TENTANG “PNEUMONIA"
DISUSUN OLEH
1. FITRIANI NABILA (203210011)
2. IKE FITRIATUS SOLEHAH (203210013)
SEMESTER/KELAS : 3/A
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukkan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................7
2.1 Konsep Dasar Pneumonia...................................................................................7
2.1.1 Definisi Pneumonia...........................................................................................7
2.1.2 Anatomi.............................................................................................................7
2.1.3 Fisiologi............................................................................................................9
2.1.4 Etiologi............................................................................................................10
2.1.5 Patofisiologi....................................................................................................11
2.1.6 Klasifikasi.......................................................................................................12
2.1.7 Manifestasi klinis............................................................................................14
2.1.8 Pathway...........................................................................................................16
2.1.9 Pemeriksaan penunjang...................................................................................16
2.1.10 Penatalaksanaan............................................................................................17
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................18
2.2.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................................18
2.2.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................19
2.2.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................20
2.2.4 Implementasi...................................................................................................20
2.2.5 Evaluasi...........................................................................................................20
BAB III............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran................................................................................................................22
3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
1,6% pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita yang ada di Indonesia pada tahun
2018. Berdasarkan Diagnosis tenaga kesehatan dan gejala menurut provinsi di
NTT, Pervalensi pneumonia pada tahun 2013 mencapai 10% dan menurun 7%
pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).
Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam bidang
kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi saluran nafas
bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan hampir
3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia dan influenza didapatkan sebagai
penyebab kematian sekitar 50.000 estimasi kematian pada tahun 2010.
Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran
gas setempat. Pneumonia berdasarkan tempat didapatkannya dibagi dalam dua
kelompok utama yakni, pneumonia komunitas (community aqquired pneumonia,
CAP) yang didapat di masyarakat dan pneumonia nosokomial (hospital aqquired
pneumonia, HAP).
Pneumonia tentunya perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat,
mengingat penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan utama di
Indonesia. Untuk itu, diagnosis yang tepat, pemberian terapi antibiotika yang
efektif, perawatan yang baik, serta usaha preventif yang bermakna terhadap
penyakit ini perlu dilakukan agar berkurangnya morbiditas dan mortalitas pada
pneumonia.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan konsep dasar medis Pneumonia
6
2. Menjelaskan konsep dasar keperawatan Pneumonia meliputi:
pengkajian, diagnosa keperawatan, dan fokus intervensi.
3. Mendiskripsikan dan menganalisis asuhan keperawatan dengan kasus
Pneumonia yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Anatomi
System pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O2).
Paru dihubungkan dengan lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran,
berturut turut, hidung, faring, laring, trachea dan bronchi, saluran saluran itu
relative kaku dan tetap terbuka, keseluruhannya merupakan bagian konduksi
dari system pernafasan, meskipun fungsi utama pernafasan utama adalah
8
pertukaran oksigen dan karbondioksida, masih ada fungsi tambahan lain, yaitu
tempat menghasilkan suara, meniup (balon, kopi/ teh panas, tangan, alat
music, dan lain sebagainya). Tertawa, menangis, bersin, batuk homostatik (PH
darah) otot-otot pernafasan membantu kompresi abdomen (Tambayong,
2001).
1. Saluran pernafasan bagian atas menurut (Evelyn, 2004)
a. Hidung/naso : Nasal
Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang
(kavumrasi) dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi), terdapat bulu-
bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang
masuk kedalam lubang hidung.
b. Faring
Merupakan tempat persimpanan antara jalan makan, yang
berbentuk seperti pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari
dasar tengkorak sampai dengan osofagus. Letaknya didasar tengkorak
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang
belakang.
c. Laring : Pangkal tenggorok
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau
penghasil suara yang diapaki berbicara dan bernyanyi, terletak didepan
dibagian faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk
kedalam trachea dan tulang-tulang bawah yang berfungsi pada waktu
kita menelan makan dan menutup laring.
d. Trackhea : Batang tenggorok
Batang tenggorokan kira-kira panjangnya 9 cm, trachea tersusun
atas 16-20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang
diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran
disebelah belakang trackhea.
e. Bronckhus : Cabang tenggorok
Merupakan lanjutan dari trachea ada dua buah yang terdapat pada
ketinggian vertebrata torakolis ke IV dan V,mempunyai struktur
9
serupa dengan trchea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama, bronchus
kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronchus kiri.
f. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel
epitel dan sel endotel. Pernafasan paru-paru (pernafasan pulmoner)
merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada
paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen diambil oleh sel darah
merah dibawa ke jantung disampaikan ke seluruh tubuh. Didalam
paru-paru karbondioksida dikeluarkan melalui pipa bronchus berakhir
pada mulut dan hidung (Evelyn, 2004) .
2.1.3 Fisiologi
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam
tubuh terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi (Guyton,
1997).
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer
kedalam alveoli atau alveoli keatmosfer, dalam proses ventilasi ini
terdapat beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan
tekanan antar atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan
udara semakin rendah.
b. Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan
CO2 kapiler dan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi, diantaranya pertama luasnya permukaan
paru. Kedua, tebal membrane respirase/ permeabilitas yang terdiri dari
epitel alveoli dan intestinal keduanya.
c. Transportasi gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler kejaringan tubuh dan CO2
jaringan tubuh kapiler. Proses transportasi, O2 akan berkaitan dengan Hb
membentuk oksihemoglobin, dan larutan dalam plasma. Kemudian pada
transportasi CO2 akan berkaitan dengan Hb membentuk karbohemoglobin
10
dan larut dalam plasma, kemudian sebagaian menjadi HCO3 (Hidayat,
2006).
2.1.4 Etiologi
Menurut pendapat Ngastiyah pada tahun (2005) etiologi pneumonia ada 7
yaitu : bakteri, virus, Mikoplasma pneumonia, jamur, aspirasi, Pneumonia
hipostatik, Sindrom Loeffler.
a. Bakteri
Bakteri penyebab pneumonia adalah pneumococus, streptococcus,
Hoemophilus influenza, dan Pseudomonas aeruginosa.
b. Virus
Respiratori syncitial virus, adenovirus, sitomegalovirus, dan virus
influenza.
c. Pneumonitis Interstisial dan bronkiolitis
Pneumocystis carinii pneumonia, Mycoplasma pneumoniae,
danKlamidia
d. Jamur
Aspergilus, koksidiodomikosis, dan histoplasma.
e. Aspirasi
Cairan amnion, makanan, dan cairan lambung.
f. Pneumonia hipostatik
Disebabkan karena terus-menerus berada dalam posisi yang sama.
Gaya tarik bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru-
paru, dan infeksi membantu timbulnya pneumonia.
g. Pneumonia oleh radiasi
Disebabkan karena terus menerus terpapar oleh radiasi sehingga terjadi
infeksi pada paru yang dapat menyebabkan kerusakan paru.
h. Pneumonia hipersensitivitas
Keadaan sensitifitas yang berlebihan mengakibatkan paru sangat
rentan terhadap benda asing yang masuk, reaksi sensitifitas tersebut dapat
mengakibatkan infeksi pada paru sehingga terjadi kerusakan pada paru.
11
2.1.5 Patofisiologi
Bronchopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia yang
disebabkan oleh adanya inflamasi dan virus, bakteri atau mikroba yang
terhirup atau masuk melalui system vaskularisasi dari nasofaring terbawa
kedalam bronckus sampai pada seluruh bagian alveoli sehingga agent
penyebab membuat granulasi leukosit yang dapat meningkatkan produksi
sputum. Eritrosit dalam bronchus menurun sehingga memanifestasikan
tachipnea dan tampak yang koleps atau amti akan timbul eksudat fibrin
disepanjang bronchus. Akibatnya pembuangan CO2 dari alveoli terhambat
oleh penumpukan O2.
Bila keadaan tersebut dapat dikompensasikan oleh paru-paru maka tidak
muncul gangguan pertukaran atau proses pernafasan keadaan tersebut dapat
dikompensasikan oleh paru-paru maka tidak muncul gangguan pengetahuan
atau proses pernafasan berjalan normal dimana aspirasi dan ekspirasi
berlangsung didalam alveolus.
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai
39,50 C-40,5oC dan kadang disertai demam yang tinggi, anak sangat gelisah,
dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai cuping hidung serat cyanosis
disekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tetapi setelah beberapa
hari mula-mula kering kemudian produktif, pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronchi basah, nyaring, halus atau sedang.
Bila sarang bronchopneumonia menjadi satu mungkin pada auskultasi
terdengar mengeras pada stadium revolusi, ronchi terdengar (Wong, 2008).
Empat tahap respon yang khas pada pneumonia menurut pendapat Prince
dan Wilson (2005) meliputi :
a. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor.
12
b. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Paru-paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi=seperti hepar)
karena sel-sel darah merah, fibrin dan leukosit polimorfonuklear mengisi
alveoli.
c. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari)
Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
d. Resolusi (7 sampai 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali pada strukturnya semula.
