Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN KEPERAWATAN

ACTUATING ( PELAKSANAAN )

Dosen Pembimbing :
Ns. Ratna Dewi S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2:


1. Deni Jabaliah( 1714201044 )
2. Leni Marlina( 1714201049 )
3. Muhammad Alwi ( 1714201062 )
4. Rika Mardriani (1714201064)
5. Syarifatul Munawaroh (1714201056)
6. Widya Vissensya ( 1714201065 )

VIII B
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
PRODI KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan
dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tugas mata kuliah
‘Manajemen Keperawatan tentang Actuating (Pelaksanaan) ”.Tak lupa pula shalawat
dan salam kita haturkan kepada Rasulullah saw yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Ananda bertanggung jawab atas tugas makalah ini telah berusaha dengan sebaik
mungkin dan dengan teliti. Ananda berharap makalah ini dapat menambah wawasan
mahasiswa terutama ananda sendiri sebagai penyaji. Jika ada kesalahan kami mohon
di maafkan dan dimaklumi karena ini masih pada tahap pembelajaran.
Jika ada masukan dan saran dengan hati terbuka ananda silahkan dikemukakan
supaya kedepannya ananda lebih baik lagi dalam membuat makalah.
Wassalamu ‘alaikum wr.wb.

Bukittinggi, Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................……………i


DAFTAR ISI ..........................................................................................……………ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................……………1
B. Rumusan Masalah......................................................................……………1
C. Tujuan ........................................................................................……………1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan peran Actuating dalam manajemen keperawatan……………2
B. Pre dan Post Conference………………………………..……………………5
C. Handover dengan Komunikasi SBAR Penjelasan meliputi konsep motivasi
dan komunikasi pimpinan ruangan……………………………………………...8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................…………...13
B. Saran ..........................................................................................……….......13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu
fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan keperawatan ini perlu
mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawat harus mau
mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat dan menjadi
tenaga perawat yang professional.Pengembangan  dalam berbagai aspek keperawatan bersifat
saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh
karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses
profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang
dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh  masyarakat, maka dituntut untuk
mengembangkan dirinya dalam sistim pelayanan kesehataan.

Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin


meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuainya
jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat,
bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-alasan di atas maka
Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya Manajemen
Keperawatan. Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata
di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam
organisasi keperawatan itu sendiri.

Untuk lebih memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita perlu mengetahui
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan organisasi keperawatan, bagaimana tugas dan
tanggung-jawab dari masing-masing personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan
membawa kita untuk lebih mengerti bagaimana konsep dasar  dari Manajemen Keperawatan itu
sendiri.

4
B.     PERMASALAHAN
a. Apa definisi pelaksanaan (actuating) ?
b. Bagaimana prinsip pelaksanaan (actuating) ?
c. Apa hal penting di pertimbangankan dalam melakukan actuating ?
d. Factor – factor  penghambat fungsi actuating ?
e.  Factor – factor pendukung fungsi actuating ?
f. Pelaksanaan actuating ?
g. Beberapa hal yang tercakup dalam actuating ?
h.  Tujuan  (actuating)
i. Bagaimana manajemen proses keperawatan ?
j. Handover Dengan Komunikasi SBAR
C.   Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi pelaksanaan (actuating)
b. Untuk mengetahui prinsip pelaksanaan (actuating)
c. Untuk mengetahui hal penting di pertimbangankan dalam melakukan actuating
d. Untuk mengetahui factor – factor penghambat fungsi actuating
e. Untuk mengetahui factor – factor pendukung fungsi actuating
f. Untuk mengetahui pelaksanaan actuating
g. Untuk mengetahui beberapa hal yang tercakup dalam actuating
h. Untuk mengetahui tujuan actuating
i. Untuk mengetahui manajemen proses keperawatan
j. Untuk mengetahui Handover Dengan Komunikasi SBAR

5
BAB II
KONSEP ACTUATING

1.      DEFINISI PELAKSANAAN (ACTUATING )


Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu
tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang agar mau
bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara bersama- sama untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan
(manajer) yang baik.

