Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

DASAR BIOMEDIK (ANATOMI DAN FISIOLOGI)


HIV/AIDS

OLEH
NAMA : NUR ANNISA
NIM : J1A116086
KELAS : KESLING

FAKULTAS KESEHATAN MESYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT dan shalawat serta salam
semoga tetap kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga,sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman, Sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah berjudul "HIV/AIDS".

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mahasiswa pada mata
kuliah Biomedik (Anatomi Fisiologi), dimana mahasiswa dituntut proaktif untuk
mencari materi dan bahan diluar yang diberikan oleh dosen.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa dari segi sistematika penulisan maupun


kedalaman materinya terdapat kekurangan-kekurangan, karena itu kritik dan saran
yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan serta dapat dijadikan
pedoman untuk penulisan-penulisan yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

KENDARI, 21 Oktober 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 2
1.3 Tujuan Penulis ................................................................. 2
1.4 Tujuan Penulis ................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi HIV/AIDS menurut para ahli. ........................... 4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian HIV/AIDS. .................................................... 5


3.2 Penyebab HIV/AIDS ....................................................... 6
3.3 Etiologi dan patofisiologi HIV/AIDS .............................. 6
3.4 Cara Penularan HIV/AIDS .............................................. 10
3.5 Tanda dan Gejala HIV/AIDS......................................... . 11
3.6 penanganan HIV/AIDS......................................... .......... 14

BAB IV PENUTUP

4.1 Saran ................................................................................ 17


4.2 kesimpulan ....................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum
ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga
penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan
manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat
menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita
sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar,
tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS. Dari segi
fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru
dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang mengetahui
dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin yang
berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah
besar dari kehidupan kita semua. Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan
itulah kami sebagai pelajar, sebagai bagian dari anggota masyarakat dan sebagai
generasi penerus bangsa, merasa perlu memperhatikan hal tersebut.

Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV1 dan HIV2. HIV1 mendominasi seluruh
dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang berbedabeda dari HIV
1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan subjenis (clades).
Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M terdapat
sekurangkurangnya 10 subjenis yang dibedakan secara turun temurun. Ini adalah
subjenis AJ. Subjenis B kebanyakan ditemukan di America, Japan, Australia,
Karibia dan Eropa. Subjenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India. HIV2

4
teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak
kemiripan diantara HIV1 dan HIV2, contohnya adalah bahwa keduanya menular
dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksiinfeksi oportunistik
dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV2, ketidakmampuan
menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan lebih halus.
Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV1, maka mereka yang
terinfeksi dengan HIV2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya.HIV dapat
menular melalui kontak darah, namun disini kami akan mencoba membahas
bagaiamana HIV AIDS yang dialami ibu hamil dan bagaimana melakukan sebuah
proses keperawatan pada ibu hamil dengan HIV AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian HIV/AIDS?


2. Apa penyebab HIV/AIDS ?
3. Bagaimana etiologi dan patofisiologi HIV?
4. Bagaimana Cara Penularan HIV/AIDS ?
5. Bagaimana tanda dan gejala HIV?
6. Bagaimana penanganan HIV/AIDS ?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menjelaskan kepada pembaca terutamapara remaja mengenai HIV/AIDS .

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian HIV/AIDS


2. Mengetahui penyebab HIV/AIDS
3. Mengetahui etiologi dan patofisiologi HIV
4. Mengetahui Cara penularan HIV/AIDS
5. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS

5
6. Mengetahui penanganan HIV/AIDS

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah untuk memberikan informasi
kepada para pembaca, utamanya bagi sesama pelajar dan generasi muda tentang
AIDS, sehingga dengan demikian kita semua berusaha untuk menghindarkan diri dari
segala sesuatu yang bisa saja menyebabkan penyakit AIDS.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi HIV AIDS menurut para Ahli


Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada
tahun 1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS
pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease Control
and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang
masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Peneumocystis
Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif
lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma
penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan
sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang


menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab
yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah
dikenal dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz ,1997 : 171).
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09).
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh (dr. JH. Syahlan, SKM. dkk, 1997 : 17).

