Anda di halaman 1dari 8

Nama : HESTI NOVITA

No.BP : 1711312042

MENGIDENTIFIKASI PERENCANAAN UNIT RUANG RAWAT BERDASARKAN


STANDAR PENILAIAN AKREDITASI VERSI SNARS DAN JCI
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1 merupakan standar pelayanan
yang berfokus pada pasien untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan
pendekatan manajemen risiko di rumah sakit. SNARS edisi 1 disusun menggunakan acuan-acuan
prinsip standar akreditasi dari ISQua, peraturan perundang-undangan, standar akreditasi JCI edisi
4 dan 5, dll.
Setiap elemen penilaian dilengkapi dengan (R), (D), (W), (O) atau (S), kombinasi yang berati
sebagai berikut :
a. Regulasi (R) yang dimaksud dengan regulasi adalah dokumen pengaturan yang di
susun oleh rumah sakit yang dapat berupa kebijakan, prosedur (SPO), pedoman,
panduan, peraturan direktur rumah sakit atau program.
b. Dokumn (D) yang dimaksud dengan dokumen adalah bukti proses kegiatan atau
pelayanan yang dapat berbentuk berkas rekam medis, laporan dan notulen rapat dan
bukti dokumen pelaksanaan kegiatan lainnya.
c. Observasi (O) yang dimaksud dengan observasi adalah bukti kegiatan yang didapatkan
berdasarkan hasil penglihatana / observsai yang dilakukan oleh serveir.
d. Simulasi (s) yand dimaksud dengan simulasi adalah peragaan kegiatan yan dilakukan
oleh staf rumah sakit yang di minta oleh suveior.
e. Wawancara (W) yang dimaksud dengan waancara adalah kegiatan tany jawab yang
dilakukan oleh surveyor yang ditujukan kepada pemilik/ representasi pemilik, direktu
rumah sakit, pimpinan rumah sakit, profesional pemberi asuhan (PPA), staf klinis, staf
non klinis, pasien, keluarga, tenaga kontrak dll.

SNARS terdiri dari 16 BAB:


1. Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
2. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)
3. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
4. Assesment Pasien (AP)
5. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
6. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
7. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
8. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
9. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
10. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
11. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
12. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
13. Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS)
14. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM) Program Nasional (menurunkan
angka kematian ibu dan bayi serta
15. meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS,
menurunkan angka kesakitan tuberkulosis, pengendalian resistensi antimikroba dan
pelayanan geriatri)
16. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit (IPKP)

1. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Bab ini membahas sasaran keselamatan pasien yang wajib ditrapkan di semua rumah
sakit yang diakreditasi oleh Komisi AkreditasI Rumah Sakit.
Sasaran keselamatan pasien bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pada pasien
yang dirawat di rumah sakit. Sasaran ini berfokus pada masalah yang terjadi di rumah sakit
dan solusi yang diberikan jika permasalahan terjadi.
Ada beberapa regulasi yang harus dibuat oleh karu/katim terhadap sasaran keselamatan
pasien yaitu:
a. Sasaran 1: Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar
Karu/katim harus menetapkan regulasi untuk menjamin ketepatan (akurasi) data pasien.
Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit ada dua/tiga bentuk identifikasi, yaitu
nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik, atau bentuk lainnya (misalnya, nomor
induk kependudukan). Dua bentuk identifikasi ini digunakan di semua area unit rawat
seperti di rawat jalan, rawat inap, unit darurat, kamar operasi, unit layanan diagnostik,
dan lainnya.

b. Sasaran II: Meningkatkan komunikasi yang efektif


Ada beberapa standar yang harus dibuat oleh karu/katim seperti meningkatkan
komunikasi verbal maupun komunikasi melalui telepon, menetapkan regulasi untuk
proses pelaporan hasil pemeriksaaan diagnostik kritis serta menetapkan dan
melaksanakan proses komunikasi “Serah Terima” (hand over).
Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak ambigu, dan
diterima oleh penerima informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien.

