Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

ANALISA KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI


GUBERNUR RIAU H. ANNAS MAAMUN

Disusun Oleh :

Nama : Qorry Afifah

NIM : P21345119061

TINGKAT 1 KELAS D-IIIB


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.4 Analisa kasus korupsi H. Annas Maamun........................................................13
BAB III............................................................................................................................17
PENUTUP........................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang sedemikian maju membawa dampak terhadap


berkembangnya jenis dan pola kejahatan. Salah satu jenis kejahatan yang
sampai saat ini marak di Indonesia adalah tindak pidana korupsi. Korupsi
dikategorikan sebagai kejahatan yang luar biasa, karena negara mengalami
kerugian sangat besar yang nantinya berdampak bagi masyarakat, sehingga
dibutuhkan upaya pemberantasan yang luar biasa untuk memberantas
kejahatan ini. Tidak sedikit tindak pidana korupsi sulit diungkap dikarenakan
minimnya barang bukti dan alat bukti yang ditemukan, karena pelaku
biasanya berusaha untuk tidak meninggalkan jejak agar kasusnya tidak
terungkap. Hal tersebut biasa terjadi karena tingginya tingkat intelektual
seseorang. Tindak pidana korupsi juga digolongkan sebagai kejahatan kerah
putih atau white collar crime karena pelakunya sebagian besar merupakan
orang-orang berintelektual dan memiliki pengaruh dalam kekuasaan.

Maraknya berita mengenai tindak pidana korupsi yang terus menerus


dikabarkan diberbagai media seperti media televisi, media cetak dan media
online sangat memprihatinkan. Terungkapnya berbagai kasus tindak pidana
korupsi disisi memprihatinkan, terdapat keberhasilan para penegak hukum
dalam memberantas kejahatan ini. Tindak pidana korupsi tidak hanya terjadi
di pemerintahan pusat seperti kasus korupsi proyek hambalang, kasus korupsi
pengadaan sapi, kasus korupsi mafia pajak dan masih banyak kasus tindak
pidana korupsi lainnya. Salah satu tindak pidana korupsi yang terjadi di
pemerintahan daerah yaitu kasus tindak pidana korupsi di Provinsi Riau.
Kasus ini terkait penyuapan yang dilakukan oleh berbagai pihak terhadap
Gubernur provinsi Riau.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kasus korupsi H. Annas Maamun?


2. Apa saja analisa terhadap kasus korupsi H. Annas Maamun?

3
1.3 Tujuan

1. Memahami kasus korupsi H. Annas Maamun


2. Dapat mengetahui analisa terhadap kasus korupsi H. Annas Maamun

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Biografi H. annas maamun


Drs. H. Annas Maamun (lahir di Bagansiapiapi, Riau, 17 April 1940, umur
77 tahun) adalah Gubernur Riau saat ini, yang menjabat sejak 19 Februari 2014 ia
merupakan tokoh keturunan Melayu. Annas Maamun menempuh pendidikan
dasarnya di Sekolah Rakyat No. 1 Bagansiapiapi pada tahun 1945. Kemudian ia
melanjutkan pendidikannya ke SGB Negeri Bengkalis pada tahun 1957 dan SGA
Negeri Tanjung Pinang pada tahun 1960. Kemudian ia menempuh pendidikan di
PGSLP Negeri Padang Tugas Belajar pada tahun 1962.
Annas Maamun pernah menjadi guru di SMP Negeri Bagansiapiapi pada
tahun 1960 hingga tahun 1964 dan juga menjadi guru di SMP Negeri No.2
Pekanbaru pada tahun 1967 hingga tahun 1968. Selain menjadi guru, Annas
Maamun pernah menjadi birokrat diKabupaten Bengkalis dan Kotamadya
Pekanbaru dimana ia pernah menjadi pelaksana tugas Camat Rumbai pada tahun
1986. Ia juga pernah menjadi ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Bengkalis dari tahun 1999 hingga tahun 2001. Kemudian ia menjadi ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Rokan Hilir dari tahun 2001 hingga tahun
2005. Pada tahun 2006 ia terpilih sebagai Bupati Rokan Hilir dan menjabat hingga
tanggal 29 Januari 2014. Ia diberhentikan sebagai Bupati Rokan Hilir karena
terpilih dalam pemilihan umum Gubernur Riau 2013 sebagai Gubernur Riau yang
baru. Ia dilantik sebagai Gubernur Riau pada tanggal 19 Februari 2014.
Pada tanggal 25 September 2014, satuan tugas Komisi Pemberantasan Korupsi
menangkap sembilan orang, dimana salah satunya adalah Annas Maamun yang
masih menjabat sebagai Gubernur Riau. Annas Maamun ditangkap oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi di Cibubur, Jakarta Timur. Annas Maamun ditangkap
terkait dengan dugaan suap alih fungsi lahan. Komisi Pemberantasan Korupsi juga
menyita sejumlah mobil, termasuk mobil berpelat nomor Riau. Annas Maamun
merupakan Gubernur Riau ketiga yang secara berturut-turut ditangkap oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi, dimana sebelumnya Saleh Djasit yang menjabat
dari tahun 1998 hingga 2003 ditangkap karena kasus korupsi mobil pemadam
kebakaran yang melibatkan Hari Sabarno. Kemudian Rusli Zainal yang menjabat
untuk periode 2003 hingga 2013 ditangkap karena kasus korupsi PON XVIII,
suap anggota DPRD Riau, dan penerbitan izin usaha pemanfaatan hasil hutan
kayu pada hutan tanaman (IUPHHK-HT) di Kabupaten Pelalawan, Riau.
Pada 26 September 2014, Komisi Pemberantasan Korupsi  melalui
ketuanya, Abraham Samad menetapkan Annas sebagai tersangka pasca operasi
tangkap tangan pada 25 September malam. Menurut Abraham, Annas diduga