Actuating merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana. Dengan berbagai arahan


dengan memotivasi setiap karyawan untuk melaksanakan kegiatan dalam organisasi, yang sesuai
dengan peran, tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas dari peranan
kemampuan manajer.

Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi


manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru
lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam
organisasi.

Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan


usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan
dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan
tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Menurut Nawawi (2000) pelaksanaan atau penggerakan (actuating) yang dilakukan


setelah organisasi memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan memiliki
struktur organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana sesuai dengan kebutuhan
unit atau satuan kerja yang dibentuk. Di antara kegiatan pelaksanaan adalah melakukan
pengarahan, bimbingan dan komunikasi termasuk koordinasi.

6
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan
peran, tugas dan tanggung jawabnya.

2.      PRINSIP ACTUATING
1. Pelaksanaan dan Penugasan.

Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah pelaksanaan


pengawasan dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan utama penugasan adalah untuk
mencapai keseimbangan antara beberapa faktor: persyaratan dan kualifikasi personal,
keseimbangan untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.

2. Pengawasan Pengelolaan Dana.

Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh organisasi penting
dilakukan agar dana tidak disia-siakan.

3. Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.

Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan pengawasan,


misalnya teknologi yang digunakan untuk memantau kerja anggota organisasi atau
pekerja.

4. Dokumentasi Pengawasan.

Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila terjadi pelanggaran,
kesalahan dalam melakukan aktivitas di dalam organisasi.

Prinsip Actuating dalam manajemen keperawatan, menurut Kurniawan ( 2009 ) :

·         Memperlakukan pegawai dengan sebaik - baiknya

·         Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia

·         Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi

·         Menghargai hasil yang baik dan sempurna

7
·         Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih

Prinsip Actuating dalam manajemen keperawatan, menurut Haris ( 2011 ):

1.  Prinsip mengarah pada tujuan


2. Prinsip keharmonisan dengan tujuan
3. Prinsip kesatuan komando

3.      HAL PENTING YANG  DI PERTIMBANGKAN DALAM ACTUATING


Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah untuk
memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya saja:
a) Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
b) Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka

sendiri,

c) Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting
d) Tugas yang diberikan cukup relevan,
e) Hubungan harmonis antar rekan kerja.

4.      FAKTOR - FAKTOR PENGHAMBAT FUNGSI ACTUATING


Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya, hal ini terjadi karena
manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seperti konsep
perilaku manusia yang dikemukakan oleh Maslow, dinegara berkembang yang menjadi
prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan sedangkan
dinegara maju kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri dan self esteem.
Perbedaan tersebut juga akan mempengaruhi etos kerja dan produktifitas kerja.

5.      FAKTOR – FAKTOR PENDUKUNG FUNGSI ACTUATING


Hal – hal yang perlu diperhatikan manajer dalam fungsi penggerakan.
a.       Manajer harus bekerja lebih produktif

8
b.      Manajer perlu memahami ilmu psikologi, komunikasi, kepemimpinan dan sosiologi
c.       Manajer harus mempunyai tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungan
d.      Manajer harus bersikap obyektif

6.      PELAKSANAAN ACTUATING
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka
tahap pada pelaksanaan terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk
menjalankan tindakan yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi lagi
dalam komponen fungsi, yaitu kepemimpinan, komunikasi, dan motivasi.

7.      BEBERAPA HAL YANG TERCAKUP DALAM ACTUATING 

a. Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi merunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam
konteks dan jarngan organisasi.Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi
antar pribadi dan komunikasi kelompok.

Pembahasan komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi,
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi.
Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat
hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.

Dalam teori-teori organisasi ada dua hal yang mendasar yang dijadikan pedoman:

Teori tradisi posisional yang meneliti bagaimana manajemen menggunakan jaringan-jaringan


formal untuk mencapai tujuannya.

Teori tradisi hubungan antar pribadi yang meneliti bagaimana sebuah organisasi terbentuk
melalui interaksi antar individu.

b. Coordinating
Coordinating atau mengkoordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk
melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan,
dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga
terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Usaha yang dapat

9
dilakukan untuk mencapai tujuan itu, antara lain dengan memberi instruksi, perintah,
mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan bimbingan atau nasihat, dan mengadakan
coaching dan bila perlu memberi teguran.

c. Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahannya melakukan
kegiatan secara sukarela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan. Pemberian inspirasi, semangat
dan dorongan oleh atasan kepada bawahan ditunjukan agar bawahan bertambah kegiatannya,
atau mereka lebih bersemangat melaksanakan tugas-tugas sehingga mereka berdaya
guna dan berhasil guna. 

d. Leading
Istilah leading, yang merupakan salah satu fungsi manajemen, di kemukakan oleh Louis
A. Allen yang dirumuskannya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang
menyebabkan orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi lima macam kegiatan, yakni 1)
mengambil keputusan, 2) mengadakan komunikasi agar ada saling pegertian antara manajer dan
bawahan, 3) memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka
bertindak, 4) memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta 5) memperbaiki
pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.

8.      TUJUAN  (ACTUATING)
Tujuan fungsi aktuating ( penggerakan ) adalah :
1.      Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
2.      Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3.      Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4.      Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
kerja staf
5.      Membuat organisasi berkembang lebih dinamis

10
9. Implementasi Fungsi Actuating Dalam Keperawatan

a.        Input
 Kebijakan model praktek keperawatan professional (MPKP) metode tim yaitu :

·         Pengembangan pendidikan tinggi ilmu keperawatan

·         Penataan standar praktik keperawatan profesional melalui Undang-Undang praktik


keperawatan

·         Pendayagunaan konsil keperawatan dan pokja keperawatan

Pengorganisasian MPKP metode tim

1.         Merumuskan metode penugasan yang digunakan.

2.       Merumuskan tujuan metode penugasan.

3.         Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.

·         Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2 – 3 perawat.

·         Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur


tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.

1.        Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.

2.         Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.

3.       Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim.

4.       Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.

5.       Identifikasi masalah dan cara penanganannya.  

 Dokumen asuhan keperawatan metode tim

Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah


terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan
perkembangan pasien.

11
v  Tersedia SAK (standar asuhan keperawatan)

Standar-standar yang ditetapkan dalam Standar Asuhan Keperawatan dimaksud terdiri dari :

·         Standar I   : Pengkajian Keperawatan

·         Standar II : Diagnosa Keperawatan

·         Standar II : Perencanaan Keperawatan

·         Standar IV: Intervensi Keperawatan

·         Standar V : Evaluasi Keperawatan

·         Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan 

b.      Proses
Proses pelaksanaan MPKP  metode Tim yaitu:

Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:

· Membentuk tim sesuai jumlah pasien yang ada

·  Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.

·  Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.

·  Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.

·  Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh
kepala ruang.

 Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga
melakukan komunikasi langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk
membahas perkembangan pasien dan perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu
mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan selanjutnya 

Menentukan diagnosis dan system klafikasi pasien Saat pasien baru masuk di ruang
rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua tim dan diperkenalkan kepada anggota tim
yang ada. Kemudian ketua tim memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat
bertanggung jawab (ketua Tim) dan anggota tim.

12
Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat
rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu
melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi
pasien.

Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan


rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya anggota tim akan melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan
rdi format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan
pada format yang tersedia.      
9. Pelaksanaan pre dan post conferen
A. Pre Conferen
Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah
rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi
post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk
operan (Keliat, 2000).

Kegiatan yang dilakukan pre – conference antara lain berbagi informasi  tentang


pengalaman yang akan dihadapi, salng bertanya, mengungkapkan perhatian, dan
melakukan klarifikasi tentang rencana kerja atau rencana intervensi keperawatan
(Billing’s dan judith, 1999) Oberman (1999), kegiatan  pre- conference meliputi
identifikasi masalah, perencanaan dan evaluasi hasil untuk mencari solusi. Kegiatan pre –
conference dalam MPKP jiwa mencakup komikasi kketua tim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk merencanakan kegiatan pada sif tersebut. Kegiatan ini
dipimpin oleh ketua tim tau penanggung jawab tim.jika staf yang berdinas pada tim
tersebut hanya satu orang, pre – conference akan ditiadakan. Isi pre – conference
mencakup rencana setiap perawat ( rencana harian) dan rencana tambahan dari ketua tim
atau penanggung jawab tim. (keliat, 2006).

B. Post Conferen
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post conference adalah hasil asuhan
keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).

13
Kegiatan diskusi pada post – conference memberi kesempatan pada ketua tim dan
perawat pelaksana untuk berkomunikasi secara profesional dengan menanyakan
pengalaman klinik yang baru di lakukan, mendiskusikan pengalaman klinik tersebut,
mengalisis situasi klinik, mengklarifikasi keterkaitan dan situasi, mengidentikasi
masalah, mengungkaapkan perasaan, dan membangun sistem pendukungan di unit rawat
inap. ( Keliat, 2006).

Isi pre – conference berupa hasil asuhan keperawatan setiap perawat dan hal – hal
yang penting perlu diperhatikan untuk operan (tindak lanjut). Post – conference di pimpin
oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. (Keliat, 2006).

C. Output

1) MPKP terlaksana dengan baik


2) Dokumen asuhan keperawatan tercatat secara lengkap
3) Timbang terima dilakukan dengan baik
4) Periode kebijakan dengan baik
5) Pre dan post comference dilaksanakan dengan baik
6) Pasien dan keluarga puas dengan pelayanan
7) Pasien aman tidak ada resiko
8) Hemat penggunaan BHP

D. Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan dengan benar. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :

a.      Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan.


Perencanaan merupakan hal yang utama dari serangkaian fungsi dan aktivitas
manajemen. Tahap perencanaan dari proses menejemen tidak hanya terdiri dari penentuan
kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan,
pengalokasian anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang

14
diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran/ konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis
dan merupakan fungsi yang penting didalam mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, dan efek-efek dari perubahan. Selain proses perencanaan, yang dapat
dilakuykan oleh pemimpin keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur
strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, engkaji sumber daya
organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktifitas spesifik serta prioritasnya.
Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk menganalisis
aktifitas dan struktur yang di butuhkan dalam organisasinya.

b.      Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif

Menejer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dan melaksankan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Keberhasilan seorang pemimpin keperawatan tergantung pada penggunaan waktunya yang
efektif. Dalam keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan
keperawatan. Dalam konteks ini seorang pemimpin harus mampu memanfaatkan waktu yang
tersedia secara efektif. Hal ini dibutuhkan untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi dalam
tatanan organisasinya.

c.       Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.

Berdasarkan situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan


keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang tepat di berbagai tingkatana manajerial.
Semua tingkat menejer dalam keperawatan dihadapkan pada persoalan yang berbeda sehingga
dibutuhkan metode atau cara pengambilan keputusan yang berbeda pula. Jika salah dalam
pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktifitas yang akan
dilakukan. Proses pengambilan keputusan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi
dari para menejer.
d.      Menejemen keperawatan harus terorganisasi

Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam rangka mencapai


tujuan. Terdapat empat blog struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top/tingkat eksekutif,
dan tingkat operasional.

15
Prinsip perorganisasian mencakup hal-hal pembagian tugas, koordinasi, kesatuan komando,
hubungam staf dan linik, tanggung jawab dan kewenangan yang sesuai serta adanya rentang
pengawasan. Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara
fungsional/penugasan, alokasi pasien, grub/tim keperawatan dan pelayanan keperawatan utama.

e.       Menejemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi merupakan bagian penting dari aktifitas manajemen. Komunikasi yang


dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalah pahaman, dan akan memberikan persamaan
pandangan arah dan pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi 

f.       Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan

Pengendalian menejemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan manajemen sesuai


dengan yang  direncanakan. Selain itu, pengendalian dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan
tidak banyak terjadi kesalahan yang berakibat negatif terhadap klien dan pihak yang terkait
dengan pihak manajemen. Pengendalian meliputi penilaianterhadap pelaksananaan rencana yang
telah dibuat, pemberian intruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan
membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan.