2.1.6 Klasifikasi
Menurut Nurarif (2015), klasifikasi pneumonia terbagi berdasarkan
anatomi dan etiologis dan berdasarkan usaha terhadap pemberantasan
pneumonia melalui usia :
a. Pembagian anatomis
1) Pneumonia lobularis, melibat seluruh atau suatu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena maka dikenal
sebagai pneumonial bilateral atau ganda.
2) Pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia lobularis.
3) Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi
di dalam dinding alveolar (interstinium) dan jaringan peribronkial
serta interlobular.
b. Pembagian etiologis
1) Bacteria: Diploccocus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hemolytikus, streptococcus aureus, Hemophilus infuinzae, Bacilus
Friedlander, Mycobacterium tuberculosis.
2) Virus: Respiratory Syncytial Virus, Virus Infuinza, Adenovirus.
3) Jamur: Hitoplasma Capsulatum, Cryptococus Neuroformans,
Blastornyces Dermatitides
13
4) Aspirasi: Makanan, Kerosene (bensin, minyak tanah), cairan
amnion,benda asing
5) Pneumonia Hipostatik
6) Sindrom Loeffler
c. Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia:
1) Usia 2 bulan – 5 tahun - Pneumonia berat, ditandai secara klinis
oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya tarikan dinding dada
bagian bawah. - Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya
nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50
x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih. -
Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa
dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada
bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.
2) Usia 0 – 2 bulan - Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60
x/menit atau lebih. - Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat
dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan anatomi menurut pendapat Ngastiyah
pada tahun (2005) ada 3, yaitu :
1. Pneumonia Lobaris
Biasanya gejala penyakit secara mendadak, tapi kadang didahului oleh
infeksi traktus respiratorius bagian atas.Pneumonia ini terjadi di daerah
lobus paru.Gejala awal hampir sama dengan pneumonia lain, hanya pada
pemeriksaan fisik kelainan khas tampak setelah 1-2 hari.
2. Pneumonia Lobularis (bronchopneumonia)
Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas
selama beberapa hari.Suhu tubuh 39º-40ºC dan kadang disertai kejang
demam yang tinggi.Anak sangat gelisah, dyspneu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung
dan mulut.Kadang disertai muntah dan diare.Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-
mula kering kemudian menjadi produktif.
14
3. Pneumonia Interstisial (bronchiolus)
Pneumonia yang terjadi pada jaringan interstisial. Pada jaringan ini
ditemukan infiltrat sel radang, juga dapat ditemukan edema dan akumulasi
mukus serta eksudat karena adanya edema dan eksudat maka dapat terjadi
obstruksi parsial atau total pada bronchiolus. Menurut pendapat Hidayat
pada tahun 2006 , macam pneumonia antara lain:
a. Pneumonia lobaris
Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila
kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.
b. Pneumonia interstitial
Terjadi pada dinding alveolar dan jaringan peribronkhial serta
interlobularis.
c. Bronchopneumonia
Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus.
15
f. Tenggorokan luka
Komplikasi dari inflamasi tingkat tinggi
g. Anoreksia
Menyerang anak yang terinfeksi akut
h. Muntah
Anak mudah muntah jika sakit, hal ini menunjukan ada serangan
infeksi biasanya tidak lama tetapi tetap terjadi selama sakit.
i. .Diare
Biasanya ringan kemudian berat, sering menyertai infeksi pernafasan
dan dapat menyebabkan dehidrasi
j. Nyeri perut
Spasme otot mungkin disebabkan karena faktor muntah, takut, gelisah,
dan ketegangan pada anak.
Menurut Rahajoe (2008) tanda dan gejala aspirasi benda asing kedalam
saluran respiratori yang timbul dapat dibagi berdasarkan urutan dari
perjalanan gejala.
Berdasarkan perjalalan dan urutannya, gejala yang timbul dapat dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu :
1) Gejala Awal
Gejala awal yang timbul berupa tersedak, serangan batuk keras dan
tiba-tiba sesak nafas, rasa tidak enak didada, mata berair, rasa perih
diitenggorokan, dan dikerongkongan.
2) Periode laten atau tanpa gejala
Setelah gejala awal dilalui ikuti periode bebas gejala yang disebut
masa laten.
3) Gejala susulan atau lanjutan
Gejala susulan tidak spesifik, sebagai perubahan fisiologi atau
patologis yang ditimbulkan benda asing.
16
2.1.8 Pathway
17
c. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
e. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
f. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
g. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda
asing.