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian HIV/AIDS


HIV (Human Immuno Deficiensy virus) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia.HIV merupakan
singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang artinya adalah virus yang
menyerang daya tahan tubuh manusia, sehingga system kekebalan tubuh manusia
dapat menurun tajam bahkan hingga tidak berfungsi sama sekali. AIDS merupakan
singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome yang berarti sekumpulan
gejala dan penyakit infeksi yang timbul karena menurunnya atau rusaknya system
kekebalan tubuh seseorang. Rata-rata perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS
adalah 2 10 tahun. Dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya
sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang
bervariasi. Faktor yang mempengaruhinya adalah daya tahan tubuh untuk melawan
HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.

AIDS (Acguired Immuno Deficiensy Syndrome) adalah kumpulan berbagai gejala


penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh seseorang akibat HIV. (BKKBN,2007).
Acquired Imunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat
menurunnya system kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi human
immunodeficiency virus (HIV). Virus ini menyerang dan merusak sel-sel limposit T CD 4
sehingga kekebalan penderita rusak dan rentan terhadap berbagai infeksi. AIDS ini bukan
suatu penyakit saja, tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi
berbagai jenis mikroorganisme seperti infeksi. Bakteri, virus jamur, bahkan timbulnya
keganasan akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita.AIDS atauAcquired Immune
Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system

8
kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih
katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan. Acquired : Didapat, bukan
penyakit keturunan Immune : Sistem kekebalan tubuh, Deficiency : Kekurangan, Syndrome :
Kumpulan gejala-gejala penyakit.

3.2 Penyebab HIV/AIDS

HIV/AIDS disebabkan oleh infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang
mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara, antara lain :


Penularan seksual
Kontaminasi patogen melalui darah
Penularan masa perinatal
HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti
jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan
makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau
WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup
dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-
teman pengidap HIV atau AIDS. Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok
usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga
beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis
tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain.

3.3 Etiologi dan Patofisiologi HIV/AIDS


1. ETIOLOGI

9
Walaupun sudah jelas dinyatakan bahwa HIV sebagai penyebab AIDS, tetapi asal-
usul virus ini masih belum diketahui secara pasti. Mula-mula dinamakan
Lymphdenopathy Associated Virus (LAV). Virus ini ditemukan oleh ilmuwan
institute Pasteur paris, barre-Sinoussi, Montagnier dan kolega koleganya pada tahun
1983, dari seorang penderita dengan gejala Lymphadenopathy syndrome. Pada
tahun 1984, Popovic, Gallo dan rekan kerjanya dari National Institute OF health,
Amerika serikat, menemukan virus lain yang disebut human T Lymphotropic virus
tiype III (HTLV-III). Kedua virus ini oleh masing- masing penemunya dianggap
sebagai penyebab AIDS, karena dapat diisolasi oleh penderita AIDS diamerika,
Eropa dan Afrika Tengah. Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa kedua virus
ini sama dan saat dinamakan HIV-1.
Sekitar tahun 1985 ditemukan retrovirus yang berbeda dari HIV -1 pada penderita
yang berhasal dari afrika barat . virus ini oleh peneliti dari paris disebut sebagai LAV-
2 dan yang terbaru disebut sebagai HIV-2 dan juga disebutkan berhubungan dengan
AIDS pada manusia. Virus HIV-2 ini kurang virulen bila dibandingkan virus HIV-1,
tetapi disebutka 70% individu yang terinfeksi virus HIV-2 akan terinpeksi oleh virus
HOV-1.
Virus HIV-1 memiliki 10 subtipe yang diberi kode dari A sampai J. Virus suptipe
B merupakan prevalen di amerika serikat dan eropa barat, ditemukan terutama pada
pria homoseksual dan penggunaan obat suntik. Subtype C, yang merupakan prevalen
di aprika sub-sahara, juga ditemukan di amerika utara, sub tive E, yang merupakan
penyebab epidemi di tahiland, memiliki daya afinitas yang lebih kuat terhadap sel
epitel baik saluran reproduksi pria maupun wanita. Sebaliknya sub tipe tidak mudah
ditularkan melalui sel epitel saluran reproduksi, tetapi langsung masuk kedalam tubuh
melalui kontak pada darah. Subtipe E telah ditemukan hanya pada isolasi di amerika
serikat dan eropa barat. Karena subtipae C dan / E mempunyai avinitas tinggi pada sel
epitel pada saluran reproduksi, epidemi HIV yang baru dapat terjadi pada vopulasi
heteroseksual. Penelitian vaksinasi saat ini masih ditunjukan untuk pengembangan
vaksinasi terhadap virus subtype B.

