Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

Mata Kuliah

ESSENTIALS PATHOPHYSIOLOGY

Pneumonia
Dosen : Ibu Erika Lubis, Skp.MN

Kelompok 2 :

1. Alma Novita ( 011911045 )


2. Afifah Salsabila ( 011911033 )
3. Ayu ningtyas Eka Pratiwi (011911037)
4. Jajilah Hoiriah ( 011911050 )
5. Shinta Putri Setiadi ( 011911003 )
6. Wahda Sania ( 011911022 )
7. Lusi Silpiani ( 011911051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
TA: 2020 -2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Pengertian...................................................................................................................4
C. Rumusan masalah......................................................................................................4
D. Tujuan penulisan........................................................................................................5
E. Sistematika penulisan................................................................................................5
BAB II TEORI.......................................................................................................................6
A. Anatomi fisiologi.........................................................................................................6
B. Definisi........................................................................................................................8
C. Etiologi........................................................................................................................9
E. Manisfestasi klinis....................................................................................................12
F. Patofisiologi...............................................................................................................13
G. Penatalaksanaan...................................................................................................14
H. Komplikasi............................................................................................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................................17
a. Kesimplan.................................................................................................................17
b. Saran.........................................................................................................................17
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul "Pneumonia". Makakah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang
telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Essential Pathophysiology di
Universitas Binawan. Kami menyadari tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari
semua pihak, penyusunan tugas makalah ini tidak dapat terlaksana dan itu semua
sangat berguna bagi kami. Oleh karena tu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada :

1.Ibu Erika Lubis, Siswani Marianna dan Yoanita Hijriyanti selaku dosen mata kuliah
Essential Pathophysiology, yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis
sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan tugas ini.

2.Orang tua yang telah turut membantu, membimbing dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas ini selesai.

3.Teman-teman semua yang telah membantu dalam melaksanakan pembuatan


makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang
bersifat membangun serta mendukung untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk para mahasiswa pada umumnya dan untuk teman
sejawat perawat pada khususnya.

Jakarta, 29 September 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar pada anak di seluruh dunia.
Sebanyak 920.136 anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat pneumoniapada
tahun 2015. Pneumonia menyumbang sekitar 16 persen dari 5,6 juta kematian
balita, memakan korban sekitar 880.000 anak pada tahun 2016 (UNICEF, 2016).
Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang berakibatkan buruk terhadap
paru-paru yang disebabkan oleh virus bakteri atau jamur. Infeksi ini umumnya
tersebar dari seseorang yang tepapar di lingkungan tempat tinggal atau melakukan
kontak langsung dengan orang-orang yang terinfeksi melalui tangan atau
menghirup udara (droplet) akibat batuk atau bersin (WHO 2016 dalam Nikmah
atika 2018). Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam
bidang kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi saluran
nafas bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan
hampir 3,5 juta kematian per tahun.
Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam bidang
kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi saluran nafas
bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan hampir
3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia dan influenza didapatkan sebagai
penyebab kematian sekitar 50.000 estimasi kematian pada tahun 2010. Menurut
World Health Organization (WHO) telah menyebutkan dari 10 macam penyakit
penyebab angka kematian di dunia, tercatat bahwa infeksi saluran pernapasan
bawah merupakan penyakit infeksi terbesar ke 4 yang menyebabkan kematian di
dunia selama dekade terakhir dengan jumlah kematian mencapai 3,1 juta
kematian pada tahun 2012.
Di Indonesia, kejadian pneumonia pada semua jenjang usia mengalami
peningkatan yaitu dari 1,6% di tahun 2013, meningkat menjadi 2,0% di tahun
2018 (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Hasil survei Riskesdas tahun 2018 di
Jawa Timur kejadian kasus pneumonia pada tahun 2013 yaitu 1,0%, dan
meningkat menjadi 1,5% di tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Sedangkan pravelensi
Di ponorogo mencapai 1,5% (Riskesdas, 2018).
Di Indonesia pada tahun 2010, pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit
rawat inap di rumah sakit dengan proporsi kasus 53.95% untuk laki-laki dan
46.05% untuk perempuan, dengan crude fatality rate (CFR) 7.6%, paling tinggi
bila dibandingkan penyakit lainnya. Berdasarkan data RISKESDAS 2018
prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) adalah
sekitar 2,0% sedangkan pada tahun 2013 adalah 1.8%.
Pneumonia merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat,yang
merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak-anak dan
orang dewasa. Hal ini diduga karena penyakit ini merupakan penyakit yangakut
dan kualitas penatalaksanaannya belum memadai (Nugroho et al.,
2011).Pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri dan virus. Patogen yang
palingumum adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B
(HIB),dan Respiratory Syncytial Virus (RSV) (Tong, 2013).
Pneumonia merupakanpenyakit yang banyak terjadi di seluruh penjuru dunia
yang telah menginfeksikira-kira 450 juta orang pertahun. Penyakit ini menjadi
penyebab utama jutaankematian pada semua kelompok (7% dari kematian total
dunia) setiap tahun.Angka ini paling besar terjadi pada anak-anak yang berusia
kurang dari 5 tahundan dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun (Langke, 2016).
Pneumonia tentunya perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat,
mengingat penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan utama di
Indonesia. Untuk itu, diagnosis yang tepat, pemberian terapi antibiotika yang
efektif, perawatan yang baik, serta usaha preventif yang bermakna terhadap
penyakit ini perlu dilakukan agar berkurangnya morbiditas dan mortalitas pada
pneumonia.
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan dituliskannya makalah ini adalah
1.2.1 Tujuan Umum
Menyelesaikan tugas mata kuliah ESSENTIALS PATHOPHYSIOLOGY dan
secara umum ingin dapat memahami proses penyakit pneummonia
1.2.2 Tujuan Khusus.
a.Meriview anatomi fisiologi pada pneumonia
b.Menjelaskan definisi penyakit pneumonia
c.Mengidentifikasikan etiologi penyakit pneumonia
d.Menjelaskan klasifikasi penyakit pneumonia
e.Menjelaskan faktor resiko penyakit pneumonia
f.Menjelaskan manifetasi klinis penyakit pneumonia
g.Mengidentifaksi pemeriksaan penunjang penyakit pneumonia
h.Menjalaskan terapi farmako dan non- farmakologi penyakit pneumonia
i.Menjelaksan komplikasi penyakit pneumonia
1.3 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka
dengan mencari dan membaca beberapa literature yang terkait dengan pneumonia.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 BAB masing-masing BAB berisi
tentang
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang,pengertian,tujuan umum,tujuan khusus dan
sistematika penulisan .
b. BAB II tinjauan pustaka
Bab ini berisikan anatomi fisiologi dan gambar,definisi,etiologi,factor
resiko,manifestasi klinis,patofisiologi,penatalaksanaan,komplikasi.
c. BAB III
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meriview anatomi fisiologi

A. Hidung

Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung.

B. Faring

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan
jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung,
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
C. Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu
dapatditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis,
berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.

D. Trakhea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh
otot polos.

E. Bronchus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai
3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri
dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin
lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa
atau alveoli.

F. Alveolus

Struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga. Terdapat pada parenkim paru-
paru, yang merupakan ujung dari saluran pernapasan, di mana kedua sisi
merupakan tempat pertukaran udara dengan darah. Membran alveolaris adalah
permukaan tempat terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya karbon dioksida
dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah alveolaris, di mana,
melalui difusi, ia melepaskan karbon dioksida dan menyerap oksigen.

G. Paru-paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel- sel epitel
dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m2. Pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).Paru-paru dibagi dua yaitu paru-
paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior,
lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri,
terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri
dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru- paru kiri mempunyai 10 segmen
yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-
paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2
buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-
tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus.Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat
sebuah bronkiolus.

H. Pleura

Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membrane serosa (masing-
masing untuk setiap paru) yang mengandung cairan serosa. Paru terinvaginasi
(tertekan yang masuk kedalam) lapisan ini, sehingga menutup cairan tertutup.
Satu bagian melekat pada paru didebut pleura viselaris dan lapisan paru yang
membatasi rongga thoraks disebut pleura parietalis.
2.2 Definisi
Pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi pada parenkim paru yang
disebabkan oleh sejumlah bakteri yang berbeda, virus parasit atau jamur. Infeksi
ini menyebabkan peradangan pada paru dan akumulasi eksudat pada jaringan
paru. Selain itu pneumonia juga didefinisikan sebagai peradangan parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencangkup bronkiolus respitorius, dan
alveoli serta menimbulkan kinsolidasi jaringan paru (Dahlan, 2014)
Pneumonia merupakan infeksi pada ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat
disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit
(Depkes RI, 2005). Pneumonia bakteri umumnya lebih lazim terjadi, lebih parah
dan kebanyakan lebih mematikan di daerah tropis (Syamsudin and Keban, 2013).
Menurut muttaqin (2012), pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru
yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisan pada rongga alveoli oleh karena
eksudat yang disebabkan oleh bakteri virus , jamur dan benda asing.
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan
pneumonia nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi
akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah
pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah
sakit.Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi paling
sering ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya
pneumonia (pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi pneumonia
juga dapat diklasifikasikanberdasarkan area paru yang terinfeksi (lobar
pneumonia, multilobar pneumonia, bronchial pneumonia, dan intertisial
pneumonia) atau agen kausatif.
Pneumonia juga sering diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang mendasari
pasien, seperti pneumonia rekurens (pneumonia yang terjadi berulang kali,
berdasarkan penyakit paru kronik), pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua), dan
pneumonia pada gangguan imun (pneumonia pada pasien tranplantasi organ,
onkologi, dan AIDS).
2.3 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan protozoa. Menurut Nurarif & Kusuma (2015) penyebaran infeksi
terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonie,
melalui selang infus oleh Staphylococcus ureus, sedangkan pada pemakaian
ventilator disebabkan oleh Pseuodomonas aeruginosa dan Enterobacter. Pada
masa kini biasanya terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik, yang tidak
tepat. Setelah masuk ke paru organisme bermultifikasi dan jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadilah pneumonia.
A. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu Atipikal
organisme bakteri yang termasuk atipikal adalah Mycoplasma sp , Chlamedia sp.,
Legionella sp, dan yang kedua Typical organism penyebab pneumonia berasal
dari gram positif berupa Pneumococcus (Streptococcus pneumonia) adalah
penyebab utama pneumonia dan meningitis pada anak-anak dan orang tua, serta
pada mereka yang terinfeksi . Bakteri ini merupakan bakteri anaeorob facultatif
dan termasuk bakteri pathogen. Di temukan pneumonia komunitas rawat inap di
luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di
ICU sebanyak 33%. Staphylococcus aureus yaitu bakteri anaerob fakultatif. Pada
pasien yang diberikan obat secara intravena (intravena drug abusers)
memungkinkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen dari kontaminasi
injeksi awal menuju ke paru-paru. Kuman ini memiliki daya taman paling kuat,
apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu
peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Bakteri ini memiliki Methicillin-
resistant S. Aureus (MRSA) yang berdampak besar dalam pemilihan antibiotik
dimana kuman ini resisten terhadap beberapa antibiotik. Enterococcus (E.
faecalis, E faecium) adalah organisme streptococcus grup D yang merupakan
flora normal usus.
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada pasien
defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat di rumah sakit,
di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan pemasangan
endotracheal tube. Contoh bakteri gram negatif dibawah adalah Pseudomonas
aeruginosa yaitu bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau yang sangat
khas. Klebsiella pneumonia adalah bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak
berkapsul. Pada pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru
Obstruktif Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang kuman ini. Haemophilus
influenza yaitu bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul atau tidak
berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu encapsulatedtype
B (HIB).
B. Virus
Virus yang umumnya menyebabkan pneumonia antara lain adalah Virus sinsial
pernapasan/ Respiratory Synctitial Virus (RSV), Virus influenza yang menyebar
melalui droplet, biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga
virus penyebabnya adalah Cytomegalivirus, Herpes simplex virus, Varicella
zooster virus, Virus parainfluenza, Adenovirus, Rhinovirus. Setengah dari kasus
pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Di negara berkembang 60% kasus
pneumonia disebabkan oleh bakteri, sementara di negara maju umumnya
disebabkan oleh virus (Kemenkes RI 2012).
C. Jamur
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur umumnya merupakan infeksi sekunder,
artinya muncul akibat suatu penyakit (Mary & Donna, 2014), penyakit ini rentan
pada penderita yang memiliki daya tahan tubuh rendah (immunocompromised)
seperti penderita AIDS dan jamur yang paling sering menyebabkan pneumonia
adalah Pneumocytis carinii. Jamur Histoplasma capsulatum, Aspergilus,
Coccidioides imitis, Blastomises dermatitidis dan Fikomisetes juga dapat
menyebabkan pneumonia. Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan
oleh jamur oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat
menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp., Aspergillus
sp., Cryptococcus neoformans.

2.4 Klasifikasi Pneumonia


Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, paling umum berdasarkan
tempat didapatnya (rumah sakit versus komunitas), tetapi dapat juga berdasarkan
area paru yang terkena atau oleh organisme penyebab. Ada juga klasifikasi klinis
gabungan, yang menggabungkan faktor-faktor seperti usia, faktor risiko
mikroorganisme tertentu, adanya penyakit paru-paru yang mendasari atau
penyakit sistemik dan apakah orang tersebut baru saja dirawat di rumah sakit
2.4.1 Berdasarkan lokasi diperoleh
Pneumonia yang didapat dari komunitas (CAP) adalah pneumonia menular
pada orang yang belum lama ini dirawat di rumah sakit. CAP adalah jenis
pneumonia yang paling umum. Penyebab paling umum dari CAP bervariasi
tergantung pada usia seseorang, tetapi penyebabnya termasuk Streptococcus
pneumoniae , virus, bakteri atipikal, dan Haemophilus influenzae . Secara
keseluruhan, Streptococcus pneumoniae adalah penyebab paling umum dari
pneumonia yang didapat dari komunitas di seluruh dunia. Bakteri gram
negatif menyebabkan CAP pada populasi berisiko tertentu. CAP adalah
penyebab kematian keempat paling umum di Inggris Raya dan keenam di
Amerika Serikat . Istilah "pneumonia berjalan" telah digunakan untuk
menggambarkan jenis pneumonia yang didapat dari komunitas dengan tingkat
keparahan yang lebih rendah (karena penderita dapat terus "berjalan" daripada
membutuhkan rawat inap). Pneumonia berjalan biasanya disebabkan oleh
bakteri atipikal, Mycoplasma pneumoniae .
2.4.2. Pneumonia yang didapat di rumah sakit
Pneumonia ini juga disebut pneumonia nosokomial, yaitu pneumonia yang
didapat selama atau setelah rawat inap untuk penyakit atau prosedur lain
dengan onset setidaknya 72 jam setelah masuk. Penyebab, mikrobiologi,
pengobatan dan prognosis berbeda dengan pneumonia yang didapat dari
komunitas. Hingga 5% pasien yang dirawat di rumah sakit karena penyebab
lain kemudian berkembang menjadi pneumonia. Pasien yang dirawat di rumah
sakit mungkin memiliki banyak faktor risiko pneumonia, termasuk ventilasi
mekanis , malnutrisi berkepanjangan, penyakit jantung dan paru - paru yang
mendasari, penurunan jumlah asam lambung, dan gangguan kekebalan. Selain
itu, mikroorganisme yang terpapar seseorang di rumah sakit seringkali
berbeda dari yang ada di rumah. Mikroorganisme yang didapat di rumah sakit
mungkin termasuk bakteri resisten seperti MRSA , Pseudomonas ,
Enterobacter , dan Serratia . Karena orang dengan pneumonia yang didapat di
rumah sakit biasanya memiliki penyakit yang mendasari dan terkena bakteri
yang lebih berbahaya, itu cenderung lebih mematikan daripada pneumonia
yang didapat dari komunitas. Pneumonia terkait ventilator (VAP) adalah
bagian dari pneumonia yang didapat di rumah sakit. VAP adalah pneumonia
yang terjadi setelah setidaknya 48 jam intubasi dan ventilasi mekanis

2.5. Faktor Resiko


Faktor resiko dan kondisi yang memengaruhi pneumonia mencakup: merokok,
imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit obstruktif paru kronis, penyakit ginjal
kronis, dan penyakit hati. ( Nair, GB 2011). Penggunaan obat-obatan yang
bersifat menekan asam seperti penghambat pompa proton atau antagonis H2
dikaitkan dengan peningkatan risiko pneumonia. (Eom, CS 2011). Usia lanjut
juga berpengaruh pada pneumonia. ( Nair, GB 2011).

