NAMA : NURFATIMAH S.
NIM : 2109200414201020
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT karena telah
memberi kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah – Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS” tepat waktu.
Makalah ini di disusun guna memenuhi tugas dari bapak Ns. Andi
Herman ,S.Kep,M.Kes yang telah membantu dan membimbing saya dalam
mata kuliah (Mk) keperawatan HIV/AIDS baik secara moral maupun materi .
Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
kami dan teman-teman mahasiswa lainnya terkait teknologi informasi dalam
keperawatan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Kehamilan meupakan proses alamiah, bila tdidak di kelola dengan baik
akan memberikan komplikasi pada ibu dan janin {Walyani, 2015}. Sebagian
besar kehamilan tidak memerlukan intervensi bermaka oleh tenaga profesional,
karena proses produksi alami terjadi sesuai dengan pola biologis
{Reader,2011} HIV { Human Immunodeficiency Virus} dan AIDS {Acquired
Immune Deficiency Syndrome} merupakan penyakit menular yang menjadi
masalah kesehatan yng dapat meningkatkan kematian ibu dan anak { Sholeha,
2016}. Indonesia sebagai negara berkembang menjadi salah satu negara
dengan tingkat penyebaran infeksi HIV/AIDS yang tinggi. Dan sejak 2007
sampai saat ini tren penularan HIV/AIDS berpindah pada kelompok yang tidak
terduga yaitu ibu rumah tangga yang di dalamnya adalah ibu hamil
{Elisanti,2018}. Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV/AIDS semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Kasus HIV/AIDS tersebut merupkan penyebab
utama kematian perempuan usia produksi di sejumlah negara berkembang.
Selain itu, infeksi pada ibu hamil dapat mengancam kehidupan ibu serta dapat
menularkan HIV kepada bayinya {kemenkes, 2012}. Angka penularan selama
kehamilan mencapai 5-12%, saat persalinan 10-20%, dan saat pemberian ASI
10-20%. Keseluruhan risiko penularan pada masa perinatal akan tetap tinggi
yaitu mencapai 24-45%, jika ibu hamil tidak mendapat intervensi dan layanan
PPIA{ Pencegahan penularan HIV Dari Ibu Ke Anak} {Elisanti, 2018}.
Data Word Healt Organization { WHO} tahun 2013 terdapat 33,4 juta
orang dengan HIV/AIDS, dengan 15,7 juta {47%} adalah perempuan. {WHO,
2013}. Data kementerian kesehatan menunjukkan dari 21.103 ibu hamil yang
menjalani tes HIV sebanyak 534{2,5%} diantaranya positif terinfeksi HIV.
Data dari kemeterian kesehatan tahun 2017, menunjukkan prevalensi HIV
populasi usia 15-49 tahun dan prevalensi HIV pada ibu hamil di indoensia
meningkat dari 227 orang pada tahun 2011 menjadi 294 orang pada tahun 2015
{kemenkes 2017}. Ibu hamil beresiko tertular HIV, dan setiap tahun selalu
mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena peningkatan jumlah laki-laki
yang tidak aman dalam melakukan hubungan seksual, sehingga dapat
menularkan kepada pasangannya juga bayi yang ada dalam kandungan.
{sholehah dkk,2016}. Indikasi awal dari kemungkinan HIV termasuk infeksi
candida persisten, condiloma anogenital, dan herpers simpleks. Infeksi ini
sering kali muncul jika terdapat disfungsi sel T. Infeksi HIV dapat
menyebabkan rupture membrane premature, kematian janin, kelahiran
premature, dan berat bayi lahir rendah. Insidensi penyakit menular tinggi pada
wanita serpositif, termasuk pneumonia bakteri, ISK, pneumonia Pneumocytis
carini, toksoplasmosis, PMS, abses pascabedah, dan endometritis pascapartum
{Reeder,2011}.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep HIV/AIDS pada kehamilan
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan
HIV/AIDS
B II PEMBAHASAN
2.1. Konsep HIV/AIDS pada kehamilan
2.1.1. defenisi
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang
menyebabkan ifeksi HIV, sedangkan AIDS atau Acqired Immunodeficiency
Syndrome adalah tahap infeksi HIV paling tinggi. Dengan kata lain, HIV
adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS jika tidak di obati. Tidak seperti
beberapa virus lain, tubuh manusia tidak adapat menyingkirkan HIV
sepenuhnya, bahkan dengan pengobatan sekalipun. Jadi, jika seseorang sudah
terinfeksi HIV, maka HIV tersebut akan selamanya { seumur hidup} berada di
dalam tubuh { (haryono,2019}.
HIV/AIDS dalam kehamilan adalah salah satu penyakit menular seksual
pada ibu hamil. Kehamilan dapat menyebabkan gejala klinis HIV meningkat.
Sementara wanita hamil mengalami perkembangan gejala HIV lebih cepat dari
wanita yang tidak hamil, tidakb ada perbedaan dalam seberapa cepat mereka
terkena atau meninggal karena AIDS { Reader, 2011}.
2.1.2 Etiologi
Penyebab kelainan imun HIV/AIDS adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus {LAV} atau Human T-Cell Leukomia
Virus { HTL-III} yang juga disebut Human T-Cell Lymphotropic Virus
{ retrovirus}. Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya {RNA} menjadi
asam deoksiribunokleat {DNA} setelah masuk kedalam sel pejamu
{ Nurarif,2016}.
HIV/AIDS dapat di tularkan melalui cara-cara berikut :
1. Melakukan hubungan seksual dengan seorang yang terinfeksi HIV/AIDS
2. Tranfusi darah yang mengandung virus HIV/AIDS {darah penderita
HIV/AIDS}
3. Memakai alat suntik, akupuntur, tato,tindik, silet potong rambut yang sudah
dipakai orang yang terinfeksi HIV/AIDS {tanpa proses sterilisasi alat}
4. Penularan dari ibu ke anak { hubungan prenatal}
5. Malalui air susu ibu {ASI}
2.1.3 tanda dan gejala
2.1.4. Klafikasi
Berikut adalah tebel klafikasi HIV/AIDS pada ibu hamil
2.1.5. Komplikasi
Infeksi HIV/AIDS pada ibuhamil dapat menyebabkan
1) Repture membrane premature
2) Kematian janin
3) Pelahiran prematur
4) Berat bayi lahir rendah
2.1.6. Patofisiologi
Virus masuk ke dalam tubuh ibu hamil melalu perantarah darah, semen,
dan sekret vagina. Sebagian besar {75%} penularan terjadi melalui hubungan
seksua. HIV awalnya dikenal dengan nama Lymphadenopathy associated Virus
{LAV} merupakan golongan retrovirus dengan materi genetik ribunucleic acid
{RNA} yang dapat di ubah menjadi deoxyribonucleic acid {DNA} untuk
diintegrasikan ke dalam sel pejamu dan di program membentuk gen virus.
Virus ini cenderung menyerang sel jenis tertentu, yaitu sel-sel yang
mempunyai antigen permukaan CD4, terutama limfosit T yang memegang
peran penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh.
Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spektrum
yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala {asimptomatik} pada stadium awal
sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Setelah di
awali dengan infeksi akut, maka dapat terjadi infeksi kronik asimptomatik
selama beberapa tahun disertai replika virus secara lambat. Kemudian setelah
terjadi penurunan sistem imun yang berat, maka dapat terjadi berbagai infeksi
oportunistik dan dapat dikatakan klien telah masuk pada keadaan AIDS.
Perjalan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun
sesudah infeksi pertama, bahkan bisa lebih lama lagi. Tranmisi HIV dari ibu
kepada janin dapat terjadi pada saat kehamilan mencapai 5-17% saat persalinan
10-20%, dan saat pemberian ASI 10-20%. Kelainan yang dapat terjadi adalah
rupture membrane prenature, kematian janin, pelahiran premature, dan berat
bayi lahir rendah.
2.1.7. pathway
- Kontak dengan
darah HIV masuk ke
HIV Sel CD4 rusak
- Kontak seks dalam tubuh
HIV mas bumil
- Pemakaian alat
suntik bergantian
- Tranfusi darah Jumlah sel CD4
mudahnya
terjadi transmisi Sistem imun AIDS
B. Tes antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
sistem imun akan bereaksi dengan memproduksi anti bodi terhadap virus
tersebut. Antibodi terbentuk dalam 3-12 minggu setelah infeksi, atau bisa
sampai 6-12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi
awalnya tidak memperlihatkan hasil positif. Tapi antibodi teryata tidak efektif,
kemampuan mendeteksi antibodi human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam
darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi
diagnostik.
Pada tahun 1985 food and drug admonistration (FDA) memberi lisensi
tentang uji –kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) Bagi semua
pendonor darah atau plasma. Tes tersebut yaitu :
1) Tes Enzym-linked Immunodeficiency Assay (ELISA)
Mengidentifikasi antibodi yang secara spesifik ditujukan kepada virus
Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak mengatakan dingnosa
AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang telah terinfeksi atau pernah
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam
darahnya terdapat antibodi Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut
seropositif.
2) Westrn Blot Assay
Mengenali antibodi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3) Indirect Immunodeficiency
Pengganti pemeriksaan Western blot untuk memastikan seropositifitas.
4) Radio Immuno Precipitation Assay (RIPA)
Mendeteksi protein dari pada antibodi.
2.2.1. pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperwatan. suatu proses
kolaborasi melibatkan perawat,ibu,dan tim kesehatan lainnya.pengkajian
dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian
dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,
sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk mengetahui masalah dan
kebutuhan ibu terhadap perawtan.
1. Identitas umum ibu
Identitas ibu hamil dengan HIV/AIDS meliputi nama,alamat dan umur
2. Keluhan umum
Keluhan umum muncul pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah,
lemah,anoreksia,stomatitis,BB menurun,mual,muntah dan demam
(Padila 2014)
3. Riwayat kesehatan sekarang
a) Riwayat kesehatan sekarang
Gejala yang dialami dengan HIV/AIDS seperti
Flu ,demam ,menggigil ,BB menurun, mual, muntah dan stomatitis
(haryono,2019 dan prawirohardjd,2009)
b) Riwayat kesehatan dahulu
Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes mellitus,
hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berakibat buruk pada kehamilan.
penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi. Penyakit
sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual HIV/AIDS,
dan tuberkolosis (Mitayani 2011)
c) Riwayat kesehatan keluaraga
Memberi informasi tentang kesehatan keluarga yang menderita
HIV/AIDS yang perlu dikumpulakan (Mitayani,2011)
d) Riwayat psikososial
Harapan terhadap kehamilan, emosional, keuangan, perilaku
pasangan terhadap kehamilan, kehamilan direncanskan atau tidak,
edukasional yang dibutuhkan, support system, keyakinan agama,
budaya, fungsi keluarga, situasi kehidupan, aktivitas seksual,
persiapan persalinan dan parenting.(Hutahaean,2009). Keadaan
psikososial pada ibu hamil degan HIV/AIDS ada marah/pasrah,
cemas, hilang ketertarikan pada lingkungan sekitar, dan depresi
(Padila, 2014)
e) Riwayat perkawinan
Hal ini penting untuk dikaji karena dari data ini akan diperoleh
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan. Pertanyaan
yang dapat diajukan antra lain sebagai berikut: berapa tahun usia
ibu ketika menikah pertama kali, status pernikahan (sah atau tidak),
lama pernikahan, ini suami yang keberapa (sulistyawati,2009)
f) Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menentukan
taksiran persalinan (TP). TP di tentukan berdasarkan hari pertama
haid terakhir (HPHT) (Mitayani 2011).
g) Riwayat kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu
atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus di dapatkan
pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelem
kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang tidak diketahui dapat
berakibat buruk pada organ seksual janin (Mityani 2011)
h) Riwayat kehamilan
Memberitahukan informasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah
pada kehamilan sekarang. Riwayat kehamilan meliputi :
1) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tepat persalinan dan
penolong persalinan.