10
HIV adalah retro virus yang mampu mengkode enzim khusus, reverse transciptase,
yang memungkinkan gen mereka sendiri, sebagai DNA, didalam sel inang (hospes)
seperti limposit herpes CD4. DNA virus bergabung dengan gen limposit dan hal ini
adalah dasar dari infeksi kronos HIV. Penggabungan gen virus HIV pada sel inang ini
merupakan rintangan berat untuk pengembangan antivirus terhadap HIV. Berpariasi
nya gen HIV dan kegagalan menusia ( sebagai hospes) untuk mengeluarkan antibody
terhadap virus menyebabkan sulitnya pengembangan vaksinasi yang epektif terhadap
HIV. Pengertian HIV (Human Immuno Deficiensy virus) adalah virus yang hanya
hidup dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia.

2. Patofisiologi
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T helper dengan melekatkan
dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam
tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral
DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase.
Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia, yang mana, daripada
menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut mulai menghasilkan
virus virus HI.
Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus virus
yang baru. Virus virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam
aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang
sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan
meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakit penyakit
yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan
sel sel yang terinfeksi dan mengantikan sel sel yang telah hilang. Respons tersebut
mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.

11
Jumlah normal dari sel sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800 1200
sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang selsel CD4+ T nya
terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi infeksi
oportunistik.
Infeksi infeksi oportunistik adalah infeksi infeksi yang timbul ketika sistem
kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat
infeksi infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang
pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.

Patogenesis

o Perlekatan Virus

Virion HIV matang memiliki bentuk hamper bulat. Selubung luarnya, atau kapsul
viral, terdiri dari lemak lapis-ganda yang mengandung banyak tonjolan protein. Duri-
duri ini terdiri dari dua glikoprotein: gp120 dan gp41. Gp mengacu kepada
glikoprotein dan angka mengacu kepada massa protein dalam ribuan Dalton. Gp120
adalah selubung permukaan eksternal duri, dan gp41 adalah bagian
transmembran.Terdapat suatu protein matriks yang disebut p17 yang mengelilingi
segmen bagian dalam membrane virus. Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu protein
kapsid yang disebut p24. Di dalam kapsid, p24 terdapat dua untai RNA identik dan
molekul preformed reverse transcriptase, integrase, dan protease yang sudah
terbentuk. HIV adalah suatu retrovirus sehingga materi genetic berada dalam bentuk
RNA bukan DNA. Reverse transcriptase adalah enzim yang mentranskripsikan RNA
virus menjadi DNA setelah virus masuk ke sel sasaran. Enzim-enzim lain yang
menyertai RNA adalah integrase dan protease.

HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang memiliki
molekul reseptor membrane CD4. Sejauh ini, sasaran yang disukai oleh HIV adalah
limfosit T penolong positif-CD$ atau sel T4 (limfosit CD4+). Gp120 HIV berikatan

12
dengan kuat dengan limfosit CD4+ sehingga gp41 dapat memerantarai fusi
membrane virus ke membrane sel. BAru-baru ini ditemukan bahwa dua koreseptor
permukaan sel, CCR5 atau CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41
dapat berikatan dengan reseptor CD4+ (DOms, Peiper, 1997). Koreseptor ini
menyebabkan perubahan-perubahan konformasi sehingga gp41 dapat masuk ke
membrane sel sasaran. Individu yang mewarisi dua salinan defektif gen reseptor
CCR5 (homozigot) resisten terhadap timbulnya AIDS, walaupun berlangkali terpajan
HIV (sekitar 1% orang Amerika keturunan Caucasian). Individu yang heterozigot
untuk gen defektif ini (18 sampai 20 %) tidak terkindung dari AIDS, tetapi awitan
penyakit agak melambat. Belum pernah ditemukan homozigot pada populasi Asia
atau Afrika, yang mungkin dapat membantu menerangkan mengapa mereka lebih
rentan terhadap infeksi HIV (O Brien, Dean, 1997). Sel-sel lain yang mungkin
rentan terhadap infeksi HIV mencakup monosit dan makrofag. Monosit dan makrofag
yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak dihancurkan
oleh virus. HIV bersifat politrofik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia (Levy,
1994), seperti sel natural killer (NK), limfosit B, sel endotel, sel epitel, sel
Langerhans, sel densritik (yang terdapat di permukaan mukosa tubuh), sel microglia,
dan berbagai jaringan tubuh.