c. Sasaran III: Meningkatnya keamanan obat – obat yang harus diwaspadai (high alert
medications).
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat
bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien. Bahkan
bahayanya dapat menyebabkna kematian atau kecacatan pasien, terutama obat – obatan
yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat bila kita
salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien.
Karu/katim harus memberikan pelatihan mengenai keamanan obat yang perlu di
waspadai (high Alert) dalam penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan dan
penggunaannya yang berkoordinasi dan kolaborasi bersama apoteker.

d. Sasaran IV: Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, dan
pembedahan pada pasien yang benar.
Karu/katim memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sebelum
menjalani tindakan atau prosedur. Kemudian karu/katim harus memastikan
dilaksanakannya proses Time-out di kamar operasi atau ruang tindakan sebelum operasi
dimulai.
e. Sasaran V: Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Karu/Katim menetapkan regulasi untuk menggunakan dan melaksanakan
evidence based hand hygiene guidelines untuk menurunkan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan. dimana ini merupakan upaya terpenting masalah infeksi. Dengan
adanya pelaksanaan/pelatihan hand hygiene, staff di rumah sakit dapat melakukan cuci
tangan sesuai prosedur yang mengacu kepada standar WHO.

f. Sasaran 6: Mengurangi Risiko Pasien Cedera Pasien Akibat Terjatuh


Karu/Katim melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh.
Pasien yang pada asesmen awal dinyatakan berisiko rendah untuk jatuh dapat mendadak
berubah menjadi berisiko tinggi. Hal ini disebabkan oleh operasi atau anestesi, perubahan
mendadak kondisi pasien, serta penyesuaian pengobatan. Banyak pasien memerlukan
asesmen selama dirawat inap di rumah sakit. Jadi karu/katim harus menetapkan kriteria
untuk identifikasi pasien yang dianggap berisiko tinggi jatuh.

2. STANDAR PELAYANAN YANG BERFOKUS PADA PASIEN

a. Akses ke rumah sakit dan kontinuitas pelayanan

Karu/katim mempertimbangkan bahwa asuhan di rumah sakit merupakan bagian


dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional pemberi asuhan
dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas pelayanan. Dalam hal ini
karu/katim berperan dalam pembuatan SOP mengenai pelayanan dari mulai Penerimaan
Pasien (Pendaftaran) hingga kepulangan pasien. Termasuk SOP rujukan serta transportasi
yang digunakan sesuai dengan regulasi rumah sakit.

b. Hak Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarganya adalah pribadi yang unik dengan sifat, sikap, perilaku
yang berbeda-beda, kebutuhan pribadi, agama, keyakinan, dan nilai-nilai pribadi. Rumah
sakit membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan pasien untuk memahami
dan melindungi nilai budaya, psikososial, serta nilai spiritual setiap pasien. Karu/katim
bertanggung jawab di ruang rawat mendukung hak pasien dan keluarga selama dalam
asuhan.

c. Asesmen Pasien (AP)