5
menerima uang dari pengusaha terkait dengan izin alih fungsi hutan tanaman
industri di Riau. Selain Annas, KPK menetapkan pengusaha sawit berinisial GM
sebagai tersangka. GM diduga sebagai pihak pemberi uang kepada Annas. Dalam
operasi tangkap tangan tersebut, KPK menyita uang 156.000 dollar Singapura dan
Rp 500 juta sebagai barang bukti. Annas Maamun akan segera ditahan di rumah
tahanan Guntur, berbeda dengan tersangka GM yang sedianya akan ditahan di
rumah tahanan KPK. Terkait dengan hal ini, Mendagri Gamawan Fauzi akan
segera menunjuk Wakil Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman menjadi
pelaksana tugas Gubernur Riau setelah disahkannya undang-undang pemerintah
daerah[[7]].

2.2 Kronologi Kasus Korupsi H. Annas Maamun


Berhubung karena kasus tindak pidana korupsi yang dilakukan ole H.
Annas Maamun ada 3, maka penulis hanya mengambil salah satu dari kasus
tersebut yaitu mengenai penerimaan uang sebesar Rp 2 miliar dalam bentuk dolar
Amerika Serikat (USD)dari Gulat Manurung. Karenanya Annas dijerat dengan
pasal 12 b Undang-Undang Pemberantasan Korupsi.
  Bahwa Terdakwa H. ANNAS MAAMUN Pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara yaitu Selaku Gubernur Riau periode tahun 2014-2019 yang
diangkat berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10/P Tahun
2014 tanggal 14 Pebruari 2014, pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 atau
setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2014, bertempatdi Perumahan
Citra Gran Blok RC 3 Nomor 2 Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, atau setidak-
tidaknya di tempat lain yang berdasarkan Pasal 5 jo Pasal 35 ayat (3) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
pada Pengadilan Negeri Bandung, menerima hadiah yaitu hadiah uang sebesar
USD166,100 (seratus enam puluh enam ribu seratus dollar Amerika Serikat) atau
setidak-tidaknya sekitar jumlah itu dari GULAT MEDALI EMAS MANURUNG
dan EDISON MARUDUT MARSADAULI SIAHAAN padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan
karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yaitu Terdakwa mengetahui atau patut
menduga bahwa hadiah uang sebesar USD166,100 (seratus enam puluh enam ribu
seratus dollar Amerika Serikat) tersebut diberikan karena Terdakwa selaku
Gubernur Riau telah memasukkan areal kebun kelapa sawit yang dikelola oleh
GULAT MEDALI EMAS MANURUNG yang terletak di Kabupaten Kuantan
Sengingi seluas kurang lebih 1.188 ha (seribu seratus delapan puluh delapan
hektar) dan di Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir seluas kurang lebih 1.214

