Anda di halaman 1dari 26

CRITIKAL THINKING DAN EVIDENCE BASED PRACTICE ASUHAN

KEPERAWATAN KANKER KANDUNG KEMIH

OLEH
KELOMPOK 6

1. Early Jesika Nenosaban PO. 530321118932


2. Eunike Julia Sir Lalang PO. 530321118933
3. Fandy Syamsudin PO. 530321118934

TK IV PPN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PPN SARJANA TERAPAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya kami dapat diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini. Dimana makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok dari mata
kuliah Keperawatan KMB IV “CRITIKAL THINKING DAN EVIDENCE BASED
PRACTICE ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KANDUNG KEMIH”
Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan juga dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa tentunya masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
Harapan kami, kiranya makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu
pengetahuan pembaca mengenai “CRITIKAL THINKING DAN EVIDENCE BASED
PRACTICE ASUHAN KEPERAWATAN KANKER KANDUNG KEMIH”.

Kupang, Maret 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
2.1 Konsep Teori Kanker Kandung Kemih..............................................................3
2.1.1 Definisi........................................................................................................3
2.1.2 Etiologi........................................................................................................3
2.1.3 Patofisiologi.................................................................................................4
2.1.4 Klasifikasi Stadium.....................................................................................5
2.1.5 Manifestasi Klinis........................................................................................6
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................6
2.1.7 Penatalaksanaan...........................................................................................7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................................7
2.2.1 Pengkajian...................................................................................................7
2.2.2 Diagnosa....................................................................................................10
2.2.3 Intervensi...................................................................................................10
2.2.4 Implementasi.............................................................................................15
2.2.5 Evaluasi.....................................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker kandung kemih adalah suatu penyakit nonagresif yang terjadi


didalam lapisan sel transisi kandung kemih. Kanker kandung kemih kambuh
secara alami. Terkadang kanker kandung kemih ditemukan menyerang lapisan
lebih dalam pada jaringan kandung kemih (Digiulio, Jackson, dan Keogh, 2014)
Kanker kandung kemih yang masih dini merupakan tumor superficial.
Tumor ini lama kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot,
dan lemak perivesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.
Kanker kandung kemih/kanker buli-buli merupakan 2% dari seluruh kaganasan,
dan merupakan keganasan kedua terbanyak pada sistem urogenetalia setelah
karsnioma prostat. Tumor ini dua kali lebih sering menyerang pria daripada
wanita. Di daerah industri kejadian tumor ini meningkat lebih tajam (Purnomo,
2011)
Pada 90% kasus, gejala klinis yang awal adalah hematuria intermitten
yang tidak disertai nyeri (Shenoy 2014). Kanker kandung kemih adalah
neoplasma yang paling sering terjadi di saluran kemih, dilaporkan mendekati
angka 3% dari semua kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker kandung
kemih juga muncul 2-3 kali lebih sering pada pria daripada wanita meskipun
angka kejadian pada wanita juga meningkat. Kanker ini sekarang menjadi
urutan nomor 5 dari kanker yang paling sering terjadi pada pria dan menjadi
urutan 10 dari kanker yang paling sering terjadi pada wanita. Kanker ini juga
lebih sering terjadi padaorang kulit putih daripada orang kulit hitam dan lebih
sering muncul di daerah perkotaan dan di daerah industri bagian utara. Tumor
jinak dan ganas dapat berkembang pada permukaan dinding kandung kemih atau
tumbuh di dalam dinding dan dengan cepat menyerang otot di bawahnya.
Sekitar 90% kanker kandung kemih merupakan karsinoma sel transisional,
berasal dari epitel transisional dari membran mukosa (Joan dan Lyndon 2014).
Peran perawat pada pasien dengan penyakit kanker kandung kemih
adalah untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif,

1
memberikan edukasi kepada individu atau keluarga tentang penyakit kanker
kandung kemih untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
tersebut, pasien atau keluarga dapat meminimalkan faktor pencetus kanker
kandung kemih, menggunakan obat secara tepat dan berkonsultasi pada tim
kesehatan.
Pasien yang didiagnosa dengan kanker kandung kemih metastasis
biasanya diobati dengan kemoterapi. Kemoterapi juga dapat digunakan pada
kasus kanker kandung kemih stadium lanjut dalam upaya untuk mengurangi
kemungkinan kanker kembali muncul setelah kisektomi radikal.
Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk membunuh sel kanker.
Beberapa obat kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam kandung kemih
untuk pasien dengan kanker kandung kemih awal untuk mencegah kanker
berulang. Obat kanker kandung kemih juga dapat disuntikkan kedalam
pembuluh darah untuk membunuh kanker sel kanker yang telah menyebar,
dengan tujuan untuk memperlambat sel kanker. Efek samping dari kemoterapi
yang disuntikkan kedalam pembuluh darah antara lain mual dan muntah, rambut
rontok, kehilangan nafsu makan, ulkus mulut dan kelelahan (Smeltzer & Bare,
2002)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa/i dapat memahami tentang critical thinking dan evidance


based practice asuhan keperawatan kanker kandung kemih.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep penyakit kanker kandung


kemih
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan kanker
kandung kemih
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang evidance based practice

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori Kanker Kandung Kemih

2.1.1 Definisi

Kanker kandung kemih adalah suatu infiltrasi sel-sel ganas di dinding


atau dalam lapisan kandung kemih (Muttaqin dan Sari, 2011)
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang
berusia diatas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita
(3:1) (Suharyanto dan Madjid, 2008).
Kanker kandung kemih adalah sekumpulan sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel heterogen yang pertumbuhannya tidak terkontrol di kandung kemih.
Kanker kandung kemih adalah kanker genitourinari kedua yang paling umum.
Meskipun superfisial, stadium awal kanker kandung kemih membawa risiko
minimal jika diobati dengan segera, kanker kandung kemih dapat menjadi
keganasan agresif yang rentan terhadap kekambuhan, perkembangan cepat, dan
metastasis (Schub, 2016)
Kanker pada vesika urinaria (ca buli-buli/ kanker kandung kemih)
merupakan penyakit onkologis yang sering menyerang manusia pada usia 60
sampai 70 tahun dengan resiko tertinggi pada pria dibanding dengan wanita.
Selain di pengaruhi oleh faktor hormonal, kejadian kanker pada vesika juga
ditingkatkan dengan prilaku meroko (faktor utama terjadi kanker vesika
urinaria). Dari hasil pengamatan histologis, jenis karsinoma sel transisional
(transisional carsinoma cell) dan 10% merupakan karsinoma sel skuamosa
(scuamos carsinoma cell) (Broker,2009)
2.1.2 Etiologi

Penyebab pasti dari kanker vesika urinaria belum diketahui secara pasti.
Namun ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko kejadian kanker vesika

3
urinaria, yaitu merokok, inflamasi vesika urinaria, paparan bahan kimia, dan
obat-obatan (Broker, 2009).
Penyebab pasti masih belum diketahui, 80% dari kasus kanker kandung
kemih berhubungan dengan paparan lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa
kanker kandung kemih secara potensial dapat dicegah. Merokok adalah faktor
yang paling sering dikaitkan dengan menyumbang 50% dari semua penyebab
kanker kandung kemih. Kanker kandung kemih juga berhubungan dengan
paparan industri untuk amina aromatik di pewarna, cat, pelarut debu tinta,
produk pembakaran, karet dan tekstil. Meskipun tidak ada bukti yang
meyakinkan ada untuk fator keturunan dalam perkembangan kanker kandung
kemih, kelompok keluarga kanker kandung kemih telah dilaporkan. Beberapa
mutasi genetik telah diidentifikasi pada kenker kandung kemih (Muttaqin dan
Sari, 2011)
Penyebab kanker kandung kemih tidak diketahui secara pasti. menurut
(Suharyanto dan Madjid, 2008) Faktor resiko kanker kandung kemih yaitu:
a. Zat karsinogen dalam lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan
kulit, tinta atau cat.
b. Infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada saluran kemih.
c. Kebiasaan merokok. Kanker kandung kemih dua kali lebih banyak
menyerang perokok daripada yang bukan perokok.
d. Kebiasaan minum kopi. Terdapat kemungkinan hubungan antara kebiasaan
minum kopi dan kanker kandung kemih
e. Skistosomiasis (infeksi parasit yang mengiritasi kandung kemih).
2.1.3 Patofisiologi

Tumor urothelial, lebih dari 90% adalah karsinoma sel transisional.


Namun, sampai dengan 5% kanker kandung kemih berasal dari sel skuamosa
dan 2% adalah adenokarsinoma. Nonurothelial tumor kandung kemih primer
sangat langka dan mungkin termasuk karsinoma sel kecil, carcinosarcoma,
limfoma primer dan sarkoma. Kanker kandung kemih sering digambarkan
sebagai mutasi poliklonial yang berpotensi tinggi untuk transformasi ganas.
Namun, kanker kandung kemih juga implantasi dan imigrasi dari kanker lain.
Setelah muncul riwayat, 55-60% pasien biasanya dirawat secara konservatif

4
dengan reseksi transurethral dan cytoscopy berkala. Sebanyak 40-45% pasien
biasanya diperlakukan kistektomi radikal (Muttaqin da Sari, 2011)

2.1.4 Klasifikasi Stadium

Klasifikasi Duke-Masina, Jewett dengan modifikasi Strong-Marshal


untuk menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong 2008)
T= Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan
klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah
Anestesi umum dan biopsy atau trans urethral reseksi.
Tis Carcinoma in situ (pre invasive Ca)
TX Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
T0 Tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang
bergerak bebas dapat diraba di buli-buli
T3a Invasi otot yang lebih dalam
T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe,
pemeriksaan klinis, lympgraphy, urography, operative
NX Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan
N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontra lateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M=Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis ,thorax foto,dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggaldalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multipledalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple

5
2.1.5 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis dari kanker sebenarnya adalah dampak skunder dengan


adanya peningkatan kuantitas dan kualitas suatu jaringan. Begitu pula dengan
kanker vesika urinaria yang memiliki tanda dan gejala lokal serta sistemik.
Berikut ini adalah tanda dan gejala dari kanker vesika urinaria (Carol, 2011):
a. Spasme vesika urinaria Penekanan jaringan tumor pada jaringa vesika dan
sekitarnya akan meningkatkan iritabilitas jaringan otot. Hal ini akan memicu
adanya regangan konstaksi otot (spasme)
b. Hematuria Jaringan tumor/ kanker sangat kaya akan pembuluh darah
(hipervaskularisasi). Gesekan minimal antar jaringan atau dengan material
sekitar akan meningkatkan resiko robekan/ ruptur jaringan. Jika terjadi
rupture, maka darah akan bercampur dengan urine (hematuria)
c. Nyeri Biasanya nyeri jaringan sekali timbul (10%), kecuali iritabilitas
meningkan dan mengenai ujung saraf sensoris pada vesika urinaria.
d. Frekuensi dan urgensi Frekensi dan urgensi kadang-kadang terjadi pada
klien kanker vesika urinaria
e. Infeksi gejala sistemik ini terjadi karena luka pada jaringan vesika urinaria
dan terkontimasi bakteri pathogen yang bisa berasal dari eksternal atau dari
urine.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan utama pada klien kanker adalah pemeriksaaan


histopatologis. Namun, ada pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk
screening awal penegakan diagnosis kanker vesika urinaria (Grace, 2007)
a. Sitologi urin Untuk melihat adanya jaringan abnormal yang ikut dalam aliran
urine (mukosa/ epitel dari jaringan tumor).
b. IVU (intravenous Urethrography) Dilakukan dan sangat menguntungkan jika
tumor berada pada bagian atas (superior) yang tidak mampu dilihat.
c. Sistouretroskopi menggunakan optik dan efektif untuk melihat secara jelas
jaringan internal vesika urinaria di superfisial.
d. DPL (Deep Peritoneal Lavage) Mengetahui adanya internal bleeding di
rongga peritoneal. Biasanya pada klien kanker vesika urinari terjadi anemia.

6
e. Ureum kreatinin dan elektrolit Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
fungsi ginjal.
f. USG (Ultrasonografii) Melihat adanya karakteristik jaringan, estimasi
ukuran dan ada/ tidaknya obstruksi.
g. CT Scan Pemeriksaan yang lebih detil dan akrat untuk mengetahui invasi
lokal jaringan kanker dan melihat adanya metastase yang jauh.
2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalakasanaan Medis menurut Lokeshwar (2011) :


a. Transurethral Resection of Bladder Tumor (TUR-BT) tidak mebutuhkan
insisi, jadi sangat efisien untuk meminimalisir infeksi. Kelebihan dari
tindakan ini adalah tidak terganggunya fungsi vesika urinaria dan seksual
klien. Tindakan ini memungkinkan jika insisi tumor sederhana (non radical).
b. Radical atau partial cystectomy tindakan dindikasikan jika dimungkinkan
tumor/ kanker telah metastase pada jaringan sekitar, fungsi vesika urinaria
yang sudah rusak dan penyebaran tumor sangat cepat. Pada klien dengan
tindakan sistektomi radikal terapi sistoprostatektomi.
c. Radiasi digunakan untuk melokalisir pertumbuhan sel tumor dengan
tindakan non invasif.
d. Kemoterapi secara langsung pada jaringan kanker (internal cavum vesika
urinaria) biasanya dilakukan pada tipe superfisial kanker dengan stadium
awal. Obat yang digunakan biasanya tiotepa, doksorubisin, mitomisin, dan
BCG. Saat ini juga dikembangkan terapi interferon yang memiliki banyak
keuntungan dalam peranan mengatasi kanker.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien
 Usia
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada orang dewasa berusia
50-70 tahun, usia rata-rata pada saat diagnosis adalah 65 tahun, dan pada
periode tersebut sekitar75% dari kanker kandung kemih terlokalisasi

7
pada kandung kemih 25 % telah menyebar ke kelenjar getah bening
regional atau tempat yang jauh.

 Jenis kelamin
Pria memiliki risiko 3 kali lipat lebih besar dibanding dengan wanita.
 Pekerjaan
Pekerjaan dipabrik bahan kimia, penyamak kulit, pegawai salon,
pewarna. Karet, minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki
risiko lebih tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi benzidin,
betanaphthylamine, dan 4-aminobiphenyl
 Tempat tinggal
Terdapat insiden kanker kemih yang tinggi dibanyak negara diafrika,
terutama mesir terkait paparan parasit schistosoma haematobium, yang
dapat ditemukan dalam kandungan air dinegara-negara ini.

2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama : pasien nyeri saat BAK dan agak mengedan, ada
benjolan pada abdomen sebelah bawah, sulit BAB, dan nyeri diseluruh
tubuh terutama dipinggang.
 Riwayat penyakit sekarang : darah keluar sedikit-sedikit saat BAK dan
terasa nyeri saat BAB
 Riwayat penyakit dahulu : riwayat yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien seperti infeksi kronis saluran kencing dan
infeksi dari parasit memiliki kemungkinan untuk kembali memiliki
penyakit yang sama
 Riwayat kesehatan keluarga : riwayat penyakit yang sama yang pernah
diderita anggota keluarga yang menjadi faktor resiko maupun kanker
lainnya (kanker colon dan kanker ginjal)
 Kebiasaan sehari-hari : pola eliminasi BAK, pola aktivitas
latihan, pola kebiasaan yang mempengarauhi kesehatan seperti
rokok, ketergantungan obat dan minuman keras

3. Pemeriksaan Fisik

8
Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri tekan abdomen, nyeri tekan pada
area ginjal pada saat palpasi, nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat,
tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.