Tujuan asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan tentang


kebutuhan asuhan, pengobatan pasien yang harus segera dilakukan dan
pengobatan berkelanjutan untuk emergensi, elektif atau pelayanan terencana, bahkan
ketika kondisi pasien berubah. Proses asesmen pasien adalah proses yang terus menerus
dan dinamis yang digunakan pada sebagian besar unit kerja rawat inap dan rawat jalan.
1) Karu/katim melakukan pengkajian pasien terdiri atas 3 proses utama dengan
metode IAR: Mengumpulkan informasi dari data keadaan fisik, psikologis, sosial,
kultur, spiritual dan riwayat kesehatan pasien (I - informasi dikumpulkan).
2) Analisis informasi dan data, termasuk hasil laboratorium dan radiologi diagnostik
imajing untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien. (A -
analisis data dan informasi)
3) Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang telah
diidentifikasi. (R - rencana disusun)
4) Pelayanan dan Asuhan Pasien
Tanggung jawab karu/katim di unit rawat adalah memberikan asuhan dan
pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan
komunikasi yg efektif, kolaborasi, dan standardisasi proses untuk memastikan
bahwa rencana, koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung serta merespons
setiap kebutuhan unik pasien dan arget. Asuhan tersebut dapat berupa upaya
pencegahan, paliatif, kuratif, atau rehabilitative
5) Pelayanan Anestesi dan bedah
Standar pelayanan anestesi dan bedah berlaku di area manapun dalam
rumah sakit yang menggunakan anestesi, sedasi sedang dan dalam, dan juga pada
tempat dilaksanakannya prosedur pembedahan dan tindakan invasif lainnya yang
membutuhkan persetujuan tertulis (informed consent).
Karena tindakan bedah juga merupakan tindakan yang berisiko tinggi
maka karu/katim di unit rawat harus merencanakan dan melaksanakan secara hati-
hati. Rencana prosedur operasi dan asuhan pascaoperasi dibuat berdasar atas
asesmen dan didokumentasikan.
6) Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
Karu/Katim yang bertugas di ruang rawat, harus memberikan komunikasi
efektif serta edukasi kepada pasien untuk menghindari miss komunikasi antara
perawat dan pasien.
Komunikasi efektif sebagai dasar untuk memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarga agar mereka memahami kondisi kesehatannya sehingga
pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat
informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya.
Edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan oleh staf klinis terutama
PPA yang sudah terlatih (dokter, perawat, nutrisionis, apoteker, dll). Mengingat
banyak profesi yang terlibat dalam edukasi pasien dan keluarganya maka perlu
koordinasi kegiatan dan fokus pada kebutuhan edukasi pasien.

3. KELOMPOK STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT


a. Pengelolan Kegiatan Peningkatan Mutu dan Pelayanan Pasien (PMKP)
b. Dalam menjalankan tugas di ruang rawat, karu/katim harus menjalankan dan program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP).
c. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Karu/katim mengkoordinasikan manajemen rumah sakit/ruang rawat untuk
mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi pada pasien dan staf secara
berkesinambungan
d. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Untuk dapat memberikan pelayanan prima kepada
pasien, rumah sakit dituntut memiliki kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan efektif
ini ditentukan oleh sinergi yang positif antara pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit,
para pimpinan di rumah sakit, dan kepala unit kerja unit pelayanan Direktur rumah sakit
secara kolaboratif mengoperasionalkan rumah sakit bersama dengan para pimpinan,
kepala unit kerja, dan unit pelayanan untuk mencapai visi misi yang ditetapkan serta
memiliki tanggung jawab dalam pengeloaan manajemen peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, manajemen kontrak, serta manajemen sumber daya. Di unit rawat,
Karu/ Katim juga berperan dalam melaksanakan tata kelola rumah sakit
e. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Pasien
KATIM / KARU merencanakan dan memanajemen perencanaan ruangan dan
fasilitas yang aman, berfungsi serta dapat mengurangi risiko cedera pada pasien.
f. Kompetensi dan Kewenangan Staff
g. Manajemen Informasi dan Rekam Medik

4. Program Nasional
Karu/katim mengkoordinasi anggotanya untuk melaksanakan program nasional
sesuai kebijakan pemerintah.
Ada beberapa sasaran :
a. penurunan angka kematian ibu dan bayi
b. penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
c. penurunan angka kesakitan tuberculosis
d. pengendalian anti resistensi mikroba
Untuk itu penting bagi Katim/karu ntuk merencanakan standar pelayanan perlindungan
pasien sesuai dengan kebutuhan dan penyakitnya, meningkatkan pelayanan kesehatan dengan
asuhan keperawatan terintegrasi dan mengawasi kepatuhan staff unit rawat terhadap SPO yang
sesuai dengan standar.

5. Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan Rumah Sakit


Pada rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan, untuk akreditasi
rumah
sakit perlu adanya regulasi tentang pendidikan klinis di rumah sakit. Pada rumah sakit
yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan, akreditasi perlu dilengkapi dengan standar dan
elemen penilaian untuk menjaga mutu pelayanan dan menjamin keselamatan pasien. Rumah
sakit juga dapat bekerjasama dengan rumah sakit lain. Karu/katim perlu memperhatikan hal ini,
selaku pemberi pangasuh keperawatan di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai