PATOLOGI KEBIDANAN
Dosen Pembimbing:
Oleh:
1. Aghniya’ul fitri (09 03 002)
2. Alviyatul khoiriyah (09 03 005)
3. Mar’atus sholichah (09 03 080)
4. Susilawati (09 03 146)
5. Zuhratul hayati (09 03 170)
SEMESTER IV B
2011
1
KATA PENGANTAR
Selain itu,kami mohon maaf apabila masih terdapat kekeliruan dan kekurngan
dalam penyusunan tugas ini, untuk itu kami mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak agar kami dapat menyusun tugas berikutnya dengan
lebih baik.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi siapa saja yang berkenan untuk
membacanya. Atas kerja sama dan waktu yang telah diberikan,kami sampaikan
terimakasih
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
.................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................6
2.1 Pengertian Hiv/Aids...................................................................................................6
2.2 Pengaruh Kehamilan Terhadap Infeksi Hiv/Aids.......................................................7
2.3 Rute Melahirkan Dan Resiko Penularan.....................................................................9
2.4 Penatalaksanaan Dan Pencegahan..............................................................................9
2.5 Pengobatan Untuk Hiv Selama Kehamilan...............................................................13
2.6 Sistem Pendukung Bagi Wanita Yang Terinfeksi.....................................................15
BAB III..................................................................................................................................17
PENUTUP.........................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................17
3.2 Saran........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Orang hamil dengan infeksi HIV dan AIDS (OHDHA) akan dihadapkan pada
dua masalah yaitu pengaruh kehamilan terhadap progresifitas infeksi HIV, infeksi
HIV terhadap kehamilan.
Sampai Desember 2002, 3,2 juta jiwa anak dibawah 15 tahun hidup dengan HIV dan
AIDS, Infeksi baru terjadi pada 800.000 anak dalam tahun 2002 tersebut.
4
Kebanyakan bayi/anak terinfeksi berasal dari ibu yang terinfeksi HIV. Jadi transmisi
pada masa perinatal terjadi pada masa intrauterine ( transplasenta ), intrapartum,
postpartum (terutama melalui ASI). Sekitar 85-90% infeksi HIV pada anak
didapatkan pada persalinan dari ibu yang telah terinfeksi HIV, Sedangkan sebagian
karena transfusi darah atau komponen darah yang tercemar HIV, Transmisi melalui
ASI, 14% terjadi pada 6 bulan pertama postpartum. Oleh karena itu, Centers For
Disease Control (CDC) menyarankan agar ibu hamil dengan HIV tidak menyusui.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Transmisi vertikal merupakan penyebab tersering infeksi HIV pada bayi dan
anak-anak di amerika Serikat transmisi serikat. Transmisi HIV dari ibu dari janin
dapat terjadi intrauterin (5-10%), saat persalinan (10-20%), dan pascapersalinan (5-
20%). Kelainan dapat terjadi pada janin adalah berat badan, bayi lahir mati, partus
preterm, dan abortus spontan.
7
Penatalaksanaan biasanya seperti tertulis di sini untuk menunda awitan terapi
antriretrovirus pada orang dewasa sampai CD4 menurun sampai 350 sel/mm3 atau
kurang, terapi untuk pencegahan MTCT ditunjukan untuk mempertahankan muatan
virus yang tidak terdeteksi tanpa memperhatikan hitung CD4. Rasionalnya dalah
tingkat virus secara langsung berkaitan dengan infeksi. Walaupun sebagian besar
infeksi parinatal (66-75%) terjadi di sekitar waktu melahirkan, porsi tetap telah terjadi
saat antenatal. Banyak factor yang mempengarui resiko penularan selama kehamilan
dan melahirkan. Muatan virus yang meningkat, perkembangan kliniks penyakit,
koinfeksi dengan PMS, hepatitis c, dan penyakit lain, penyalagunaan zat, perokok,
banyak pasangan seksual dan hubungan seksual tanpa pelindung, kehamilan
premature, korioamnionitis, dan pemantauan uji janin invasive, adalah beberapa
factor yang meningkatkan resiko MTCT (Mother to child transmition). Muatan virus
juga bervariasi di antara kompertemen tubuh, sehingga tingkat darah HIV mungkin
tidak secara langsung berkolarelasi dengan sekresi servik, walaupun keduanya
muncul dengan perilaku sama.
Pengaruh kehamilan terhadap CD4 pertama kali dilaporkan Burns dkk. Pada
kehamilan yang tidak menderiata HIV, persentase CD4 akan meningkat kembali
mulai trimester ketiga hingga 12 bulan setelah melahirkan, sedangkan pada OHDHA
penurunan tetap terjadi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Penelitian yang
dilakukan European Collaborative Study dan Swiss HIV Pregnancy Cohort dengan
jumlah sampel yang lebih besar, menunjukkan persentase penurunan CD4 selama
kehamilan sampai 6 bulan setelah melahirkan. Kehamilan ternyata hanya sedikit
meningkatkan kadar virus HIV ( viral load ). Kadar HIV meningkat terutama setelah
2 tahun persalinan, walaupun secara statistic tidak bermakna. Jadi kehamilan tidak
mempercepat progresivitas HIV ke arah AIDS.
