PAD A PAS I E N D E N G A N G A N G G
U A N S I S T E M I M U N I TAS “ H I V-
AIDS”
DI
S
U
S
U
N
Oleh:
KHALIL AUWAJIR
PO0320219014
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Imunitas HIV-
AIDS dengan Komplikasi Tuberkulosis Paru”.
Makalah ini membahas tentang konsep dasar HIV-AIDS, dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien HIV-AIDS dengan komplikasi Tuberkulosis Paru.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit..............................................................................4
2.1.1 Definisi...........................................................................................4
2.1.2 Etiologi...........................................................................................5
2.1.3 Manifestasi Klinis..........................................................................6
2.1.4 Patofisiologi...................................................................................8
2.1.5 Pathway........................................................................................10
2.1.6 Komplikasi...................................................................................11
2.1.7 Penatalaksanaan Medis................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik..............................................................12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................16
A. PENGKAJIAN...........................................................................................16
B. ANALISA DATA......................................................................................24
C. DAFTAR MASALAH...............................................................................28
D. INTERVENSI KEPERAWATAN.............................................................32
E. CATATAN PERKEMBANGAN DAN EVALUASI...............................36
BAB IV PENUTUP............................................................................................46
A. Simpulan....................................................................................................46
B. Saran..........................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui konsep dasar teori serta bagaimana
cara menyusun asuhan keperawatan pada pada pasien dengan penyakit
HIV/AIDS komplikasi TB paru.
2. Tujuan khusus
3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun
1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika
ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap
sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak
ada.
4. Supresi imun simtomatik. Di atas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi
mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena.
3. Partner seks dari penderita AIDS.
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
2.1.4 Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam
nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali
virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh
tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali
antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan
mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper
terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan
memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang
serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
2.1.5 Pathway
10
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit HIV-AIDS, yaitu :
Penurunan sistem kekebalan tubuh akibat virus HIV (Human
Immuno Deficiency Virus), menyebabkan tubuh mudah diserang penyakit-
penyakit
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia Premosistis
3. Berbagai macam penyakit kanker
4. Pemeriksaan Penunjang
2.1.7 Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan Suporatif
Tujuan :
- Meningkatkan keadaan umum pasien
- Pemberian gizi yang sesuai
- Obat sistometik dan vitamin
- Dukungan Pasienikologis
2. Pengobatan infeksi oportunistik
a. Untuk infeksi :
- Kardidiasis eosofagus
- Tuberculosis
- Toksoplasmosis
- Herpes
- Pcp
- Pengobatan yang terkait AIDS , limfoma malignum , sarcoma
Kaposi dan sarcoma servik, disesuaikan dengan standar terapi
penyakit kanker
b. Terapi :
- Flikonasol
- Rifamfisin, INH , Etambutol, Piraziramid, Stremptomisin
- Pirimetamin, Sulfadiazine, Asam folat
- Ansiklovir
- Kotrimoksazol
11
3. Pengobatan anti retro virus
Tujuan :
- Mengurangi kematian dan kesakitan
- Menurunkan jumlah virus
- Meningkatkan kekebalan tubuh
- Mengurangi resiko penularan
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu :
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2. Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu :
- Hematokrit
- LED
- Rasio CD4 / CD Limposit
- Serum mikroglobulin B2
- Hemoglobin
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat
c. Penampilan umum
Pucat, kelaparan
d. Gejala subyektif
e. Pasienikososial
f. Status mental
g. HEENT
h. Pemeriksaan persistem
- Sistem persyarafan
- Sistem pernafasan
- Sistem musculoskeletal
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem integument
- Pola nutrisi
- Pola eliminasi
2. Diagnosa Keperawatan
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
menurunnya absorbs zat gizi
a. Intervensi diagnosa 1
Tujuan :
Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya,
dengan KH :
b. Intervensi (NIC)
- Monitor tanda-tanda infeksi baru
c. Intervensi diagnosa 2
Tujuan :
Pasien dapat berpartisifasi dalam kegiatan, dengan KH :
d. Intervensi (NIC)
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas pasien
Nama : Tn “J”
Umur : 44 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Suku : Dayak
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Dsn. Suka Damai RT 04/004.
Pasigi. Mempawah Hulu
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 22 Oktober 2021
Tanggal pengkajian : 23 Oktober 2021
Diagnosa medis : PLHA + Obs. DyspePasienia, TB
Paru.
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn “A”
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Adik
2. Riwayat Penyakit
a. Alasan masuk rumah sakit sakit
Pasien mengatakan demam ± 2 bulan SMRS, demam naik turun.
Pasien juga mengatakan batuknya berdahak ± 1 tahun yang lalu
SMRS, sering sesak. Pasien pernah berobat TB paru hanya 2 bulan
saja. Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan napasnya terasa sesak, pasien juga mengatakan
ada batuk berdahak.
c. Keluhan saat dikaji
Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, sering juga mual
muntah. Pasien mengatakan juga tidak bisa tidur saat malam hari
karena gelisah, sesak dan batuk berdahak.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah berganti-ganti pasangan ketika
berhubungan intim dan pasien memiliki riwayat mentato badannya.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular dan penyakit kronis lainnya.
3. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
� : Perempuan
: Pasien
Keterangan : 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung orang lain tidak mandiri
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : E4M6V5 (GCS = 15)
Compos Mentis
TTV : TD = 100/80 mmHg
N = 86 x/menit
RR = 40 x/menit
S = 37,3 ºC
Berat badan
SMRS : 55 Kg ± 6 bulan lalu
MRS : 35 Kg
Tinggi badan : 159 cm
IMT : BB 2 35
= =12,69
2
(TB ) (1,59)
Kg
Keterangan : Nilai normal 18,5 - 24,5 m
2
b. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, rambut hitam keriting, kulit
kepala kering, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
c. Mata
d. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan dan
pembengkakan.
e. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada kelainan dikedua telinga,
tidak ada lesi dan serumen.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
f. Mulut
Inspeksi : Gigi tampak kuning, lidah bersih, mukosa mulut
lembab.
Palpasi : Otot rahang kuat.
g. Leher
Kanan 55 5 5 55 5 5 Kiri
55 5 5 55 5 5
Keterangan:
Terpasang infus di tangan kiri (RL 20 TPM).
1 : Tidak mampu bergerak sama sekali
2 : Hanya mampu menggerakkan ujung ektremitas.
3 : Hanya mampu menggerser sedikit.
4 : Mampu mengangkat tangan dengan bantuan, saat
bantuan di lepaskan tangan ikut jatuh.
5 : Kekuatan otot sedikit berkurang, mampu melawan
gravitasi sesaatlalu jatuh.
6 : Kekuatan otot utuh mampu melwan gravitasi.
8. Pemeriksaan Laboratorium
Golongan darah :B
HbsAg : Non-reaktif
HIV : R/Reaktif
BTA :+
LABORATORIUM
04-10-2014 Hasil Nilai Normal
RBC 3,57 3,50-5,50 12/ l
MCV 7,47 75,0-100,0 fl
RDW% 63,1 1,0-1,6 %
HCT 26,7 35,0-55,0 %
PLT 386 100-400 10 g / l
MPV 6,3 8,0-11,0 fl
PCT 0,24 0,01-99,9 %
g
HGB 10,2 HL 11,5-16,5 dl
9. Pengobatan
06 07 Oktober 08
Oktober 2014 2014 Oktober 2014
- IUFD RL 20 Tpm - IUFD Clinimix - IUFD Clinimix
- Inj. Dexametason - IUFD ivelif - Sohobion drip 1x1
3x1 amp 3cc
- Sohobion drip 1x1 3cc
- Inj. Ranitidin 2x1 - OAT Terapi (INH
- OAT Terapi (INH 300
amp 300 mg 1x1,
mg 1x1, Rifampisin
- Inj Ceftriaxone Rifampisin 400 mg
400 mg 2x1.
2x1 gram 1x1, etambutol 1x1
- Pirazinamol 1x1,
- PCT 3x1 (bila
Ketokonazole 1x200
demam), O2 4
mg 1x1 l
- Candistatin m
2x1(peroral)
- PCT 3x1 (bila demam),
l
O2 4 m
B. ANALISA DATA
DO:
Menempel di paru
Terjadi pembentukan
sputum berlebih
25
Tidak efektif bersihan jalan nafas
2. DS: Gangguan jalan nafas Pola nafas tidak
efektif
- Pasien mengatakan nafasnya
terasa sesak
- RR : 40 x/menit
- Terdapat retraksi
dinding dada
Hipoksia
Sesak nafas
makan
dan muntah
DO:
DITEMUKAN TERATASI
1. Bersihan jalan napas tidak efektif 23 Oktober 2021
berhubungan dengan produksi sputum
DS:
DO:
DS:
DO:
- RR : 40x/mnt
- Terpasang O2 4 l
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang 24 Oktober
DS:
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
- Pasien mengatakan sering mual dan
muntah
DO:
- Pasien tampak lemah.
- BB pasien turun 20 kg, BB = 35 kg
- Pasien makan satu kali porsi RS tidak
habis
- TTV (TD: 100/80 mmHg, N: 86 kali per
menit.
-
IMT = 17,79 (18,5-24,5) Kg/m2
4. Gangguan pola tidur berhubungan 24 Oktober
status kesehatan.
DS:
34
2.Pola nafas tidak efektif Setalah dilakukan tindakan 1. Kaji pola nafas 1. Untuk mengetahui pola nafas
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat
b.d gangguan jalan nafas keperawatan 3x24 jam dan membantu dalam
adanya bunyi nafas seperti krekels,
: diharapkan : menentukan intervensi
wheezing.
- nafas dalam batas normal 18- selanjutnya
DS: 3. Berikan posisi semi fowler
2. ronki dan wheezing menyertai
20x/mnt 4. Ciptakan lingkungan yang adekuat
- Pasien mengatakan sesak nafas - Retraksi dinding dada ( - ) 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam obstruksi jalan nafas /
pemberian terapi kegagalan pernafasan.
DO: 3. Memaksimalkan ekspansi
- RR : 40x/mnt paru
4. Memberikan lingkungan aman
- Terdapat retraksi dinding dada dan nyaman
5. Membantu dalam pemberian
- Terpasang O2 4 l
terapi yang tepat.
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan umum Pasien 1. Memantao kondisi Pasien
2. Monitor Input dan Output nutrisi
nutrisi kurang dari 3x24 jam diharapkan Ketidak 2. Menyesuaikan kebutuhan
3. Anjurkan makan sedikit tapi sering
kebutuhan tubuh b/d seimbangan nutrisi terpenuhi 4. Kolaborasi dengan ahli gizi kalori yang dibutuhkan
menurunnya nafsu dengan criteria hasil : 3. Memenuhi kebutuhan nutrisi
makan dan mual muntah, -TTV dalam batas normal Pasien
ditandai dengan: -BB meningkat 4. Menjaga keseimbangan Pasien
-Pasien mengatakan nafsu makan
DS:
meningkat
- Pasien mengatakan tidak nafsu
-Mual muntah berkuarang
makan
- Pasien mengatakan sering
mual muntah
DO:
A. Simpulan
B. Saran
Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi
acuan dalam menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum
menentukan rencana tindakannya.
42
DAFTAR PUSTAKA
43