Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DELEGASI DAN SUPERVISI

Tugas Mata Kuliah Managemen Keperawatan

Oleh :

Franky Irawan Pesoa

Kelas :

Non Reguler UNDATA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2019
KATA PENGANTAR

‫ْــم‬
ِ ‫الر ِحي‬
َّ ‫مـن‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫ْــــم هللا‬
ِ ‫بِس‬
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam

atas berkah dan inayah-Nya penulisan makalah ini dapat dirampungkan. Sholawat

dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW karena

perjuangan beliau kita dapat menikmati iman kepada Allah SWT.

Dalam penulisan makalah “Delegasi dan Supervisi dalam Manajemen

Keperawatan” dalam mata kuliah Manajemen Keperawatan, diharapkan dengan

penulisan makalah ini dapat mendorong dan membantu para mahasiswa dalam

meningkatkan pengetahuan tentang manajemen keperawatan. Adapun bagi para

pembaca selain kalangan kampus, makalah ini berguna terutama untuk menyelami

dengan memperluas wawasan tentang manajemen keperawatan.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah bekerja sama, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan

baik. Mudah – mudahan Allah SWT membalas amal baik tersebut dan merupakan

amal jariyah hendaknya, Amin.

Palu, 14 Januari 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah merupakan proses bekerja dengan dan melalui orang
lain untuk mencapai organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Dengan
kata lain manajemen adalah proses mengumpulkan dan mengorganisir
sumber-sumber dalam mencapai tujuan yang mencerminkan kedinamisan
organisasi.
Manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah
terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien. Tenaga
keperawatan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang berkualitas adalah perawat pelaksana. Sebagai kunci
keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien adalah
komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan, dan pendelegasian.
Pendelegasian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, memberikan
instruksi, menetapkan prinsip-prinsip berdasarkan standar, membandingkan
penampilan, standar dan memperbaiki kekurangan
Supervisi adalah suatu proses memfasilitasi sumber-sumber yang
diperlukan staf untuk menyelesaikan tugas-tugasnya (Swansburg, 2000).
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan dengan menerapkan prinsip
mengajar, mengarahkan, mengobservasi dan mengevaluasi secara terus
menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman,
cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai kemampuan dan keterbatasan dari
perawat
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan delegasi?
2. Apa aspek penting dalam pendelegasian?
3. Jelaskan wewenang yang didelegasikan!
4. Apa yang dimaksud supervisi?
5. Apa fungsi dan tujuan supervisi?
6. Apa prinsip supervisi?
7. Bagaimana teknik supervisi?
8. Bagaimana prosedur delegasi dan supervisi dalam manajemen
keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan delegasi.
2. Menjelasakan aspek penting dalam pendelegasian.
3. Menjelaskan wewenang yang didelegasikan.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud supervisi.
5. Menjelaskan fungsi dan tujuan supervisi.
6. Menjelaskan prinsip supervisi.
7. Menjelaskan bagaimana teknik supervisi.
8. Menjelaskan bagaimana prosedur delegasi dan supervisi dalam manajemen
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Delegasi
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
Pendelegasian adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang dan tanggung
jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutinitas
sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat
menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang
manajer.
Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/
bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang
bersangkutan dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepeda
staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas tugas
itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang
didelegasikan kepadanya ( Manulang, 1988).
Delegasai wewenang adalah proses yang paling fundamental dalam
organisasi, sebab pimpinan tak kan sanggup melakukan segala sesuatu dan
membuat setiap keputusan.
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen
penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan
menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih produktif dalam
melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang adalah
proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.
B. Aspek Penting Dalam Pendelegasian
1. Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam
upaya menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi.
2. Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas
penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang
"berharga", serta memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang lain,
di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja.
3. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang
meliputi bidang berikut.
a. Menekankan pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau
diinginkan pada waktu depan yang telah ditentukan ("desired results").
1) Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang apa yang harus
dicapai, bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus utama
diarahkan kepada hasil produksi.
2) Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban membuat/memberi laporan pada awal tugas,
dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh
pemimpin.
b. Pelaksanaannya dilandasi pedoman/petunjuk ("guidelines") yang jelas,
baik bagi tugas maupun pelaksana tugas. Artinya pendelegasian
menyatakan pedoman-pedoman, larangan-larangan, dan batas-batas
dimana seseorang harus bekerja/melakukan kewajibannya. Hal ini
menolong setiap orang untuk bekerja dengan baik/patut.
c. Melibatkan sumber-sumber daya ("resources") yang pasti.
Pendelegasian menyatakan (disertai dengan pernyataan) akan adanya
sumber-sumber daya, antara lain sumber daya manusia, keuangan,
teknis, atau organisasi yang dapat dipakai seseorang untuk
menyelesaikan tugas yang didelegasikan kepadanya.
d. Dinyatakan dengan adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban
("responsibility" dan "accountability"). Pendelegasian menyatakan
patokan yang akan digunakan untuk menilai hasil/prestasi akhir, yang
diwujudkan dengan adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban
kerja yang dapat dilakukan dengan membuat/memberi pelaporan pada
awal tugas, dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan
dievaluasi oleh pemimpin.
e. Mempertimbangkan risiko-risiko yang akan terjadi atau ditindaki
("consequences"). Pendelegasian dapat menyatakan akibat-akibat yang
akan terjadi, yang baik maupun yang tidak baik, sebagai hasil dari
suatu pekerjaan atau tugas yang didelegasikan. Akibat-akibat ini dapat
diukur melalui evaluasi/pengkajian yang dilakukan dengan meneliti
deskripsi tugas dan hasil kerja atau produk yang telah dilakukan atau
dihasilkan. Dengan menanyakan apakah semuanya ini telah dilakukan
dengan baik dan sesuai dengan rencana, ketentuan dan prosedur,
ataukah malah sebaliknya.
C. Wewenang yang Didelegasikan
Tidak semua tugas dan wewenang didelegasikan oleh pimpinan kepada
bawahan, maka untuk itu pimpinan perlu mempertimbangkan mana yang
layak dan pantas untuk didelegasikan (Bantu, Tampubolon, 2004).
Seorang manager dapat mendelegasikan sebagian dari tugas dan
wewenangnya seperti memimpin, menyusun, merencanakan dan mengawasi
serta meneliti yang dipeerlukan untuk melaksanakan fungsi manajemen bila ia
mempunyai orang-orang yang wajar untuk ini dan jika ia mengembalikan
keputusan yang tetap mengenai apa yang harus dilakukannya sendiri (Bantu,
Tampubolon, 2004).
Wewenang yang didelegasikan juga berpatokan pada jenis fungsi yang
didelegasikan. Perbandingan dari masing-masing fungsi yang paling banyak
didelegasikan adalah fungsi pelaksanaan. Sebagian dari kegiatan atau
wewenang personalia yang tidak dapat didelegasikan misalnya pemberian
bonus, perubahan perjanjian atau pemecah keluh-kesah pegawai (Bantu,
Tampubolon, 2004).
Fungsi keuangan merupakan fungsi yang cenderung untuk tidak
didelegasikan. Ini disebabkan karena pada umumnya tujuan perusahaan adalah
untuk mendapatkan keuntungan, sehingga dengan tidak didelegasikannya
fungsi keuangan tersebut untuk menghindari kemungkinan penyelewengan
dan memudahkan pengawasan dibidang keuangan perusahaan atau
organisasi.(Bantu, Tampubolon, 2004).
D. Definisi Supervisi
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah
berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi
adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu
bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian
(controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu
proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu
tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan
erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari
kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah
kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas
bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam
melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
E. Fungsi dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Menurut Suarli & Bachtiar (2009), manfaat tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas
kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang
dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan
sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan
telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah
menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara
benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang
telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli &
Bachtiar, 2008).

