Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KONSEP FUNGSI PENGARAHAN

Disusun guna memenuhi salah satu tugas dalam Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pengampu :
Ns. Serri Hutahaean, S. Kep., M. Kep

Disusun oleh :
Kelompok 3 - Kelas A
Salsa Bila Alifa 2010711013
Widiya Astuti 2010711026
Regita Cahya Pebriyanti 2010711064
Meisya Tri Utami 2010711078
Kurnia Rahma Mufidha 2010711086
Diah Sinto Rini 2010711098

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Makalah yang berjudul “Makalah Konsep Fungsi Pengarahan” ini ditulis guna memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan. Di dalamnya, penulis akan membahas
mengenai Konsep dasar, prinsip, variabel, dan cara menghitung jumlah ketenagaan keperawatan.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis makalah menyampaikan rasa hormat dan
ucapan dan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan
dan dorongan kepada penulis sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari pembaca.

Jakarta, 17 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
2.1 Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan ....................................................................... 3
2.2 Indikator Pengarahan yang Baik .................................................................................. 7
2.3 Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi................................. 8
2.4 Supervisi ...................................................................................................................... 8
2.5 Model Supervisi Klinik .................................................................................................11
2.6 Jenis Supervisi............................................................................................................14
2.7 Pengambilan Keputusan Dan Hierarki Supervisi .........................................................17
2.8 Cara Mensupervisi ......................................................................................................17
2.9 Supervisi dalam keperawatan dan contohnya .............................................................19
BAB III ......................................................................................................................................23
KASUS ..................................................................................................................................23
3.1 Pengkajian Kasus ............................................................................................................23
BAB IV ......................................................................................................................................30
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................30
4.2 Saran ......................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................31

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Dimana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana
yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien
mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat. Supervisi keperawatan merupakan
kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh
supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan, dan
perawatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat. Tujuan supervisi
adalah pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus
pada kebutuhan, keterampilan dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas
(Nursalam, 2012).
Bila kegiatan supervisi ini telah dilakukan dan didokumentasikan dengan terstruktur serta
terdapat format penilaian supervisi yang jelas maka akan dicapai hasil yang maksimal,
maka akan dicapai hasil yang maksimal, karena kepala ruangan akan memiliki catatan
kinerja perawat untuk perbaikan selanjutnya dan perawat yang disupervisi juga akan
memiliki catatan kinerja sebagai bahan evaluasi diri. Dengan demikian maka akan mudah
untuk dilakukan upaya perbaikan dalam pelayanan keperawatan. Namun bila kegiatan
supervisi tidak dilakukan dengan cara terstruktur dan terdokumentasi dengan baik serta
tidak ada format penilaian untuk supervisi yang baku, maka bentuk evaluasi yang
dilakukan tidak bisa dilaksanakan secara berkelanjutan karena tidak ada catatan yang
digunakan sebagai bahan evaluasi secara terstruktur (Nursalam, 2012)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian supervisi?
2. Apa tujuan supervisi?
3. Apa manfaat supervisi?
4. Apa saja prinsip supervisi?
5. Apa saja model supervisi klinik?
6. Apa saja jenis-jenis supervisi?

1
7. Bagaimana pengambilan keputusan dan hierarki supervisional?
8. Bagaimana cara mensupervisi?
9. Bagaimana supervisi dalam keperawatan dan contohnya?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian supervisi
2. Mengetahui tujuan supervisi
3. Mengetahui manfaat supervisi
4. Mengetahui prinsip supervisi
5. Mengetahui model supervisi klinik yang biasa digunakan
6. Mengetahui jenis-jenis supervisi
7. Mengetahui cara pengambilan keputusan dan hierarki supervisional
8. Mengetahui cara mensupervisi
9. Mengetahui supervisi dalam keperawatan dan contohnya

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan
1. Pengertian fungsi pengarahan
Pengertian dari pengarahan adalah sebuah proses yang dilakukan oleh para manajer
seperti menginstruksi, membimbing dan mengawasi kinerja pekerja untuk
mencapai tujuan yang ditentukan. (Manua, 2019). Pengarahan adalah fase kerja
manajemen, dimana manajer berusaha memotivasi, membina komunikasi,
menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi (Marquis dan Huston, 2010).
Pengarahan yang efektif akan meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai
tujuan manajemen keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000).
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat.
Bawahan digerakkan supaya mereka bersedia menyumbangkan tenaganya untuk
secara bersama-sama mencapai tujuan suatu organisasi.
Dari sini bisa ditarik kesimpulan, pengertian dari fungsi pengarahan adalah salah
satu fungsi manager keperawatan dimana manager keperawatan akan
menginstruksi, membimbing, memotivasi, serta membina komunikasi kepada para
staff dan bawahannya agak bergerak Bersama-sama untuk mencapai tujuan suatu
organisasinya.
2. Makna pengarahan
Apakah makna pengarahan dalam manajemen keperawatan?
Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:
1. (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana
2. (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan
3. (When )Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam
pulang)
4. ( How )Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi seharusnya
dikerjakan
5. (Why ) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan
6. (Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing

3
Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan efektif
bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua
pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi
dengan kebijakan unit dan dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan
nyaman.
3. Unsur-unsur pengarahan
Pengarahan atau disebut juga penggerakan merupakan upaya mempengaruhi staf
agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar dapat
mengarahkan dan menggerakan bawahan maka ada beberapa unsur yang perlu
dipahami dan diperhatikan oleh manajer keperawatan. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Kepemimpinan (sudah dipelajari dalam KB )
2. Motivasi
Motivasi menjadi unsur penting fungsi pengarahan dalam keperawatan,
karena kita tahu bahwa pelayanan keperawatan memiliki kontribusi yang
besar terhadap mutu layanan kesehatan. Rendahnya kinerja perawatan akan
mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan, sebaliknya bila kinerja
perawat baik maka akan dapat meningkatkan mutu layanan.