6
ha (seribu dua ratus empat belas hektar) serta kebun kelapa sawit milik EDISON
MARUDUT MARSADAULI SIAHAAN yang terletak di daerah Duri Kabupaten
Bengkalis seluas 120 ha (seratus dua puluh hektar)ke dalam usulan revisi surat
perubahan luas bukan kawasan hutan di Propinsi Riau, yang bertentangan dengan
kewajibannya, yaitu kewajiban a Terdakwa selaku Penyelenggara Negara
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 angka 4 dan angka 6 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, serta bertentangan dengan kewajiban Terdakwa
selaku Kepala Daerah sebagaimana ketentuan Pasal 28 huruf d Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dilakukan Terdakwa
dengan cara sebagai berikut :

1. Bahwa Terdakwa selaku Gubernur Riau berdasarkan Peraturan Pemerintah


Nomor 10 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah nomor 60 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan
pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata cara Perubahan Peruntukan
dan Fungsi Kawasan Hutan mempunyai kewenangan untuk mengajukan
usulan perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan
kepada Menteri Kehutanan.
2. Bahwa pada acara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Propinsi Riau
tanggal 9 Agustus 2014, Terdakwa menerima kunjungan ZULKIFLI
HASAN (Menteri Kehutanan) yang memberikan Surat Keputusan (SK)
Menteri Kehutanan Nomor: SK.673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014
tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan
Hutan Seluas ±1.638.249 ha (satu juta enam ratus tiga puluh delapan ribu
dua ratus empat puluh sembilan hektar), Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Seluas ±717.543 ha (tujuh ratus tujuh belas ribu lima ratus empat puluh tiga
hektar) dan Penunjukkan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan
Seluas ±11.552 ha (sebelas ribu lima ratus lima puluh dua hektar) di Propinsi
Riau. Pada pidatonya dalam acara HUT Propinsi Riau, ZULKIFLI HASAN
memberikan kesempatan kepada masyarakat melalui Pemerintah Daerah
Propinsi Riauuntuk mengajukan permohonan revisi jika terdapat daerah atau
kawasan yang belum terakomodir dalam SK tersebut.
3. Sehubungan dengan adanya kesempatan melakukan revisi
atas SK.673/Menhut-II/2014,kemudian Terdakwa memerintahkan M. YAFIZ
(Kepala Bappeda Propinsi Riau) dan IRWAN EFFENDI (Kepala Dinas
Kehutanan Propinsi Riau) untuk melakukan penelaahan terkait keberadaan
kawasan yang direncanakan dalam program pembangunan daerah Propinsi
Riau yang masih masuk sebagai kawasan hutan untuk diusulkan revisi
menjadi bukan kawasan hutan/Area Penggunaan Lainnya (APL). Selanjutnya

