Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan HIV AIDS
Disusun oleh :
Kelas 3A Keperawatan
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Andri Nurmansyah, M. Kep. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis HIV AIDS Pada Ibu Hamil ....................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
6. Bagaimana Pencegahan HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
7. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
8. Bagaimana Penatalaksanaan HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
9. Apa Saja Komplikasi HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Teoritis HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
1.3 Tujuan
1. Apa Definisi Dari HIV AIDS Dan Ibu Hamil?
2. Bagaimana Patofisiologi HIV AIDS Dari Ibu Ke Bayi?
3. Apa Saja Manifestasi Klinis HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
4. Apa Etiologic HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
5. Apa Saja Klasifikasi HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
6. Bagaimana Pencegahan HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
7. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
8. Bagaimana Penatalaksanaan HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
9. Apa Saja Komplikasi HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan Teoritis HIV AIDS Pada Ibu Hamil?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Penularan HIV ke bayi dan anak bisa dari ibu ke anak, penularan melalui
darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual pada anak) (WHO,
2013; World Health Organization, 2016). Penularan dari ibu ke anak terjadi
karena ibu yang menderita HIV/AIDS Sebagian besar (85%) berusia subur (15-
44 tahun) sehingga terdapat risiko penularan infeksi yang bisa terjadi pada saat
kehamilan (in utero). Prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0.01%
sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalua
gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50%.
Virus masuk ke dalam tubuh ibu hamil melalui perantara darah, semen, dan
secret vagina. Sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan
seksual. HIV awalnya dikenal dengan nama Lymphadenopathy Associated
Virus (LAV) merupakan golongan retrovirus dengan materi genetic
ribunucleic acid (RNA) yang dapat diubah menjadi deoxyribonucleic acid
(DNA) untuk diintegrasikan ke dalam sel penjamu dan di program membentuk
gen virus. Virus ini cenderung menyerang sel jenis tertentu, yaitu sel-sel yang
mempunyai antigen permukaan CD4, terutama limfosit T yang memegang
peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan system kekebalan
tubuh. Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan
spektrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatik) pada
stadiumawal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih
lanjut. Setelah diawali dengan infeksi akut, maka dapat terjadi infeksi kronik
asimtomatik selama beberapa tahun disertai replica virus secara lambat.
Kemudian setelah terjadi penurunan system imun yang berat, maka terjadi
berbagai infeksi opoturnistik dan dapat dikatakan klien telah masuk pada
keadaan AIDS. Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata
timbul 10 tahun sesudah infeksi pertama, bahkan bisa lebih lama lagi.
Transmisi HIV dari ibu kepada janin dapat terjadi pada saat kehamilan
mencapai 5-17%, saat persalinan 10-20%, dan saat pemberian ASI 10-20%.
Kelainan yang dapat terjadi adalah rupture membrane premature, kematian
janin, pelahiran premature, dan berat bayi lahir rendah.
4
2.3 Manifestasi Klinis HIV AIDS Pada Ibu Hamil
Menurut (Kemenkes, 2015) Manifestasi klinis HIV adalah suatu tanda dan
gejala yang dialami oleh tubuh manusia akibat infeksi virus HIV yang dibagi
menjadi 3 tahap antara lain sebagai berikut:
5
Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu (nuratif, 2016)
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui cara cara berikut:
6
2.6 Pencegahan HIV AIDS Pada Ibu Hamil
WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah penularan HIV dari
ibu ke bayi dan anak, yaitu dengan mencegah jangan sampai ibu terinfeksi
HIV/AIDS. Apabila sudah dengan HIV/AIDS dicegah supaya tidak hamil,
apabila sudah hamil dilakukan pencegahan supaya tidak menular pada bayi dan
anaknya. Namun, bila ibu dan anak sudah terinfeksi maka sebaiknya diberikan
dukungan dan perawatan bagi ODHA dan keluarganya.
Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah melalui empat cara, mulai saat
hamil, saat melahirkan, dan setelah lahir yaitu penggunaan antiretroviral
selama kehamilan, penggunaan antiretroviral saat persalinan dan bayi yang
baru dilahirkan, penanganan obstetric selama persalinan, penatalaksanaan
selama menyusui. Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah
sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif
untuk menularkan HIV.