10. HANDOVER DENGAN KOMUNIKASI SBAR

a. Pengertian
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor -faktor yang menyebabkan, menyalurkan,
dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2007).
Motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran
organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut untuk memuaskan
kebutuhan sejumlah individu. Meskipun secara umum motivasi merujuk ke upaya yang
dilakukan guna mencapai setiap sasaran, disini kita merujuk ke sasaran organisasi karena
fokus kita adalah perilaku yang berkaitan dengan kerja (Robbins & Coulter, 2007).
Oleh sebagian besar ahli, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan atau
hasil yang dicari karyawan dipandang sebagai kekuatan yang bisa menarik orang.
Memotivasi orang adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia
berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Suarli dan
Bahtiar, 2010).

b. Faktor-faktor yang merupakan penggerak motivasi (faktor-faktor intrinsik) ialah:

16
1) Pengakuan (cognition), artinya karyawan memperoleh pengakuan dari pihak
perusahaan bahwa ia adalah orang,berprestasi,baik,diberi penghargaan,pujian,
dimanusiakan, dan sebagainya.
2) Tanggung jawab (responsibility),artinya karyawan diserahi tanggung jawab
dalam pekerjaan yang dilaksanakannya,tidak hanya semata-mata melaksanakan
pekerjaan.
3) Prestasi (achievement),artinya karyawan memperoleh kesempatan untuk
mencapai hasil yang baik atau berprestasi.
4) Pertumbuhan dan perkembangan (growth and development),artinya dalam setiap
pekerjaan itu ada kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh dan berkembang.
5) Pekerjaan itu sendiri (job it self),artinya memang pekerjaan yang dilakukan itu
sesuai dan menyenangkan bagi karyawan.
Adapun faktor-faktor pemelihara motivasi (faktor-faktor ekstrinsik) ialah:
1) Gaji (salary) yang diterima karyawan
2) Kedudukan (status) karyawan
3) Hubungan antar pribadi dengan teman sederajat, atasan atau bawahan
4) Penyeliaan (supervisi) terhadap karyawan
5) Kondisi tempat kerja (working condition)

1. Pengertian SBAR
a. Komunikasi SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi
penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap
eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. Kerangka komunikasi efektif
yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR
(Situation,Background,Assessment,Recommendation),metode komunikasi ini
digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah
kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam
menyampaikankondisi pasien.
SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift
atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim
kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan

17
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan
atau tim kesehatan lainnya.

2. Adapun keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:


1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan
kondisi pasien.
3. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

3. Sistem Pendokumentasian dengan SBAR (Nursalam, 2013), Komite Akreditasi


Rumah Sakit (KARS, 2012)
Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background, Assessment,
Recommendation. SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien
yang memerlukan perhatian atau tindakan segera,diharapkan dokumentasi catatan
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat
mengetahuiperkembanganpasien.
1. S :Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien) Sebutkan nama pasien, umur,
tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter yang merawat. Sebutkan diagnosis medis
dan masalah keperawatan yang belum atau sudah teratasi/ keluhan penerapan rumah
sakit

a. Pemindahan pasien : isi dengan tanggal, waktu, dari ruang asal ke ruang tujuan
pemindahan
b. Dokter yang merawat : isi dengan nama DPJP atau dokter spesialis yang merawat
c. Diagnosa medis : isi dengan diagnosa medis yang terakhir diputuskan oleh dokter yang
merawat
d.Isi pilihan ya atau tidak bila pasien/keluarga sudah atau belum dijelaskan mengenai
diagnosa pasien.
e. Masalah utama keperawatan saat ini, isi dengan masalah keperawatan pasien yang secara
aktual pada pasien yang wajib dilanjutkan diruang kepindahan
yang baru.
2. B : Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini)
1. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap diagnosis
keperawatan
2) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat –
obat termasuk termasuk cairan infus digunakan.
3) Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respon pasien dari setiap diagnosis

18
keperawatan
4) Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan obat –
obatan termasuk cairan infus yang digunakan
5) Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis

Penerapan Rumah Sakit :


a) Riwayat alergi/reaksi obat : isi dengan apa jenis alergi yang diderita atau jenis reaksi
obat tertentu pada pasien dulu hingga sekarang
b) Intervensi medik/keperawatan : isi dengan jenis tindakan yang sudah dilakukan
terhadap pasien, baik tindakan dokter maupun perawat. Contoh pemasangan gips, NGT,
dll
c) Hasil investigasi abnormal : isi keadaan abnormal/keluhan saat pasien dating ke RS
sehingga mengharuskan pasien tersebut dirawat (riwayat keluhan saat
masuk rumah sakit)
d) Kewaspadaan/ precaution: pilih apa jenis kewaspadaan sesuai dengan jenis kasus
pasien. contoh : TBC, maka dipilih droplet
A : Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
1) Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda vital, skor nyeri, tingkat
kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas score, status
nutrisi,kemampuan,eliminasi.
2)Jelaskaninformasikliniklainyangmendukung.Penerapan Rumah Saki:
a. Observasi terakhir, GCS: Eye, Verbal, Motorik (EVM) : isi dengan vital sign
dan tingkat kesadaran pasien secara numerik. contoh : E 4, V 5 M 6
b. BAB dan BAK, diet, mobilisasi, dan alat bantu dengar, isi / di ceklist sesuai keadaan pasien
c. Luka decubitus : isi dengan kondisi saat ini (misalnya ada pus, jaringan nekrotik, dll,) lokasi
dan ukurannya juga dilengkapi
d. CVP : isi dengan ceklist dan skor/undulasi dengan satuan CmH20
e. Peralatan khusus yang diperlukan: isi misalnya WSD, colar brace, infuse pump dll
f. Hal-hal istimewa yang berhubungan dengan kondisi pasien. contoh : pasien tidak ada keluarga

Operan/Timban Terima
A. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya
handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover adalah
komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat pada

19
pergantian shift jaga.
Nursalam, (2007) menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer
tentang
informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan perawatan
yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan
konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang
dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Nursalam, (2007) menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover adalah
waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari perawat
yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi
yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang
akan terjadi dan antisipasinya

B. Tujuan Timbang Terima


a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi
komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.

C. Timbang Terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:


a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan perasaan
perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan keputusan dan
tindakan keperawatan.

D. Langkah-langkah dalam Timbang Terima


a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya
meliputi :

20
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburuburu.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.
E. Prosedur dalam Timbang Terima
a. Persiapan
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
2)Nurse station perawat sebagai tempat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta
hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang
berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a).Identitas klien dan diagnosa medis.
b).Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
c).Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
d) Intervensi kolaboras
e).Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya : operasi, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
f).Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
g).Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
h).Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat.(Nursalam, 2007).
F.Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:

a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung


jawab,meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan

21
pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa pertukaran
informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang shift
sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan
tugas yang dilimpahkan. Aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk
melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien langsung.

G.Metode dalam Timbang Terima


a. Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kassesan dan Jagoo (2005) disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih
tradisional adalah :
1) Dilakukan hanya di meja perawat.
2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
b. Timbang terima dengan metode bedside handover
Handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside handover
yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan
pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.

H. Kelebihan Handover
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional
maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa
kelebihan diantaranya :
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien
jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi
medis yang lain.
I. Metode Pelaksanaan Handover
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya :
a. Menggunakan tape recorder : melakukan perekaman data tentang pasien kemudian
diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
one way communication.
b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken : melakukan pertukaran informasi dengan
berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis (written) : melakukan pertukaran informasi dengan
melihat pada medical record saja atau media tertulis lain.

22
J. Evaluasi dalam Timbang Terima
a. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain :
Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan
memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi
ke sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh
perawat primer.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam
menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima
pertama dilakukan di nurse station kemudian ke tempat tidur klien dan kembali lagi ke
nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan,
intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada.
Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

K. Hal yang harus diperhatikan sebelum serah terima pasien, perawat harus
melakukan :
a. Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan.
c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang
harus dilanjutkan.
d. Perawat membaca dan memahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
e. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.

