Anda di halaman 1dari 18

Trend dan Issue Keperawatan Sistem Imunologi dan

Hematologi Pada Dewasa

Oleh :

i
1. Agus Fuji Sanjaya 10. Juliana Tri lestari
2. Andreas Syahbrullah 11. Liang Harianto
3. Awalliyah Mufidah 12. Okky Dio Pramadita
4. Charis Lutfi Azi 13. Rany Kartika Sari
5. Devi Vidyanti 14. Rohman Santosa
6. Eva Ristianti Uviyati 15. Siti Akhati Ayunani
7. Hilmi Wicaksono 16. Stevanus Ardi
8. Ika Virdayanti 17. Zaqqi Ulil Firdaus
9. Ine Wahyuning

i
PRODI SI KEPERAWATAN TINGKAT II-B
STIKES PEMKAB JOMBANG
Tahun 2011 / 2012

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Trend dan issue keperawatan system
imunologi. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas individu S1 Keperawatan.

Kami menyadari, makalah ini dapat terselesaikan bukan hanya karena


kemampuan dan usaha kami sendiri tetapi juga bantuan dan bimbingan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
pembentukan makalah ini.

Kami juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat


kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu,
saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam tugas-tugas


anda.

Jombang, Juni 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...............................................................................................i

Kata Pengantar ..............................................................................................ii

Daftar Isi ........................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Masalah 2

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian HIV/AIDS .............................................................................3


2.2 Perbedaan Antara HIV dengan AIDS .....................................................3
2.3 Definisi AIDS ..........................................................................................4
2.4 Perkembangan Kasus AIDS Tahun 2000-2009 .......................................4
2.5 Tren HIV dan AIDS dimasa yang akan datang .......................................5
2.6 Gambaran dan Manajemen dari HIV pada klinik Sehari-hari ........6
2.7 Trend pengidap HIV usia produktif meningkat.................................7
2.8 Peran perawat.........................................................................................8
2.9 Komentar kelompok...............................................................................9

BAB III Penutup

3.1 Simpulan ..................................................................................................10

Daftar Pustaka..............................................................................................11

4
PERTANYAAN............................................................................................12

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada Juli 2003, Salah satu kasus baru yang belum banyak
diketahui orang lain adalah merebaknya HIV/AIDS dikalangan para
petugas kesehatan akibat secara tidak sengaja tersuntik jarum suntik yang
biasa digunakan oleh para penderita penyakit yang diidentikkan dengan
penyakit seksual ini. Kebanyakan yang terkena adalah para suster yang
bertugas untuk menyuntikkan zat anti viral (anti virus) kepada para pasien
penderita AIDS. Tetapi entah kenapa, secara tidak sengaja jarum suntik
yang biasa digunakan untuk para penderita HIV/AIDS, berbalik
menyuntik bagian tubuh mereka. Keadaan dikhawatirkan akan
menyebabkan ketakutan di kalangan para petugas kesehatan, terutama bagi
mereka yang ditugaskan untuk merawat ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS). Salah satu cara yang telah dilakukan untuk mengatasi hal ini
adalah dengan pemberian obat jenis post exposure prophylaxis atau
pencegahan pasca pajanan. Tujuannya, agar dapat dideteksi apakah
mereka positif terkena HIV/AIDS atau tidak. Mereka meminumnya
selama satu hingga satu setengah bulan, kemudian pemakaian obat
dihentikan. Tiga hingga enam bulan setelahnya, mereka kembali diberikan
obat anti viral untuk melumpuhkan virus HIV. ‘Kecelakaan’ yang tidak
disengaja itu akan semakin memperparah kondisi para pasien HIV/AIDS
karena akan semakin banyak orang yang tidak peduli kepada mereka.
Sementara untuk petugas kesehatan diharapkan mereka bersikap hati-hati
dalam bertugas karena pihak rumah sakit tidak menyediakan dana khusus
untuk perawatan dan pengobatan mereka.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal


dari Afrika Sub-Sahara.Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS

6
diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada
Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan
bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak
pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit
ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS
diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa
pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah
anak-anak. Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-
Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan
menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan
antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan
parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak
tersedia di semua negara.

Dari waktu ke waktu pemahaman masyarakat Indonesia mengenai


HIV/AIDS sudah cukup baik. Namun, apakah itu menjamin pola hidupnya
terbebas dari infeksi virus menular ini? Pasalnya, kesadaran masayarakat
mengenai hal-hal yang dapat mencegah terinfeksinya tubuh oleh virus
HIV masih rendah. Kondisi inilah yang mendorong tingkat kasus masih
tinggi. Pada tahun ini, tercatat sebanyak 14.628 orang telah tertular virus
in, 5.813 positif HIV dan 9.689 AIDS.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimanah perkembangan Trend isue keperawatan mengenai gangguan


imunologi?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui perkembangan Trend isue keperawatan mengenai


gangguan imunologi.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia. Virus
inilah yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
(Brooks, 2004).

2.2 Perbedaan Antara HIV dengan AIDS


Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat bertahun-tahun tanpa ada
tanda fisik atau gejala infeksi. Orang yang terinfeksi virus tersebut tetapi
tanpa gejala adalah ‘HIV-positif’ atau mempunyai ‘penyakit HIV tanpa
gejala.’ Apabila gej5ala mulai muncul, orang disebut mempunyai ‘infeksi
HIV bergejala’ atau‘penyakit HIV lanjutan.’ Pada stadium ini seseorang
kemungkinan besar akan mengembangkan infeksi oportunistik. ‘AIDS’
merupakan definisi yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV yang masuk
pada stadium infeksi berat.
AIDS didefinisi sebagai jumlah sel CD4 di bawah 200; dan/atau
terjadinya satu atau lebih infeksi oportunistik tertentu. Istilah AIDS terutama
dipakai untuk kepentingan kesehatan masyarakat, sebagai patokan untuk
laporan kasus. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan/atau status
kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak
diubah walau kita menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS tidak
penting buat kita sebagai individu. Orang terinfeksi HIV yang mempunyai
semakin banyak informasi, dukungan dan perawatan medis yang baik dari
tahap awal penyakitnya akan lebih berhasil menangani infeksinya. Terapi
antiretroviral (ART) yang sekarang semakin terjangkau dapat memperlambat
kecepatan penggandaan HIV; obat lain dapat mencegah atau mengobati

8
infeksi yang disebabkan HIV (Kannabus, 2008).

9
2.3 Definisi AIDS
Pada 18 Desember 1992, CDC (Centers for Disease Control and
Prevention) telah menerbitkan suatu sistem klasifikasi untuk infeksi HIV dan
mengembangkan definisi AIDS di kalangan remaja dan dewasa di Amerika
Syarikat. Mengikut standar klinis untuk pemantauan secara immunologis
pada pasien yang terinfeksi dengan HIV, sistem klasifikasi tersebut meliputi
pengukuran limfosit T CD4+ dalam kategorisasi kondisi klinis yang
berhubungan dengan HIV dan ini telah menggantikan sistem klasifikasi HIV
yang diterbitkan pada tahun 1986. Semua pengidap AIDS mempunyai
limfosit T CD4+/uL kurang dari 200 atau kurang 14 persen limfosit T CD4+
dari jumlah limfosit, atau yang didiagnosa dengan tuberkulosis pulmoner,
kanker servikal invasif, atau pneumonia rekuren. Objektif dari
pengembangan definisi AIDS ini adalah untuk menunjukkan jumlah
morbiditi pengidap AIDS dan pasien yang imunosupresi, dan juga untuk
memudahkan proses pelaporan kasus. Bermula dari tahun 1993, definisi
AIDS ini telah digunakan oleh semua negara untuk pelaporan kasus AIDS
(CDC, 1993).

2.4 Perkembangan Kasus AIDS Tahun 2000-2009


Masalah HIV dan AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari apabila dilihat
jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya sangat meningkat secara
signifikan. Di Papua epidemi HIV sudah masuk ke dalam masyarakat
(generalized epidemic) dengan prevalensi HIV di populasi dewasa sebesar
2,4%. Sedangkan di banyak tempat lainnya dalam kategori terkonsentrasi,
dengan prevalensi HIV >5% pada populasi kunci. Namun, saat ini sudah
diwaspadai telah terjadi penularan HIV yang meningkat melalui jalur
parental (ibu kepada anaknya), terutama di beberapa ibu kota provinsi.

10
Gambar 2.1: Tren Kasus AIDS di 33 Provinsi dari Tahiun 2000-2009

Apabila dilihat berdasarkan jenis kelamin, kasus AIDS dilaporkan


banyak ditemukan pada laki-laki yaitu 74,5%, sedangkan pada perempuan
25% (Depkes, 2009).

2.5 Tren HIV dan AIDS dimasa yang akan datang

Dengan memperhitungkan faktor-faktor pemicu dalam penularan HIV, maka


dapat dilakukanproyeksi perkembangan HIV pada masa yang akan datang. Berikut
ini adalah proyeksi situasi HIV yang dihasilkan melalui Asian Epidemic Modeling
(AEM) (Depkes RI, 2009).