7
dilakukan penelaahan oleh M. YAFIZ dan IRWAN EFFENDI bersama-sama
dengan CECEP ISKANDAR (Kabid Planologi Dinas Kehutanan Propinsi
Riau), SUPRIADI (Kasi Tata Ruang Bappeda Propinsi Riau),
ARDESIANTO (Kasi Perpetaan Dinas Kehutanan Propinsi Riau), dan
ARIEF DESPENSARY (Kasi Penatagunaan Dinas Kehutanan Propinsi
Riau).
4. Bahwa pada tanggal 11 Agustus 2014 Terdakwa menerima laporan hasil
telaahan atas SK.673/Menhut-II/2014 dari CECEP ISKANDAR dan setelah
Terdakwa melakukan koreksi maka pada tanggal 12 Agustus 2014 terdakwa
menandatangani Surat Gubernur Riau Nomor 050/ BAPPEDA/58.13 tanggal
12 Agustus 2014 perihal Mohon Pertimbangan Perubahan Luas Kawasan
Bukan Hutan di Propinsi Riau dalam Keputusan Penunjukan Kawasan Hutan
Sesuai Hasil Rekomendasi Tim Terpadu yang ditujukan kepada Menteri
Kehutanan.
5. Selanjutnya Surat Gubernur Riau tersebut dibawa ke kantor Kementerian
Kehutanan oleh ARSYAD JULIANDI RACHMAN (Wakil Gubernur Riau),
M. YAFIZ, IRWAN EFFENDY dan CECEP ISKANDAR yang bertemu
dengan ZULKIFLI HASAN pada tanggal 14 Agustus 2014. Pada pertemuan
itu ZULKIFLI HASAN memberi tanda centang persetujuan terhadap
sebagian kawasan yang diajukan dalam surat tersebut, yang peruntukannya
antara lain untuk jalan tol, jalan propinsi, kawasan Candi Muara Takus dan
perkebunan untuk rakyat miskin seluas 1.700 ha (seribu tujuh ratus hektar)di
Kabupaten Rokan Hilir. Selain itu ZULKIFLI HASAN secara lisan
memberikan tambahan perluasan kawasan hutan menjadi bukan hutan
Propinsi Riau maksimal 30.000 ha (tiga puluh ribu hektar).
6. Atas pengajuan revisi SK Menteri
Kehutanan NomorSK.673/MenhutII/2014 tersebut, pada bulan Agustus 2014
terdakwa ditemui oleh GULAT MEDALI EMAS MANURUNG di rumah
dinas Gubernur Riau untuk meminta bantuan agar areal kebun sawit yang
dikelolaGULAT MEDALI EMAS MANURUNG dapat dimasukkan ke
dalam usulan revisi dari kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan.
Terdakwa lalu meminta GULAT MEDALI EMAS MANURUNG
berkoordinasi dengan CECEP ISKANDAR yang pada saat itu sedang berada
di rumah dinas Terdakwa terkait pelaporan hasil kunjungan ke Jakarta
menemui Menteri Kehutanan. Menindaklanjuti arahan terdakwa kemudian
GULAT MEDALI EMAS MANURUNG membicarakan hal tersebut dengan
CECEP ISKANDAR, yang pada intinya meminta agar areal kebun sawit
yang dikelola GULAT MEDALI EMAS MANURUNG di Kabupaten
Kuantan Sengingi seluas kurang lebih 1.188 ha (seribu seratus delapan puluh
delapan hektar) dan Bagan Sinembah di Kabupaten Rokan Hilir seluas

8
kurang lebih 1.214 ha (seribu dua ratus empat belas hektar) dapat
dimasukkan ke dalam usulan revisi SK Menteri
Kehutanan NomorSK.673/Menhut-II/2014 padahal lokasi tersebut diluar
lokasi yang direkomendasikan oleh Tim Terpadu Kehutanan Riau.
7. Atas permintaan tersebut, CECEP ISKANDAR meminta GULAT
MEDALI EMAS MANURUNG memberikan gambar peta lokasi areal yang
akan direvisi. Selanjutnya GULAT MEDALI EMAS MANURUNG
memerintahkan RIYADI MUSTOFA alias BOWO memberikan gambar peta
(shape file) kepada CECEP ISKANDAR untuk dilakukan penelahaan
bersama ARDESIANTO, yang hasilnya terdapat beberapa kawasan yang
tidak bisa dimasukan ke dalam usulan revisi karena merupakan kawasan
hutan lindung, namun GULAT MEDALI EMAS MANURUNG meminta
agar tetap dimasukkan ke dalam usulan.
8. Setelah draft usulan revisi Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 selesai dibuat, selanjutnya
CECEP ISKANDAR melaporkan draft usulan revisi tersebut kepada
Terdakwa dan menyampaikan bahwa usulan GULAT MEDALI EMAS
MANURUNG masih dalam kawasan hutan, selanjutnya Terdakwa
memerintahkan CECEP ISKANDAR agar tetap memasukkan usulan
GULAT MEDALI EMAS MANURUNG ke dalam surat usulan revisi
tersebut. Kemudian pada tanggal 17 September 2014 Terdakwa
menandatangani Surat Gubernur Riau Nomor 050/BAPPEDA/8516 tentang
Revisi Usulan Perubahan Luas Kawasan Bukan Hutan di Propinsi Riau yang
ditujukan kepada Menteri Kehutanan yang didalamnya terdapat area kebun
sawit sebagaimana yang dimintakan oleh GULAT MEDALI EMAS
MANURUNG dan EDISON MARUDUT MARSADAULI SIAHAAN yaitu
Kebun Rakyat Miskin di Rokan Hillir seluas 1.700 ha (seribu tujuh ratus
hektar), kebun kelapa sawit di Kuantan Sengingi seluas lebih dari 1.000 ha
(seribu hektar) dan kebun kelapa sawit di Bagan Sinembah Kabupaten Rokan
Hillir serta kebun kelapa sawit seluas 120 ha (seratus dua puluh hektar) di
daerah Duri Kabupaten Bengkalis, yang mana lokasilokasi tersebut diluar
wilayah rekomendasi Tim TerpaduKehutanan Riau, selanjutnyatanggal 19
September 2014atas perintah Terdakwa, CECEP ISKANDAR menyerahkan
surat tersebutkepada MASHUD (Direktur Perencanaan Kawasan Hutan
Kementerian Kehutanan) di Jakarta untuk diproses permohonannya.
9. Pada tanggal 21 September 2014 Terdakwa berangkat ke Jakarta dalam
rangka urusan dinas sekaligus memantau perkembangan surat usulan revisi
tersebut di Kementerian Kehutanan. Keesokan harinya tanggal 22 September
2014 Terdakwa menghubungi GULAT MEDALI EMAS MANURUNG
melalui telepon dan meminta uang kepada GULAT MEDALI EMAS

