Anda di halaman 1dari 30

HIV PADA PASIEN IBU HAMIL

Disusun oleh :
1. Ade Faiz Ahmadi (203210001)
2. Agus Prasetyo (203210002)
3. Ainiatul Mardiah (203210003)
4. Alifah Deva Septiana (203210004)
5. Alvi Nur Aprilia (203210005)
6. Septia Sella Nuridayati (203210029)

Dosen pengampu : Dr.Hariyono, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Prodi S1 Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang
Tahun Ajaran 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “HIV PADA
PASIEN IBU HAMIL” ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah HIV/AIDS.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari bebagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan baik dari
segi materi dalam susunan kalimat maupun tata bahasanya. Dalam penyusunan karya
makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
maupun kepada pembaca umunya. Apabila terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini,
kami mohon maaf dan kami harapkan kritikan dari anda untuk membangun kembali karya ini
menjadi sempurna.

Jombang, 21 Maret 2021

Kelompok 1 A

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah....................................................................................... 1
1.3.Tujuan......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Dasar Kehamilan........................................................................... 3
2.2.Konsep Dasar HIV/AIDS........................................................................... 4
2.3.Asuhan Keperawatan Pasien HIV pada Ibu Hamil..................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan................................................................................................. 26
3.2.Saran........................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah retrovirus yang menginfeksi sistem
imunitas seluler, mengakibatkan kehancuran ataupun gangguan fungsi sistem tersebut.
Jika kerusakan fungsi imunitas seluler berlanjut, akan menimbulkan berbagai infeksi
ataupun gejala sindrom Acquired ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS).The Joint
United Nations Programme on HIV/ AIDS (UNAIDS) melaporkan pada akhir tahun
2016 terdapat 36,7 juta orang di dunia hidup dengan infeksi HIV, 2,1 juta di antaranya
berusia kurang dari 15 tahun. Diperkirakan pula bahwa 1,8 juta orang baru terinfeksi
HIV setiap tahunnya dan 1,4 juta wanita dengan infeksi HIV hamil setiap tahun. Pada
tahun yang sama 5,1 juta (14%) orang terinfeksi HIV berada di Asia Pasifik; Asia
memiliki prevalensi HIV terbesar kedua setelah Afrika.3 Meskipun prevalensi HIV di
Asia terus berkurang, infeksi HIV merupakan salah satu penyulit pada kehamilan yang
paling sering terjadi di beberapa negara. HIV bahkan masih menjadi penyebab utama
kematian wanita usia reproduktif, salah satu penyebabnya karena akses pelayanan
kesehatan pada kasus transmisi vertikal masih belum memadai; hanya 20% wanita hamil
yang mendapat akses pelayanan Anti-RetroViral (ARV) (Hartanto,2019).
Pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 613.435 Orang yang Hidup dengan HIV
(ODHIV) di Indonesia.Prevalensi HIV dalam lima tahun terakhir tidak banyak berubah,
didominasi oleh kelompok usia produktif .Angka prevalensi HIV nasional untuk
kelompok usia 15 tahun ke atas diestimasi sebesar 0,33% pada tahun 2015. Estimasi
prevalensi HIV provinsi berkisar dari 0,1% hingga lebih dari 2,0%; sepuluh provinsi
tertinggi yang dilaporkan memiliki jumlah kumulatif AIDS terbanyak adalah provinsi
Papua, Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua Barat, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Barat, dan Sumatera Utara.7 Selama lima tahun (2011-2015) rasio
kasus HIV laki-laki dan perempuan adalah 1 berbanding 1,2-1,5.6 Peningkatan jumlah
ODHIV pada populasi wanita terutama pada usia reproduktif akan cenderung
meningkatkan jumlah kehamilan dengan HIV. Case Fatality Rate (CFR) AIDS di
Indonesia terus turun dari 13,86% pada tahun 2014 hingga mencapai 0,46% pada tahun
2018 (Hartanto,2019).
Transmisi vertikal dari ibu ke anak atau lebih dikenal dengan istilah Mother to Child
Transmission (MTCT), telah meningkatkan jumlah anak hidup dengan HIV; di daerah
subSahara Afrika, 88% anak berusia kurang dari 15 tahun terinfeksi HIV, tetapi hanya
28%-nya yang menerima terapi ARV.3 Pelayanan MTCT di Indonesia makin menjadi
perhatian karena epidemi HIV/AIDS yang terus meningkat (Hartanto,2019).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari konsep dasar kehamilan dan konsep HIV/AIDS ?
2. Apa etiologi HIV/AIDS pada kehamilan ?
3. Apa penularan virus HIV/AIDS pada kehamilan ?
4. Apa patofisiologi HIV/AIDS pada kehamilan?
5. Apa diagnosis HIV/AIDS pada kehamilan ?
6. Apa manifestasi klinis HIV/AIDS pada kehamilan ?

