Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEPENGAWASAN DALAM PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : ADM Pendidikan
Dosen Pembimbing : Ahmad Yasir Pohan, M. Pd. I

Disusun Oleh :

Nama Kelompok
1. Nursaima
2. Nina Sakina
3. Rida Yanti
4. Aswani Siregar
5. Martua Harahap

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


PADANG LAWAS ( STIT-PL )
GUNUNGTUA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................
1............................................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
1
C. Tujuan .................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengawas dan Aspek-aspeknya.........................................................
2
B. Hubungan Administrasi dengan Pengawasan Serta Tahapan Pengawasan.........
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................
12
B. Saran.....................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Supervisi pendidikan atau yang lebih dikenal dengan pengawasan
pendidikan memiliki konsep dasar yang saling berhubungan meskipun keduanya
memiliki perbedaan tertentu. Dalam konsep dasar pengawasan dan supervisi
pendidikan dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan
itu sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah suatu proses
pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan
memberikan stimulus positif yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Sedangkan pengajaran hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah
suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan
kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan haruslah diawasi atau
disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan
pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan. Pengawasan di sini
adalah pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan
pegawai sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang
baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik
dan professional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengawasan dan Aspek-Aspeknya ?
2. Bagaiamana Hubungan Administrasi dengan Pengawasan Serta Tahapan
Pengawasan ?

C. Tujuan Permasalahan
1. Untuk mengetahui Pengawasan dan Aspek-Aspeknya
2. Untuk mengetahui Hubungan Administrasi dengan Pengawasan Serta
Tahapan Pengawasan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan dan Aspek-Aspeknya


a. Pengertian Pengawasan
Sebagaimana halnya perencanaan, pengorganisasian, dan pemberian
motivasi, pengawasanpun merupakan salah satu fungsi administrasi dalam
menejemen yang penting dalam keseluruhan profesi administrasi.
Ketika berbicara tentang pengertian Pengawasan, maka sangat beragam
pemahaman yang dikeluarkan oleh para ahli yang telah mempelajari dunia
penadministrasian terutama tentang pengawasan yang merupakan bagiannya.
Maka, tidak heran jika pengetian pengawasan itu beragam, maka dibawah ini
adalah pengertian-pengertian tentang Pengawasan :
a) Mengawasi ialah proses dengan mana administrasi melihat apakah apa yang
terjadi itu sesuai apa yang seharusnya terjadi. Jika tidak maka penyesuain yang
perlu dibuatnya. Jadi, pengawasan ialah fungsi administrative dalam mana
fungsi administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan
yang dikehendaki. Ia meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai
dengan rencana yang dibuat, instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-
prinsip yang ditetapkan. Ia dimaksdukan untuk menunjukkan kelemahan-
kelemahan dan kesalahan-kesalahan, kemudian membetulkannya dan
mencegah perulangannya. Ia mengenai semua orang, kegiatan, benda, dll.1
b) Proses pengawasan merupakan bagian penting dalam pengelolaan. Hadari
Nawawi menjelaskan bahwa pengawasan merupakan kegiatan mengukur
tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan
alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan.
c) George R. Terry mengartikan pengawasan sebagai kegiatan lanjutan yang
bersangkutan dengan ikhtiar untuk mengidentifikasikan pelaksanaan program
yang harus sesuai dengan rencana. Kunci dasar yang menjadi kunci dalam
siste pengawasan adalah umpan balik

1
Sutisna Oteng. (Edisi Baru). Administrasi Pendidikan (Dasar Teoriritis untuk Praktek
Profesional).(Bandung : Penerbit ANGKASA 2010).,hal. 240

2
d) Dalam pengertian lain, Sondang Siagian mengartikan pengawasan sebagai
proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksankan berjalan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas
yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi
sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.2
b. Sasaran Pengawasan
Dilihat sebagai proses, tindakan pengawasan terdiri atas empat langkah universal
berikut :
a. Menetapkan suatu kriteria atau standar pengukuran/ penilaian;
b. Mengukur atau menilai perbuatan (performance) yang sedang atau sudah
dilakukan;
c. Membandingkan perbuatan dengan standar yang ditetapkan dan
menetapkan perbedaannya jika ada;
d. Memperbaiki penyimpangan dari standar (jika ada) dengan tindakan
pembetulan.
Terlepas dari berbagai bentuk dan jenis pengawasan yang bisa dilakukan, terdapat
beberapa sasasaran utama, yaitu :
1. Untuk lebih menjamin bahwa kebijaksanaan dan strategi yang telah
ditetapkan terselenggara sesuai dengan jiwa dan semangat kebijaksanaan
tersebut.
2. Untuk menjamin bahwa anggaran yang tersedia untuk membiayai berbagai
kegiatana operasional benar-benar digunakan untuk melakukan kegiatan
tersebut secara efesiensi dan efektif.

2
Ibid hal. 243

3
3. Untuk lebih menjamin bahwa para anggota organisasi benar-benar
berorientasi kepada kemajuan organisasi.
4. Untuk lebih menjamin penyediaan pemanfaatan sarana dan prasarana kerja
sedemikian rupa sehingga organisasi memperoleh manfaat yang sebesar-
besarnya.
5. Untuk lebih menjamin bahwa standar mutu hasil pekerjaan terpenuhi
semaksimal mungkin.
6. Untuk lebih menjamin bahwa prosedur kerja ditaati oleh semua pihak.
c. Bentuk Pengawasan
Dalam Pengelolaan Pendidikan membagi pengawasan kepada tiga bagian,
diantaranya adalah :
1. Bentuk Pengawasan Atasa Langsung (PAL). Pengawasan atasan langsung
merupakan pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung, baik ditingkat
pusat maupun ditingkat daerah. Pengawasan ini dilakukan oleh setiap atasan
setiap saat disetiap pemberian tugas, dan fungsi bawahan disertai pemberian
petunjuk atau tindakan korektif bila perlu
2. Bentuk Pengawasan Fungsional (Wasnal). Pengawasan fungsional ini
dilakukan oleh aparat secara khusus ditugasi untuk membantu pimpinan
untuk menlaksanakan pengawasan dalam batas kewenangan yang ditentukan3
3. Bentuk Pengawasan Melekat (Wakat)Pengawasan Waskat dilakukan oleh
setiap jabatan/pegawai dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan
membandingkan tindakan yang ada, sedang, atau telah dilaksanakan dengan
alat pengawasan melekat setiap jabatan pimpinan pada semua tingkatan wajib
menciptakan alat pengawasan meekat bgaia satuan-satuan kerja.
Menurut Ngalim Purwanto tujuan pengawasan melekat bagi para
pemimpin ialah untuk mengetahui apakah pimpinan unit kerja dapat menjalankan
fungsi dan pengendalian yang melekat padanya dengan baik, sehingga apabila ada
penyelewengan, pemborosan, korupsi, pimpinanan unit kerja dapat mengambil
tindakan koreksi sedini mungkin.
Prasyarat Orang yang Melaksanakan Pengawasan

3
Afifuddin dan Sobri Sutikno. Pengelolaan Pendidikan “Teori dan Praktik“. (Bandung : Prospect
Bandung 2008).hal.71

4
Ada beberapa syarat orang yang melaksanakan pengawasan agar
pengawasan bisa efektif, diantaranya, yaitu :
1) Memiliki pengetahuan yang kuat mengenai pekerjaan yang diawasi;
2) Mengetahui rencana kegiatan, tujuan yang ingin dicapai, kebijakan
pimpinan, alat ukur keberhasilan tiap tahap dan sebagainya;
3) Memiliki pengetahuan dan kemampuan cara-cara dan teknik pengawasan;
4) Supel dan loyal sehingga mudah menyesuaikan diri dengan kondisi dan
situasi yang diawasi;
5) Memiliki sifat jujur, adil, bijaksana, konsekwen tapi berwajah ramah,
rendah hati, sderhana dan berjiwa pengabdi.
6) Berani. Keberanian merupakan syarat yang amat penting bagi pengawasan,
oleh karena tugas pengawasan itu memang penuh dengan resiko.
Pengawasan yang baik harus berani melaporkan kenyataan yang
sebenarnya ia hadapi dalam pemeriksaan.
Apabila seluruh prasayarat dapat terpenuhi dengan baik, pengawasan akan
dapat dirasakan manfaatnya. Tanpa pengawasan yang benar dan teratur,
pengelolaan pendidikan tidak akan dapat mengetahui dengan pasti daya guna dan
hasil guna suatu kegiatan dalam mengukur efektivitas, efesiensi dan
implementasi.4
d. Karakteristik Pengawasan yang Efektif
Proses Pengawasan yang efektif memperlihatkan beberapa karakteristik,
diantaranya :
1) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan
organisasi.
2) Pengawsaan hendaknya diarahkan kepada menemuka fakta tentang
bagaimana tugas-tugas dijalankan.
3) Pengawasan hendaknya mengacu kepada tindakan perbaikan.
4) Pengawasan harus bersifat fleksibel.Pengawasan harus bersifat preventif.
5) Sistem pengawasa harus dapat difahami, jika hendak berarti orang-orang
yang terlibat harus memahami apa yang hendak dicapai oleh pengawasan

4
Ibid hal. 73

5
itu dan bagaimana mereka selaku individu dapat menarik manfaat
sepenuhnya dari hasilnya.
6) Pengawasan harus bersifat membimbing supaya para pelaksana
meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas-tugas yang
telah diberikan.5
e. Pengawasan Pendidikan di Sekolah-Sekolah
Pengawasan dilakukan terhadap kegiatan setiap fungsi pengeloalaan
pendidkan sejak perencanaaan, pengorganisasian, motivasi pembinaan, penilaian
dan pengembangan pendidikan. Mulai dari tingkat pusat sampai terendah.
Pengawasan pendidikan di sekolah meliputi kegiatan mengarahkan, membimbing,
mendidik, mempertimbnagkan dan menilai. Pengertian yang umum ini terdapat
pada perkataan pengawasan sebagai pekerjaan seorang pengawas atau pendidik,
dan juga mengenai kegiatan yang bersifat teknis yang biasa disebut inspeksi.
Kegiatan tersebut adalah sebagai proses penerapan fungsi pnegelolaan
melalui alat dan teknis pengawasan untuk menetapkan apakah rencana-rencana,
kebijaksanaan-kebijaksanaan, instruksi-instruksi, dan prosedur-prosedur itu
diikuti atau tidak, dan pakah efektif atau tidak pelaksanaannya.
Adapun yang menjadi ruang lingkup pengawasan di sekolah ialah pengendalian
dan penialain terhadap :
1. Pelaksanaan kurikulum yang meliputi isi, metode pengajaran,
penggunaan alat bantu pengajaran dan evaluasi;
2. Pendayagunaan tenaga teknis sekolah dalam rangka terlaksananya proses
belajar mengajar yang efektif dan efesiens;
3. Pendayagunaan sarana sekolah sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
4. Ketatausahaan sekolah yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan,
urusan perkantoran, dan termasuk proyek agar berjalan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5. Hubungan kerja sekolah dengan instansi pemerintahan dan swasta, dunia
usaha dan organisasi masyarakat.
6. Alat dan Teknik Pengawasan
5
Afifuddin, Bambang Samsul Arifin dan Badrudin.Administrasi Pendidikan. (Bandung : Insan
Mandiri Offset 2004) hal. 113-115.

6
Alat dan teknik pengawasan memiliki banyak bentuk. Beberapa alat
adalah cuckup sederhana, sedang, yang lain kompleks dan rumit. Beberapa teknik
mengukur ketertiban perbuatan finansial, sedang teknik lain berurusan dengan
efensiensi operasi organisasi. Alat-alat pengawasan yang lain lagi berurusan
dengan sikap, persepsi, dan efektivitas pegawai. Walaupun alat-alat pengawasan
itu banyak berbeda dalm desain dan dalam apa yang mereka ukur, semuanya
mencoba untuk mencapai maksud yang sama- untuk menentukan penyimpangan
dar standar yang dikehendaki sehingga menjemen bisa mengambil tindakan
pembetulan yang layak.
Pengawasan diperlukan pada semua bidang, kegiatan sekolah, program
pengjaran, personil, murid, keuangan, perumahan, perlengkapan, hubugan
masyarakat. Dimanapun dalam organisasi sekolah dihadapi suatu bentuk kegiatan
menerima murid, mengajar, menyelenggarakan ujian, menempatkan dan menugasi
personil. Menggunakan harta benda- suatu bentuk pengawasan yang cocok harus
ada untuk membimbing kegiatan itu atau untuk menilai hasil-hasilnya. Akan
tetapi, untuk menjalankan dengan efektiv setiap kegiatan pengawasan diperlukan
alat dan teknik yang sesuai. Untuk dapat melakukan pengawasan keuangan
diciptakan anggaran belanja, sistem pembukuan, dan sistem accounting. Untuk
mengawwasi pengajaran dibuat kebijaksanaan tentang maksud dan tujuan yang
hendak dicapai oleh sekolah-sekolah, kurikulum sekolah yng dibakukan serta
pedoman pelaksanaannya, dan syarat-sayarat bagi murrid yang akan menempuh
pengajaran; suatu sistem penilaian prestasi murid diciptakan, dan syarat-syarat
kenaikan kelas serta peraturan ujian ditetapkan. Selanjutnya dikenal adanya alat-
alat pengawasan yang lebih khusus lagi yang berhubungan dengan tata usaha
sekolah, seperti daftar gaji, daftar inventaris, buku induk, daftar kelas, daftar
persensi, buku laporan dan lain-lain.6
Semakin khusus dan teknis suatu kegiatan dalam penyelenggaraan
sekolah, semakin besar keharusan untuk membawa kekuatan pengetahuan ke
dalam pengawasannya. Ini menyarankan bahwa alat dan teknik pengawasan harus
instrumen yang khusus dan dibuat mengingat sifat pekerjaan yang dilakukan serta
sifat kekuatan yang diterapkan pada pekerjaan itu.

6
Ibid hal. 117

7
Supervisi pengajaran termasuk fungsi pengawasan yang sangat khusus, yang
mengngat sifatnya yang khas memerlukan teknik-teknik yang khusus pula.

B. Hubungan Administrasi dengan Pengawasan Serta Tahapan Pengawasan


1. Hubungan Administrasi dengan Pengawasan
a. Hubungan Administrasi dengan Pengawasan
Dipikirkan sebagai proses administrative yang hendak menjamin
keselarasan, kecerdasan, dan ekonomi dalam usaha pendidikan, pengawasan jelas
mempunyai hubungan ynag erat sekali dengan unsur-unsur proses administrative
lainnya, bahkan dalam beberapa hal mungkin hamper tak dapat dipisahkan dari
unsur-unsur yang lainnya itu, diantaranya :
1. Perencanaan membangun tujuan serta menggariskan mekanisme.
Pekerjaan dan prosedur untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetepakan;
2. Organisasi menetapkan hierarki kedudukan-kedudukan dan hubungan
antara orang-orang yang menempati kedudukan-kedudukan;
3. Komuniksi menyalurkan pemerintah, intsruksi, dan informasi ke semua
jurusan yang diperlukan didalam organisasi
4. Koordinasi mempersatukan bagian-bagian organisasi, sehingga setiap
anggota atau bagian melengkapi dan membantu yang lainnya.7
Semua kegiatan itu jelas membantu kegiatan pengawasan karena
menyediakan dasar bagi kepemilikan kondisi yang perlu bagi keberhasilan
pekerjaan administrasi dan bagi pengukuran dan penilaian hasil-hasil. Misalnya,
system pencatatan dan pelaporan kemajuan murid mnyediakan tidak saja cara
mengawasi tetapi juga cara menyesuaikan pengajaran bagi murid perseorangan
maupun kelompok kelas. Merencanakan kurikulum dan ujian sekolah adalah juga
menyusun sutau rencana pengawasan tertentu terhadap pengajaran serta hasil-
hasil yang diperoleh pengajaran.

b. Hubungan Administrasi dengan Supervisi

7
Sutisna Oteng. (Edisi Baru). Administrasi Pendidikan (Dasar Teoriritis untuk Praktek
Profesional). (Bandung : Penerbit ANGKASA 2010).,hal.247.

8
Administrasi dan supervisi merupakan alat penunjang untuk mencapai
tujuan pendidikan. Demikian juga halnya tujuan pendidikan di sekolah dapat
tercapai bila di dalamnya ada kegiatan administrasi dan supervisi secara sistematis
dan kontinu.
Kegiatan administrasi dan supervisi di sekolah di laksanakan secara menyeluruh,
meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kurikulum, murid, sarana, prasarana,
dan hubungan sekolah dengan masyarakat (Yusak Burhanuddin: hlm 99).
Administrasi dan supervisi mempunyai hubungan yang erat. Sebenarnya
administrasi dan supervisi tidak dapat dipisahkan, tetapi dalam hal-hal tertentu
keduanya dapat dibedakan.
1. Kegiatan administrasi didasarkan pada kekuasaan, sedangkan supervisi
didasarkan pada pelayanan bimbingan dan pembinaan.
2. Tugas administrasi meliputi keseluruhan bidang tugas di sekolah, termasuk
manajemen sekolah, sedangkan supervisi hanya sebagian meliputi dari tugas
pengarahan (directing), yang merupakan satu segi manajemen sekolah.
3. Supervise sebagai salah satu fungsi pokok administrasi, berupa pelayanan
yang langsung berurusan dengan pengajaran dan perbaikannya. Ia langsung
berurusan dengan mengajar belajar dan dengan faktor-faktor yang termasuk
dalam dan bertalian dengan fungsi ini- guru, murid, kurikulum, bahan dan
alat pengajaran, serta lingkungan sosio-fisik dari situasi mengajar-belajar.8
4. Administrasi bertugas menyediakan semua kondisi yang diperlukan untuk
pelaksanaan program pendidikan, sedangkan supervisi menggunakan
kondisi-kondisi yang telah disediakan untuk peningkatan kualitas belajar
mengajar.
2. Tahapan Pengawasan
Proses pengawasan menurut T. Hani Handoko terdiri dari lima tahap,
tahap- tahapannya adalah :
Tahap 1 : Penetapan Standar
Tahapan pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar
pelaksanaan. Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang
dapat digunakan sebagai “ patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran,