8
2.3 RUTE MELAHIRKAN DAN RESIKO PENULARAN
2.4 PENATALAKSANAAN
9
dari 500 persalinan/ ml akan memperkecil resiko. Mereka juga mengamati bahwa
infus globulin hiperimun HIV-AIDS 1 tidak mengubah resiko penularan.
1) Konseling
Konseling merupakan keharusan bagi wanita positif HIV. Hal ini sebaiknya
dilakukan pada awal kehamilan, dan apabila ia memilih untuk melanjutkan
kehamilannya, perlu diberikan konseling berkelanjutan untuk membantu
wanita tersebut secara psikologis. Perkembangan penatalaksanaannya selama
kehamilan mengikuti kemajuan-kemajuan dalam pengobatan individu dan
hamil yang terinfeksi HIV.
2) Terapi
Terapi merupakan standart penanganan yang berlaku bagi wanita hamil dan
janinnya saat ini. Dan ini merupakan cara paling efektif yang tersedia. Karena
konsekuensi penyakit yang tidak diobati sangat merugikan, terjadi pergeseran
dari fokus pengobatan yang semata-mata untuk melindungi janin menjadi
pendekatan yang lebih berimbang bagi pengobatan ibu dan janinnya (Kass
dkk., 2000).
Dalam waktu singkat banyak terjadi kemajuan dalam pengobatan HIV.
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa kombinasi analog nugleosida
zidovudin, zalsitapin, atau namifudin yang diberikan bersama dengan
inhibitor protease-indinavir, ritonavir, sapuinavir- sangat efektif untuk
menekan kadar RNA-HIV (Carperter dkk.,1996).
10
Pencegahan penularan
Centers For Disease Control (1987) menekan bahwa karena anamnesis dan
pemeriksaan tidak dapat secara handal mengidentifikasi semua pasien yang terinfeksi
oleh virus immunodefisiensi manusia atau patogen darah lainnya, maka tindakan
pencegahan terhadap darah dan cairan tubuh ini harus ditetapkan secara konsisten
pada semua pasien.
1. Semua petugas kesehatan yang ikut serta dalam prosedur invasif, termasuk
prosedur bedah dan obstetri harus menggunakan pelindung yang menandai
untuk pencegah kontak antara kulit dan selaput lendir dengan darah atau
cairan tubuh lain darin pasien. Sarung tangan, masker bedah, dan
pelindung mata (goggle) harus digunakan pada semua prosedur invasif
yang sering menghasilkan butiran, percikan darah atau cairan tubuh lain,
atau pecahan tulang. Apron/gaun kedap cairan yang menghasilkan sawar
efektif harus digunakan selama prosedur invasif yang mungkin
menyebabkan terperciknya darah atau cairan tubuh lain. Mereka yang
melakukan atau membantu pelahiran pervaginam atau secsio sesarea harus
mengenakan sarung tangan dan gaun saat memegang plasenta atau bayi
sampai darah dan cairan amnion dibersihkan dari kulit bayi, dan harus
mengenakan sarung tangan, selama merawat tali pusat. Alat penghisap
11
yang menggunakan mulut untuk membersihkan jalan nafas jangan
digunakan.
2. Apabila sarung tangan robek atau tertusuk atau terjadi cedera lainnya,
maka sarung tangan tersebut harus dilepas dan segera gunakan sarung
tangan baru setelah keamanan pasien memungkinkan. Jarum atau
instrumen yang terlibat dalam insiden tersebut juga harus disingkirkan
dari lapangan steril.
1. Darah
2. Semua cairan, secret, dan ekskresi (kecuali keringat) tubuh tanpa
memandang apakah cairan tersebut tampak mengandung darah.
3. Kulit dan selaput lendir yang tidak utuh ( Garner, 1996; West dan Cohen,
1997).
Yang agak membingungkan adalah laporan baru-baru ini oleh Ganuly dan
Sinnott (1999) mengenai suatu survei terhadap 150 mahasiswa kedokteran dan
pajanan ke cairan tubuh. Walaupun sebagian besar dari mereka mengikuti petunjuk
universal, 62 melapor mengalami 101 pajanan ke cairan tubuh dan 9 dengan spesimen
positif- HIV.