1
7. Apa pencegahan HIV/AIDS pada kehamilan ?
8. Apa pemeriksaan laboratorium HIV/AIDS pada ibu dan bayi?
9. Apa penatalaksanaan HIV/AIDS pada kehamilan?
10. Apa pencegahan apa yang dapat dilakukan pada klien HIV/AIDS pada kehamilan.?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari konsep dasar kehamilan dan konsep HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui apa etiologi HIV/AIDS pada kehamilan
3. Untuk mengetahui bagaimana penularan virus HIV/AIDS pada kehamilan
4. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS pada kehamilan
5. Untuk mengetahui diagnosis HIV/AIDS pada kehamilan
6. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis HIV/AIDS pada kehamilan
7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan HIV/AIDS pada kehamilan
8. Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium HIV/AIDS pada ibu dan bayi
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS pada kehamilan
10. Untuk mengetahui pencegahan apa yang dapat dilakukan pada klien HIV/AIDS pada
kehamilan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsep Dasar Kehamilan
A. Definisi
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid
terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati. Yang menandai awal periode
antepartum. (Varney, 2006 dalam Diah,2012)
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang wanita terdapat hasil
konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa) (Rustam Mochtar, 1998 dalam
Diah,2012).
Kehamilan  merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis.  Setiap wanita yang
memiliki organ reproduksi sehat yang telah mengalami menstruasi dan melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar
kemungkinannya akan mengalami kehamilan (Mandriwati, 2007 dalam Diah,2012).
B. Proses Kehamilan 
a. Ovum (Sel Telur)
b. Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi digenital
ridge. Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis):
1. Oogonia
2. Oosit pertama
3. Primary ovarian follicle
4. Liquar folliculi
5. Pematangan pertama ovum
6. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma membuahi ovum
c. Spermatozoa (Sel Mani)
d. Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas 4 bagian yaitu kepala yang berisi
inti (nukleus), leher, bagian tengah dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma
dapat bergerak dengan cepat, urutan pertumbuhan sperma : spermatogonium
membelah dan spermatosit pertama membelah dua, spermatosit kedua membelah
dua, spermatid tumbuh menjadi spermatozoon (Diah,2012).
e. Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi)
Pembuahan adalah suatu peristiwa persatuan antara sel mani dengan sel telur
dituba fallopi.Hanya satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi dapat
melintasi zona pellusida masuk ke villetus ovum. Setelah itu zona pellusida
mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui sperma lain. Persatuan ini dalam
prosesnya diikuti oleh persatuan pronuklei, keduanya yang disebut zygot yang
terdiri dari atas acuan genetik dari wanita dan pria. Dalam beberapa jam setelah
pembuahan, mulailah pembelahan zygot yang berjalan lancar dan dalam 3 hari
sampai dalam stadium morula. Hasil konsepsi ini dengan urutan tetap bergerak ke

3
arah rongga rahim. Hasil konsepsi sampailah dalam kavum uteri dalam peringkat
blastula (Diah,2012).
2.2.Konsep Dasar HIV/AIDS
A. Definisi HIV/AIDS
Sindrom Imunodefisiensi didapat (Acquired Immunodeficiency Syndrome,AIDS)
didefinisikan sebagai bentuk paling berat dalam rangkaian penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus hiv( Human Immunodeficiency Virus) (Smeltzer,2017).
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang ditimbulkan karena sistem kekebalan
tubuh manusia telah terserang human immune deficiency virus (HIV). AIDS juga
merupakan sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya
tahan tubuh yang diakibatkan oleh beberapa faktor luar mulai dari kelainan ringan
hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat
membawa kematian (Padila, 2012 dalam sarwan& Nur&Azzam,2019).
B. Etiologi HIV/AIDS Pada Kehamilan
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV disebabkan oleh sekelompok
virus yang dikenal sebagai retrovirus. Virus ini membawa materi genetic merea dalam
bentuk asam ribonukleat (RNA) dan bukan asam deoksiribonukleat (DNA). Infeksi
HIV terjadi ketika virus memasuki sel CD4 (T) Pejamu dan menyebabkan sel ini
mereplikasi RNA virus dan protein virus, yang pada akhirnya menyerang sel CD4 lain
(Smeltzer,2017).
Di negara maju, risiko MTCT adalah sekitar 2% karena tersedianya layanan optimal
pencegahan penularan HIV terutama dari ibu ke bayi. Di negara berkembang ataupun
negara miskin tanpa akses terhadap fasilitas tersebut, risiko meningkat hingga 45%.1
Pencegahan MTCT dapat dicapai apabila: (1) terdeteksi dini, (2) terkendali (ibu
melakukan perilaku hidup sehat, ibu mendapat ARV profilaksis teratur, ANC teratur,
dan petugas kesehatan menerapkan pencegahan infeksi sesuai kewaspadaan standar),
(3) pemilihan rute persalinan yang aman (seksio sesarea), (4) pemberian PASI (susu
formula) yang memenuhi syarat, (5) pemantauan ketat tumbuh-kembang bayi dan
balita dari ibu HIV positif, dan (6) dukungan tulus dan perhatian berkesinambungan
kepada ibu, bayi, dan keluarganya.
C. Penularan HIV AIDS dari ibu ke janin
a. Lewat cairan darah:
Melalui transfusi darah / produk darah yang sudah tercemar HIV. Lewat
pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa
disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik di kalangan pengguna Narkotika
Suntikan. Melalui pemakaian jarum suntik yang berulang kali dalam kegiatan lain,
misalnya : penyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus
kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah (Handayani,2014).
b. Lewat cairan sperma dan cairan vagina :

4
Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk ke dalam Vagina/Anus), tanpa
menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma
dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) ; atau tercampurnya
cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat
anus (Handayani,2014)..
c. Lewat Air Susu Ibu :
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan
melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan
penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga
30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi
yang lahir dengan HIV positif (Handayani,2014).
d. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri.
Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta,
tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
 Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada
plasenta selama kehamilan.
 Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus
pada saat itu.
 Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
 Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung
berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
e. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan
periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak
antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan
section caesaria (Handayani,2014).
f. Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud di sini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan
data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya
mempunyai risiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak
menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
 Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan
kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
 Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu
dan infeksi payudara lainnya.
 Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.

