri sendi inflamatif di sendi bahu,
keduatangan dan kedua kaki. Sendi terasa hangat, bengkak dan kaku terutama di pagi
hari, pasien kadang merasa demam ringan dan kelelahan.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Uraian mengenai penyakit RA yang diderita oleh pasien, mulai dari timbulnya keluhan
yang dirasakan, sampai pasien dibawa ke rumah sakit, apakah pernah memeriksakan diri
ke tempat lain selain rumah sakit, pengobatan apa yang pernah dilakukan dan bagaimana
perubahannya dari data yang didapatkan saat pengkajian.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Seperti riwayat penyakit muskuloskeletal sebelumnya, riwayat penggunaan obat-obatan,
dan riwayat mengkonsumsi alkohol dan merokok.
5. Riwayat Keluarga
Pada kasus tersebut, anggota keluarga pasien tidak ada yang mengalami sakit sendi
dengan gelaja yang sama.
6. Riwayat Psikososial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi, apalagi
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi, karena ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya
body image dan harga diri klien.
Pengkajian Lanjut :
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Tanda-Tanda Vital
Pada kasus tersebut pemeriksaan fisik pasien secara umum dalam kondisi stabil.
g) Neurologi : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering terjadi
berupa kehilangan rasa sensoris di ektremitas dengan gejala foot or wrist drop.
(Putra dkk, 2013). Vaskulitis, terjadi pada <1% penderita dan pada penderita dengan
penyakit RA yang sudah kronis (Longo, 2012).
h) Integumen : nodul rheumatoid umumnya timbul pada fase aktif dan terbentuk di
bawah kulit, terutama pada lokasi yang banyak menerima tekanan seperti olekranon,
permukaan ekstensor lengan dan tendon achilles.
i) Muskuloskeletal (lebih fokus)
Pemeriksaan lebih fokus pada ekstremitas atas, ekstremitas bawah dan sendi.
Inspeksi dan amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, pembengkakan,
dan anggota gerak lengkap.
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral). Amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Lakukan pengukuran passive range of motionpada sendi-sendi synovial. Catat
bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi),krepitasi (suara berderak atau
mendedas) dan bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan.
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral. Catat bila ada
atrofi, tonus yang berkurang dan ukur kekuatan otot.
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulai terjadinya nyeri.
Kaji aktivitas dan kegiatan sehari-hari.
Palpasi pada kekuatan otot 4 (dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang
ringan, edema pada kaki di persendian). Untuk mengetahui skala nyeri pada
pasien dengan menggunakan numeric.
4. Neurosensori
Akan timbul gejala kebas dan kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jaringan dan pembengkakan sendi simetris.
5. Hematologi
Pada pasien dengan RA biasanya dianjurkan untuk melakukan pola diet mediteranian
yang dapat memperbaiki inflamasi pada RA. Mediteranian adalah pola makan yang
terutama mengandung ikan, sayur dan minyak olive dibandingkan unsur makanan
yang lain. Pada pasien RA gangguan gastrointestinal yang sering terjadi adalah
mual dan nyeri lambung yang menyebabkan klien tidak nafsu makan dan terjadi
penurunan berat badan, terutama klien yang menggunakan obat reumatik dan NSAID.
Serta peristaltik yang menurun juga menyebabkan klien jarang defekasi.
3. Pola Eliminasi
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan. Meski demikian perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau dari
feses dan urine.
Menggambarkan pola aktivitas, latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi pada penderita
RA. Terjadinya nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan dan kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Menggambarkan hubungan dan peran pasien terhadap anggota keluarga dan masyarakat
tempat tinggal, pekerjaan, tidak punya rumah dan masalah keuangan.
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan konsep
diri. Konsep diri menggambarkan gambaran diri, harga diri, peran, dan identitas diri.
Mengukur seberapa cepat sel-sel darah merah jatuh ke dasar tabung reaksi.