7
berkisar antara 20% dan 50%. Sebagian besar infeksi HIV dapat dicegah
dengan upaya pencegahan penularan dari ibu- ke- anak yang komprehensif dan
efektif di fasilitas pelayanan Kesehatan. Upaya pencegahan penularan HIV dari
ibu ke anak yang komprehensif meliputi empat pilar atau komponen, yang
dikenal sebagai “prong”.
Pintu masuk layanan PPIA adalah tes HIV pada ibu hamil. Bersamaan
dengan pemeriksaan rutin lainnya pada layanan antenatal terpadu, tes dapat
dilakukan mulai dari kunjungan pertama hingga menjelang persalinan dengan
kebijakan sesuai dengan status epidemi HIV dalam table berikut:
Keterangan:
1. Epidemi rendah: prevalensi kasus HIV pada populasi umum atau ibu
hamil <1%, prevalensi kasus HIV pada populasi risiko tinggi <5%.
8
2. Epidemi terkonsentrasi: prevalensi kasus HIV pada populasi umum
atau ibu hamil <1%, prevalensi kasus HIV pada populasi risiko tinggi
>5%.
3. Epidemi meluas: prevalensi kasus HIV pada populasi umum atau ibu
hamil >1%, prevalensi kasus HIV pada populasi risiko tinggi >5%.
Tujuan Program
Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi bertujuan untuk hal
berikut.
- Setiap ibu hamil yang positif HIV wajib diberi obat ARV dan
mendapatkan pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan lebih
lanjut (PDP)
9
Implementasi Program PPIA
Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu HIV positif pada bayi
Prong 3 Mencegah Terjadinya Penularan HIV dari Ibu Hamil HIV Positif
ke Bayi Yang Dikandungnya
10
http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/Buku_Permenkes_ARV
_Cetak.pdf)
2. Untuk PPIA, kehamilan adalah indikasi pemberian ARV, tanpa
melihat nilai CD4.
3. Jika perempuan HIV positif sudah menerima ARV, maka
pemberiannya diteruskan untuk seumur hidup.
4. Perempuan HIV positif dewasa yang sudah mendapatkan ARV, saat
hamil: teruskan ARV dengan rejimen yang sama. Hindari
penggunaan Evafiren pada trisemester 1.
5. Perempuan HIV positif yang diketahui statusnya pada saat
kehamilannya, maka: jika terdiagnostik pada umur kehamilan
kurang dari 14 minggu, dan belum ada indikasi pemberian ARV
maka tunda pemberian ARV hingga usia kehamilan 14 minggu.
6. Jika terdiagnostik HIV pada usia kehamilan kehamilan lebih dari 14
minggu, maka langsung diberikan ARV.
11
dilakukan lagi sebelum umur kehamilan 28 minggu. Apabila hasil tes
negatif tetapi dokter memutuskan bahwa ibu adalah resiko tinggi terinfeksi
HIV, tes bisa diulang kembali pada trimester ketiga.
4. Pemeriksaan dengan spekulum vagina dikerjakan untuk mendapatkan
hapusan sitologi servikal dan assays untuk gonore dan klamidia.
5. Selama kehamilan, status viral load (HIV RNA-PCR) harus diperiksa setiap
bulan sampai virus tidak terdeteksi, dan dilanjutkan 3 bulan sekali
setelahnya.
6. Evaluasi jumlah CD4 juga sangat diperlukan untuk mengetahui derajat
imunodefisiensi, perencanaan terapi ARV, terapi antibiotik profilaksis dan
metode persalinan yang akan dilakukan.
Pemberian ARV pada ibu hamil dengan HIV selain dapat mengurangi risiko
penularan HIV dari ibu ke anak, juga dapat mengoptimalkan kondisi Kesehatan
ibu dengan cara menurunkan kadar HIV serendah mungkin. Pemberian obar
antiretroviral perlu mengikuti prinsip sebagai berikut untuk menjamin
keberhasilan terapi.
12
4. Sebaiknya ada pendamping minum ARV, karena tingkat kepatuhan
sangat menentukan efektifitas hasil penggunaan ARV.
13
Ibu Hamil 1. ARV diberikan mulai pada umur kehamilan ≥ 14
minggu, berapa pun stadium klinis dan nilai
CD4-nya.