11
Gambar 2.3: Projeksi HIV ke depan

2.6 Gambaran dan Manajemen dari HIV pada klinik Sehari-hari

Dampak epidemi HIV-AIDS tidak mudah ditanggulangi, adanya masalah


koinfeksi pada orang-orang yang terkena HIV dengan HCV, HBV, TB, serta penyakit
infeksi lainnya mendorong penanganan yang lebih komprehrensif. Koinfeksi
tidak saja dapat memperburuk status kesehatan orang dengan HIV, juga HIV
itu sendiri mempercepat situasi dampak buruk infeksi lainnya.
Trend HIV meningkat karena waktu terinfeksi dan progresi menjadi
AIDS menjadi dapat diprediksi. Saat ini telah dikembangkan algoritme uji
terbaru HIV seroconversi (STARHS) yang merupakan cara untuk
menganalisa sampel HIV positif untuk menentukan apakah infeksinya baru
terjadi atau sudah berjalan.
Umumnya tenaga profesi kesehatan di Indonesia belum siap
menghadapi epidemi HIV dengan problema koinfeksinya, sehingga
diperlukan peningkatan kompetensi dokter Indonesia dalam mengenali dan
menangani koinfeksi HIV dengan pathogen lainnya. Selain itu penularan HIV

12
semakin meluas ke pasangan seksnya (isteri) dan anaknya.

2.7 Tren Pengidap HIV/AIDS Usia Produktif Terus Meningkat


JAKARTA, KOMPAS.com Tren pengidap HIV AIDS pada populasi
usia produktif 15-59 tahun, dari tahun-tahunnya mengalami peningkatan.
Pada tahun 2008 ODHA dengan usia 15-49 tahun sebanyak 277.700 orang,
dan pada tahun 2014 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat sampai
501.400 orang.
Demikian dikatakan Dyah Erti Mustikawati, Kasubdit AIDSPMS
Departemen Kesehatan, di Jakarta, Kamis (9/7). Peningkatan tersebut
diakibatkan karena remaja saat ini semakin banyak yang melakukan perilaku
berisiko, seperti seks bebas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
siswa kelas 2 SMU di Jakarta dan Surabaya, 14, 6 persen dari 1000 siswa
yang diteliti pernah melakukan hubungan seksual. “Remaja laki-laki lebih
banyak ketimbang remaja perempuan, dan jumlahnya juga lebih banyak di
Surabaya,” ujarnya. Tak hanya perilaku seks bebas, meningkatnya pengguna
narkoba terutama yang menggunakan jarum suntik, ternyata juga berpengaruh
pada peningkatan jumlah ODHA diusia produktif.
Dari data yang dipunyai Depkes 50 persen pecandu narkoba yang
menggunakan jarum suntik dia pasti terinfeksi HIV. Meningkatnya jumlah
tersebut, kata Dyah, merupakan kondisi yang memprihatinkan dan tidak dapat
didiamkan. Jika pada umur 15 orang sudah mengidap AIDS, berarti sejak
umur 10 tahun penderita tersebut sudah menyimpan virus HIV di dalam
tubuhnya. Pasalnya perlu waktu 5 tahun bagi virus HIV berkembang menjadi
AIDS. “Itu berarti semenjak kecil mereka telah terinfeksi virus mematikan
itu,” kata dia.
Jika tren tersebut terus berkembang, Dyah mengkhawatirkan akan
terjadi missing link dan kualitas moral generasi penerus semakin menurun.
“Agar angka tersebut tidak terus meningkat, maka kelompok muda sekarang
harus menjadi perhatian. Kesadaran akan bahaya HIV AIDS di lingkungan
masyarakat juga harus digalakan melalui berbagai penyuluhan,” sarannya.

13
2.8 Peran Perawat

Peran seorang perawat dalam mengurangi beban psikis seorang


penderita AIDS sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan
hubungan yang sering dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri
dan ditelantarkan. Tunjukkan rasa menghargai dan menerima orang tersebut.
Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien.
Perawat juga dapat melakukan tindakan kolaborasi dengan memberi
rujukan untuk konseling psikiatri. Konseling yang dapat diberikan adalah
konseling pra-nikah, konseling pre dan pascates HIV, konseling KB dan
perubahan prilaku. Konseling sebelum tes HIV penting untuk mengurangi
beban psikis. Pada konseling dibahas mengenai risiko penularan HIV, cara
tes, interpretasi tes, perjalanan penyakit HIV serta dukungan yang dapat
diperoleh pasien. Konsekuensi dari hasil tes postif maupun negatif
disampaikan dalam sesi konseling. Dengan demikian orang yang akan
menjalani testing telah dipersiapkan untuk menerima hasil apakah hasil
tersebut positif atau negatif.
Mengingat beban psikososial yang dirasakan penderita AIDS akibat
stigma negatif dan diskriminasi masyarakat adakalanya sangat berat, perawat
perlu mengidentifikasi adakah sistem pendukung yang tersedia bagi pasien.
Perawat juga perlu mendorong kunjungan terbuka (jika memungkinkan),
hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan
bagi pasien. Partisipasi orang lain, batuan dari orang terdekat dapat
mengurangi perasaan kesepian dan ditolak yang dirasakan oleh pasien.
Perawat juga perlu melakukan pendampingan pada keluarga serta
memberikan pendidikan kesehatan dan pemahaman yang benar mengenai
AIDS, sehingga keluarga dapat berespons dan memberi dukungan bagi
penderita.
Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh
dilupakan perawat. Bagi penderita yang terinfeksi akibat penyalahgunaan
narkoba dan seksual bebas harus disadarkan agar segera bertaubat dan tidak
menyebarkannya kepada orang lain dengan menjaga perilakunya serta