5
 Status gizi ibu yang buruk
D. Patofisiologi HIV/AIDS Pada Kehamilan
Perjalanan klinis pasien dari tahap infeksi HIV sampai tahap AIDS, sejalan dengan
penurunan derajat imunitas pasien, terutama seluler dan menunjukan gambaran
penyakit yang kronis. Penurunan imunitas biasanya diikuti adanya peningkatan risiko
dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta penyakit keganasan. Dari semua
orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun
pertama, 50% menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien HIV
menunjukan gejala AIDS setelah 13 tahun. Infeksi HIV akan menghancurkan sel-T,
sehingga Thelper tidak dapat memberikan induksi kepada sel-sel efektor sistem imun.
Tanda dan gejala tersebut biasanya terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian
hilang atau menurun setelah beberapa hari. Selain infeksi primer jumlah limfosit
CD4⁺ dalam darah menurun dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4⁺ pada
nodus limfa dan tymus. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV asimptomatik
(tanpa gejala) masa tanpa gejala bisa berlangsung selama 8-10 tahun (Nursalam, 2013
dalam Junita& Dewi,2016).
E. Diagnosis HIV/AIDS Pada Kehamilan
Diagnosis infeksi HIV dapat dikonfirmasi melalui kultur virus langsung dari limfosit
dan monosit darah tepi. Diagnosis juga dapat ditentukan oleh deteksi antigen virus
dengan polymerase chain reaction (PCR). Terlihat penurunan jumlah CD4, ratio CD4
dan CD8 terbalik dan level serum imunoglobulin meningkat pada HIV positif.
Enzymelinked immunosorbent assay (ELISA) merupakan tes skrining HIV yang
paling sering digunakan unruk mengidentifikasi antibodi spesifik virus, baik HIV tipe
1 maupun HIV tipe 2 (Valerian,2013).
Tes ini harus dikonfirmasi dengan Western blot assay atau immunoflourescent
antibody assay (IFA), untuk mendeteksi antigen spesifik virus yaitu p24, gp120/160
dan American Congress of Obstetrics and Gynecology (ACOG) merekomendasikan
wanita berumur 19-64 tahun untuk melakukan skrining HIV secara rutin, khususnya
wanita yang beresiko tinggi diluar umur tersebut. Pada kunjungan prenatal pertama,
ibu hamil harus melakukan skrining untuk infeksi HIV.Apabila ibu menolak untuk
melakukan tes, hal tersebut harus dicantumkan kedalam rekam medisnya dan skrining
bisa dilakukan lagi sebelum umur kehamilan 28 minggu. Apabila hasil tes negatif
tetapi dokter memutuskan bahwa ibu adalah resiko tinggi terinfeksi HIV, tes bisa
diulang kembali pada trimester ketiga (Valerian,2013).
Skrining untuk penyakit seksual lainnya, seperti herpes dan sifilis, juga dianjurkan
pada kehamilan. Pemeriksaan dengan spekulum vagina dikerjakan untuk
mendapatkan hapusan sitologi servikal dan assays untuk gonore dan klamidia.
Skrining ini juga bisa dipakai untuk rubela, hepatitis B dan C, varisella zoster,
measles, CMV dan toksoplasmosis. Apabila tes tuberkulin kulit positif, torak foto
sebaiknya dikerjakan setelah umur kehamilan >12minggu untuk mengidentifikasi
penyakit paru aktif. Ibu hamil dengan HIV positif harus mendapat vaksin hepatitis A,
hepatitis B, Pneumovax, untuk mencegah infeksi pneumokokal dan virus influenza,
termasuk vaksin H1N1 (Valerian,2013).

6
Selama kehamilan, status viral load (HIV RNA-PCR) harus diperiksa setiap bulan
sampai virus tidak terdeteksi, dan dilanjutkan 3 bulan sekali setelahnya. Pengobatan
yang tepat dapat menurunkan viral load sebanyak 1 sampai 2 log dalam bulan pertama
dan menghilang setelah 6 bulan pengobatan. Evaluasi jumlah CD4 juga sangat
diperlukan untuk mengetahui derajat imunodefisiensi, perencanaan terapi ARV, terapi
antibiotik profilaksis dan metode persalinan yang akan dilakukan (Valerian,2013).
F. Manifestasi Klinis HIV/AIDS Pada Kehamilan
Masa inkubasi dari paparan menuju penyakit klinis rata-rata tiga hingga enam
minggu. Infeksi HIV akut sangat mirip dengan sindrom infeksi virus lain dan biasanya
bertahan kurang dari 10 hari. Gejala umum adalah demam, lemas, kemerahan di kulit,
pusing, limfadenopati, faringitis, mialgia, mual, dan diare. Setelah gejala mereda,
tingkat viremia biasanya akan menurun. CDC telah mengeluarkan sebuah klasifikasi
klinis yang digabungkan dengan klasifikasi pemeriksaan CD4 (Hartanto,2019).
G. Pemeriksaan Laboratorium Pada Ibu Hamil dan Bayi
Menurut Handayani,2014 pemeriksaan laboratorium yang bisa dilakukan yaitu:
 Serologis : Tes Antibody Serum, Tes Western Blot, Sel T Limfosit, Sel T4
Helper, T8 (sel supresor sitopatik), P24, Kadar Ig, Reaksi Rantai Polimerasi
dan Tes PHS 
 Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
 Tes Lainnya : Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal, Scan Gallium, Biopsi.
H. Penatalaksanaan HIV/AIDS Pada Kehamilan
Penatalaksanaan keperawatan menurut Lowdwemilk& Perry&Cashion (2013):
Selama kontak awal pada wanita yang terinfeksi HIV, tanyakan apa yang ia ketahui
tentang infeksi HIV. Pastikan bahwa wanita tersebut ditangani oleh dokter atau pada
fasilitas pelayanan yang ahli dalam menangani orang dengan infeksi HIV, Termasuk
SIDA. Rujukan psikologis juga mungkin di perlukan sumber-sumber konsling untuk
bantuan finansial, perantaran hokum, pencegahan bunuh diri dan kematian mungkin
diperlukan. Semua wanita pengguna obat-obat terlarang harus dirujuk pada program
penghentian penyalahgunaan obat. Focus utama dari konseling meliputi pencegahan
penularan HIV kepada pasangan.
I. Pencegahan HIV/AIDS Pada Kehamilan
Beberapa strategi PMTCT (Prevention Motherto-Child Transmission) telah
dikembangkan untuk menekan insidens transmisi, antara lain penggunaan kondom,
skrining kedua pasangan, dan tatalaksana infeksi menular seksual. Selain strategi
tersebut, PrEP (PreExposure Prophylaxis) oral menggunakan ARV merupakan
salah satu strategi yang ditetapkan WHO. PrEP juga dianjurkan sebagai salah satu
pendekatan preventif tambahan untuk wanita hamil dan menyusui jika terpapar
risiko HIV.19 PrEP diketahui efektif menekan angka transmisi HIV sebanyak 92-
96% pada pasangan heteroseksual jika pasangan yang terkena HIV telah tersupresi
virusnya selama 6 bulan (Hartanto,2019).