Setelah virus berfusi dengan limfosit CD4+ maka berlangsung serangkaian


proses kompleks yang , apabila berjalan lancer, menyebabkan terbentuknya partikel-
partikel virus baru dari sel yang terinfeksi. Lomfosit CD4+ yang terinfeksi mungkin
mengalami siklus-siklus replikasi sehingga menghasilkan banyak virus. Infeksi pada
limfosit CD4+ juga dapat menimbulkan sitopatogenisitas melalui beragam
mekanisme, termasuk apoptosis (kematian sel terprogram), anergi (pencegahan fusi
sel lebih lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi sel).

3.4 Cara Penularan


Cara penularan HIV ada enam :

13
Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan
jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan
trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks vaginal dan
resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada yang insertive.
Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
Transfusi darah yang tercemar HIV
Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan sempritnya
pada para pencandu narkotik suntik.
Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan. Infeksi HIV kadang-
kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat ini belum diketahui
dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya terjadi pada
beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat lebih
banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu
yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS. Setelah 6 bulan,
sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan infeksi menjadi
lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan makanan
tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan resiko
lebih kecil untuk terkena HIV.

Penularan dan Masuknya Virus


HIV dapat diisolasi dari darah, cairan serebrospinalis, semen, air mata, sekresi
vagian atau serviks, urin, ASI, dan air liur. Penularan terjadi paling efisien melalui
darah dan semen . HIV juga dapat ditularkan melalui kontak ibu-bayi. Setelah virus
ditularkan akan terjadi serangkaian proses yang kemudian menyebabkan infeksi.

14
3.5 Tanda dan Gejala HIV/AIDS.
Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Dermatitis generalisata yang gatal
Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja.
Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV
penyebab AIDS, yaitu :
Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan kondom
Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-
sama
Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
Bayi yang ibunya positif HIV

Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang
yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan
gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah
kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa
tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena
serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan

15
menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan
aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya
adalah seperti dibawah ini :
Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,
batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya
(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS
diduga sebagai TBC.
Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala
seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit
jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang
kronik.
Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang
dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan
diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada
telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi
darah rendah dan Impoten.
System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam
penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya

16
adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit
kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami
penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV.
Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria
maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya
adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga
(tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan
mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

3.6 Cara Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS

1. Cara pencegahan:

17
Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya
berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan
dengan orang lain.
Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor ko tinggi di
anjurkan untuk menjadi donor darah.
Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik )
harus dijamin sterilisasinya.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk


mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan
atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau
poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai
media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan atau informasi
tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua
lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS,
sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan
virus AIDS.

2. Penanganan HIV/AIDS
Penanganan Umum
Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk memperlambat
tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan untuk mencapai tujuan ini
dan berbagai macam kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat
penyembuhannya.

18
Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun demikian
ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju perkembangan HIV didalam
tubuh.
Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus yang
dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan anti
virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar
dan menjadi semakin parah.

Penanganan Khusus
Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas
permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS dan hubungannya
dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu pemeriksaan tersebut.
Upayakan ketersediaan uji serologic
1) Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang
berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
2) Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
3) Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
4) Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus
(30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara dratis.
5) Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang dihadapi
(pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip pencegahan infeksi.

19
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis simpulkan mengenai makalah ini adalah:
1. HIV (Human ImmunoDevesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acguired ImmunoDeviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala
menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada
awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab
penyakit AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja.

3.2 Saran

Sebagai generasi muda, kita harus menjaga diri kita agar kita tidak terjerumus ke
dalam pergaulan bebas karena itu merupakan cikal bakal menularnya virus
HIV/AIDS.

20
DAFTAR PUSTAKA

Administrator. 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV (AIDS) pada


kehamilan.

Anderson Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.
Volume 1. Jakarta: EGC.

Fitriani, Hannifah. 2011. Konsep Virus HIV.

http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS#Gejala#penyebab

http://id.wikipedia.org/wiki#Pencegahan#Penanganan

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog
Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series

21
22

Anda mungkin juga menyukai