4) Jenis anastesi dan kesulitan
5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, dan
perdarahan
6) Komplikasi pada bayi
7) Rencana menyusui bayi
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah lemah, pucat,
BB menurun, anoreksia dan demam
b. TB dan BB
Pemeriksaan tinggi badan hanya di ukur pada kunjungan pertama.
Pada ibu terlalu pendek perlu diperhatikan kemungkinan
mempunyai panggul sempit sehingga nantinya dapat menyulitkan
persalinan. Bila tinggi badan ibu kurang dari 145 cm atau dampak
pendek dibandingkan dengan rata-rata ibu, maka persalinan perlu
diwaspadai (hutahean 2013)
Berat badan ibu hamil biasanya naik sekitar 9-12 kg selama
kehamilan. Kenaikan berat badan ibu secara normal menunjukan
janinnya tumbuh dengan baik. Bila kenaikan berat badan kurang
dari 5 kg atau lebih dari 12 kg pada kehamilan 28 minggu
menandakan ketidak normalan, maka perlu dirujuk (Hutahean
2013). BB pada ibu hamil dengan HIV/AIDS cenderung menurun
( Padilia,2014)
c. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah
hipotensi
2) Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit. Nadi pada ibu
hamil dengan HIV/AIDS adalah takipnea
3) Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,6 C. suhu pada ibu
hamil dengan HIV/AIDS adalah hipertemi
d. Kaji kesimetrisan kepala, rambut
Inspeksi : simetris,rambut kusam dan kering
Palpasi : tidak ada benjolan
e. Kaji konjungtiva,kelopak mata
Inspeksi : sedikit anemis, ada atau tidaknya pembengkakan pada
kelopak mata
f. Kaji hidung penciuman
Inspeksi : bibir kering, terdapat stomatitis, terdapat karies gigi
g. Kaji telinga
Inspeksi : tidak ada sekret
h. Kaji adanya pembesaran kelenjar getah bening, thyroid
Palpasi : terdapat pembesaran kelenjar limfe
i. Kaji bibir dan gigi
Inspeksi: bibir kering,terdapat stomatitis, terdapat karies gigi
j. Auskultasi jantung paru
Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop pada intracostae II
kanana, II kiri,IV kiri, auskultasi suara paru dengan menggunakan
stetoskop pada paru kiri dan kanan, bandingkan apakah ada
perbedaan suara.
k. Payudara
Inspeksi : payudara kiri dan kanan simetris, areola mamae
menghitam, putting susu menonjol keluar.
l. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi :
1) Leopold I: digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan
bagian apa yang ada dalam fundus, dengan cara pemeriksaan
berdiri sebelah kanan dan menghadap ke muka ibu, kemudian
kaki ibu dibengkokkan pada lutut dan lipat paha, lengkungan
jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas fundus,
lalu tentukan apa yang ada di dalam fundus. Bila kepala
sifatnya keras, bundar, dan melenting, sedangkan bokong
akan lunak, kurang bundar, dan kurang melenting.
2) Leopold II : digunakan untuk menentukan letak punggung
anak dan letak bagian kecil pada anak. Caranya, letakkan
kedua tangan pada sisi uterus, dan tentukan dimanakah
bagian terkecil bayi.
3) Leopold III : digunakan untuk menentukan bagian apa yang
terdapat di bagian bawah dan apakah bagian anak sudah atau
belum terpegang oleh pintu panggul. Caranya, tekan dengan
ibu jari dan jari tengah pada salah satu tangan secara lembut
dan masuk ke dalam abdomen klien di atas simpisis pubis
4) Leopold IV : digunakan untuk menentukan apa yang menjadi
bagian bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut
kedalam rongga panggul. Caranya, letakkan kedua tangan di
sisi bawah uterus, lalu tekan kedalam dan gerakan jari-jari
kea rah rongga panggul. Pemeriksaan ini tidak di lakukan bila
kepala masi tinggi. Pemeriksaan Leopold dapat dilakukan bila
janin cukup besar, kira-kira bulan VI ke atas.