F. Prinsip supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan
jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan
tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi.
Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), prinsip pokok supervisi secara sederhana
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan,
bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau
bantuan untuk mengatasinya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus
edukatif dan suportif, bukan otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang
hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja
sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses
penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan
bawahan.
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan
kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi
dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan
supervisi yang baik.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan
dengan perkembangan.

Prinsip Supervisi Keperawatan


Agar seorang manajer keperawatan mampu melakukan kegiatan
supervisi secara benar, harus mengetahui dasar dan prinsip-prinsip supervisi.
Prinsip-prinsip tersebut harus memenuhi syarat antara lain didasarkan atas
hubungan professional dan bukan hubungan pribadi, kegiatan harus
direncanakan secara matang, bersifat edukatif, memberikan perasaan aman
pada perawat pelaksana dan harus mampu membentuk suasana kerja yang
demokratis. Prinsip lain yang harus dipenuhi dalam kegiatan supervisi adalah
harus dilakukan secara objektif dan mampu memacu terjadinya penilaian diri
(self evaluation), bersifat progresif, inovatif, fleksibel, dapat
mengembangkan potensi atau kelebihan masing-masing orang yang
terlibat, bersifat kreatif dan konstruktif dalam mengembangkan diri
disesuaikan dengan kebutuhan, dan supervisi harus dapat meningkatkan
kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan ( Arwani, 2006).
Ada beberapa prinsip supervisi yang dilakukan di bidang keperawatan
(Nursallam, 2007) antara lain:
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Supervisi menggunakan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemempuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan
c. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan urian tugas dan standard
d. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana
e. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang spesifik
f. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi
g. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.
G. Teknik Supervisi
Tehnik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan tehnik
penyelesaian masalah. Bedanya pada supervisi tehnik pengumpulan data untuk
menyelesaikan masalah dan penyebab masalah menggunakan tehnik
pengamatan langsung oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi,
serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah tindakan dapat
dilakukan oleh pelaksana supervisi, bersama-sama dengan sasaran supervisi
secara langsung di tempat . Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa
untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua hal yang perlu
diperhatikan (Bachtiar dan Suarli, 2009):
1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk
itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
a. Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas
sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana
supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk
mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung
perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada
sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).
b. Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak
terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah
keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu
dengan dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut
dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa adanya.
c. Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan
berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak
senang, atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Untuk
mengecek keadaan ini pengamatan langsung harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negatif tersebut
tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan menunjukkan kekuasaan
atau otoritas.
2. Kerja sama
Agar komunonikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul,
pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerja sama dalam
penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok
dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah serta upaya alternatif
penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian
upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama
pula.