8
Ibid hal. 249

9
kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Bentuk standar
yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar (market-
share), marjin keuntungan, keselamatan kerja, dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar yang umum adalah :
1. Standar- standar phisik, mungkin meliputi kuantitas barang atau jasa,
jumlah langganan, atau kualitas produk.
2. Standar-standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencangkup
biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan
sejenisnya.
3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu
pekerjaan harus diselesaikan.
Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil yang
dapat dihitung.9
Hal ini memungkinkan manajer untuk mengkomunikasikan pelaksanaan
kerja yang diharapkan kepada bawahan secara lebih jelas dan tahapan-tahapan
lain dalam proses perencanaan dapat ditangani dengan lebih efektif.
Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk
mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam
pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat
dan mengevaluasi kinerja yang dicapai terhadap standar yang telah ditentukan.
Beberapa pertanyaan yang penting berikut ini dapat digunakan :
Berapa kali (how often) pelaksanaan seharusnya diukur – setiap jam, harian,
mingguan, bulanan?
Dalam bentuk apa ( what form) pengukuran akan dilakukan – laporan
tertulis, inspeksi visual, melalui telephone?
Siapa (who) yang akan terlibat – manajer, staf departemen?
Pengukuran ini sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat
diterangkan kepada para karyawan.
Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

9
Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara 1992). Hal.56

10
Setelah frekuensi pengukuran dan system monitoring ditentukan,
pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-
menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu :
1. Pengamatan (observasi)
2. Laporan-laporan, baik lisan dan tulisan
3. Metoda-metoda otomatis
4. Inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel.
Banyak perusahaan sekarang mempergunakan pemeriksa intern (internal auditor)
sebagai pelaksana pengukuran.
Tahap 4 : Pembandingan Pelaksanaan dengan Standard dan Analisa
Penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan
nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi
pada saat menginterpretasikan adanya penyimpangan (deviasi).
Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar
tidak dapat dicapai. Pembuatan keputusan menunjukkan bagaimana pentingnya
hal ini untuk mengindentifikasi penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan.10
Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini
harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar
mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.
Tindakan koreksi mungkin berupa :
1. Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah)
2. Mengubah pengukuran-pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering
frekuensinya atau kurang atau bahkan mengganti system pengukuran itu
sendiri)
3. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpanga-
penyimpangan.

10
Ibid hal. 58

11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa konsep dasar
Pengawasan meliputi pengertian, sasaran, bentuk, karakteristik, faktor dan yang
lainnya. Sedangkan konsep dasar supervisi pendidikan itu terdiri atas pengertian,
tujuan, prinsip, ruang lingkup, peranan serta jenis serta aspek lainnya, keduanya
mempunyai aspek-aspek tertentu yang saling berkaitan dalam Pendidikan.
Pengawasan merupakan fungsi administrative dalam fungsi administrator
yang memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki. Ia
meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat,
instruksi-instruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Ia
dimaksudkan untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-
kesalahan, kemudian membetulkannya dan mencegah perulangannya. Ia mengenai
semua orang, kegiatan, benda, dll
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalanm
makalah kami.Sehingga kami mengharapkan keritikan dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun untuk penbuatan makalah kami
berikutnya.Harapan kami semoga makalah kami dapat memberi manfaat bagi
penulis pada khususnya dan pada pembaca umumnya.

12
DAFTAR PUSAKA.
Afifuddin dan Sobri Sutikno. 2008. Pengelolaan Pendidikan “Teori dan Praktik“.
Bandung: Prospect Bandung.

Afifuddin, Bambang Samsul Arifin dan Badrudin. 2004. Administrasi Pendidikan.


Bandung : Insan Mandiri Offset

Pidarta, Made, 1992, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Jakarta, Bumi


Aksara

Sutisna Oteng. 2010 (Edisi Baru). Administrasi Pendidikan (Dasar Teoriritis


untuk Praktek Profesional). Bandung : Penerbit ANGKASA

Sutisna Oteng. 2010 (Edisi Baru). Administrasi Pendidikan (Dasar Teoriritis


untuk Praktek Profesional). Bandung : Penerbit ANGKASA

13

Anda mungkin juga menyukai