14
meningkatkan kualitas hidupnya. Bagi seluruh penderita AIDS didorong
untuk mendekatkan diri pada Tuhan, jangan berputus asa atau bahkan
berkeinginan untuk bunuh diri dan beri penguatan bahwa mereka masih dapat
hidup dan berguna bagi sesama antara lain dengan membantu upaya
pencegahan penularan HIV/AIDS.
2.9 Komentar Kelompok
 Pendapat Kami :
Menurut pendapat kami penyakit HIV/AIDS ini sudah tidak asing lagi
dikalangan masyarakat. Hal ini sangat memprihatinkan terutama bagi
kalangan remaja. Banyak sekali penyakit ini ditimbulkan karena pergaulan
bebas misal : seks bebas, pecandu narkoba yang penggunaannya melalui
intravena/penggunaan jarum suntik secara bergantian. Tetapi ada juga yang
terjangkit penyakit ini bukan karena kesalahannya sendiri,tetapi karena
tertular dengan tidak sengaja dan tanpa sepengetahuan si penderita itu misal :
transfusi darah yang tercemar oleh virus HIV. Tetapi dari berbagai sumber,
diketahui bahwa peyimpangan seks telah banyak menjerumuskan seseorang
pada jaman sekarang apalagi di kota-kota besar. Seharusnya pendidikan seks
bebas di sosialisasikan sejak dini melalui penyuluhan-penyuluhan agar
seseorang mengetahui akibat yang terjadi bila mereka melakukannya. Hal
tersebut dilakukan supaya mereka tidak salah mendapatkan informasi.
Namun kita tidak perlu mengucilkan atau menghindari oang-orang
yang telah mengidap penyakit ini,karena sebenarnya penyakit ini tidak dapat
ditularkan lewat bersalaman,berpelukan,penggunaan alat-alat rumah
tangga,dll. Namun penyakit ini hanya bisa hidup di 4 tempat
yaitu:darah,cairan vagina,semen, dan air susu ibu. Jadi masyarakat tidak perlu
khawatir jika bergaul dengan si pengidap HIV. Oleh karena itu, menurut kami
penting sekali diberikan sosialisasi berbagai bentuk informasi tentang virus
HIV/AIDS ini kepada para penerus bangsa khususnya anak-anak muda
Indonesia.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Setelaah meleaah materi diatas dapat kami simpulkan bahwa banyak


trend isu keperawatan gangguan imunologi pada orang dewasa yang muncul
saat ini misanya HIV Seorang yang terinfeksi HIV dapat tetap sehat
bertahun-tahun tanpa ada tanda fisik atau gejala infeksi. Orang yang
terinfeksi virus tersebut tetapi tanpa gejala adalah ‘HIV-positif’ atau
mempunyai ‘penyakit HIV tanpa gejala.’ Apabila gejala mulai muncul, orang
disebut mempunyai ‘infeksi HIV bergejala’ atau‘penyakit HIV lanjutan.
Ada pula yang gangguan imunologi lainnya yaitu Sekali kita
dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan/atau status kekebalan, kita
dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini tidak diubah walau
kita menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS tidak penting buat
kita sebagai individu. Sekali kita dianggap AIDS, berdasarkan gejala dan/atau
status kekebalan, kita dimasukkan pada statistik sebagai kasus, dan status ini
tidak diubah walau kita menjadi sehat kembali. Oleh karena itu, istilah AIDS
tidak penting buat kita sebagai individu.

Tren Kasus AIDS di 33 Provinsi dari Tahiun 2000-2009.Apabila


dilihat berdasarkan jenis kelamin, kasus AIDS dilaporkan banyak ditemukan
pada laki-laki yaitu 74,5%, sedangkan pada perempuan 25% (Depkes, 2009).

16
DAFTAR PUSTAKA

Chin J (Ed), Kandun IN (Editor Penterjemah).Manual Pemberantasan Penyakit


Menular 2006, Infomedika, Jakarta.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Edisi IV 2006, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Umar Zein, Edward Siagian, Yosia Ginting, T.Bachtiar Pandjaitan: Aspek Klinis,
Problema Diagnostik dan Pengobatan Penderita AIDS Dewasa di Medan,
Acta Medica Indonesiana, Volume XXXV Supplemen 2, Agustus 2003,
576 – 81.

17

Anda mungkin juga menyukai