m. Auskultasi DJJ
Pemeriksaan auskultasi DJJ dapat menggunakan dopler atau
monoaural. Jika menggunakan monoaural maka pastikan bagian
yang menempel pada bagian perut ibu adalah yang berlubang. Jika
menggunakan dopler, maka harus mengoleskan jeli pada permukaan
area yang akan diauskultasi. Cara menentukan punctum maksimum
(pusat terdengarnya DJJ) selama 1 menit penuh.
n. Pemeriksaan pelvimetri ( panggul )
Tulang panggul diperiksa pada awal kehamilan untuk menentukan
diameternya yang berguna untuk pervaginam
o. Kaji kebersihan perineum
Inspeksi : terdapat jamur
p. Kaji adanya perdarahan/pengeluaran pervaginam, hemoroid,
varises, lekorhea, luka parut, massa, cairan
Inspeksi : adanya lesi, apakah ada varises pada vagina/vulva,
apakah ada keputihan, luka parut, dan massa
q. Edema
Palpasi : edema pada ekstermitas bawah
r. Varises
Inspeksi : adakah varises di daerah kaki atau belakang lutut ibu
s. Reflekx patella
Auskultasi : apabila reflex patella bernilai positif/baik maka
menunjukkan sistem saraf di area ekstremitas bawah termasuk baik.
Jika hasinya negative kemungkinan ibu hamil kekurangan vilamin
B1 juga menunjukkan adanya masalah di syaraf tulang belakang.
2.2.2. diagnosa keperawatan
1. ganguan integritas kulit/jaringan b.d bahan kimia iritatif d.d kerusakan
jaringan dan/atau lapisan kulit
2. Gangguan citra tubuh b.d.efek tindakan/pengobatan (kenoterapi) d.d.
mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
3. defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d menanyakan masalah
yang dihadapi
4. ansietas b.d. krisis maturasional d.d merasa khawatir dengan kondisi yang
dihadapi
5. resiko infeksi d.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
(imnosupresi)
2.2.3. Intervensi
Edukasi
- Anjurkan
menggunakan
pelembab
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
2 Gangguan citra 1. Citra tubuh Promosi citra tubuh
tubuh b.d.efek meningkat O:
tindakan/peng - Verbalisasi - Identifikasi harapan
obatan kehilangan citra tubuh
(kenoterapi) bagian tubuh berdasarkan tahap
d.d. menurun perkembangan
mengungkapk 2. Hargadiri meningkat - Monitor frekuensi
an 3. Identitas diri pernyataan kritik
kecacatan/keh membaik terhadap diri sendiri
ilangan bagian T:
tubuh
- Diskusikanperubaha
ntubuh danfungsinya
- Diskusikan
perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
E:
- Anjurkan
mengungkapkan
gambarandiriterhada
pcitra tubuh.
2.2.4. Implementasi
Implementasiatau pelaksanaan keperawatan adalah realisasirencana
tindakan untuk mencapaiyang telah perawat tetapkan.Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputipengumpulan data berkelanjutan,mengobservasi
responsklienselamadansesudahpelaksanaantindakan,sertamenilaidata baru.
(BudionodanPertami,2015)
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi.
Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang,
seandainya tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses
keperawatan dapat dimodifikasi ada 3 jenis evalluasi keperawatan mengenai
berhasil /tidaknya suatu tindakan, antara lain :
a) Teratasi : apabila perilaku pasien sesuai dengan peryataan tujuan dan
waktu yang sebelumnya sudah ditetapkan
b) Teratsi sebagian : pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak memenuhi
semua kriteris dan tujuan serta waktu yang telah ditetapkan
c) Belum teratasi : pasien belum menunjukkan perilaku yang dituliskan
dalam tujuan, kriteria hasil dan waktu yang telah ditentukan
3.2. saran
Dengan dibuatnya makalah HIV/AIDS pada ibu hamil ini, diharapkan
nantinya akan memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman
yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sebuah proses asuhan
keperawatan maternitas terutama pada ibu hamil yang juga menderita HIV.
DAFTAR PUSTAKA
Elisiati, Alinea Dwi (2018). HIV?AIDS, ibu hamil dan pencegahan pada janin.
Yongyakarta : CV BUDI UTAMA