L. Faktor - faktor yang mempengaruhi Komunikasi Efektif saat Handover


1. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan,
dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Nursalam, 2007).
2. Pengetahuan

23
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi
setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu
3. Karakteristik Individu
Keperawatan menurut hasil lokakarya nasional keperawatan tahun 1983 Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial yang komprehensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan, diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Pengertian perawat dan
keperawatan tersebut di atas jelas bahwa seorang tenaga perawat adalah seseorang yang
telah menyelesaikan pendidikan bidang keperawatan, dan mempunyai kewenangan untuk
memberikan pelayanan keperawatan. Tenaga perawat dituntut untuk professional
dibidangnya. Pemberian pelayanan keperawatan oleh tenaga
perawat ditentukan oleh tenaga perawat sendiri, yang pada pelaksanaannya dipengaruhi
oleh banyak faktor. Salah satu faktornya yaitu karakteristik dari individu perawat.
Karakteristik individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan
demografis. Karakteristik demografis individu terdiri dari umur, jenis kelamin
pendidikan dan lama kerja. Perawat sebagai seorang individu mempunyai karateristik
demografis, seperti diuraikan berikut ini :
a. Umur
Semakin tinggi usia semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa dan semakin
dapat berpikir rasional, se makin bijaksana, mampu mengendalikan emosi dan
semakin terbuka terhadap pandangan orang lain.
b. Jenis Kelamin
Pekerja wanita mengalami lebih banyak stres dibandingkan pria, karena adanya
struktur yang unik pada wanita. Beberapa perbedaan cara pria dan wanita mendapat
keseimbangan yang nyaman, dimana pria selalu mendefinisikan dirinya melalui kasih
sayang dan hubungannya dengan orang lain, sedangkan wanita mencoba

24
memfokuskan pada keberhasilan pekerjaan.
c. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginan untuk memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan. Perawat yang memiliki pendidikan lebih tinggi
diharapkan mampu memberikan masukan-masukan bermanfaat terhadap pimpinan
dalam upaya peningkatan kinerja perawat. Selain itu pendidikan perawat yang lebih
tinggi akan lebih mudah dalam memahami tugas.
d. Lama kerja
Semakin lama bekerja semakin meningkat pengalaman perawat dan memberikan arti
bagi pekerjaannya apabila perawat tersebut melakukan komunikasi
4. Komunikasi Efektif SBAR
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini
digunakan pada saat perawat melakukan handover. Komunikasi SBAR adalah kerangka
teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan
kondisi pasien.

M. Komunikasi Efektif Timbang Terima Pasien dilihat dari sudut pandang


kerangka
teori Model Konsep Imogene King ( Interacting system framework model and goa
attainment)
Pada Komunikasi Efektif saat timbang terima pasien adanya interaksi antara perawat
dengan
perawat lainnya dalam menyampaikan kondisi pasien, adapun kerangka konseptual King
terdiri dari tiga sistem yang saling berinteraksi, yaitu sistem personal (individual), sistem
interpersonal (kelompok) dan sistem sosial.

25
BAB III
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu
tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran
sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang agar mau
bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara bersama- sama untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan
(manajer) yang baik.

Actuating merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana. Dengan berbagai arahan


dengan memotivasi setiap karyawan untuk melaksanakan kegiatan dalam organisasi, yang sesuai
dengan peran, tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas dari peranan
kemampuan manajer.

Manajemen proses keperawatan dilakukan dengan pendekatan sistem terbuka, dimana


masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan
terdiri dari lima elemen yaitu: input, proses, output, kontrol, dan umpan balik.

2.      SARAN
Kami selaku penulis makalah ini, sangat berharap kepada pembaca dapat  mempelajari
dan memahami makalah ini, agar bermanfaat di kemudian hari. Dan kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca baik mahasiswa maupun dosen sebagai pembimbing kami.
Agar makalah ini dapat mendekati kesempurnaan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Arwani, & supriyatno, heru. 2005. Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.


AgusKuntoro. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha                               Medika
Gillies. D. A (1989). Nursing  Management a system approach.
Philadelphia.                              Second Edition. WB Saunder Company

27

Anda mungkin juga menyukai