Kinerja perawat baik, bukan hanya karena perawat bersedia melakukan dan
menyelesaikan tindakan keperawatan secara rutin saja, tetapi yang
terpenting adalah perawat melakukan tindakan didasari dorongan atau
motivasi diri. Motivasi internal yang kuat akan memberikan dampak yang
langgeng bagi seorang perawat dalam melaksanakan kegiatan secara efektif
dan efisien. Hal ini didukung oleh Hasibuan (2005) yang menyatakan
bahwa motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk
mencapai hasil yang optimal. Lebih lanjut Wlodkowski (1985) menyatakan
bahwa motivasi merupakan kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan
perilaku tertentu, dan yang memberi arah serta ketahanan (persistence) pada
tingkah laku tertentu. Seorang manajer perawat harus mengenali motivasi

4
dan kebutuhan staf supaya dapat memicu kinerja perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif.
3. Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Penerapan komunikasi yang baik antara manajer
dan pelaksana keperawatan dapat menghindari persepsi salah
(missperception). Komunikasi bisa dilakukan secara vertikal (atas–bawah)
maupun horisontal (samping). Komunikasi yang baik adalah komunikasi
yang dilakukan secara terbuka antar dua orang atau lebih untuk
menyampaikan dan meneruskan pesan yang berharga dari dan keluar
organisasi. Komunikasi bisa dilakukan secara verbal maupun non verbal.
Seorang manajer perawat diharapkan dapat mengikuti perkembangan
teknologi informasi dengan menggunakan berbagai media modern sebagai
sarana mendapatkan informasi dan melakukan komunikasi secara efektif,
walaupun pada saat pimpinan tidak berada di tempat. Implementasi
komunikasi di dalam ruang rawat inap dilakukan melalui kegiatan
operan/timbang terima, conference (pre, middle, post), diskusi kasus, ronde
keperawatan, rapat-rapat dan aktivitas lainnya.

4. Ruang lingkup fungsi pengarahan


Ruang lingkup fungsi pengarahan menurut Dauglas dalam Swansburg adalah
(Parmin, 2009) :
a. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan,
pasien dan perawat pelaksana
b. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan
tugas-tugas perawat pelaksana
c. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan
d. Memberikan perawatan yang berkesinambungan
e. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana
f. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat
pelaksana

5
g. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran,
konsultasi dan evaluasi
h. Mempercayai anggota
i. Menginterpretasikan protokol
j. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti
k. Memberikan laporan ringkas dan jelas
l. Menggunakan proses kontrol manajemen
5. Tujuan dan manfaat fungsi pengarahan
a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
Komunikasi antara atasan dan bawahan berpotensi menjadi lebih baik,
efisiensi kerja dapat tercapai dengan kontribusi kepala ruang dalam
menggerakkan bawahannya, misalnya melalui supervisi tindakan
keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak pada minimalnya
kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat bahan, alat dan
waktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat dari tidak dilakukan
supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang.
b. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf
Supervisi, pendelegasian merupakan sebagian kegiatan terkait dengan
fungsi pengarahan. Kegiatan tersebut memberikan peluang bagi bawahan
untuk mengerjakan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya secara mandiri
c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Pengarahan yang dilakukan kepala ruang ketika perawat melakukan
kesalahan, memberi motivasi saat motivasi menurun, memberi apresiasi
saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan
d. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staf
Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan suasana lingkungan
yang kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal yang harmonis,
kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam memberikan
motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat pelaksana

6
e. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis
Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal yang
bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua
perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuat
organisasi berkembang lebih dinamis (Parmin, 2009)

2.2 Indikator Pengarahan yang Baik


Komunikasi melalui media pengarahan dapat berjalan tidak lancar karena dipengarui oleh
berbagai faktor, antara lain:
1. Keterbukaan
Keterbukaan diantara pimpinan dan pegawai dapat membantu penyampaian pesan
dengan baik, sebaliknya jika terdapat kurangnya sifat terbuka akan menyebabkan
gangguan dalam penyampaian pesan. Pimpinan harus memerhatikan arus
komunikasi kebawah bila mereka merasa bahwa pesan tersebut penting dalam
penyelesaian tugas.
2. Timing
Ketepatan waktu pada pengiriman pesan dapat memengaruhi komunikasi ke
bawah. Dalam hal ini pimpinan hendaknya mempertimbangkan waktu yang tepat
dan potensial kepada tingkah laku pegawai ketika pengiriman pesan. Pesan yang
dikirimkan juga harus saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, apabila pesan
tersebut dikirim pada saat tidak dibutuhkan maka akan memengaruhi kepada
efektifitasnya.
3. Penyaringan Pesan
Pesan yang dikirim kepada bawahan hendaknya semuanya dapat diterima pegawai,
tetapi mereka akan menyaring informasi yang diperlukan. Penyaringan pesan ini
terjadi karena beberapa faktor diantaranya perbedaan persepsi diantara pegawai.
4. Pesan yang berlebihan
Terlalu banyaknya pesan yang disampaikan melalui tulisan ketimbang lisan
menyebabkan pegawai dibebani dengan pesan yang harus dibaca seperti surat
pengumuman, memo, penyataan kebijaksanaan dll. Reaksi yang dapat ditimbulkan
oleh pegawai akibat banyaknya pesan yang diterima umumnya membuat mereka

7
cenderung untuk tidak membacanya. Hal ini mengakibatkan pegawai membaca
pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya sedangkan yang lain tidak
dibaca.

2.3 Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Standar Akreditasi


● Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM
● Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik
● Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
● Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
ASKEP pasien
● Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
● Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
● Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain
● Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal
2.4 Supervisi
- Pengertian
Supervisi merupakan proses kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugas
keperawatan. Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan
tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber, 2000).
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan
secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan
yang bermutu setiap saat.
Menurut (Hutahaean et al., 2022), supervisi merupakan suatu cara atau bentuk
kegiatan mengobservasi, merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mempercayai, mengajar, mendorong, dan memperbaiki serta mengevaluasi yang
dilakukan secara efektif dan terus-menerus untuk mengoptimalkan kondisi kerja
yang nyaman dalam mencapai tujuan kerja.

8
- Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung,
sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas
atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Tujuan dari pengawasan adalah sebagai
berikut : (Nursalam, 2014)
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia.
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para petugas
kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman, serta
mengatur pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas
pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan
jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas
telah cukup dan dipergunakan dengan baik.
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut.
Menurut (Hutahaean et al., 2022), tujuan supervisi yaitu dapat memberikan bantuan
kepada staff secara langsung sehingga staf memiliki acuan yang cukup dalam
melaksanakan pekerjaannya dengan hasil yang lebih baik.
- Manfaat Supervisi
Manfaat supervisi menurut Pitman, 2011 terdiri atas:
a. Manfaat bagi perawat pelaksana
● Meningkatkan rasa percaya diri
Dalam pelaksanaan supervisi, perawat akan merasa lebih dihargai
mengenai kinerja yang dilakukan perasaan merasa dihargai akan
mampu meningkatkan kepuasan kerja perawat.
● Mengembangkan kemampuan diri

9
Supervisi yang dilakukan secara rutin dan terjadwal mampu
memberikan motivasi kepada perawat agar dapat meningkatkan
keterampilan yang dimilikinya.
● Perasaan yang diberdayakan
Supervisi yang berjalan dalam memberikan difasilitasi untuk
bertanggung jawab atas pekerjaan mereka dan keputusan-keputusan
yang diambil.
b. Manfaat bagi manajer
Tantangan bagi manajer adalah bagaimana melakukan pengembangan dan
memfasilitasi staff dalam meningkatkan keterampilan yang dimiliki
● Meningkatkan kualitas dan keamanan pasien
Tujuan yang paling penting dari supervisi adalah meningkatkan
pelayanan yang baik serta meningkatnya kepuasan pasien. Peran
penting dari supervisi adalah dapat meningkatkan kualitas
pelayanan sebuah rumah sakit sehingga menambah performa
pelayanan rumah sakit tersebut.
● Pembelajaran
Supervisi bukan hanya memberikan proses pengawasan kepada
perawat akan tetapi memberikan pengajaran dan pembelajaran
melalui bimbingan yang diberikan oleh supervisor. (Scott & Spouse,
2013)

- Prinsip Supervisi
Prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam melakukan supervisi menurut Suyanto
adalah sebagai berikut:
● Didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi
● Kegiatan direncanakan secara matang
● Bersifat edukatif, supporting, dan informal
● Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksana keperawatan
● Membentuk hubungan kerjasama yang demokratis antara supervisor dan
staf

10
● Harus objektif dan sanggup mengadakan "Self Evaluation"
● Harus progresif, inovatif, fleksibel, dan dapat mengembangkan kelebihan
masing-masing perawat yang disupervisi
● Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan
kebutuhan
● Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan

2.5 Model Supervisi Klinik


Di beberapa negara maju terutama US dan Eropa, kegiatan supervisi klinik keperawatan di
rumah sakit dilakukan dengan sangat sistematis. Peran dan kedudukan perawat supervisor
begitu penting. Peran supervisor dapat menentukan apakah pelayanan keperawatan
(nursing care delivery) mencapai standar mutu atau tidak. Penelitian Hyrkäs dan Paunonen-
Ilmonen (2001), membuktikan bahwa supervise klinik yang dilakukan dengan baik
berdampak positif bagi quality of care.

Model Proses Tujuan

Developmental (Dixon, Change agent, Counselor, Improve job performance


1998) Training/ Teaching

Academic (Farington, Educative, Supportive, Nurse performance


1995) Managerial

Experiential (Milne & Training, Mentoring Nurse performance


James, 2005)

4S (Page & Wosket, 1995) Structure, Skills, Support, Quality of care


Sustainability

a. Developmental (Dixon, 1998)


Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental dan southern cost
addiction technology transfer center tahun 1998. Model ini dikembangkan dalam
rumah sakit mental yang bertujuan agar pasien yang dirawat mengalami proses
developmental yang lebih baik. Maka semua ini menjadi tugas utama perawat.

11
Supervisor diberikan kewenangan untuk membimbing perawat dengan tiga cara,
yaitu change agent, counselor, dan teacher. Kegiatan change agent bertujuan agar
supervisor membimbing perawat menjadi agen perubahan; kegiatan tersebut
nantinya ditransfer kepada pasien sehingga pasien memahami masalah kesehatan.
Kegiatan counselor dilakukan supervisor dengan tujuan membina, membimbing,
mengajarkan kepada perawat tentang hal-hal yang berkaitan dengan tugas (task)
rutin perawat (contoh: supervisor membimbing perawat melakukan pengkajian
fisik). Kegiatan teaching bertujuan mengenalkan dan mempraktikkan ‘nursing
practice’ yang sesuai dengan tugas perawat (contoh: supervisor di ICU
mengajarkan teknik pengambilan darah arteri, analisa gas darah dsb).

b. Academic (Farington, 1995)


Model ini diperkenalkan oleh Farington di Royal College of Nursing UK tahun
1995. Farington menyebutkan bahwa supervisi klinik dilakukan untuk membagi
pengalaman supervisor kepada para perawat sehingga ada proses pengembangan
kemampuan professional yang berkelanjutan (CPD; continuing professional
development). Dilihat dari prosesnya, supervisi klinik merupakan proses formal
dari perawat professional (RN’s) untuk support dan learning sehingga pengetahuan
dan kompetensi perawat dapat dipertanggungjawabkan sehingga pasien
mendapatkan perlindungan dan merasa aman selama menjalani perawatan. Dalam
model academic proses supervise klinik meliputi tiga kegiatan, yaitu
a. educative,
Kegiatan educative dilakukan dengan:
1. mengajarkan ketrampilan dan kemampuan (contoh: perawat
diajarkan cara membaca hasil EKG)
2. membangun pemahaman tentang reaksi dan refleksi dari setiap
intervensi keperawatan (contoh: supervisor mengajarkan perawat
dan melibatkan pasien DM dalam demontrasi injeksi SC)