12
Berikut ini dua pendekatan utama yang digagas untuk mencegah penularan
infeksi HIV dari ibu kepada bayi adalah:
1.Terapi antiretrovirus
2.Seksio sesarea
13
sampai 8,3% ini tetap merupakan standar minimum perawatan wanita hamil dengan
HIV, tanpa memperhatikan muatan virus. Lebih banyak regimen terapeutik disebut
regimen terapi antiretroviral sangat aktif (Higlly Active Antiretroviral Therapy,
HAART), telah lebih jauh mengurangi resiko 1 sampai 2%. Bidan yang menyediakan
perawatan untuk wanita HIV positive selama kehamilan mengoordinasikan terapi
obat kepada spesialis penyakit infeksi atau dokter perawatan primer yang
berpengalaman dalam penatalaksanaan HIV untuk mempertahankan pilihan
pengobatan jangka panjang yang paling efektif. wanita yang sudah mengkonsumsi
HAART harus melanjutkan tanpa meneruskan obat pada trimester pertama; wanita
didiagnosis baru, dan mereka yang sedang tidak diobati, sebaiknya menungu sanpai
organoginesis lengkap sebelum memulai terapi. Pertimbangan meresepkan obat
selama kehamilan termasuk kebutuhan obat wanita itu sendiri dan kemampuan untuk
mematuhi progam yang kompleks, terapi sebelumnya dan potensial untuk
berkembangnya resistensi. Menyeimbangkan pencegahan jangka pendek MTCT
dengan terapi seumur hidup ibu adalah di luar lingkup praktik kebidanan dasar.
Walaupun semua obat HIV yang saat ini dipasarkan oleh VDA di
klasifikasikan sebagai kelas B atau C, data efek pada janin dan neonatal secara luas
berasal dari resep obat pragmatic bagi kebutuhan ibu itu sendiri dan pengurangan
muatan virus. Zidovudin tetap satu satunya obat yang digunakan untuk priode lama
untuk menyatakan bahwa hasil untuk anak-anak yang tidak terinfeksi
mengindikasikan tidak ada masalah jangka panjang.
14
kategori C. Pendaftaran kehamilan antiretroviral mempertahankan penyimpanan data
hasil janin secara berkelanjutan.
Wanita yang hidup dengan HIV sering diisolasi dari sisterm pendukungnya
selama kehamilan, yang tidak sesuiai keinginan mereka untuk mendiskusikan
diagnosis HIV dan ketakutan akan merespon komunitas. Gangguan sosial dan
ekonomi merupakan dua hal berpasangan yang sering ada pada kehidupan wanita ini,
isolasi ini dapat mengarah pada depresi, kurang perawatan diri, dan masalah medis
lain. Penyalahgunaan zat mungkin juga memainkan peranan. Untuk semua alasan ini,
bidan yang merawat wanitra hamil. HIV positif butuh untuk memepertahankan
jaringan sumber-sumber termasuk program pengobvatan, bantuan perumahan,
konseling, kerja sosial, nutrisi, dan bahkan pelayanan Doula (urang terlatih yang
membantu pelahiran) yang mungkin. Di antara penghalang untuk merawat yang
dirasakan oleh wanita, tema yang disebutkan termasuk tidak ada asuransi kesehatan,
ketidakmampuan fisik menjangkau klinik, kurang perawatan anak, jadwal yang tidak
efisien sehingga menunggu lam, dan perilaku penyedia yang mengecilkan hati wanita
yang mencari perawatan. Wanita dalam melihat kedua faktor gender dan ras sebagi
faktor-faktor dalam pengobatan mereka.
Studi oleh Meredith pada tahun 1997 yang menanyai wanita HIV positif apa
yang mereka inginkan dari perawatan mereka. Jawaban mereka adalah seperti berikut
ini:
15
1. Perawatan personal dan dihargai
2. Memepunyai seseorang untuk diajak bicara tentang masalh-masalah
3. Jawaaban-jawaban jujur
4. Tindak lanjut medis
5. Mengurangi penghalang untuk perawatan
6. Pendidikan tentang kondisi mereka
Penganiayaan fisik dan emosi juga merupakan faktor dalam kehidupan wanita
yang hidup dengan HIV. Studi-studi terbaru telah mencatat bahwa oenyingkapan
dapat dihubungkan dengan pengabain oleh keluarga dan teman-teman,
penyalahgunaan verbal, atau penghinaan fisik. Wanita yang sebelumnya memiliki
riwayat penyalahgunaan atau penggunaan zat, tanpa tempat tinggal, atau yang hidup
dengan pasangan prianya adalah yang paling beresiko.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Orang hamil dengan infeksi HIV dan AIDS (OHDHA) akan dihadapkan pada
dua masalah yaitu pengaruh kehamilan terhadap progresifitas infeksi HIV, infeksi
HIV terhadap kehamilan.
1. Konseling
2. Terapi
3. Pencegahan penularan
17
3.2 SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Barakbah Jusuf, dkk. 2007. HIV & AIDS (Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis, dan
Sosial). Surabaya: Airlangga University Press
M. Rudolp Abraham, dkk. 2002. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 1 Ed. 20. Jakarta:
EGC
19