2. Jika umur kehamilannya < 14 minggu namun
ada indikasi, ARV dapat segera diberikan.
* naïve = belum pernah mendapat terapi ARV sebelumnya
14
6. ODHA datang pada Panduan butir 1.
masa persalinan dan
belum mendapat ARV
15
Keluhan yang muncul pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah
lemah, anoreksia, stomatitis, BB menurun, mual, muntah dan
demam (Padila, 2014)
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan sekarang
Gejala yang dialami ibu hamil hamil dengan
HIV/AIDS seperti flu, demam, menggigil, BB menurun,
mual, muntah dan stomatitis (Haryono, 2019 dan
Prawirohardjo, 2009)
b) Riwayat Kesehatan dahulu
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti
diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa
berakibat buruk pada kehamilan. Penyakit pada masa kanak-
kanak dan imunisasi. Penyakit sebelumnya seperti hepatitis,
penyakit menular seksual (HIV/AIDS), dan tuberculosis.
(Mitayani, 2011)
c) Riwayat Kesehatan keluarga
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga yang
menderita HIV/AIDS yang perlu dikumpulin (Mitayani,
2011)
d) Riwayat psikososial
Harapan terhadap kehamilan, emosional, keuangan,
perilaku pasangan terhadap kehamilan, kehamilan
direncanakan atau tidak, edukasional yang dibutuhkan,
support system, keyakinan agama, budaya, fungsi keluarga,
situasi kehidupan, aktivitas seksual, persiapan persalinan dan
parenting (Hutahaen, 2009). Keadaan psikososial pada ibu
hamil dengan HIV/AIDS adalah marah/pasrah, cemas,
hilang ketertarikan pada lingkungan sekitar, dan depresi
(Padila, 2004)
e) Riwayat perkawinan
16
Hal ini penting untuk dikaji karena dari data ini akan
diperoleh gambaran mengenai suasana rumah tangga
pasangan. Pertanyaan yang dapat diajukan antara lain
sebagai berikut: berapa tahun usia ibu ketika menikah
pertama kali, status pernikahan (sah atau tidak), lama
pernikahan, ini suami yang ke berapa (Sulistyawati, 2009)
f) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk
menentukan taksiran persalinan (TP). TP ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT) (Mitayani,
2011)
g) Riwayat kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk
pada janin, ibu atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang
lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan
berlanjut saat kehamilan yang tidak diketahui dapat
berakibat buruk pada organ seksual janin (Mitayani, 2011)
h) Riwayat kehamilan
Memberitahukan informasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnya agar perawat dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang, Riwayat
kehamilan meliputi : 1) Gravida, para-abortus,dan anak
hidup (GPAH), 2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia
gestasi, 3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tepat
persalinan dan penolong persalinan, 4) Jenis anestesi dan
kesulitan persalinan, 5) Komplikasi maternal seperti
diabetes, hipertensi, infeksi dan perdarahan, 6) Komplikasi
pada bayi, 7) Rencana menyusui bayi (Mitayani, 2011)
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
17
Keadaan umum ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah
lemah, pucat, BB, menurun, anoreksia dan demam (Padila,
2014)
b. TB dan BB
Pemeriksaan tinggi badan hanya di ukur pada kunjungan
pertama. Pada ibu terlalu pendek perlu diperhatikan
kemungkinan mempunyai panggul sempit sehingga nantinya
dapat menyulitkan persalinan. Bila tinggi badan ibu kurang
dari 145 cm atau tampak pendek dibandingkan dengan rata-
rata ibu, maka persalinan perlu diwaspadai. (Hutahean,
2013)
Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg
selama kehamilan.
Kenaikan berat badan ibu secara normal menunjukan
janinnya tumbuh dengan baik. Bila kenaikan berat badan
kurang dari 5 kg atau lebih dari 12 kg pada kehamilan 28
minggu menandakan ketidak normalan, maka perlu dirujuk.