a. Keadaan umum; klien tampak nyeri, pucat dan mual


b. Tanda-tanda vital
c. Peningkatan TD karena ada gangguan pada fungsi aldosteron yang
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah yang berakibat hipertensi
d. Peningkatan RR karena terjadi penurunan Hb yang berakibat pada
penurunan O2

Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas/istirahat
Gejala : merasa lemah dan letih
Tanda : perubahan kesadaran
b. Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah (hipertensi)
Tanda : tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia
c. Integritas ego
Gejala: perubahan tingkah laku dan kepribadian
Tanda: cemas, mudah tersingung
d. Eliminasi
Gejala: perubahan gejala BAK
Tanda: nyeri saat BAK, urine berwarna merah
e. Nutrisi/cairan
Gejala: mual muntah
Tanda: muntah
f. Neurosensori
Gejala: kehilangan kesadaran sementara (vertigo)
Tanda: perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit pada daerah abdomen
Tanda: wajah menyeringai dan respon menarik pada rangsangan nyeri

9
h. Interaksi sosial
Gejala: perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda: rasa tak berdaya dan menolak jika diajak komunikasi
i. Keamanan
Gejala: trauma baru
Tanda: terjadi kekambuhan lagi
j. Seksualitas
Gejala: tidak ada sedikitnya tiga silkus menstruasi berturut-turut
Tanda: atrofi payudara dan amaenorea.

2.2.2 Diagnosa

Pra operasi

1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih (0040)


2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (D.
0005)
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme (D.
0019)

Pre operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)


2. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (0142)

2.2.3 Intervensi

Diagnosa Tujuan/Luaran Intervensi Tindakan

Gangguan Luaran: Eliminasi Manajeman Observasi:


eliminasi urin Urin Kode L.04034 eliminasi
berhubungan urine. Kode 1. Identifikasi tanda dan
dengan iritasi Setelah dilakukan I. 04152 gejala retensi atau
kandung
kemih (0040) tindakan inkontinensia urin
keperawatan
2. Identifikasi faktor yang

10
diharapkan eliminasi menyebabkan retensi atau
urin membaik inkontinensia urin
dengan kriteria hasil:
3. Monitoe eliminasi urine
1. Desakan (mis. Frekuensi,
berkemih konsistensi, aroma, volume
(urgensi) dan warna
menurun
Terapeutik:
2. Distensi kandung
1. Catat waktu-waktu dan
kemih menurun
haluaran berkemih
3. Nokturia
2. Batasi asupan cairan. Jika
menurun
perlu
4. Disuria menurun
3. Ambil sample urin tengah
(midstream) atau kultur

Edukasi

1. Ajarkan tanda dangejala


infeksi saluran kemih

2. Ajarkan cara mengukur


asupan cairan dan haluaran
urin

3. Ajarkan cara mengambil


spesimen urin midstream

4. Ajarkan caramengenali
tanda berkemih dan waktu
yang tepat untuk berkemih

5. Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur

Nyeri akut Luaran: Tingkat Manajemen Observasi:

11
berhubungan nyeri Kode L.08066 nyeri Kode
dengan agen I. 08238
pencedera Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
fisiologis tindakan karakteristik, durasi,
(D.0077)
keperawatan frekuensi, kualitas dan
diharapkan tingkat intensitas nyeri
nyeri menurun
2. Identifikasi sakala nyeri
dengan kriteria hasil:
3. Identifikasi respon nyeri
1. Keluhan nyeri
nonverbal
menurun
4. Identifikasi faktor yang
2. Meringis
memperberat dan
menurun
memperingan nyeri
3. Gelisah menurun
5. Identifikasi keyakinan dan
4. Mual menurun pengetahuan tentang nyeri

