Latar belakang
ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi (Depkes, 2005). ASI
mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam
segala suasana yang diperlukan (Solihin, 2000). Kandungan dalam ASI terdapat zat
pembangun (protein, mineral), zat pengatur (vitamin, mineral,protein, air) dan zat
tenaga (hidrat arang, lemak ASI dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai
penyakit. Bayi yang diberi ASI lebih sedikit kemungkinannya untuk mengidap
penyakit-penyakit seperti radang paru-paru, diare, infeksi telinga dan beberapa
infeksi lainnya yang disebabkan oleh kuman. Apabila bayi sakit akan lebih cepat
sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan otak
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmiati dan Besral (2008) menyebutkan
durasi pemberian ASI sangat berpengaruh terhadap ketahanan hidup. Pemberian ASI
dengan durasi empat sampai lima bulan dapat meningkatkan ketahanan hidup bayi
2,6 kali lebih baik daripada durasi kurang dari empat bulan, pemberian ASI dengan
durasi enam bulan atau lebih dapat meningkatkan ketahanan hidup bayi 33,3 kali
lebih baik dari pada durasi kurang dari empat bulan. Menyikapi pentingnya
pemberian ASI bagi bayi, pemerintah Indonesia telah menetapkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi
berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan,
kecuali atas indikasi medis.
PEMBAHASAN
ASI
1. Definisi ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan paling sempurna untuk bayi
karena didalamnya terkandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes, 2002; WHO, 2003). Sedangkan,
menurut Soetjiningsih (1997) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelanjar
payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi. ASI merupakan makanan pilihan
utama untuk bayi, menyusui memberi banyak keuntungan baik dalam hal nutrisi,
imunologi dan psikologis (Bobak, 2005).
Menurut Roesli (2004) ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi dan tim.
Menurut WHO (2006) pengertian pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya
diberikan ASI saja, baik secara langsung ataupun tak langsung (diperah). Secara
keseluruhan pemberian ASI eksklusif mencakup hal sebagai berikut: yaitu hanya ASI
saja sampai umur enam bulan dimana menyusui
dimulai tiga puluh menit begitu setelah bayi lahir dan tidak memberikan
3. Alasan Pemberian ASI Eksklusif sampai Enam Bulan ASI sangat cocok diberikan pada
bayi karena (Linkages, 2002):
(a) ASI mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh kembang
sampai umur enam bulan. Bayi yang mendapat makanan lain, misalnya makanan
lumat atau pisang hanya akan mendapat banyak karbohidrat, sehingga zat gizi yang
masuk tidak seimbang dan anak lebih mudah menderita kegemukan dengan segala
akibatnya. (b) Bayi dibawah usia enam bulan belum mempunyai enzim pencernaan
yang sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI
mengandung beberapaenzim yang memudahkan pemecahan makanan. (c) Ginjal bayi
yang masih
4. Manfaat ASI
ASI merupakan makanan ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan
dengan kebutuhan bayi (Depkes, 2002). ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus
yang diperlukan untuk pertumbuhan otak manusia Nutrien ini sedikit atau tidak
didapati sama sekali pada susu sapi, suatu bentuk zat putih telur (protein) yang hanya
terdapat pada ASI Asam lemak ikatan panjang merupakan asam lemak utama ASI
(70%) panjang ini penting untuk pertumbuhan otak dan jaringan saraf. Laktosa
merupakan zat hidrat arang utama ASI untuk perkembangan saraf pusat
5. Definisi Kebudayaan
Peningkatan peran suami berupa perhatian kepada istri sangat dibutuhkan suatu proses
dalam produksi ASI yaitu reflek oksitosin. Pikiran ibu yang positif akan merangsang
kontraksi otot sekeliling kelenjar alveoli hingga mengalirkan ASI ke duktus laktiferus
kemudian diisap oleh bayi (Roesli, 2004). Depkes (1999) juga menyebutkan suami,
kelurga dan masyarakat memberi dukungan psikososial bagi ibu yang menyusui.
Penelitian Asmijati (2000) di Tangerang mendapatkan ada hubungan antara dukungan
keluarga/masyarakat dengan pemberian ASI eksklusif
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya
yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut yang terkait. Hal yang dikaji
meliputi: apakah klien punya pantangan makanan/minuman yang berkaitan dengan
menyusui, bagaimana persepsi budaya yang sudah diwariskan turun-temurun
mengenai menyusui.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan litas budaya (Andrew and Boyle, 1995).
Di Indonesia pemberian ASI eksklusif disesuaikan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 36 tentang kesehatan pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak
mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali
atas indikasi medis.
Dalam beberapa budaya, menyusui adalah praktek tradisional. Banyak sekali pandangan
mengenai praktek menyusui khususnya dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor sosial
budaya dapat mempengaruhi perilaku menyusui. Faktor sosial budaya memberikan
pandangan terhadap perilaku menyusui dimana akan mempengaruhi perilaku dan
perawatan individu terhadap kesehatan. Perilaku kesehatan ini akan mempengaruhi
kesejahteraan individu, kelompok, masyarakat dan institusi dalam sistem kesehatan .