9
MANURUNG sebesar Rp. 2.900.000.000,00 (dua miliar sembilan ratus juta
rupiah) dengan dalih bahwa uang tersebut akan diberikan kepada anggota
DPRRI Komisi IV sebanyak 60 (enam puluh) orang untuk mempercepat
proses pengesahan RTRW Propinsi Riau oleh DPR RI yang didalamnya
terdapat revisi terkait perubahan kawasan hutan dimana lahan sawit yang
dikelola GULAT MEDALI EMAS MANURUNG dan kebun kelapa sawit
yang dimiliki EDISON MARUDUT MARSADAULI SIAHAAN termasuk
dalam usulan tersebut.
10. Pada tanggal 23 September 2014, Terdakwa menghubungi GULAT
MEDALI EMAS MANURUNG melalui telepon menanyakan apakah uang
yang diminta oleh Terdakwa sudah tersedia, dan dijawab oleh GULAT
MEDALI EMAS MANURUNG bahwa uang tersebut sudah tersedia, dengan
mengatakan,” Bisa pak, bisa sudah sudah sudah terkumpul kacang pukulnya
pak, udah” atas penyampaian tersebut selanjutnya Terdakwa meminta
GULAT MEDALI EMAS MANURUNG untuk segera membawa uang
tersebut ke Jakarta dan menyerahkan kepada Terdakwa.
11. Pada tanggal 24 September 2014 GULAT MEDALI EMAS
MANURUNG bersama dengan EDI AHMADalias EDI RM berangkat ke
Jakarta dan pada sekitar pukul 19.00 WIB tiba di rumah Terdakwa di
Perumahan Citra Gran Blok RC 3 Nomor 2 Cibubur, Bekasi Jawa
Barat.Setibanya di rumah Terdakwa, GULAT MEDALI EMAS
MANURUNG berbincang-bincang dengan Terdakwa dan kemudian makan
malam bersama di Rumah Makan Hanamasa Cibubur. Sepulang
makanmalam saat berada didepan rumah Terdakwa, GULAT MEDALI
EMAS MANURUNG menyerahkan sebuah tas berwarna hitam yang berisi
uang sejumlah USD166,100 (seratus enam puluh enam ribu seratus dollar
Amerika Serikat) kepada TRIYANTO (ajudan Terdakwa) dan berpesan agar
tas tersebut diserahkan kepada Terdakwa. Setelah menerima uang dari
GULAT MEDALI EMAS MANURUNG, selanjutnya TRIYANTO
menyerahkan tas berisi uang tersebut kepada Terdakwa, danTerdakwa
memerintahkan kepada TRIYANTO agar tas berisi uang tersebut diletakkan
di atas meja kerja ruang belakang samping taman. Selanjutnya Terdakwa
membawa tas tersebut ke kamar Terdakwa di lantai 2 (dua) dan membuka tas
yang berisi uang dalam bentuk dollar Amerika Serikat lalu menyimpannya di
dalam lemari.
12. Terdakwa yang mengetahui uang yang diterima dari GULAT MEDALI
EMAS MANURUNG dalam bentuk pecahan mata uang dollar Amerika
Serikat, selanjutnya menghubungi GULAT MEDALI EMAS MANURUNG
melalui telepon dan meminta agar GULAT MEDALI EMAS MANURUNG
menukar uang tersebut menjadi pecahan mata uang Dollar Singapura.