5. Frekuensi nadi 6. Identifikasipengaruh


membaik budayatentang respon nyeri

6. Pola napas 7. Identifikasi pengaruh nyeri


membaik pada kualitas hidup

7. Tekanan darah 8. Monitor efek samping


membaik pengunaan analgesik

8. Fungsi berkemih Terapeutik:


membaik 1. berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

2. kontrol lingkungan yang


memeprberat rasa nyeri

3. fasilitas istirahat dan tidur

12
4. pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

1. jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri

2. jelaskan strategi meredakan


nyeri

3. anjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

4. anjurkan mengunakan
analgesik secara tepat

5. ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik
jika perlu

Risiko infeksi Luaran: Tingkat Perawatan Observasi


dibuktikan Infeksi L.14137 luka Kode
dengan efek I. 14564 1. monitor karakteristik luka
prosedur Setelah dilakukan
invasif (0142) 2. monitor tanda-tanda infeksi
tindakan
keperawatan Terapeutik
diharapkan tingkat 1. lepaskan balutan dengan
infeksi menurun plester secara perlahan
dengan kriteria hasil:
2. bersihkan dengan cairan

13
1. demam menurun NaCl

2. kemerahan 3. bersihkan jaringan nekrotik


menurun
4. berikan salep yang sesuai
3. nyeri menurun kekulit/lesi. Jika perlu

5. pasang balutan sesuai jenis


luka

6. pertahankan teknik steril saat


melakukan perawatan luka

7. ganti balutan sesuai jumlah


eksudat atau drainase

8. jadwalkan perubahan posisi


setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien

Edukasi
1. jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
3. ajarkan prosedur luka secara
mandiri

Kolaborasi

1. kolaborasi prosedur
debridement
2. kolaborasi pemberian
antibiotik. Jika perlu

14
2.2.4 Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan


yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan (Nursalam, 2013).

2.2.5 Evaluasi

Mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan


klien kearah pencapaian tujuan.data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan
untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari hari dan
dalam ketersediaan atau penggunaan sumber eksternal.

Hasil akhir yang diharapkan untuk pasien :

1. Eliminasi urin membaik


2. Tingkat nyeri menurun
3. Tingkat infeksi menurun

15
BAB III

EVIDENCE BASED PRACTICE

1. TERAPI KOMPLEMENTARI TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA


PASIEN KANKER

P : Populasi pasien atau disease of interest : Pasien Kanker

I : Intervensi atau issues of interest : Tindakan yang diberikan yaitu


tindakan terapi komplementari seperti aromatherapy massage,
reflexology, acupuncture, hypnotherapy, healing touch dan message

C : Intervensi pembanding/ kelompok pembanding : Teknik napas dalam

O : Outcomes/hasil-hasil yang diharapkan : Dapat mengurangi nyeri pada


pasien kanker

T : Time frame (batas waktu) : 5 tahun

Penulis
Novita Sari, Dkk 2021
dan tahun

Terapi komplementari Ringkasan/hasil


Judul terhadap penurunan
nyeri pada pasien kanker

Metode Metode penelitian  Pada penelitian dalam literature review


penelitian menggunakan metode ini terdapat 3 jenis intervensi terkait
literature review mengukur beban nyeri pada pasien
kanker. Ketiga jenis ketegori intervensi
tersebut menunjukan bahwa program
intervensi yang digunakan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan atau penurunan nyeri terhadap
pasien kanker
 Bukti dari adanya pengaruh terapi
komplementari terhadap keluhan yang

16
dialami oleh pasien kanker terutama
nyeri juga menunjukan bahwa
hasilpemberian intervensi menunjukan
signifikan terhadap penurunan nyeri
setelah diberikan intervensi berupa
aromatherapy massage, reflexology,
acupuncture, hypnotherapy, healing
touch dan message. Intervensi yang
diberikan berdurasi 1-3 kali dalam
seminggu yang dilaksanakan 4-12
minggu.
 Kesimpulan:.program intervensi
komplementari memberikan hasil yang
signifikan terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien kanker.
 Implikasi keperawatan: temua yang
diperoleh dalam literature review ini
dapat mendukung untuk penerapan
program intervensi komplementari pada
pasien kanker yang mempunyai keluhan
nyeri, kecemasan, dan kelelahan.