(Hutahean, 2013). BB pada ibu hamil dengan HIV/AIDS
cenderung menurun (Padila, 2014)
c. Tanda-tanda vital
d. Kaji kesimetrisan kepala rambut
Inspeksi : Simetris, rambut kusam dan kering
Palpasi : Tidak ada benjolan
e. Kaji konjingtiva, kelopak mata
Inspeksi : Sedikit anemis, ada atau tidaknya pembengkakan
pada kelopak mata
f. Kaji hidung penciuman
Inspeksi: Tidak ada benjolan, tidak ada sekret
g. Kaji bibir, gigi
Inspeksi : Bibir kering, terdapat stomatitis, terdapat karies
gigi
18
h. Kaji telinga
Inspeksi : Tidak ada sekret
i. Kaji adanya pembesaran kelenjar getah bening, thyroid
Palpasi :Terdapat pembesaran kelenjar limfe
j. Auskultasi jantung paru
Auskultasi : Auskultasi dengan menggunakan stetoskop
pada intracostae II kanan, II kiri. Auskultasi suara paru
dengan menggunakan stetoskop pada paru kiri dan kanan
bandingkan apakah ada perbedaan suara
k. Payudara
Inspeksi : Payudara kiri dan kanan simetris, areola mamae
menghitam, putting susu menonjol keluar
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, ada atau tidaknya
kolostrum
l. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : 1) Leopold I : Leopold I digunakan untuk
menemukan usia kehamilan dan bagian apa yang ada dalam
fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan
menghadap ke muka ibu, kemudian kaki ibu dibengkokan
pada lutut dan lipat paha, lengkungan jari-jari kedua tangan
untuk mengelilingi bagian atas fundus, lalu tentukan apa
yang ada di dalam fundus. Bila kepala sifatnya keras, bundar,
dan melenting. Sedangkan bokong akan lunak, kurang
bundar, dan kurang melenting. 2) Leopold II : Leopold II
digunakan untuk menentukan letak punggung anak dan letak
bagian kecil pada anak. Caranya, letakan kedua tangan pada
sisi uterus, dan tentukan dimanakah bagian terkecil bayi. 3)
Leopold III :Leopold III digunakan untuk menentukan
bagian apa yang terdapat dibagian bawah dan apakah bagian
bawah anak sudah atau belum terpegang oleh pintu panggul.
19
Caranya, letakan dengan ibu jari dan jari tengah pada salah
satu tangan secara lembut dan masuk ke dalam abdomen
klien di atas simpisis pubis. 4) Leopold IV : Leopold IV
digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian
bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut
kedalam rongga panggul. Caranya, letakan kedua tangan di
sisi bawah uterus, lalu tekan ke dalam dan gerakan jari-jari
kea rah rongga panggul. Pemeriksaan ini tidak dilakukan bila
kepala masih tinggi. Pemeriksaan leopold dapat dilakukan
bila janin cukup besar, kira-kira bulan VI ke atas.
m. Auskultasi DJJ
Pemeriksaan auskultasi DJJ dapat menggunakan dopler atau
mono aural. Jika menggunakan monoaural maka pstikan
bagian yang menempel pada bagian perut adalah yang
berlubang. Jika menggunakan dopler, maka harus
mengoleskan jeli pada permukaan area yang akan
diauskultasi. Cara menentukan punctum maksimum (pusat
terdengarnya DJJ) maka pastikan dimana posisi punggung
dan kepala janin. Tentukan pusar/pusat ibu. Hitung DJJ
selama 1 menit penuh.