12
3. supervisor melatih perawat untuk mengexplore strategi, teknik-
teknik lain dalam bekerja (contoh: supervisor mengajarkan merawat
luka dekubitus dengan obat-obat jenis baru yang lebih baik)
b. supportive
Kegiatan supportive dilakukan dengan cara: melatih perawat ‘menggali’
emosi ketika bekerja (contoh: meredam konflik antar perawat, job
enrichment agar mengurangi burn out selama bertugas.
c. managerial
Kegiatan managerial dilakukan dengan: melibatkan perawat dalam
peningkatkan ‘standar’ (contoh: SOP yang sudah ada dikaji bersama
kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu).

c. Experiential (Milne & James, 2005)


Model ini diperkenalkan oleh Milne dan James di Newcastle University UK dan
Department of Health US tahun 2005 yang merupakan adopsi penelitian Milne,
Aylott dan Fitzpatrick. Dalam model ini disebutkan bahwa kegiatan supervisi klinik
keperawatan meliputi training dan mentoring. Dalam kegiatan training, supervisor
mengajarkan teknik-teknik keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat
pelaksana (contoh: pemasangan infus pada bayi, melakukan vena sectie, teknik
advance life support dsb). Training biasanya dilakukan secara berjenjang kepada
setiap perawat, misalnya training pada perawat pemula (beginner), perawat
pemula-lanjut (advance). Dalam kegiatan mentoring, supervisor lebih mirip
seorang penasihat dimana ia bertugas memberikan nasihat berkaitan dengan
masalahmasalah rutin sehari-hari (contoh: bagaimana mengurus ASKES pasien,
mencari perawat pengganti yang tidak masuk, menengahi konflik, mengambil
keputusan secara cepat, tepat dan etis dsb). Kegiatan ini lebih mirip kegiatan
supportive dalam model academic.

d. 4S (Page & Wosket, 1995)

13
Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil penelitian di Greater
Manchester UK dan New York tahun 1995. Model supervisor ini dikembangkan
dengan empat (4) strategi, yaitu Structure, Skills, Support dan Sustainability.
Dalam model ini, kegiatan structure dilakukan oleh perawat RN’s dalam
melakukan pengkajian dan asuhan pasien dimana perawat yang dibina sekitar 6-8
orang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan pengalaman perawat
dalam hal konsultasi, fasilitasi dan assisting. Kegiatan skills dilakukan supervisor
untuk meningkatkan keterampilan praktis (contoh: menjahit luka, interpretasi EKG,
pasang CAPD dsb). Kegiatan support dilakukan dengan tujuan untuk will keep
practice fresh, sharing, kebutuhan-kebutuhan training tertentu yang bernilai
kebaruan (contoh:pelatihan emergency pada keadaan bencana). Kegiatan
sustainability bertujuan untuk tetap mempertahankan pengalaman, ketrampilan,
nilai nilai yang telah dianut perawat. Kegiatan ini dilakukan secara kontinyu dengan
cara mentransfer pengalaman supervisor kepada perawat pelaksana (contoh:
supervisor membuat modul tentang berbagai keterampilan teknik yang dibagikan
kepada semua perawat pelaksana).

2.6 Jenis Supervisi


A. Jenis-jenis supervisi
1. Supervisi Umum dan Pengajaran
Supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan yang berhubungan dengan
usaha perbaikan pengajaran. Sedangkan pengajaran yaitu, kegiatan
kepengawasan yang berfungsi memperbaiki kondisi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Supervisi Klinis
Proses supervise adalah bimbingan yang berdasarkan atas observasi dan
analisa data secara teliti dan objektif.
3. Pengawasan Fungsional
Pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang dibentuk khusus untuk
membantu pimpinan dalam menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan
organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pengawasan ini bersifat

14
relatif, artinya jika diadakan lebih baik, namun jika tidak dilakukan juga
tidak Pengawasan Melekat akan.
4. Pengawasan melekat merupakan pengawasan yang bersifat mutlak, berbeda
dengan pengawasan fungsional. Pengawasan ini dilakukan oleh
pimpinan/atasan langsung kepada bawahan, baik di tingkat pusat maupun
di tingkat daerah. Pengawasan ini harus dilakukan oleh setiap pimpinan
(Muchsan, 1986). Dari segi tahapan pelaksanaan pengawasan, yaitu:
a. Pengawasan/pengendalian langsung (direct)
Pengawasan yang langsung dilakukan oleh lembaga pengawas yang
berwenang melakukan pengawasan tanpa perantara tahapan
pendahulu atau tanpa laporan dari pihak eksternal terlebih dahulu.
Pengawasan ini dilakukan langsung ke pokok persoalan dan sering
kali sud ah termasuk di dalam (melekat) tugas dan fungsi pimpinan
atau pejabat publik yang mengambil keputusan. Contoh pelaksanaan
pengawasan ini adalah pada saat pemberian ijin, lisensi atau alokasi
(Muchsan, 1986). Pengawasan langsung dapat juga diartikan
sebagai pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi dan
melakukan pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap obyek
yang diawasi. Jika pengawasan langsung ini dilakukan terhadap
proyek pembangunan fisik maka yang dimaksud dengan
pemeriksaan ditempat atau pemeriksaan setempat itu dapat berupa
pemeriksaan administratif atau pemeriksaan fisik di lapangan
b. Pengawasan/pengendalian tidak langsung (indirect)
Pengawasan/pengendalian yang dilakukan melalui instrumen
yuridis atau pedoman-pedoman tertentu. Dalam pelaksanaan suatu
kegiatan maka terhadap penyelenggaraan pemerintahan dapat
dilakukan prosedur secara yuridis dengan menerbitkan pedoman-
pedoman maupun instrumen yuridis lainnya agar tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah teratur dan tidak
digunakan secara sewenang wenang (Muchsan, 1986). Pengawasan
tidak langsung dapat juga diartikan sebagai pengawasan yang

15
dilakukan tanpa mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau
objek yang diawasi atau pengawasan yang dilakukan dari jarak jauh
yaitu dari belakang meja.

B. Teknik supervisi dalam keperawatan


Supervise dalam keperawatan memerlukan think khusus dan bersifat klinis.
Swansburg (2000), supervise dalam keperawatan mencakup hal-hal di bawah:
a. Proses supervisi
Proses supervisi dalam keperawatan meliputi tiga elemen:
1. Standar praktek keperawatan sebagai acuan
2. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding unrtuk
pencapaian/kesenjangan dan tindak lanjut
3. Upaya mempertahankan kualitas atau memperbaiki.
b. Area supervise
Area supervise keperawatan meliputi:
1. Pengetahuan dan pengertian tentang tugas yang akan dilaksanakan
2. Keterampilan yang dilakukan sesuai stndar
3. Sikap serta penghargaan terhadap pekerjaan
Sedangkan menurut Arwani (2005), supervise dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
1. Secara langsung
Supervise dengan cara langsung dilakukan pada saat perawat pelaksana
melakukan kegiatan yang sedang berlangsung saat itu. supervisor dapat
terlihat langsung dalam kegiatan yang dilakukan perawat pelaksana
sehingga dapat memberikan pengarahan dan petunjuk yang tidak dirasakan
oleh perawat pelaksana sebagai suatu perintah. Umpan langsung diberikan
oleh supervisor kepada bawan tanpa dirasakan sebagaai beban oleh perawat
pelaksana.
2. Tidak langsung
Supervise secara tidak langsung dilakukan melalui laporan baik tertulis atau
tidak tertulis. Hal ini memungkinkan terjadinya salah pengertian dan salah

16
persepsi karena supervisor tidak melihat kejadian secara langsung kegiatan
yang dilakukan perawat pelaksana.

2.7 Pengambilan Keputusan Dan Hierarki Supervisi


Manajer keperawatan yang melakukan supervisi secara langsung memungkinkan
mereka dapat menemukan berbagai hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan di ruangan. Dalam mengatasi hambatan ini, supervisor memerlukan
bantuan untuk mengambil keputusan guna dapat menemukan metode yang lebih baik.
Ketika melaksanakan supervise, supervisor membuat suatu keputusan tentang jenis
pekerjaan yang akan dilaksanakan serta siapa yang melaksanakannya. Oleh sebab itu,
supervisor perlu memberikan penjelasan dalam bentuk arahan kepada pelaksana. Pelaksana
ini terbentuk dalam hierarki supervise sebagai berikut.
1. Kepala Ruangan
Kepala ruangan bertanggung jawab atas supervise pelayanan keperawatan diunit
kerjanya. Kepala ruangan merupakan penentu tercapai tidaknya pelayanan dalam
pemberian asuhan keperawatan dan pendokumentasian di unit kerjanya.
2. Pengawas Keperawatan
Pengawas keperawatan bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pada
areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang berada dalam satu instalasi tertentu,
contohnya instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, dll.
3. Kepala Seksi
Kepala seksi bertanggung jawab atas beberapa instalasi digabung dibawah satu
pengawasan kepala seksi. Kepala seksi bertugas mengawasi pengawas keperawatan
dalam melaksanakan tugas secara langsung ataupun tidak langsung.
4. Kepala Bidang Keperawatan
Kepala bidang keperawatan bertanggung jawab untuk melakukan supervise kepada
kepala seksi secara langsung dan semua perawat secara tidak langsung.

2.8 Cara Mensupervisi


1. Individual (Individual technique)

17
Teknik ini digunakan apabila orang di supervisi dihadapi secara perorangan
biasanya dilakukan terhadap individu-individu yang mempunyai masalah khusus
dan bersifat pribadi.
a. Kunjungan kelas (classroom visitation)
Tujuannya untuk menolong pengajar memecahkan kesulitan-kesulitan yang
mereka hadapi dan mempelajari sifat dan kualitas cara belajar dan cara
bagaimana mengajar membimbing murid-muridnya
b. Observasi kelas
Bisa dilakukan secara langsung (direct observation) ataupun tidak langsung
(indirect observation). Tujuannya supaya pengajar dapat menganalisis
kesulitan-kesulitan yang ada dalam usaha memperbaiki hal belajar
mengajarnya
c. Individual conference
Menurut Menurut Adam dan Dickey bahwa salah satu alat yang penting
dalam supervisi adalah individual conference, yaitu supervisor dan guru
dapat bekerja secara individual memecahkan problem-problem pribadi
yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional
problems)
d. Intervisitation
Intervisitation ialah saling mengunjungi antara rekan guru yang satu dengan
rekan guru yang lain yang sedang mengajar untuk saling memberi dan
menimba pengalaman di antara sesama rekan guru
e. Self evaluation check list
untuk menilai diri sendiri kadang-kadang tak mampu melaksanakannya,
padahal yang paling, tahu tentang segala sesuatu pada diri kita
2. Kelompok (Group technique)
Teknik supervisi yang digunakan bersama sama antara supervisor dan guru-guru
dalam jumlah yang banyak tetapi mempunyai masalah
3. Langsung

18
Teknik langsung dalam supervisi yaitu cara berkomunikasi dengan berhubungan
langsung antara supervisor dengan guru melalui kunjungan kelas, pertemuan
pribadi, rapat staf dan lokakarya
Teknik langsung ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor sebagai berikut:
a. Menjelaskan
b. Menyajikan
c. Mengarahkan
d. Memberi contoh
e. Menerapkan tolak ukur
f. Menguatkan
4. Tidak langsung
Teknik supervisi tidak langsung adalah pendekatan masalah pengajaran yang
sifatnya tidak langsung menunjukan permasalahan, melainkan seorang guru
bercerita mengemukakan permasalahan yang mereka alami atau cara pendekatan
terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.
Perilaku supervisor dalam pendekatan ini adalah sebagai:
a. Mendengarkan
b. Memberi penguatan
c. Menjelaskan
d. Menyajikan
e. Memecahkan masalah
5. Teknik kolaboratif (langsung dan tidak langsung)
Cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan langsung dan tidak langsung
menjadi suatu cara pendekatan yang baru. Pada pendekatan ini baik supervisor
maupun guru bersama-sama bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan
kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi
guru.
2.9 Supervisi dalam keperawatan dan contohnya
a. Topik : Supervisi tindakan keperawatan: memasang ngt
b. Sasaran : Perawat yang melakukan tindakan keperawatan memasang ngt
c. Waktu : 60 menit