7
Regimen PrEP yang dianjurkan adalah TDF (tenofovir disoproxil fumarate) + 3TC
(lamivudine) atau FTC (emtricitabine). Selain toleransi yang baik, efek
sampingnya minimal.19 PrEP juga diketahui tidak meningkatkan risiko cacat pada
bayi.14 TDF+FTC per hari sebagai regimen PrEP pada 4,758 pasangan
serodiskordan, mempunyai angka proteksi penularan HIV sebesar 75%
(Hartanto,2019).
Pemberian ARV Setiap wanita hamil dengan HIV sebaiknya diberi konseling
mengenai pilihan pemberian makanan bagi bayi, persalinan aman serta KB pasca-
persalinan, pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak, asupan gizi,
dan hubungan seksual selama kehamilan (termasuk penggunaan kondom secara
teratur dan benar). Semua metode kontrasepsi dapat digunakan oleh perempuan
dengan HIV, kecuali kontrasepsi hormonal tertentu yang mengurangi efektivitas
ARV(Hartanto,2019).
Pemberian ARV untuk menurunkan angka transmisi vertikal paling efektif dimulai
sejak awal kehamilan. Pemberian ARV maternal sebelum trimester ketiga akan
menurunkan risiko transmisi hingga kurang dari 5 dari 1000 kelahiran.22
Pemberian ARV saat persalinan atau beberapa jam setelah melahirkan, dapat
menurunkan transmisi hingga 50%.12 Perlu ditekankan kepatuhan konsumsi ARV
untuk menekan angka virus dan meminimalkan transmisi perinatal
(Hartanto,2019).
Dukungan sosial spiritual pada Anak dengan HIV/AIDS Anak yang didiagnosis
HIV juga mendatangkan trauma emosi yang mendalam bagi keluarganya. Orang
tua harus menghadapi masalah berat dalam perawatan anak, pemberian kasih
sayang, dan sebagainya sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan mental anak.
Orang tua memerlukan waktu untuk mengatasi masalah emosi, syok, kesedihan,
penolakan, perasaan berdosa, cemas, marah, dan berbagai perasaan lain. Anak
perlu diberikan dukungan terhadap kehilangan dan perubahan mencakup :
 Memberi dukungan dengan memperbolehkan pasien dan keluarga untuk
membicarakan hal-hal tertentu dan mengungkapkan perasaan keluarga,
 Membangkitkan harga diri anak serta keluarganya dengan melihat
keberhasilan hidupnya atau mengenang masa lalu yang indah,
 Menerima perasaan marah, sedih, atau emosi dan reaksi lainnya,
 Mengajarkan pada keluarga untuk mengambil hikmah, dapat
mengendalikan diri dan tidak menyalahkan diri atau orang lain (nurs dan
kurniawan, 2013:169 dalam ).
2.3.Asuhan Keperawatan pasien HIV pada Ibu Hamil
1. STUDI KASUS
Hasil studi kasus didapatkan pasien atas nama Ny R berumur 40 tahun. Pasien dirawat
dengan diagnosa suspek TB+ B20. Pasien masuk RSUD Prof.DR W.Z Yohanes
Kupang melalui UGD dirujuk dari RSU Kota Kupang pada tanggal 20 Juni 2018
05.00 WITA, dengan keluhan demam tinggi sejak satu bulan yang lalu, diare tiga kali
dalam sehari konsistensi cair, berwarna kuning kehitaman, badan terasa lemah, nafsu
makan menurun, berat badan menurun.

8
Keluhan utama, pada saat pengkajian tanggal 24 Juni 2018 jam 08.00 WITA keadaan
umum pasien tampak lemah dan letih pasien mengatakan diare, BAB cair dengan
frekuensi tiga kali sehari konsistensi cair, berwarna kuning, pasien mengatakan sering
haus, nafsu makan menurun, berat badan berkurang.
Pola aktivitas dan latihan didapatkan , saat sakit pasien mengatakan nafsu makan
berkurang, sering merasa mual dan muntah, pasien mendapatkan diet ML rendah
serat, porsi makanan hanya dihabiskan tigasendok makan, pasien minum empat gelas
sehari ± 800 cc. Saat sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak
digunakan untuk tidur dan istirahat, masalah yang ditemukan pasien saat tidur yaitu
terbangun karena BAB, demam serta keringat malam. Aktivitas pasien banyak
dibantu oleh keluarga dan perawat.
Pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum pasien tampak lemah dengan TTV yaitu
TD: 90/60 mmHg, N: 90x/menit, RR: 20x/menit, S : 42ºC. Wajah : tampak pucat,
kepala : rambut tampak berwarna hitam kusam distribusi merata dan berketombe.
Mata : konjungtiva anemis, abdomen : bising usus 20x/ menit, kulit : terlihat kering,
turgor kulit kembali > 2 detik,; ekstremitas:tidak ada edema, akral teraba hangat,
tonus otot melemah. Dada : inspeksi, simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak
ada retraksi dinding dada. Palpasi : saat bernapas teraba simetris, tidak ada massa,
pernapasan cepat dan dalam. Abdomen: inspeksi: warna kulit putih. Auskultasi: Suara
bising usus 30x/menit.Perkusi: Suara timpani dan ada acites.Palpasi: tidak ada
pembesaran hepar dan tidak ada distensi abdomen.
2. ASUHAN KEPERAWATAN
Format Pengkajian Dewasa
Nama Pasien : Ny R
Ruang/Kamar : Cempaka
Diagnosa Medis : susp. TB+ B20
No. Medical Record : 491293
Tanggal Pengkajian : 25 Juni 2018 Jam :08.00
Masuk Rumah Sakit : 11 Juni 2018 Jam :05.00

Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. R Jenis Kelamin : peempuan
Umur/Tanggal Lahir : 23 April 1978 Status
Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu ruma tangga
Alamat : Oesapa

Identitas Penanggung
Nama : Ny. Y
9
Pekerjaan :Wiraswasta
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan klien : saudara kandung
Alamat : Oesapa

Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama: Lemah seluruh badan dan demam sejak satu bulan yang lalu,
tidak ada nafsu makan serta BAB cair dan berwarna kekuningan serta sakit pada
area mulut.
 Kapan : Sejak satu bulan yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit.
 Lokasi : Seluruh badan dan pada area mulut
2. Riwayat Keluhan Utama
 Mulai timbulnya keluhan : Sejak 1 bulan yang lalu selama dirumah
sebelum dibawa ke rumah sakit.  Sifat keluhan : demam tinggi serta
lemah seluruh badan.
 Lokasi : Seluruh badan dan pada mulut
 Keluhan lain yang menyertai : diare,  Faktor pencetus yang
menimbulkan serangan : Tidak ada faktor pencetus yang menimbulkan
serangan pada pasien.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan : Dibawa dan dirawat
di Rumah Sakit.
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Sebelumnya pasien belum pernah mengalami
penyakit yang sama.
 Riwayat penyakit yang pernah diderita : Sebelumnya pasien
hanyamenderita demam.
 Riwayat Alergi : Tidak ada alergi terhadap obat dan makanan.
 Riwayat Operasi : Pasien belum pernah dioprasi
5. Kebiasaan
 Merokok
o Ya
o Tidak
 Minum alkohol
o Ya
o Tidak
 Minum kopi :
o Ya
o Tidak
 Minum obat-obatan
o Ya , Jenis Paracetamol Jumlah: 3x1 waktu Pagi, Siang, Malam

10
o Tidak

Pemeriksaan Fisik
1. Tanda – Tanda Vital
- Tekanan darah: 90/60 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Pernapasan : 28x/menit
- Suhu badan : 42oc
2. Kepala dan leher
 Kepala : Normal
- Sakit kepala : Tidak ada keluhan sakit pada kepala.
- Pusing :
o ya
o tidak
- Bentuk , ukuran dan posisi:
o normal
o abnorma
- Lesi : ada, Jelaskan : tidak ada
- Masa : ada, Jelaskan : tidak ada
- Observasi Wajah : simetris, asimetri, Jelaskan
- Penglihatan :
Konjungtiva : Anemis
Sklera : Normal
Pakai kaca mata : Ya, Jelaskan : tidak
Penglihatan kabur : Ya, Jelaskan : tidak
Nyeri : Tidak
Peradangan : Tidak
Operasi : Pasien tidak pernah mengoperasi mata.
- Pendengaran
Gangguan pendengaran : Ya, Jelaskan : tidak
Nyeri : Ya, Jelaskan : tidak
Peradangan : Ya, Jelaskan : tidak
- Hidung
Alergi Rhinnitus : Ya, Jelaskan : tidak
Riwayat Polip : Ya, Jelaskan : tidak
Sinusitis : Ya, Jelaskan : tidak
Epistaksis : Ya, Jelaskan : tidak
- Tenggorokan dan mulut
Keadaan gigi : Kotor
Caries : Ya, Jelaskan : tidak
Memakai gigi palsu: Ya, Jelaskan : tidak
Gangguan bicara : Ya, Jelaskan : tidak
Gangguan menelan: Ya, Jelaskan : tidak

11
Pembesaran kelenjar leher: Ya, Jelaskan : tidak
3. Sistem Kardiovaskuler
- Nyeri Dada : Ya, Jelaskan : tidak
- Inspeksi :
Kesadaran/ GCS : Semi coma
Bentuk dada : abnormal , Jelaskan : normal
Bibir : sianosis normal
Kuku : sianosis normal
Capillary Refill : Abnormal normal
Tangan : Edema normal
Kaki : Edema normal
Sendi : Edema normal
Ictus cordis/Apical Pulse : Teraba tidak teraba
Vena jugularis : Teraba tidak teraba
- Perkusi : pembesaran jantung :
Auskultasi : BJ I : Abnormal normal
BJ II :Abnormal normal
- Murmur :
4. Sistem Respirasi
- Keluhan : Batuk berdahak
- Inspeksi :
Jejas : Ya, Jelaskan : tidak Bentuk
Dada : Abnormal, Jelaskan : Normal Jenis
Pernapasan : Abnormal, (Dispnea, Kussmaul,weezing)
tidak
Irama Napas : teratur tidak teratur
Retraksi otot pernapasan : Ya tidak
Penggunaan alat bantu pernapasan : Ya, Jelaskan : Oxigenmasker
tidak
- Perkusi : Cairan : Ya tidak
Udara : Ya tidak
Massa : Ya tidak
- Auskultasi :
Inspirasi : Normal Abnormal
Ekspirasi : Normal Abnormal
o Ronchi : Ya tidak
o Wheezing : Ya tidak
o Krepitasi : Ya tidak
o Rales : Ya tidak
Clubbing Finger : Normal Abnormal
5. Sistem Pencernaan
a. Keluhan : mengeluh diare.

12
b. Inspeksi :
- Turgor kulit : Abnormal, Jelaskan : Normal
- Keadaan bibir : lembab kering
- Keadaan rongga mulut
Warna Mukosa : Luka/ perdarahan : Ya,Jelaskan tidak
Tanda-tanda radang : Ya, Jelaskan: kandidiasis oral tidak
Keadaan gusi : Abnormal, Jelaskan normal
- Keadaan abdomen
Warna kulit : Pucat Luka : Ya, Jelaskan tidak
Pembesaran : Abnormal, Jelaskan normal
- Keadaan rektal
Luka : Ya, Jelaskan tidak
Perdarahan : Ya, Jelaskan tidak
Hemmoroid : Ya, Jelaskan tidak
Lecet/ tumor/ bengkak : Ya , Jelaskan tidak
c. Auskultasi :
Bising usus/Peristaltik : 30x/menit
d. Perkusi : Cairan : Abnormal, Jelaskancair normal
Udara : Abnormal, Jelaskan: perut kembang normal
Massa : Abnormal, Jelaskan normal
e. Palpasi :
Tonus otot : Abnormal, Jelaskan melemah normal
Nyeri : Abnormal, Jelaskan normal
Massa : Abnormal, Jelaskan normal
f. Sistem Persyarafan
- Keluhan : Tidak ada keluhan
- Tingkat kesadaran : somnoen GCS
(E/M/V): E:2 M:3 V:3
- Pupil : Ioskor anisokor
- Kejang : Abnormal, Jelaskan normal
- Jenis kelumpuhan : Ya, Jelaskan tidak
- Parasthesia : Ya, Jelaskan tidak
- Koordinasi gerak : Abnormal, Jelaskan normal
- Cranial Nerves : Abnormal, Jelaskan normal
- Reflexes : Abnormal, Jelaskan normal
g. Sistem Musculoskeletal
- Keluhan : Tidak ada keluhan
- Kelainan Ekstremitas : ada tidak ada
- Nyeri otot : ada tidak ada
- Nyeri Sendi : ada tidak ada
- Refleksi sendi : abnormal, Jelaskan normal
- kekuatan otot : 3 g. Atropi hiperthropi normal
h. Sistem Integumentari
- Rash : ada, Jelaskan tidak ada
- Lesi : ada, Jelaskan tidak ada