n. Pemeriksaan pelvimetri (panggul)
Tulang panggul diperiksa pada awal kehamilan untuk
menentukan diameternya yang berguna untuk persalinan
pervaginam
o. Kaji kebersihan perineum
Inspeksi : Terdapat jamur
p. Kaji adanya perdarahan/pengeluaran pervaginam, hemoroid,
varises, lochea, luka parut, massa cairan
Inspeksi : adanya lesi, apakah ada varises pada vagina/vulva,
apakah ada keputihan, luka parut, ada masa
q. Edema
20
Palpasi : Edema pada ekstremitas bawah
r. Varises
Inspeksi: Adakah varises di daerah kaki atau belakang lutut
ibu
s. Reflex patella
Perkusi : Apabila reflex patella bernilai positif/baik maka
menunjukan sistem saraf di area ekstremitas bawah termasuk
baik, jika hasilnya negative kemungkinan ibu hamil
kekurangan vitamin B1 juga menunjukan adanya masalah
disyaraf tulang belakang.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang dapat muncul adalah:
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
2. Risiko infeksi oportunistik berhubungan dengan imunitas dapatan
yang tidak adekuat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kehamilan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Ansietas berhubungan dengan efek penyakit (HIV/AIDS)
Tujuan : Klien mengetahui tentang HIV/AIDS serta penanganannya
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda ansietas (mis, gemetar, pucat, dan
wajah tegang)
2) Klien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
pengobatan dan perawatan dirinya
3) Mengidentifikasi dan menggunakan individu pendukung (mis,
pasangan, pemberi asuhan)
4) Mengungkapkan rasa penerimaan terhadap situasi
Intervensi :
21
R : Membantu perawat merencanakan penyuluhan yang
disesuaikan dan memperbaiki konsep yang salah mengenai
infeksi HIV serta penanganannya
2) Kaji status emosi dan sistem dukungan
R : Mengetaui bagaimana klien menghadapi kehamilan ketika
mengidap HIV/AIDS dan apakah ibu memiliki sistem
dukungan yang adekuat atau tidak
3) Anjurkan klien penggunaan strategi untuk mengurangi stress
yang sebelumnya bermanfaat
R : Menghindari dampak negative stress pada sistem imun dan
mencegah perkembangan potensial penyakit
4) Menjelaskan tentang obat, dampak HIV/AIDS serta
penanganannya
R : Memberikan informasi pada klien sebagai bahan rujukan
5) Anjurkan klien untuk mematuhi jadwal kunjungan selama
kehamilan
R : Asuhan prenatal yang baik dan pengendalian infeksi
HIV/AIDS menurunkan resiko perburukan penyakit atau
gamgguan janin
Kriteria Hasil :
22
Intervensi :
23
R : Menentukan tingkat bantuan yang akan dibutuhkan klien
sehingga intervensi yang tepat dapat direncanakan
2) Observasi TTV
R : Mengetahui keadaan umum klien
3) Ajarkan cara menghemat energy
R : Memodifikasi dan mengatur aktivitas sepanjang hari
4) Jelaskan pada klien perlunya menyeimbangkan antara
aktivitas dan istirahat
R : Aktivitas berlebihan atau istirahat yang tidak cukup akan
meningkatkan keletihan, yang dapat mempercepat
perkembangan penyakit dan mengancam kesejahteraan janin
5) Anjurkan klien untuk menetapkan prioritas aktivitas, hentikan
tugas yang tidak penting
R : Menghemat energy dengan mengabaikan tugas yang tidak
penting, klien lebih cenderung mempunyai cukup energy
untuk menyelesaikan tugas yang penting bagi kesejahteraan
dirinya dan bayi. (Green dan Wilkinson, 2012)
D. IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan
tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa
berkurangnya atau hilangnya masalah ibu. Pada tahap implementasi
ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan,
menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan, serta
melanjutkan pengumpulan data.
Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail
dan jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya
dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat dapat
melaksanakan langsung atau bekerja sama dengan para tenaga
pelaksana lainnya.
24
E. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan dari ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi.
Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau
pengkajian ulang, seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai,
maka dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi (Mitayani,
2011).
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HIV/AIDS dalam kehamilan adalah salah satu penyakit menular
seksual pada ibu hamil. Kehamilan dapat menyebabkan gejala klinis
HIV meningkat. Sementara Wanita hamil mengalami perkembangan
gejala HIV lebih cepat dari Wanita yang tidak hamil, tidak ada
perbedaan dalam seberapa cepat mereka terkena atau meninggal karena
AIDS.
Menurut (Kemenkes, 2015) Manifestasi klinis HIV adalah suatu
tanda dan gejala yang dialami oleh tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV yang dibagi menjadi 3 tahap antara lain sebagai berikut: Tahap 1:
Periode Jendela, Tahap 2: Periode Laten, Tahap 3: Periode AIDS.
26
DAFTAR PUSTAKA
Jenggawah, N., Pada, S., Berpikir, K., Dan, K., & Belajar, M. (2010). Digital
Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember Jember Digital
Jember Digital Repository Repository Universitas Universitas Jember. 68–74.
27