Oleh :
Kelas :
ْــم
ِ الر ِحي
َّ مـن
ِ ْالرح
َّ ِْــــم هللا
ِ بِس
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam
atas berkah dan inayah-Nya penulisan makalah ini dapat dirampungkan. Sholawat
dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW karena
penulisan makalah ini dapat mendorong dan membantu para mahasiswa dalam
pembaca selain kalangan kampus, makalah ini berguna terutama untuk menyelami
telah bekerja sama, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Mudah – mudahan Allah SWT membalas amal baik tersebut dan merupakan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah merupakan proses bekerja dengan dan melalui orang
lain untuk mencapai organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Dengan
kata lain manajemen adalah proses mengumpulkan dan mengorganisir
sumber-sumber dalam mencapai tujuan yang mencerminkan kedinamisan
organisasi.
Manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah
terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien. Tenaga
keperawatan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang berkualitas adalah perawat pelaksana. Sebagai kunci
keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien adalah
komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan, dan pendelegasian.
Pendelegasian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, memberikan
instruksi, menetapkan prinsip-prinsip berdasarkan standar, membandingkan
penampilan, standar dan memperbaiki kekurangan
Supervisi adalah suatu proses memfasilitasi sumber-sumber yang
diperlukan staf untuk menyelesaikan tugas-tugasnya (Swansburg, 2000).
Supervisi adalah suatu kegiatan pembinaan dengan menerapkan prinsip
mengajar, mengarahkan, mengobservasi dan mengevaluasi secara terus
menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap
perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman,
cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai kemampuan dan keterbatasan dari
perawat
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan delegasi?
2. Apa aspek penting dalam pendelegasian?
3. Jelaskan wewenang yang didelegasikan!
4. Apa yang dimaksud supervisi?
5. Apa fungsi dan tujuan supervisi?
6. Apa prinsip supervisi?
7. Bagaimana teknik supervisi?
8. Bagaimana prosedur delegasi dan supervisi dalam manajemen
keperawatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan delegasi.
2. Menjelasakan aspek penting dalam pendelegasian.
3. Menjelaskan wewenang yang didelegasikan.
4. Menjelaskan apa yang dimaksud supervisi.
5. Menjelaskan fungsi dan tujuan supervisi.
6. Menjelaskan prinsip supervisi.
7. Menjelaskan bagaimana teknik supervisi.
8. Menjelaskan bagaimana prosedur delegasi dan supervisi dalam manajemen
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Delegasi
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
Pendelegasian adalah pelimpahan kekuasaan, wewenang dan tanggung
jawab kepada orang lain. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya rutinitas
sebaiknya didelegasikan ke orang lain agar seorang manajer dapat
menggunakan waktunya itu untuk melakukan tugasnya sebagai seorang
manajer.
Pendelegasian adalah kegiatan seseorang untuk menugaskan stafnya/
bawahannya untuk melaksanakan bagian dari tugas manajer yang
bersangkutan dan pada waktu bersamaan memberikan kekuasaan kepeda
staf/bawahan tersebut, sehingga bawahan itu dapat melaksanakan tugas tugas
itu sebaik baiknya serta dapat mempertanggung jawabkan hal hal yang
didelegasikan kepadanya ( Manulang, 1988).
Delegasai wewenang adalah proses yang paling fundamental dalam
organisasi, sebab pimpinan tak kan sanggup melakukan segala sesuatu dan
membuat setiap keputusan.
Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen
penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan
menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih produktif dalam
melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang adalah
proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada bawahannya.
B. Aspek Penting Dalam Pendelegasian
1. Fokus pendelegasian adalah hasil kerja yang diharapkan tercapai, dalam
upaya menggapai sasaran/tujuan akhir dari organisasi.
2. Pendelegasian dilaksanakan dengan sikap hormat yang didasarkan atas
penghargaan dan kesadaran terhadap diri sendiri sebagai sesuatu yang
"berharga", serta memerhatikan harga diri dan kehendak bebas orang lain,
di mana setiap pekerja dipandang sebagai subjek, dan bukan objek kerja.
3. Pendelegasian yang menghasilkan melibatkan harapan-harapan yang
meliputi bidang berikut.
a. Menekankan pada tercapainya hasil-hasil yang didambakan atau
diinginkan pada waktu depan yang telah ditentukan ("desired results").
1) Pendelegasian menyatakan dengan tegas tentang apa yang harus
dicapai, bukan bagaimana mencapainya, di mana fokus utama
diarahkan kepada hasil produksi.