Biasanya, semakin tinggi tingkat sedimentasi, semakin banyak peradangan yang
terjadi di dalam tubuh.
2. Radiologi
a) Rontgen
Foto rontgen digunakan untuk melihat foto tulang dan foto sendi yang mengalami
kelainan.
b) X-ray
Pemeriksaan sinar-X berguna untuk memvisualisasikan tulang, seperti
menunjukkan kehilangan tulang rawan, kerusakan tulang serta kerusakan tulang
taji. Sinar-X juga dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan penyakit.
Menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, penyempitan ruang sendi, erosi
sendi dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. Lakukan pula foto polos
dada untuk menyingkirkan keterlibatan paru.
MRI memanfaatkan gelombang radio dengan medan magnet yang kuat. MRI
dapat menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari jaringan lunak, seperti tulang
rawan, tendon, serta ligamen. Memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi
sinovitis, erosi serta tanda inflamasi yang mungkin tidak terdeteksi dengan X-ray.
2. Topik edukasi yang perlu diberikan pada pasien Rheumatoid Arthritis mengacu
pada 5 Program terapi dasar untuk pasien Rheumatoid Arhritis, diantaranya :
Pengetahuan mengenai pentingnya olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup sangat
dianjurkan untuk pasien RA. Olahraga yang cocok untuk pasien RA dilakukan seperti
senam reumatik dan streching. Olahraga yang teratur dapat meningkatkan fleksibilitas
sendi sedangkan tidur yang cukup dapat mencegah kelelahan dan nyeri. Hindari faktor
resiko seperti aktivitas yang berlebihan pada sendi. Pemakaian tongkat dan alat-alat listrik
dapat meringankan kerja sendi.
Pada pasien RA biasanya dianjurkan untuk melakukan pola diet mediteranian yang dapat
memperbaiki inflamasi pada RA. Mediteranian adalah pola makan yang rendah kalori dan
lemak serta kaya akan sayur, buah dan gandum, terutama mengandung ikan, sayur dan
minyak olive dibandingkan unsur makanan yang lain, serta menghindari peningkatan berat
badan. Penurunan berat badan sering kali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan
peradangan. Pasien RA juga harus menghindari adanya konstipasi.
Makanan yang dihindari karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat di persendian :
a) Makanan yang mengandung purin seperti : bir, minuman beralkohol, ragi, asparagus.
b) Organ dalam hewan seperti : usus, hati, limpa, paru, otak, jantung, jeroan.
c) Beberapa sayur-sayuran seperti : kembang kol, bayam, daun singkong.
d) Beberapa buah-buahan seperti : alpokat, durian, air kelapa muda dan produk olahan
melinjo.
e) Produk kacang-kacangan seperti : susu kacang, kacang buncis.
f) Makanan kaleng seperti : sarden, kornet sapi.
g) Beberapa olahan daging dan jamur.
h) Makanan yang dimasak menggunakan santan kelapa.
Kasus 3 :
Spondilitis
Seorang Wanita berusia 29 tahun, dirawat di ruang rawat trauma RSUP Dr. M.Djamil Padang .
Pasien mengeluh mengalami kelemahan keempat anggota gerak 10 hari sebelum masuk RS,
lemah terjadi secara perlahan – lahan. Semakin lama keempat anggota gerak dirasakan semakin
bertambah. Awalnya pasien merasa nyeri pada leher sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit
yang semakin lama semakin memberat. Nyeri disertai keterbatasan gerak pada leher sehingga
pasien sukar menoleh ke kanan atau ke kiri dan menundukkan kepala.Nyeri memberat dengan
aktivitas dan berkurang jika pasien beristirahat, Riwayat demam (-). Riwayat batuk –batuk lama
(-), riwayat batuk darah (-), riwayat keringat malam (-), riwayat penurunan berat badan (+)
dialami pasien sejak ± 2 bulan terakhir. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Riwayat penyakit
TBC pada keluarga (-).