10
Keesokan harinya pada tanggal 25 September 2014, Terdakwa bersama
TRIYANTOmenemuiGULAT MEDALI EMAS MANURUNG di Restoran
Hotel Le Meridien, Jakarta Pusat dan menyuruh TRIYANTO menyerahkan
kembali tas berwarna hitam yang berisi uang sebesar USD166,100 (seratus
enam puluh enam ribu seratus dollar Amerika Serikat) kepada GULAT
MEDALI EMAS MANURUNG untuk ditukarkandengan mata uang dollar
Singapura. Setelah itu GULAT MEDALI EMAS MANURUNG bersama-
sama dengan EDISON MARUDUT MARSADAULI SIAHAAN pergi
menukarkan uang sejumlah USD166,100(seratus enam puluh enam ribu
seratus dollar Amerika Serikat)dengan mata uang dollar Singapura sejumlah
SGD 156,000 (seratus lima puluh enam ribu dollar Singapura) dan mata uang
rupiah sejumlah Rp. 500.000.000,00(lima ratus juta rupiah)di money changer
PT AYU MASAGUNG di daerah Kwitang Jakarta Pusat. Setelah
menukarkan uang tersebut GULAT MEDALI EMAS MANURUNG
diantarLILI SANUSI (Sopir Badan Penghubung Propinsi Riau di Jakarta)
menuju rumah Terdakwa di Perumahan Citra Gran Blok RC 3 Nomor 2
Cibubur untuk menyerahkan uang tersebut.
13. Tidak lama setelah itu datang petugas KPK melakukan penangkapan
terhadap Terdakwa dan GULAT MEDALI EMAS MANURUNG kemudian
menemukan uang sejumlahSGD156,000 (seratus lima puluh enam ribu dollar
Singapura) dan Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) di rumah
Terdakwa. Selain itu juga ditemukan uang sebesar Rp. 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah) dari dalam tas GULAT MEDALI EMAS MANURUNG.
s) Bahwa Terdakwa mengetahui atau patut menduga perbuatannya menerima
hadiah uang sebesar USD166,100 (seratus enam puluh enam ribu seratus
dollar Amerika Serikat) dari GULAT MEDALI EMAS MANURUNG
disebabkan karena Terdakwa selaku Gubernur Riau telah memasukkan
permintaan GULAT MEDALI EMAS MANURUNG dan EDISON
MARUDUT MARSADAULI SIAHAANagar areal kebun sawit di
Kabupaten Kuantan Sengingi seluas kurang lebih ±1.188 ha(seribu seratus
delapan puluh delapan hektar) dan Bagan Sinembah di Kabupaten Rokan
Hilir seluas ±1.214 ha (seribu dua ratus empat belas hektar)serta kebun sawit
di daerah Duri Kabupaten Bengkalis seluas ±120 ha (seratus dua puluh
hektar) ke dalam surat revisi usulan perubahan luas bukan kawasan hutan di
Propinsi Riau yang ditandatangani oleh Terdakwa walaupun lokasi tersebut
tidak termasuk dalam lokasi yang direkomendasikan oleh Tim Terpadu,
perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban Terdakwa selaku
Gubernur Riau sekaligus Penyelenggara Negara sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, yakni Pasal 5

11
angka 4 yang berbunyi“Setiap Penyelenggara Negara berkewajiban untuk
tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme” dan Pasal 5
angka 6 yang berbunyi “Setiap Penyelenggara Negara berkewajiban
untukmelaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak
melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi,
keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan imbalan dalam
bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku” serta bertentangan dengan kewajiban Terdakwa
selaku Kepala Daerah sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yakni Pasal 28 huruf d
yang berbunyi “Kepala Daerah dilarang melakukan korupsi, kolusi,
nepotisme, dan menerima uang, barang atau jasa dari pihak lain yang
mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya”.