13
- Turgor : Jelek
- Warna : Putih
- Kelembaban : Abnormal, Jelaskan: Kering normal
- Petechie : ada, Jelaskan Tidak ada
- Lain lain : Tidak ada
i. Sistem Perkemihan
- Gangguan : kencing menetes inkontinensia retensi
gross hematuri disuria poliuri
oliguri anuri
- Alat bantu (kateter, dll) :ya tidak
- Kandung kencing : membesar ya tidak
- nyeri tekan : ya tidak
- Produksi urine :
- Intake cairan : oral : 480 cc/hr parenteral : 500 u/hari
- Bentuk alat kelamin : Normal Tidak normal, sebutkan
- Uretra : Normal Hipospadia/Epispadia
- Lain-lain : tidak ada
j. Sistem Endokrin
- Keluhan : tidak ada
- Pembesaran Kelenjar : ada, Jelaskan tidak ada
- Lain – lain : Tidak ada
k. Sistem Reproduksi
- Keluhan : Tidak ada keluhan
- Wanita : Siklus menstruasi :
o Keadaan payudara : Abnormal, Jelaskan normal
o Riwayat Persalinan
o Abortus
o Pengeluaran pervagina : Abnormal, Jelaskan normal
o Lain-lain
- Pria : Pembesaran
prostat : ada tidak ada
- Lain-lain :Tidak ada
l. Pola Kegiatan Sehari-hari (ADL)
A. Nutrisi
1. Kebiasaan :
- Pola makan : 3x/hari (pagi siang malam)
- Frekuensi makan : Pasien hanya menghabiskan makanan
3 sendok per oral
- Nafsu makan : menurun
- Makanan pantangan : tidak ada
- Makanan yang disukai : tidak ada
- Banyaknya minuman dalam sehari : 800 cc
- Jenis minuman dan makanan yang tidak disukai : Tidak ada
- BB : 31 kg TB : 160 cm

14
- Kenaikan/Penurunan BB: 20 kg, dalam waktu: 1 bulan
2. Perubahan selama sakit : Pasien tidak bisa berkomunikasi aktif
dengan keluarga.
B. Eliminasi
1. Buang air kecil (BAK)
- Kebiasaan
Frekuensi dalam sehari : 3-4 kali Warna : kuning
Bau : khas urin Jumlah/ hari :
- Perubahan selama sakit : 100 cc/ hari
2. Buang air besar (BAB)
- Kebiasaan : 1x/hari Frekuensi dalam sehari : 1x/
hari
Warna : kuning Bau : khas veses
Konsistensi : padat
- Perubahan selama sakit : Pasien BAB 3 kali sehari konsistensi
cair
C. Olah raga dan Aktivitas
1. Kegiatan olah raga yang disukai : Keluarga pasien
mengatakan tidak ada olahraga
2. Apakah olahraga dilaksanakan secara teratur: Tidak
D. Istirahat dan tidur
1. Tidur malam jam : 08.00 Catatan : kadang-kadang satu hari penuh
Bangun jam : 07.00 kadang pasien tidak bangun dan tidur selama satu
hari
2. Tidur siang jam : tidak tetap Bangun jam : tidak tetap
3. Apakah mudah terbangun : Tidak Pola Interaksi Sosial
- Siapa orang yang penting/ terdekat : saudara perempuan dan
anak anak.
- Organisasi sosial yang diikuti : Tidak ada organisasi sosial yng
diikuti oleh pasien.
- Keadaan rumah dan lingkungan :
Status rumah : Rumah sendiri
Cukup / tidak :
Bising / tidak:
Banjir / tidak :
4. Jika mempunyai masalah apakah dibicarakan dengan orang lain yan
dipercayai/ terdekat :Keluarga pasien menyatakan pasien selalu
membicarakan masalah kekeluargaannya.
5. Bagaimana anda mengatasi suatu masalah dalam keluarga : ……….
……….……
6. Bagaimana interaksi dalam keluarga : Baik
E. Kegiatan Keagamaan/ Spiritual
1. Ketaatan menjalankan ibadah : Keluarga menyatakan psien selalu
melkukan solat setiap hari jumat
2. Keterlibatan dalam organisasi keagamaan : Tidak ada
A. ANALISIS DATA

15
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS Hipertrmi Peningkatan
metabolisme
- pasien mengatakan badan
terasa lemah ,demam sejak
masuk rumah sakit.
DO
- keadaan umum pasien
tampak lemah
- konjungtiva anemis
- akral teraba hangat
- HB 8,4
- TD = 90/60 mmHg
- pernapasan= 28 x/mnit
- nadi= 86x/mnit
- suhu = 42°C
- Pasien terpasang cairan
parenteral RL 20 TPM
DS : Diare Proses infeksi
- Pasien mengatakan sering
haus , pasien mengatakan
diare, BAB cair dengan
frekuensi tiga kali sehari
konsistensi cair, berwarna
kuning, pasien mengatakan
sering haus
DO:
- Pasien tampak lemah, letih,
bibir kering - Turgor kulit
kembali dalam < 3 detik
- BAB 3x encer, frekuensi ,
konsistensi cair, bising usus
30x/menit, pasien
mendapatkan terapi obat
diare cotrimoxazole.
DS Ketidak Ketidakmampuan
seimbangan pemasukan atau