2. PERAWATAN KATETER PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH


SAKIT BAPTIS KEDIRI

P : Populasi pasien atau disease of interest :Pasien yang terpasang kateter


urinary
I : Intervensi atau issues of interest : Tindakan yang diberikan yaitu
tindakan perawatan kateter urinary

C : Intervensi pembanding/ kelompok pembanding : Tidak melakukan


perawatan

17
O : Outcomes/hasil-hasil yang diharapkan :Mencegah infeksi pada pasien
yang terpasang kateter dan mempertahankan aliran urin lancar

T : Time frame (batas waktu) : selama pemasangan kateter

Srinalesti Mahanani,
Penulis
Maria Magdalena
dan tahun
Sanbein. 2015

Perawatan Kateter Pada Ringkasan/hasil


Pasien Rawat Inap Di
Judul
Rumah Sakit Baptis
Kediri

Metode Metode penelitian yang  Tindakan perawatan sangat penting


penelitian digunakan adalah untuk mencegah infeksi pada pasien
deskriptif. yang terpasang kateter (Smeltzer 2004).
Klien yang terpasang kateter
membutuhkan perawatan khusus. Hal ini
bertujuan untuk mencegah infeksi dan
mempertahankan aliran urin yang lancar
pada sistem drainase.
 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
untuk indikator persiapan alat diketahui
bahwa pelaksanaannya dalam kategori
cukup yaitu 69%.Kondisi ini
memperlihatkan bahwa responden dalam
mempersiapkan alat untuk melakukan
perawatan kateter cukup.Perawatan
kateter yang dilakukan oleh responden
cukup dapat dilihat sebagian responden
tidak menyiapkan sarung tangan
steril.kondisi ini dapat menyebabkan
terjadinya infeksi nosokomial.

18
 Kesimpulan:. Perawatan kateter pada
pasien rawat inap di Rumah Sakit Baptis
Kediri adalah hasil melakukan perawatan
kateter dalam kategori baik yaitu
sebanyak 18 responden (48,6%)..

19
DAFTAR PUSTAKA

Basuki B. Purnomo. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV. Sagung Seto


Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
(Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta: EGC
Broker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan.Alih bahasa Andry H dkk editor bahasa
Indonesia Estu Tiar. Jakarta: EGC
Carol R & Tailor. 2011. Fundamentals of nursing. Edisi ke-7. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins.
DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Keogh (2014), Keperawatan Medikal bedah, Ed. I,
Yogyakarta: Rapha publishing
Grace, Pierce A. Neil R. Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah.edisi ketiga.Jakarta:
Erlangga.
Lokeshwar V.B, Marseburger, A.S. & Hautman SH. 2011. Bladder Tumors: Molecular
Aspects and Clinical Management. London: Human Press
Madjid dan Suharyanto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan/Toto Suharyanto, Abdul Madjid; Copy Editor: Agung
Wijaya, A.md-Jakarta: TIM
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta: Salemba medika.
Schub T, March P (2014). Shock hypovolemic. Cinahl Information Systems.
Supriyadi, Dkk. 2021. Prosedur Terapi Radiasi Eksterna Pada Pasien Kanker Kandung
Kemih Dengan Metastasis Articulatiocoxae. Jurnal Radiografi Indonesia. 4(2). Hal
82-85

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurusan Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurusan Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurusan Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

20
Zulfa, L. D., Salim, D., & Silalahi, A. T. M. (2021). Potensi ncRNA dan lncRNA
Dalam Diagnosis Kanker kandung Kemih Non Invasif. Cerdika: Jurnal Ilmiah
Indonesia, 1(4), 384-391

Sari, Novita, Dkk. 2021. Terapi Komplementari Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien
Kanker. Journal Of Telenursing (JOTING). 3(2), Hal. 759-768
Mahanani, Srinalesti, and Maria Magdalena Sanbein. "PERAWATAN KATETER
PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI." JURNAL
STIKES RS Baptis Kediri 8.1 (2015).

21
22

Anda mungkin juga menyukai