Perbuatan Terdakwa diancam pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 12 huruf b


Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Setelah membaca tuntutan
hukum/requisitoir Penuntut Umum tertanggal 20 Mei 2015 yang menuntut agar
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Bandung menjatuhkan
putusan sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa H. ANNAS MAAMUN telah terbukti secara sah


dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf b Undang
Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaima diubah dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001, Pasal 11 Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaima diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 dan Pasal
12 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHPdalam Dakwaan PERTAMA, Dakwaan Kedua dan Dakwaan
KETIGA Pertama.
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa H. ANNAS MAAMUN berupa
pidana penjara selama 6(enam) tahun, dikurangi selama Terdakwa berada
dalam tahanan dengan perintah supaya Terdakwa tetap ditahan dan ditambah
dengan pidana denda sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta
rupiah) subsidiair selama 5(lima) bulan kurungan[[8]].

12
2.3 Analisa kasus korupsi H. Annas Maamun

1. Pengertian Korupsi berdasarkan kasus


Hendry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai “an act done with an
intent to give some advantage inconsistent with official duty and the rigths of
others”, (terjemahan bebasnya: suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi
dan hak-hak dari pihak lain). Menurut black adalah perbuatan seseorang pejabat
yang secara melanggar hukum menggunakan jabatannya untuk mendapatkan
suatu keuntungan yang berlawanan dengan kewajibannya.
Menurut Barley, pekataan “korupsi” dikaitkan dengan perbuatan yang
berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang atas kekuasaan sebagai akibat
adanya pertimbangan dari mereka yang memegang jabatan bagi keuntungan
pribadi.
Menurut analisa penulis dari kasus korupsi H. Annas Maamun, bahwa
kasus korupsi suatu perbuatan yang berhubungan dengan penyalahgunaan jabatan
demi kepentingan pribadi maupun korporasi, bagi mereka yang memegang
jabatan atau kekuasaan senatiasa menyalahgunakan kekuasaaan mereka itu.
Tindakan korupsi oleh H. Annas Maamun ini merupakan tindakan yang
berdampak bukan hanya pada lingkungan, tetapi memicu persoalan sosial
(konflik), bencana lingkungan menahun, pemiskinan dan lain-lain.

2. Jenis-jenis perbuatan korupsi berdasarkan kasus

Against the rule corruption, artinya korupsi yang dilakukan sepenuhnya


bertentangan dengan hukum, misalnya penyuapan, penyalahgunaan jabatan untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi. Dan korupsi ini termasuk
jenis korupsi dibidang materiil dimana korupsi yang menyangkut masalah
penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi dibidang ekonomi dan
menyangkut bidang kepentingan umum. Menurut analisa penulis tindakan korupsi
oleh H. Annas Maamun ini termasuk tindakan yang sepenuhnya melanggar
hukum dan berhubungan dengan materi atau keuangan.

3. Bentuk dan tipe korupsi berdasarkan kasus

Menurut analisa penulis pada kasus korupsi H. Annas Maamun, kasus ini
merupakan tingkatan teratas yang disebut dengan Material benefit (mendapatkan
keuntungan material yang bukan haknya melalui kekuasaaan), mengapa? Karna
H. Annas Maamun melakukan penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan
keuntungan material baik bagi dirinyas sendiri maupun orang lain. Kasus korupsi

13
pada tingkat ini sangat membahayakan dikarenakan melibatkan kekuasaan dan
keuntungan material.
Sedangkan tipe korupsi yang menyangkut korupsi H. Annas Maamun ini
adalah Mercenery corruption yakni, jenis tindak pidana korupsi yang bermaksud
untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan.

4. Faktor-faktor penyebab terjadinya kasus korupsi ini

 Faktor organisasi

Menurut analisa penulis faktor organisasi termasuk kedalam faktor


penyebab terjadinya tindak pidana korupsi karena H. Annas Maamun termasuk
politisi partai Golkar (golongan karya) yang dimana ia juga merupakan gubernur
RIAU ditambah lagi dengan kewewenang yang begitu besar tanpa adanya
pertanggungjawaban sehingga para pelaku korupsi ini senantiasa melakukan
korupsi dengan mengandalkan partai ataupun jabatannya diorganisasi.