16
- paasien mengatakan tidak nutrisi kurang mencerna atau
mengahabiskan makanan dari kebutuhan mengarbsorpsi zat-
yang disediakan hanya tubuh zat gisi
menghabiskan 3-4 sendok berhubungan degan
makan fakto biologis

- pasien mengatakan kadang


muntah
- pasien mengatakan merasa
mual jika makan
DO
- Pasien tampak lemah
- konjungtifa anemis
- membran mukosa tampak
pucat
- berat badan menurun
(sebelum sakit 52 kg, saat
sakit 31 kg)
- tinggi badan 163 cm
- porsi makan tidak dihabiskan
- bibir kering
- terdapat sariawan
DS Deficit volume Kehilangan cairan
cairan aktif
- pasien mengatakan badan
terasa lemah
- pasien mengatakan BAB cair
- frekuensi BAB 3-4x sehari
- pasien mengatakan sering
haus
- pasien mengatakan jika tubuh
naik banyak keringat
DO
- Pasien tampak lemah
- Membran mukosa bibir klien
tampak kering

17
- Turgor kulit jelek
- CRT > 3 detik
- TD :90/60 mmHg
- Nadi: 90 x/menit
- Pasien mendapatkan terapi
terapi parenteral RL 20
tpm/mnt

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Diare berhbungan dengan proses infeksi
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan pemasuka atau mencerna makana atau
mengarbsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No Diagnosis NOC NIC
Keperawatan
1 Hipertermi - TTv dalam batas normal - Monitor suhu tubuh
sesering miungkin.
- Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak - Monitor IWL
pusing
- Monitor warna dan
suhu kulit
- Monitor tingkat
kesadaran
2 Deficitvolume cairan Fluid blance Hydration Fluid management
Nutironal status : food and
- Timbang popok
fluid intake Kriteria hasil
pembalut jika
- Tekanan darah, perlu
suhu, nadi dalam
- Monitor status
batas normal
hidrasi
- Tidak ada tanda-
- Kolaborasi
tanda dhidrasi
pemberian cairan
elastisitas kulit
IV
baik, membran
mukas lembab, - Berikan cairan
tidak ada rasa haus
yang berlebihan - Monitor vital

18
sign
3 Ketidak seimbangan Kriteria hasil: Nutrition management
nutrisi kurang dari
- adanya penigkatan - kaji daanya
kebutuhan tubuh
berat badan sesuai alergi makanan
dengan tujuan
- kolaborasi
- mampu dengan ahli gizi
mengidentifikasi untuk
kebutuhan nutrisi menentukan
jumlah kalori
- tidak ada tanda-
dan nutrisi yang
tanda malnutrisi dibtuhkan klien
- tidak terjadi
- anjurkan klien
oenurunan berat
untuk
badan yang berarti
meningkatkan
protein dan vit C
- monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Nutrition
monitoring:
- BB pasien
dalam batas
normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor kulit
kering dan
pigmentasi
- Monitor mual an
muntah
4 Diare berhubungan setelah dilakukan tindakan - evaluasi pengobatan
dengan pproses keperawatan diharapkan yang berefek samping
infeksi masalah diare dapat teratsi pada pengobatan,
dengan kriteria hasil : tidak
- evaluasi jenis intake
ada diare, feses tidak ada
makanan,
darah dab mukus, nyeri
perut tidak ada, pola BAB - monitor kulit sekitar
normal, hidrasi baik. perianal terhadap
adanya iritasi dan

19
ulserasi,
- ajarkan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan obat diare,
- instruksikan pada
pasien dan keluarga
untuk mencatat
warna,frekuensi, volume
dan konsistensi feses.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl(hari Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi
)
25 juni Hipertermi - Melakukan kompres hangat S: pasien mengatakan
2018 pada lipatan paha da axila masih demam, haus
psien
O:
- Mengobservasi TTV pasien
- TTV ; TD :
- Melayani pemberian obat 90/60 mmHg,
parcetamol 500mg tablet nadi:
90x/menit,
suhu: 39ºC.
- Akral teraba
hangat
A: masalah belum
teratasi P: intervensi
dilanjutka
25 juni Devisit - Mencatat intake dan output S :
2018 volume cairan cairan pasien
- Pasien mengatakan
- Mengobservasi status hidrasi badan terasa
dari mukosa bibir, denyut nadi, lemahdan letih
dan tekanan darah
- Pasien mengatakan
- Mengobservasi TTV maasih diare
- Memeriksa turgor kulit dan O :
rasa haus - Memeriksa CRT
- Pasien tampak
lemah
- BB :31 kg

20
- Mukosa bibir kering
- Denyut nadi cepat
- N : 100x/i
- TD :90/60 mmHg
- S : 38,6 - RR 20x/i
-Turgor kulit jelek -
CRT 2 detik - Psien
terpasang NaCl 0,9%
A : maslah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutka
26 juni ketidak - Mengoservasi tandatanda S :
2018 seimbangan vital - Menentukan IMT
- Pasien mengatakan
nutrisi kurang
- Memonitor turgor kulit tidak nafsu makan
dari kebutuhan
tubuh - Memonitor adanya mual - Porsi makanan
hanya dihabiskan 3
-muntah
sendok
- Mempertahankan kecepatan
- Masih diare
aliran infus
O:
- Memonitor intake dan output
cairan - BB 31 kg
- Mengidentifikasi penurunan - TB : 163
nafsu makan
- IMT : 14,10 (berat
badan kurang)
- Lingkar lengan 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Konjungtiva anemis
- Bibir kering
terdapat
sariawandan
kandidiasis oral
- Terpasang NaCl
0,95 8 tetes/i
- N: 100x/i
21
- RR: 20 x/i
- S :38,6
P : masalah belum
teratasi
A : intervensi
dilanjutkan
27 juni Diare - Melayani pemberian obat: S : pasien
2018 Rifampisin 450 mg tablet mengatakan masih
merasa lemah dan
Etambutol 750 mg tablet
pusing
Paracetamol 500 mg
O : Keadaan umum
Cotrimoxazole IV 1gr
pasien:
- Lemah, kesadaran
somnolen , GCS E 2,
M 4, V 3
- reaksi pupil
terhadap cahaya
kurang
A : maslah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
27 juni ketidak - Mengoservasi tandatanda S:
2018 seimbangan vital
- Pasien mengatakan
nutrisi kurang
- Menentukan IMT - tidak nafsu makan
dari kebutuhan
Memonitor turgor kulit
tubuh - Porsi makanan
- Memonitor adanya mual hanya dihabiskan 3
sendok
-muntah
- Masih diare
- Mempertahankan kecepatan
aliran infus O:
- Memonitor intake dan output - BB 31 kg
cairan
- TB : 163
- Mengidentifikasi penurunan
- IMT : 14,10 (berat
nafsu makan
badan kurang)
- Lingkar lengan 19
cm