Tehnik Supervisi keperawatan


Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan
seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan
melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat
secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan
mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan
malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani,
2006).
Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak
langsung.
1. Teknik Supervisi Secara Langsung.
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang
dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi
efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami; 2)
menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan lambat;
4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada
satu waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan
bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut.
Supervisi lansung dilakukan pada saat perawat sedang melaksanakan
pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan
pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat dalam
pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung
(Wiyana, 2008):
a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa
pendokumentasiannya akan disupervisi.
b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara
langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.
c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan
keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.
d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada
perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai form A dari Depkes.
e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.
2. Secara Tidak Langsung.
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya
kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel,
1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung:
a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil
dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari
Depkes.
d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan
memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan
tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.
e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau
sesuai standar.
H. Prosedur Delegasi dan Supervisi dalam Manajemen Keperawatan
1. Prosedur delegasi dalam manajemen keperawatan
Cara manajer dalam melakukan delegasi antara lain :
a. Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah.
b. Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
c. Menyetujui standar kerja
d. Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan
bawahan
e. Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan
tugas dan wewenang baik secara tertulis maupun lisan.
f. Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan dengan
mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta memberikan
umpan balik prestasi yang dicapai.
g. Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan - keluhannya.
h. Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan ide
ide baru yang bermanfaat.
i. Memberikan ‘reward’ atas hasil yang dicapai.
j. Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.
2. Prosedur supervisi dalam manajemen keperawatan
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan visi, misi dan tujuan organisasi. Selain itu
supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan (Keliat, 2006).
Agar supervisi sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka supervisi
hanya dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang mampu
dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi, supervisi
biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap
pelaksana. dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran
seperti yang diinginkan.
Kegiatan supervisi yang dilakukan secara optimal dapat menjamin
kegiatan pelayanan sesuai dengan standar mutu profesional yang telah
ditetapkan oleh organisasi profesi (PPNI, 2002). Supervisi dilakukan oleh
perawat manajer yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen
maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme.
Materi supervisi atau pengawasan harus disesuaikan dengan uraian
tugas masing-masing staf perawat yang disupervisi, hal tersebut
dimaksudkan agar perawat dapat mempersiapkan diri ketika disupervisi
oleh atasan namun bukan berarti mengada-ada.
Menurut Keliat dkk (2006) materi yang disupervisi oleh kepala
ruangan ketua tim dan perawat adalah:
a. Kepala Ruangan, materi yang disupervisi adalah kemampuan
manajerial dan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Ketua Tim, materi yang disupervisi terkait dengan kemampuan
pengelola di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan.
c. Perawat pelaksana, materi yang disupervisi terkait dengan kemampuan
asuhan keperawatan.
Pengawasan berjenjang yang dilakukan oleh kepala seksi
keperawatan, kepala ruangan dan ketua tim adalah sebagai berikut:
a. Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan
terhadap Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana.
b. Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim, dan
Perawat Pelaksana.
c. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana.

Menurut Sutanto (2008), supervisi keperawatan dilaksanakan oleh


personil atau bagian yang bertangguung jawab antara lain:
a. Kepala ruangan
Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan
keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang
dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak
langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di
ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang
menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan
supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing
(Suarli dan Bahtiar , 2009).
b. Pengawas perawatan (supervisor)
Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit
pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung
jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
c. Kepala bidang keperawatan
Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang
keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab
melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui
para pengawas keperawatan. Mengusahakan seoptimal mungkin
kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena
itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan
pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan
pelaksana staf keperawatan, memberikan pengarahan dalam
pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi
sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan
pelayanan bimbingan pada pelaksana keperawatan dalam memberikan
asuahan keperawatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.Tidak semua
tugas dan wewenang didelegasikan oleh pimpinan kepada bawahan, maka
untuk itu pimpinan perlu mempertimbangkan mana yang layak dan pantas
untuk didelegasikan.
Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya.
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan
jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan
tugas. Agar supervisi sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka supervisi
hanya dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang mampu
dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi, supervisi biasanya
dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana.
dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan
organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran seperti yang
diinginkan.
B. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
mengharapkan kepada dosen dan pembaca untuk memberikan kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

Arwani dan Heru Supriyatno. (2005), Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta:


EGC.
Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:
Binarupa Aksara .
Bantu Tampubolon, 2004. Analisis Pendelegasian Tugas dan Wewenang.
Universitas HKBP Nommensen Medan.
Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Mediaka.
Suarli, S. & Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan
Praktik. Jakarta: Erlangga
Sutanto, (2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di
Rumah Sakit. Jokjakarta:Mitra Cendikia Press
Wiyana, Muncul. (2008). Supervisi dalam Keperawatan. Diakses pada tanggal 7
Oktober 2014. (http://www.akpermadiun.ac.id/index.php?link=artikeldtl.
php&id=3)

Anda mungkin juga menyukai