2) Pendelegasian memberikan tugas, wewenang, hak, tanggung
jawab, kewajiban membuat/memberi laporan pada awal tugas,
dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan dievaluasi oleh
pemimpin.
b. Pelaksanaannya dilandasi pedoman/petunjuk ("guidelines") yang jelas,
baik bagi tugas maupun pelaksana tugas. Artinya pendelegasian
menyatakan pedoman-pedoman, larangan-larangan, dan batas-batas
dimana seseorang harus bekerja/melakukan kewajibannya. Hal ini
menolong setiap orang untuk bekerja dengan baik/patut.
c. Melibatkan sumber-sumber daya ("resources") yang pasti.
Pendelegasian menyatakan (disertai dengan pernyataan) akan adanya
sumber-sumber daya, antara lain sumber daya manusia, keuangan,
teknis, atau organisasi yang dapat dipakai seseorang untuk
menyelesaikan tugas yang didelegasikan kepadanya.
d. Dinyatakan dengan adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban
("responsibility" dan "accountability"). Pendelegasian menyatakan
patokan yang akan digunakan untuk menilai hasil/prestasi akhir, yang
diwujudkan dengan adanya tanggung jawab dan pertanggungjawaban
kerja yang dapat dilakukan dengan membuat/memberi pelaporan pada
awal tugas, dalam tugas, dan akhir tugas untuk diketahui dan
dievaluasi oleh pemimpin.
e. Mempertimbangkan risiko-risiko yang akan terjadi atau ditindaki
("consequences"). Pendelegasian dapat menyatakan akibat-akibat yang
akan terjadi, yang baik maupun yang tidak baik, sebagai hasil dari
suatu pekerjaan atau tugas yang didelegasikan. Akibat-akibat ini dapat
diukur melalui evaluasi/pengkajian yang dilakukan dengan meneliti
deskripsi tugas dan hasil kerja atau produk yang telah dilakukan atau
dihasilkan. Dengan menanyakan apakah semuanya ini telah dilakukan
dengan baik dan sesuai dengan rencana, ketentuan dan prosedur,
ataukah malah sebaliknya.
C. Wewenang yang Didelegasikan
Tidak semua tugas dan wewenang didelegasikan oleh pimpinan kepada
bawahan, maka untuk itu pimpinan perlu mempertimbangkan mana yang
layak dan pantas untuk didelegasikan (Bantu, Tampubolon, 2004).
Seorang manager dapat mendelegasikan sebagian dari tugas dan
wewenangnya seperti memimpin, menyusun, merencanakan dan mengawasi
serta meneliti yang dipeerlukan untuk melaksanakan fungsi manajemen bila ia
mempunyai orang-orang yang wajar untuk ini dan jika ia mengembalikan
keputusan yang tetap mengenai apa yang harus dilakukannya sendiri (Bantu,
Tampubolon, 2004).
Wewenang yang didelegasikan juga berpatokan pada jenis fungsi yang
didelegasikan. Perbandingan dari masing-masing fungsi yang paling banyak
didelegasikan adalah fungsi pelaksanaan. Sebagian dari kegiatan atau
wewenang personalia yang tidak dapat didelegasikan misalnya pemberian
bonus, perubahan perjanjian atau pemecah keluh-kesah pegawai (Bantu,
Tampubolon, 2004).
Fungsi keuangan merupakan fungsi yang cenderung untuk tidak
didelegasikan. Ini disebabkan karena pada umumnya tujuan perusahaan adalah
untuk mendapatkan keuntungan, sehingga dengan tidak didelegasikannya
fungsi keuangan tersebut untuk menghindari kemungkinan penyelewengan
dan memudahkan pengawasan dibidang keuangan perusahaan atau
organisasi.(Bantu, Tampubolon, 2004).
D. Definisi Supervisi
Sebagai salah satu dari fungsi manajemen, pengertian supervisi telah
berkembang secara khusus. Secara umum yang dimaksud dengan supervisi
adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan untuk kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat
langsung guna mengatasinya (Azwar, 1996).
Muninjaya (1999) menyatakan bahwa supervisi adalah salah satu
bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian
(controlling). Swanburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu
proses kemudahan sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu
tugas ataupun sekumpulan kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan
erat dengan perencanaan dan pengorganisasian kegiatan dan informasi dari
kepemimpinan dan pengevaluasian setiap kinerja karyawan. Dari beberapa
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah
kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktifitas
bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam
melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani, 2006).
E. Fungsi dan Tujuan Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Menurut Suarli & Bachtiar (2009), manfaat tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas
kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana
kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang
dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan
sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan
telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah
menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara
benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang
telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli &
Bachtiar, 2008).
F. Prinsip supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang
kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan
jumlah sumber sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan
tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip pokok pelaksanaan supervisi.
Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), prinsip pokok supervisi secara sederhana
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan,
bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau
bantuan untuk mengatasinya.
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus
edukatif dan suportif, bukan otoriter.
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang
hanya dilakukan sekali bukan supervisi yang baik.
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja
sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses
penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan
bawahan.
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan
kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi
dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan
supervisi yang baik.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan
dengan perkembangan.