19
d. Pukul : 08.00 WIB
e. Hari/Tanggal : Rabu, 20 Juni 2023
f. Tujuan
- Tujuan umum : meningkatkan kinerja perawat
- Tujuan khusus :
1. Meningkatkan kinerja perawat
2. Mendiskusikan tindakan keperawatan
3. Meningkatkan motivasi perawat
g. Materi :
1. Teori supervisi
2. Prosedur pemasangan ngt
h. Metode :
- Observasi
-
- Diskusi tanya jawab
- Problem solving
i. Media :
- Status pasien
- Instrument supervisi
- Papan tulis white board
- Spidol
- Penghapus
- materi
j. Proses Supervisi :

Tahap Kepala ruangan Perawat primer Perawat associate


Kegiatan (supervisor)

Pra supervisi Pembukaan :


( 5 Menit) 1. Salam pembuka
2. Menyampaikan
maksud dan
tujuan

20
dilakukannya
supervisi
3. Materi: Cara
pendokumentasi
an asuhan
keperawatan dan
pemasangan ngt
4. Waktu : 20 Juni
2023
5. Sistem :
Observasi
6. Penilaian
kesesuaian
dengan
instrument
7. Memberikan
kesempatan
kepada perawat
primer untuk
melakukan
klarifikasi
sebelum
dilakukan
supervisi

Supervisi 1. Melakukan 1. Melakukan crosscheck 1. Melakukan


(45 Menit) pengawasan dan 2. Melakukan klarifikasi crosscheck
koordinasi kepada karu jika 2. Melakukan
2. Menilai ditemukan sesuatu yang klarifikasi kepada
kelengkapan tidak sesuai perawat primer jika
pengisian format 3. Melaksanakan tindakan ditemukan
supervisi keperawatan dengan perlengkapan yang
3. Mencatat jika menggunakan tidak sesuai
ditemukan ada pendekatan proses 3. Membantu
hal-hal yang keperawatan: melaksanakan
perlu - Menerima dan asuhan
didiskusikan mengkaji keperawatan yaitu
bersama perawat kebutuhan klien melaksanakan
primer dan secara implementasi
perawat komprehensif keperawatan sesuai
associate - Melakukan rencana yang telah
4. Memberikan analisa data dan dibuat oleh
masukan berupa menetapkan perawat primer
saran atau masalah
pembetulan keperawatan
tindakan - Membuat tujuan

21
keperawatan dan rencana
yang dilakukan keperawatan
- Melaksanakan
rencana yang
telah dibuat
- Melakukan
evaluasi
keberhasilan yang
telah dicapai

Pasca 1. Melakukan
Supervisi evaluasi hasil
(10 menit) supervisi
(terbuka)
2. Memberikan
feedback
3. Memberikan
follow up dan
reinforcement
4. Melakukan
dokumentasi
hasil supervisi

22
BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS
RS Lekas Sembuh adalah rumah sakit umum swasta kelas C dengan kapasitas 86 tempat tidur yang
sudah melayani pasien dengan BPJS sejak tahun 2014. Ruang Melati merupakan salah satu ruang
rawat inap yang merawat semua spesifikasi penyakit (Interna, Bedah, Obgyn, Neurologi, Urologi,
Orthopedic, THT, Pediatrik, Kulit, dan Jiwa) dengan kapasitas 14 tempat tidur. Jumlah perawat di
ruang Melati yaitu 8 orang termasuk kepala ruangan dan semua sudah berkualifikasi Ners.
Komposisi tenaga non keperawatan di ruang Melati tidak ada staf khusus, seperti admission,
cleaning service, ahli gizi, namun strukturnya menjadi satu dengan seluruh ruangan yang ada di
RS Lekas Sembuh. Ruang Melati memiliki BOR 60%, rata-rata kategori klien yang dirawat adalah
1 orang total care, 4 orang partial care dan 3 orang self care, & hari kerja efektif adalah 6 hari per
minggu (40 jam/minggu). Ruang Melati menerapkan metode penugasan Tim, timbang terima
dilakukan sebanyak 3 kali setiap pergantian shift, dan sudah dilakukan validasi ke ruangan pasien
setiap pelaksanaan timbang terima. Ruang Melati telah memiliki SOP yang cukup, namun SOP
tersebut masih perlu ditambahkan dan beberapa SOP masih dalam tahap revisi. SAK yang ada di
ruangan juga belum mencangkup 8 besar penyakit yang ada di ruangan, form-form dan media
supervisi, penerimaan pasien baru, dan discharge planning juga belum ada. Dokumentasi yang
dilakukan perawat dilakukan secara manual, masih banyak yang tidak lengkap, penulisan askep
juga banyak yang tidak tepat, dan SBAR belum terlaksana. Selain itu, tingkat kepatuhan perawat
dalam melakukan cuci tangan masih sangat rendah dan tingkat kepuasan pasien masih rendah
karena perilaku caring perawat masih kurang. Sementara rumah sakit swasta di sekitar RS Lekas
sembuh cukup banyak dengan kualitas perawat yang sudah baik dan memiliki sarana dan prasarana
yang cukup lengkap.