22
- Turgor kulit jelek
- Konjungtiva
anemis
- Bibir kering
terdapat sariawandan
kandidiasis oral -
Diare 2 kali
- Terpasang NaCl
0,95 8 tete/i - N:
100x/i
- RR: 20 x/i
- S :38,6
P : masalah belum
teratasi
A : intervensi
dilanjutkan
28 juni Devisit - Mencatat intake dan output S :
2018 volume cairan cairan pasien
- Pasien mengatakan
- Mengobservasi status hidrasi badan terasa
dari mukosa bibir, denyut nadi, lemahdan letih
dan tekanan darah
- Pasien mengatakan
- Mengobservasi TTV masih diare
- Memeriksa turgor kulit dan O :
rasa haus
- Pasien tampak
- Memeriksa CRT lemah
- BB :31 kg
- Mukosa bibir kering
- Denyut nadi cepat
- N : 100x/i
- TD :90/60 mmHg
- S : 38,6 - RR 20x/i
- Turgor kulit jelek
- CRT 2 detik
- Psien terpasang

23
NaCl 0,9%
A maslah belum
teratasi
P intervensi
dilanjutkan
28 juni - mengobservasi suhu tubuh
2018 pasiensetiap 1 jam,
- melakukan kompres hangat
pada lipatan paha dan axila,
- melayani pemberian obat
paracetamol,
- mengobservasi tandatanda
vital.
28 juni ketidak - Mengoservasi tandatanda S :
2018 seimbangan vital - Menentukan IMT
- Pasien mengatakan
nutrisi kurang
- Memonitor turgor kulit tidak nafsu makan
dari kebutuhan
tubuh - Memonitor adanya mual- - Porsi makanan
muntah hanya dihabiskan 3
sendok
- Mempertahankan kecepatan
aliran infus - Masih diare
- Memonitor intake dan output O :
cairan
- BB 31 kg
- Mengidentifikasi penurunan
- TB : 163
nafsu makan
- IMT : 14,10 (berat
badan kurang)
- Lingkar lengan 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Konjungtiva anemis
- Bibir kering
terdapat sariawandan
kandidiasis oral
- Diare 2 kali
- Terpasang NaCl
0,95 8 tete/i

24
- N: 100x/i
- RR: 20 x/i
- S :38,6
P : masalah belum
teratasi
A : intervensi
dilanjutkan
28 juni Devisit - Mencatat intake dan output S :
2018 volume cairan cairan pasien
- Pasien mengatakan
- Mengobservasi status hidrasi badan terasa
dari mukosa bibir, denyut nadi, lemahdan letih
dan tekanan darah
- Pasien mengatakan
- Mengobservasi TTV masih diare
– Memeriksa turgor kulit dan O :
rasa haus
- Pasien tampak
- Memeriksa CRT lemah
- BB :31 kg
- Mukosa bibir kering
- Denyut nadi cepat
- N : 100x/i
- TD :90/60 mmHg
- S : 38,6
- RR 20x/i
- Turgor kulit jelek
- CRT 2 detik

- Psien terpasang
NaCl 0,9% A maslah
belum teratasi P
intervensi dilanjutkan

25
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah retrovirus yang menginfeksi sistem
imunitas seluler, mengakibatkan kehancuran ataupun gangguan fungsi sistem tersebut.
Jika kerusakan fungsi imunitas seluler berlanjut, akan menimbulkan berbagai infeksi
ataupun gejala sindrom Acquired ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS). HIV dapat
ditularkan melalui aliran darah, cairan sperma atau vagina, air susu ibu, lewat
kehamilan dan lewat persalinan. Pencegahan HIV dapat dilakukan dengan
penggunaan kondom, skrining kedua pasangan, dan tatalaksana infeksi menular
seksual.
3.2.Saran
Diharapkan para perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada
pasien HIV pada ibu hamil

26
DAFTAR PUSTAKA
C.Smeltzer Susan.2017.Keperawatan Medikal Bedah Edisi Brunner& Suddarth Edisi
12.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran
Diah,2012.Materi Konsep Dasar Kehamilan
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/materi-konsep-dasar-kehamilan-lengkap.html
(19/05/20)
Handayani,2014. GAMBARAN PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL
DENGAN HIV
https://www.academia.edu/
16347926/9__ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_IBU_HAMIL_DENGAN_HIV_jurnal?
auto=download (20/05/20)
Hartanto,2019. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam Kehamilan
https://kalbemed.com/DesktopModules/EasyDNNNews/DocumentDownload.ashx?
portalid=0&moduleid=471&articleid=656&documentid=651 (19/05/20)
Lowdermilk, Perry, Cashion.2013.Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku
1.Singapore:ELSEVIER MOSBY
Sarwan, Nur Busjra M, Azzam Rohman. 2019. PAKET EDUKASI KELOMPOK DAN
PERAN MODEL MENURUNKAN TINGKAT ISOLASI SOSIAL PASIEN HIV/AIDS :
http://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKS/article/view/850 (20/05/2020)
Srihastuti,2014. Karya Tulis Ilmiah : Analisis Prakitik Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaan : Asuhan Keperawatan Prenatal Dan Post Natal Pada Ibu Hamil
Dengan HIV/AIDS https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391025-PR Ida
%20Srihastuti.pdf (19/05/20)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi I). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

27

Anda mungkin juga menyukai