 Faktor ekonomi

Faktor ekonomi merupakan faktor terpenting dalam tindak pidana korupsi


ini, penulis menganalisa bahwa tindak pidana korupsi ini sangat jelas kaitannya
dengan faktor ekonomi dimana pelaku merasa bahwa keiinganannya yang begitu
besar dan juga gaji yang tidak mencukupi kebutuhan mendorong terjadinya
korupsi ini. Selain rendahnya gaji dan keinginan, banyak aspek yang ekonomi
lainnya yang menjadi penyebab terjadinya korupsi, diantaranya adalah kekuasaan
pemerintahan yang dibarengi dengan faktor kesempatan untuk memenuhi
kekayaan pelaku.

 Faktor hukum

Lemahnya penegakkan hukum merupakan faktor terjadinya korupsi. Sanksi


yang tidak tepat dengan perbuatan yang dilarang sehingga terasa begitu ringan
atau tidak fungsional membuat para pelaku menganggap bahwa hukum itu tidak
ada apa-apanya.
Pada dasarnya korupsi terjadi karena adanya faktor intenal (NIAT) dan
faktor eksternal (KESEMPATAN). Niat lebih terkait dengan faktor individu yang
meliputi perilaku dan nilai-nilai yang dianut, sedangkan kesempatan terkait
dengan sistem yang berlaku. Upaya pencegahan korupsi dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada semua individu. Setidaknya ada 9 nilai
anti korupsi yang penting untuk ditanamkan pada semua individu, yaitu:
kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, kebernian, dan keadilan[[10]].

14
5. Dampak masif berdasarkan kasus

Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahawa kasus korupsi yang


melibatkan Gubernur Riau H. Annas Maamun ini sangat berdampak pada
birokrasi pemerintahannya, terlebih lagi bapak H. Annas Maamun ini merupakan
gubernur terpilih, setelah dilakukan penangkapan posisi gubernur untuk sementara
waktu kosong dan pada 25 mei 2016 plt gubernur yaitu Arsyadjuliandi Rachman
dilantik secara resmi menjadi gubernur setelah 20 bulan menjabat menjadi plt.
Kasus korupsi ini juga berdampak pada lingkungan fisik yakni penyimpangan
terhadap anggaran pembangunan dan pelaksanaan infrastruktur dapat
memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan berdampak pada kemiskinan
rakyat.

6. Kasus H. Annas Maamun menurut perspektif

 Dalam perspektif budaya

Kasus korupsi dalam perspektif budaya sudah menjadi sesautu yang


dianggap biasa karena telah dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar.

 Dalam perspektif agama

Agama menentang korupsi karna agama mengajarkan penganutnya untuk


hidup jujur, lurus, dan benar. Iman yang lemah juga menjadi pendorong terjadinya
korupsi.

 Dalam perspektif hukum

Dalam hukum tindak pidana korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa,
dan ada beberapa undang-undang dan peraturan pemerintah yang erat kaitannya
untuk mencegah dan memberantas korupsi, yaitu:

 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab Undang-undang


Hukum acara pidana.
 Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara
yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan Nepotisme.
 Undang-undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan tindak pidana
korupsi.

Di negara kita persoalan pembinaan hukum nasional bertambah kompleks


karena sistim hukum yang berlaku di indonesia paling tidak dibidang perdata
bersifat pluralistis yaitu mengenal golongan dan penduduk, yang masing-masing
tunduk pada hukum yang berlainan[[11]]

15
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh Gubernur Riau adalah melanggar undang-undang
Tindak Pidana Korupsi dan di tuntut untuk di pidana penjara. 

Jadilah satu untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Banyak faktor
yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri pelaku maupun
dari luar pelaku. 

DAFTAR PUSTAKA

16
Wikipedia, 2016, https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi. Pengertian korupsi,
diakses 1 Januari 2018.
Otoritas semu law,  2016,  https://yuokisurinda.wordpress.com,  pengertian
dan rumusan korupsi menurut para ahli, diakses 1 Januari 2018. 
Tribun news.com, 11 februari 2015, gubernur riau nonaktif annas maamun,
diakses pada situs www.tribunnews.com 
Nanang T. Puspito, 2011, Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi,
cetakan 1, Jakarta: Kemendikbud. hlm.11.
Evi hartanti, 2008, Tindak Pidana Korupsi,  jakarta: sinar grafika.
Kusumaatmadja, Mochtar, pembinaan hukum nasional, bina cipta, Bandung,
1976. 
Mongabay, 2015, www.mongabay.co.id, kasus suap Hutan RIAU , diakses 1
Januari 2018

17

Anda mungkin juga menyukai