3.1 Pengkajian Kasus


A. Berdasarkan SWOT
1. Strength / kekuatan :

23
- Ruang melati merupakan salah satu ruang rawat inap yang merawat semua
spesifikasi penyakit (interna, bedah, obgyn, neurologi, urologi, orthopedic,
THT, pediatric, kulit, dan jiwa) dengan kapasitas 14 tempat tidur.
- Menerapkan metode penugasan Tim, timbang terima dilakukan sebanyak 3
kali setiap pergantian shift, dan sudah dilakukan validasi ke ruangan pasien
setiap pelaksanaan timbang terima.
- Jumlah perawat di ruang Melati yaitu 8 orang termasuk kepala ruangan dan
semua sudah berkualifikasi Ners.
2. Weakness / kelemahan
- SAK yang ada di ruangan belum mencakup 8 besar penyakit yang ada di
ruangan, form-form dan media supervisi, penerimaan pasien baru, dan
discharge planning juga belum ada.
- Dokumentasi yang dilakukan perawat dilakukan secara manual, masih
banyak yang tidak lengkap, penulisan askep juga banyak yang tidak tepat,
dan SBAR belum terlaksana.
- Tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan masih sangat
rendah dan tingkat kepuasan pasien masih rendah karena perilaku caring
perawat masih kurang.
3. Opportunities / peluang
- Ruang melati menerapkan metode penugasan tim, timbang terima
dilakukan sebanyak 3 kali setiap pergantian shift, dan sudah dilakukan
validasi ke ruangan pasien setiap pelaksanaan timbang terima.
- Jumlah perawat di ruang melati yaitu 8 orang termasuk kepala ruangan dan
semua sudah berkualifikasi Ners.
4. Threats / ancaman
- Rumah sakit swasta di sekitar RS Lekas Sembuh cukup banyak dengan
kualitas perawat yang sudah baik dan memiliki sarana dan prasarana yang
cukup lengkap.
- Tingkat kepuasan pasien masih rendah karena perilaku caring perawat
masih kurang.

24
- Komposisi tenaga non keperawatan di ruang Melati tidak ada staf khusus,
seperti admission, cleaning service, ahli gizi, namun strukturnya menjadi
satu dengan seluruh ruangan yang ada di RS Lekas Sembuh.

B. Berdasarkan 5 M
1. Ketenagaan (Man/M1)
a. Analisis situasi
Jumlah perawat di ruang Melati yaitu 8 orang termasuk kepala ruangan dan semua
sudah berkualifikasi Ners. Komposisi tenaga non keperawatan di ruang Melati
tidak ada staf khusus, seperti admission, cleaning service, ahli gizi, namun
strukturnya menjadi satu dengan seluruh ruangan yang ada di RS Lekas Sembuh.
b. Struktur organisasi
Struktur organisasi di ruang Melati telah berproses sesuai 36 dengan peran dan
kewenangan setiap jabatan. Ruang Melati memiliki kepala ruang, yang telah
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Perawat pelaksana juga telah
mengerjakan tugasnya dengan baik dalam memberikan tindakan keperawatan
kepada pasien di ruang Melati, sesuai dengan SOP yang telah ditentukan, walaupun
SOP tersebut masih perlu ditambahkan dan beberapa SOP masih dalam tahap
revisi.
c. Tingkat ketergantungan pasien
Ruang Melati memiliki BOR 60%, rata-rata kategori klien yang dirawat adalah 1
orang total care, 4 orang partial care dan 3 orang self care, & hari kerja efektif
adalah 6 hari per minggu (40 jam/minggu).
d. Kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat ketergantungan pasien
Masing-masing kategori telah memiliki nilai standar per shift nya, berdasarkan
kategori ketergantungan klien dalam penetapan jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan dalam suatu unit perawatan.
e. Alur masuk pasien
Tidak terdapat dalam kasus
f. Hasil Analisa

25
1) Di ruang Melati, sesuai dengan SOP yang telat ditentukan, walaupun SOP
tersebut masih perlu ditambahkan dan beberapa SOP masih dalam tahap
revisi.
2) Pendidikan perawat sudah berkualifikasi Ners
3) Alur masuk pasien juga tidak dijelaskan di dalam kasus.
2. Sarana dan prasarana (Material/M2)
a. Sarana
1) Gambaran kapasitas tempat tidur ruangan
Terdapat 14 tempat tidur. Dengan rata-rata kategori klien yang dirawat adalah 3 bed
orang total care, 6 orang partial care dan 5 orang self care.
2) Peralatan dan fasilitas
Tidak dijelaskan secara rinci di kasus, namun rumah sakit swasta di sekitar RS Lekas sembuh
cukup banyak dengan kualitas perawat yang sudah baik dan memiliki sarana dan prasarana yang
cukup lengkap. Hal itu menggambarkan bahwa RS Lekas Sembuh dari segi sarana dan
prasarananya belum memadai.
b.Prasarana
1) Lokasi dan denah ruang melati di rumah sakit
Lekas Sembuh Fasilitas yang ada di Ruang Melati yaitu terdapat ruang kepala ruangan,
mushalla, kamar mandi, ruang perawat, dapur, dan gudang sebagai tempat linen kotor.
Ruang Melati merupakan salah satu ruang rawat inap yang merawat semua spesifikasi
penyakit (Interna, Bedah, ObGyn, Neurologi, Urologi, Orthopedic, THT, Pediatrik, Kulit,
dan Jiwa) dengan kapasitas 14 tempat tidur. Ruangan ini terdapat gorden di satu tempat
tidur yang satu dengan yang lainnya, di ruangan terdapat dua kamar mandi dengan satu
buah pispot akan tetapi tidak ada tempat untuk meletakkan, sehingga pispot diletakkan di
lantai kamar mandi.
2) Alur pengadaan barang
Tidak dijelaskan di dalam kasus.
3) Hasil Analisa
Pada Ruangan Melati kamar mandi pasien sudah tersedia, namun belum sesuai dengan 6
sasaran keselamatan pasien poin ke 6 (pengendalian risiko jatuh). b. Belum adanya ruang
obat, ruang khusus kepala ruangan, ruang diskusi.

