Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN KRITIS

INTERVENSI DI RUANGAN ICU

“IMPLEMENTASI TERAPI PIJAT SWEDIA UNTUK MENURUNKAN TINGKAT


KECEMASAN DAN MENSTABILKAN TANDA-TANDA VITAL PADA
PASIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT(ICU) RUMAH SAKIT
PROF. DR. MARGONO SOEKARJO: CASE STUDY”

Disusun Oleh :

HESTI NOVITA

1711312042

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
Implementasi Terapi Pijat Swedia Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Dan
Menstabilkan Tanda-Tanda Vital Pada Pasien Di Ruang Intensive Care Unit(ICU)
Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo: Case Study

Ruangan Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruangan rawat inap dimana
didalamnya terdapat pasien dalam keadaan kritis dan beresiko besar mendekati ajal. Pasien
yang dirawat di ruangan ICU memerlukan pengawasan khusus dari perawat dan
membutuhkan peralatan khusus untuk membantu mempertahankan kehidupannya. Beberapa
peralatan yang ada di ruangan ICU yaitu monitor, ventilator, restrain, ETT, OPA dan lain
sebagainya. Pada pasien yang terpasang beberapa peralatan khusus di ruangan ICU akan
merasakan kecemasan khusus, baik dikarenakan kondisi lingkungan di ruangan ICU yang
dingin, mencekam dan menakutkan, maupun karena pasien tersebut sedang terpasang
peralatan khusus tersebut, khususnya pada pasien yang memiliki kesadaran compos mentis
atau sadar sepenuhnya, maka pasien tersebut akan merasa cemas akan kejadian kedepan yang
akan terjadi pada pasien tersebut.

Ansietas atau kecemasan dapat dikurangi atau diatasi dengan melakukan teknik
relaksasi pada pasien. Salah satu teknik relaksasi yang dilakukan yaitu teknik massase atau
pijatan. Teknik non farmakologi melalui massase ini yang dipakai yaitu Pijat Swedia. Pijat
Swedia merupakan manipulasi dari jaringan tubuh menggunakan teknik khusus dengan
mempersingkat waktu pemulihan dari ketegangan otot (kelelahan), meningkatkan sirkulasi
darah tanpa meningkatkan beban kerja jantung (Ken Gray, 2009). Pijat Swedia ini merupakan
sarana untuk merelaksasikan otot, dan menurunkan dalam memproduksi hormon
norepineprin. Selain itu, hormon endorphin akan muncul untuk memicu timbulnya nyaman
dan rileks pada pasien (Hermawan, 2015).

Terapi pijat Swedia dilakukan pada bagian tulang panjang di kaki, tangan dan otot
trapezius dengan durasi 20-30 menit (Da Silva et al, 2017).Cara terapi pijat Swedia sebagai
berikut : 1) Stroking (mengelus) yaitu gerakan maju mundur dari tangan terapis dengan
tekanan ringan. 2) Effleurage (mengusap) yaitu gerakan ke belakang dan ke depan tangan
terapis dengan tekanan sedang. 3) Kneading (memijat/menguleni) yaitu kompresi jaringan
lunak menggunakan satu ibu jari tangan terhadap jari tangan lainnya, secara bergantian. 4)
Effleurage, dan 5) Stroking. Setelah dilakukan intervensi, hemodinamik (TD, MAP, Nadi,
RR dan SPO2) dan tingkat kecemasan degan STAI, maka pasien di evalusi setelah 30 menit
pemberian perlakuan (Da Silva et al, 2017).

Intervensi pijat Swedia dilakukan pada 6 orang pasien di ruangan ICU di Rumah Sakit
Prof. Dr. Margono Soekarjo, dimana 6 orang ini diantaranya 3 orang pasien kontrol dan 3
orang lagi pasien intervensi. Setelah dilakukan intervensi, maka didapatkan hasil kecemasan
yang dirasakan pasien berkurang dan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernafasan)
pasien yang awalnya meningkat menjadi menurun dan stabil. Hal ini disebabkan karena
dengan teknik relaksasi pijat Swedia, sistem saraf otonom dapat mengeluarkan beberapa
hormon yang dapat merangsang agar dapat membuat relax dan senang, seperti hormon
endorfin dan hormon aldosteron.

Anda mungkin juga menyukai