Pertanyaan :
1. Kelompokkan data riwayat kesehatan pasien berdasarkan kasus diatas
2. Jelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien
spondilitis
3. Lengkapi Analisa data dan tuliskan kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
pada kasus diatas
Jawab:
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada spondilitis ankilosis biasanya berfokus pada pemeriksaan bagian
tulang yang dikeluhan klien.
a. Inspeksi
Klien dengan Spondilitis ankilosis biasanya akan kelihatan lemah dan pucat. Pada
tahap lanjut biasanya terdapat kelemahan pada anggota gerak klien.
Lihat bentuk/postur tubuh klien :
Biasanya selama perjalanan penyakit, sikap/postur tubuh yang normal klien akan
hilang. Lordosis lumbal yang menghilang biasanya menjadi tanda awal dari penyakit
ini. Apabila vertebra cervical terserang, maka pergerakan leher akan terbatas serta
akan menimbulkan rasa nyeri. Leher penderita mengalami pergeseran ke depan dan
hal ini dapat dibuktikan dengan cara penderita diminta berdiri tegak, apabila terjadi
pergeseran maka occiput tidak dapat menempel pada dinding.
b. Palpasi
Sesuai dengan yang terlihat pada inspeksi keadaan tulang belakang terdapat adanya gibus pada
area tulang yang mengalami infeksi.
c. Perkusi
Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan untuk mendiagnosis klien dengan
spondilitis ankilosis yaitu:
a. Rontgen
Pemeriksaan rongtgen akan menunjukkan adanya perubahan pada sendi dan tulang. Pada
tahap awal penyakit hasil rontgen ini tidak menunjukkan adanya perubahan pada tulang dan
sendi. Namun tanda-tanda ini biasanya akan muncul setelah beberapa tahun kemudian.
b. MRI
Hasil MRI dapat memperlihatkan pembengkakan dan peradangan jaringan lunak maupun
tulang. Karena itu pemeriksaan ini lebih detail dari pada rontgen khususnya pada tahap awal
penyakit.
c. Tes Darah
Tingkat Sedimentasi Erythrocyte (ESR) atau Serum-C reaktif protein (CRP): untuk
memeriksa adanya tanda-tanda peradangan dan jika hasilnya mencapai akhir yang lebih
tinggi, maka terbukti adanya peradangan.
Uji Hitung Darah Lengkap (CBT): ankylosing spondylitis dapat menyebabkan anemia.
CBT dapat membantu untuk menentukan apakah seseorang mengalami anemia.
Antigen HLA-B27: adanya antigen HLA-B27 menunjukkan kemungkinan kasus
ankylosing spondylitis. Namun, orang dengan HLA-27-positif tidak selalu mempunyai
ankylosing spondylitis. Tes lainnya diperlukan untuk menegakkan diagnosis ini.
Biasanya reumatoid faktor negatif.
Laju endap darah (LED) biasanya meningkatkan pada awal dan selama stadium aktif
penyakit.
3. Analisa data dan tuliskan kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus diatas
ANALISA DATA:
- Pasien merasa
nyeri pada leher
sejak 6 bulan
sebelum masuk
rumah sakit
Do :
- Nyeri pasien
menyebabkan
kesukaran
bergerak seperti
menundukkan
kepala dan
menoleh ke kiri-
kanan.
- Nyeri memberat
dengan aktivitas
dan berkurang
jika pasien
beristirahat
2 Ds : Spasme otot Hambatan mobilitas fisik
- Pasien mengeluh
mengalami
kelemahan
keempat anggota
gerak 10 hari
sebelum masuk
RS, lemah terjadi
secara perlahan –
lahan. Semakin
lama keempat
anggota gerak
dirasakan
semakin
bertambah.
Do:
-
3 riwayat Gangguan menelan Ketidakseimbangan nutrisi
penurunan berat kurang darikebutuhan
badan (+) dialami tubuh
pasien sejak ± 2
bulan terakhir