26
3. Metode (Methode/M3)
a. Ruang Melati menerapkan metode penugasan Tim, timbang terima dilakukan sebanyak 3
kali setiap pergantian shift, dan sudah dilakukan validasi ke ruangan pasien setiap
pelaksanaan timbang terima. Dalam metode tim ini, di dalam kasus tidak dijelaskan
bagaimana sistem penugasan asuhan keperawatan ke pasien secara rinci. Namun di ruang
melati tingkat kepuasan pasien masih rendah karena perilaku caring perawat masih kurang.
Padahal Jumlah perawat di ruang Melati yaitu 8 orang sudah termasuk kepala ruangan dan
semua sudah berkualifikasi Ners.
b. Timbang terima
Ruang Melati menerapkan metode penugasan Tim, timbang terima dilakukan sebanyak 3
kali setiap pergantian shift, dan sudah dilakukan validasi ke ruangan pasien setiap
pelaksanaan timbang terima. Dokumentasi yang dilakukan perawat dilakukan secara
manual, masih banyak yang tidak lengkap, penulisan askep juga banyak yang tidak tepat,
dan SBAR belum terlaksana.
c. Supervisi keperawatan
d. Supervisi keperawatan merupakan kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan
secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan,
masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap
saat (Nursalam, 2019). Namun di RS Lekas Sembuh khususnya di ruang Melati media
supervisi masih belum ada.
e. Discharge planning
Discharge planning adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu pasien dan
keluarga dalam meningkatkan atau mempertahankan derajat kesehatannya. Discharge
planning akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara perawatan
yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah klien
pulang (Nursalam & Efendi, 2019). Shepperd, et al (2018) menyatakan bahwa discharge
planning memberikan efek berarti dalam menurunkan komplikasi penyakit, pencegahan
kekambuhan dan menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Namun di Rumah Sakit
Lekas Sembuh khususnya dituang Melati discharge planning juga belum ada.
f. Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat (PKPO)

27
Di dalam kasus tidak dijelaskan apakah ruangan Melati memiliki tempat penyimpanan obat
khusus/ tidak. Dan di dalam kasus pun tidak dijelaskan bagaimana sistem pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat.
g. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan berisi hasil kegiatan atau aktivitas keperawatan yang dilakukan
oleh perawat terhadap pasien, mulai dari pengkajian sampai evaluasi (Asmaidi, 2020).
Dokumentasi keperawatan dapat menjadi bukti tindakan keperawatan yang telah dilakukan
oleh perawat. Dalam hal ini, perlu dibuat format terkait bentuk dokumentasi proses
keperawatan yang disepakati bersama. Dokumentasi keperawatan juga merupakan sarana
komunikasi dari satu profesi ke profesi yang lain terkait status pasien. Tulisan yang
terdapat dalam dokumentasi keperawatan harus jelas dan dapat terbaca, tidak
diperkenankan menggunakan istilah atau singkatan yang tidak lazim, dan harus berisi
uraian yang jelas, tegas serta sistematis. Namun, di RS Lekas Sembuh ini, dokumentasi
yang dilakukan perawat masih dilakukan secara manual, masih banyak yang tidak lengkap,
penulisan askep juga banyak yang tidak tepat, dan SBAR belum terlaksana.
h. Pelaksanaan standar asuhan keperawatan
Standar asuhan keperawatan (SAK) merupakan pedoman terperinci yang menunjukkan
perawatan yang diprediksi dan diidentifikasi dalam situasi yang spesifik. Namun di RS
Lekas Sembuh SAK yang ada di ruangan juga belum mencangkup 8 besar penyakit yang
ada di ruangan.
i. Pelaksanaan standar operasional prosedur
Standar operasional prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman tertulis yang digunakan
dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.SOP harus singkat, mudah
dimengerti serta berisi langkah-langkah tindakan yang mudah diikuti. Di RS Lekas
Sembuh ini khususnya di ruang Ruang Melati telah memiliki SOP yang cukup, namun SOP
tersebut masih perlu ditambahkan dan beberapa SOP masih dalam tahap revisi.
j. Hasil analisa
Dimana Ruang Melati di RS Lekas Sembuh telah memiliki SOP yang cukup, namun SOP
tersebut masih perlu ditambahkan dan beberapa SOP masih dalam tahap revisi. SAK yang
ada di ruangan juga belum mencangkup 8 besar penyakit yang ada di ruangan, form-form
dan media supervisi, penerimaan pasien baru, dan discharge planning juga belum ada.

28
Dokumentasi yang dilakukan perawat dilakukan secara manual, masih banyak yang tidak
lengkap, penulisan askep juga banyak yang tidak tepat, dan SBAR belum terlaksana.
4. Sumber keuangan (Money/M4)
a. Sistem yang digunakan dalam hal keuangan ruangan
Tidak dijelaskan di dalam kasus.
b. Sumber kesejahteraan karyawan/ruangan
Tidak dijelaskan di dalam kasus.
c. Hasil analisa
Hasil analisa data diatas menunjukkan bahwa pihak RS Lekas Sembuh belum diketahui
apakah telah melaksanakan sistem manajemen keuangan dengan baik atau tidak dalam
penganggaran dana untuk kebutuhan alat dan bahan Kesehatan begitupun dengan
kesejahteraan pegawai apakah sudah diatur dengan baik atau tidak.
5. Pemasaran bangsal (Market/M5)
a. Jumlah rata-rata pasien
Jumlah rata rata pasien di ruang Melati tidak dijelaskan. Namun saat ini ada 8 pasien yang
harus ditangani. Yang mana rata-rata kategori klien yang dirawat adalah 1 orang total care,
4 orang partial care dan 3 orang self care.
b. Hasil analisa Belum jelasnya jumlah rata rata pasien per tahun.

29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu
meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang
ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan
dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para
perawat (Suyanto, 2008).
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar, 2009):
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektivitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efisiensi kerja ini erat
kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia sia akan dapat dicegah.
4.2 Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang supervisi keperawatan. Agar dapat
menjadi pedoman buat kita sebagai perawat serta dapat kita aplikasikan di dunia kerja
nanti.

30
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, R. (n.d.). Praktik Pengarahan Kepala Ruangan sesuai Standar Akreditasi. Scribd.
Warouw, Herman. J. (n.d.). Hubungan Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat ... -
OPAC.
Kanita, Almasari. (2022). Penilaian Supervisi dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Keperawatan di Ruang Merak RS Bhayangkara Makassar. Karya Tulis Akhir thesis Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Larasati. (2019). Proses dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jurnal Artikel, 1(1), 1–11.

31

Anda mungkin juga menyukai