2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita bronchopneumonia menurut Ngastiyah
(2005), antara lain :
1. Terapi Medis
a. Penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-
70 mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spektrum luas seperti ampisilin.
b. Pemberian oksigen dan cairan IV D5% dan NaCl 0,9% dengan
perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 MEq/500ml/botol infus.
c. Diberikan mukolitik untuk mengencerkan lendir, ekspektoran
(memudahkan pengeluaran dahak).
d. Antipiretik diberikan bila demam.
2. Keperawatan
a. Menjaga kelancaran pernafasan
Pada anak agak besar berikan sikap baring setengah duduk,
longgarkan pakaian.Ajarkan bila batuk lendirnya dikeluarkan karena
jika tidak dikeluarkan nafas tetap sesak.Pada bayi, baringkan dengan
letak kepala ekstensi dengan memberikan ganjal pada bahu.
b. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen perlu dibantu dengan
memberikan oksigen 2 liter/menit.
c. Usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat intirahat
sebaik-baiknya.
18
d. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Apabila sesak sudah berkurang pasien diberikan makanan lunak
dan susu. Bujuklah agar anak mau makan, dan waktu menyuapi harus
sabar karena keadaan sesak anak mudah lelah waktu mengunyah. Pada
bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek.
Pada waktu menetek beritahu ibu puting susu harus sering-sering
dilepas untuk memberikan kesempatan bayi bernafas.
e. Kontrol suhu tubuh tiap 1 jam.
f. Lakukan fisioterapi dada (potural drainage)
19
penyebab pneumoni seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya.
5) Riwayat alergi: dikaji apakah pasien memiliki riwayat alergi
terhadap beberapa oba, makanan, udara, debu.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: tampak lemas, sesak napas
2) Kesadaran: tergantung tingkat keprahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tanda vital:
- TD: biasanya normal
- Nadi: takikardi
- RR: takipneu, dipsneu, napas dangkal
- Suhu: hipertermi
4) - Kepala: tidak ada kelainan
- Mata: konjungtiva nisa anemis
5) - Hidung: jika sesak, ada pernapasan cuping hidung
- Paru:
Inspeksi: pengembangan paru berat dan tidak simetris,
ada penggunaan otot bantu napas
Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terkena.
Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani
Auskultasi: bisa terdengar ronchi.
6) Jantung: jika tidak ada kelainan, maka tidak ada gangguan
7) Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan
20
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot
pernafasan yang ditandai dengan dispena, dispena, penggunaan otot
bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kalpier yang ditandai dengan dispnea saat istirahat, dispneu
saat aktifitas ringan, sianosis.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Asupan diet kurang yang ditandai dengan
ketidakmampuan menelan makanan,membran mukosa pucat,
penurunan berat badan selama dalam perawatan.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen yang ditadai dengan Dispnea setelah
beraktifitas,keletihan, ketidaknyamanan setelah beraktifitas
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan yang ditandai dengan ibu/keluarga mengatakan tidak
mengetahui penyakit yang diderita pasien, cara penularan, faktor
resiko, tanda dan gejala, penanganan dan cara pencegahannya
2.2.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap ke empat dalam proses keperawatan yang
merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh perawat secara
langsung pada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada
rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
21
keperawatan telah teratasi atau tidak teratasi dengan mengacu pada kriteria
evaluasi
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia
dibedakan menjadi dua berdasarkan tempat didapatkannya kuman, yaitu
pneumonia komuniti dan pneumonia nosokomial. Pneumonia dapat disebabkan
oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa.
3.2 Saran
Dengan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah dan
mengembangkan referensi tentang penyakit Pneumonia dalam melakukan
pembelajaran di Jurusan keperawatan serta bagi perawat diharapkan juga
menangani dan menanggulangi penyakit pneumonia pada kliennya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti , karina & Ryusuke oyagi : 2021 " pneumonia " pada
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f331a8a1e413579027127d
4509a339e5.pdf , 05 Oktober
Ludji dimu yuyun aprilia : 2021 " Asuhan keperawatan pada an.R.F dengan
pneumoniadi ruang kenanga RSUD Prof. Dr., W., Z Johannes Kupang " pada
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.poltekeskupang.ac.id/549/1/KTI
%2520%2528%2520ASKEP%2520PNEUMONIA%2520PADA%2520An.
%2520R.%2520F
%2529%25202019.pdf&ved=2ahUKEwiNgZW06LDzAhWOTX0KHV_aDPwQ
FnoECBAQAQ&usg=AOvVaw3Ayp7yta_Yral9ml83vEC5&cshid=16333526081
13 , 05 Oktober
24