2.6. Manisfestasi Klinis


Pasien pneumonia yang menular biasanya menderita batuk produktif, demam
yang disertai menggigil bergetar, sulit bernapas, nyeri dada yang tajam atau
menghunjam selama menarik napas dalam-dalam, dan peningkatan laju respirasi.
Pada manula, adanya kebingungan menjadi tanda yang paling utama (Hoare Z,
2006). Tanda-tanda dan gejala khusus pada anak-anak balita yaitu demam, batuk,
dan napas yang cepat atau sulit (Singh, 2011).
Demam tidak sangat spesifik, karena ini gejala yang umum timbul pada berbagai
penyakit, dan mungkin tidak tampak pada penderita penyakit parah atau
malagizi. Selain itu, gejala batuk sering tidak muncul pada anak-anak berusia
kurang dari 2 bulan (Singh, 2011). Tanda-tanda dan gejala yang lebih parah
meliputi: kulit biru, rasa haus berkurang, konvulsi, muntah-muntah yang
menetap, suhu ekstrem, atau penurunan tingkat kesadaran (Nair, GB, 2011).
Kasus pneumonia bakterial dan viral biasanya muncul dengan gejala yang serupa
(WHO, 2012). Beberapa penyebabnya dikaitkan dengan karakteristik klinis yang
klasik tetapi tidak spesifik. Pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat
muncul disertai nyeri perut, diare, atau kebingungan (Darby, J 2008). sedangkan
pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dikaitkan dengan
sputum berwarna karat (Ortqvist, A 2005). dan pneumonia yang disebabkan oleh
Klebsiella dapat disertai sputum berdarah yang sering digambarkan sebagai
"currant jelly" (lendir merah) (Tintinalli, Judith E. 2010). Sputum berdarah
(dikenal sebagaihemoptisis) juga dapat muncul pada tuberkulosis, pneumonia
gram-negatif, dan abses paru serta umum dijumpai pada bronkitis akut.
Pneumonia mikoplasma dapat timbul bersama pembengkakan nodus limfa di
leher, nyeri sendi, atau infeksi telinga tengah (Nair, GB,2011). Pneumonia viral
lebih umum muncul disertai mengi dibandingkan dengan pneumonia bacterial
(WHO, 2012).
2.7. Patofisiologi
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan pada paru yang timbul karena invasi
dari beberapa patogen dan salah satu penyebab yang paling banyak yaitu bakteri
sehingga bisa menyebabkan gangguan fungsi organ pernapasan seperti kesulitan
untuk bernapas karena kekurangan oksigen (World Health Organization,
2014).Pneumonia disebabkan oleh masuknya partikel kecil pada saluran
pernafasan bagian bawah.masuknya partikel tersebut dapat menyebabkan
kerusakan paru karena mengandung agen penyebab infeksi. Infeksi bisa
disebarkan melalui udara ketika agen masih aktif kemudian masuk ke jaringan
tempat partikel tersebut dapat menyebabkan infeksi .jika partikel memiliki ukuran
yang sangat kecil saat dihirup, maka partikel akan mudah masuk ke jalan nafas dan
alveolus. Rehidrasi dapat menyebabkan bertambahnya ukuran partikel,sehingga
dapat menghambat pernafasan.Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke
dalam paru bagian perifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi endema
akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke
jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu
terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan endema, dan ditemukannya
kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah. Selanjutnya
deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan
terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami
degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebut
stadium resolusi. Sistem brokopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan
tetap normal (Mardjandis, 2015). Paru-paru terdiri dari ribuan bronkhi yang
masing-masing terbagi lagi menjadi bronkhioli, yang tiap-tiap ujungnya berakhir
pada alveoli. Di dalam alveoli terdapat kapiler-kapiler pembuluh darah dimana
terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida. Ketika seseorang menderita
pneumonia, nanah (pus) dan cairan mengisi alveoli tersebut dan menyebabkan
kesulitan penyerapan oksigen sehingga terjadi kesukaran bernapas. Anak yang
menderita pneumonia, kemampuan paruparu untuk mengembang berkurang
sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat agar tidak terjadi hipoksia
(kekurangan oksigen). Apabila pneumonia bertambah parah, paru akan bertambah
kaku dan timbul tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Anak dengan
pneumonia dapat meninggal karena hipoksia atau sepsis (infeksi menyeluruh)
(Depkes, 2012). Infeksi saluran pernafasan juga bisa disebabkan oleh oleh bakteri
yang berada di dalam darah dari daerah lain di tubuh menyebar ke paru-paru.
Pathogen umumnya dikeluarkan melalui batuk yang kemudian ditangkap oleh
system kekebalan tubuh. Jika terlalu banyak mikroorganisme yang lolos dari
system kekebalan tubuh maka terjadi aktivasi imun dan infiltrasi sel dalam system
kekebalan tubuh. Sel tersebut menyebabkan rusaknya selaput lender di dalam
bronki dan selaput alvelokapiler sehingga terjadi infeksi ( Syamsudin and
akeban,2013).Di antara semua pneumonia bakteri, patogenesis dari Pneumonia
pneumococcus merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumococcus
umumnya mencapai alveoli lewat percikan mucus atau saliva. Lobus bagian
bawah paru paling sering terkena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka
Pneumococcus menimbulkan respon khas yang terdiri dari empat tahap yang
berurutan,yaitu:
A. Kongesti (4-12 jam pertama): eksudat serosa masuk krdalam alveoli melalui
pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor
B. Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan
bergranulakarena sel-sel eritrosit, fibrin, dan leukosit PMN mengisialveoli.
C. Hepatisasi Kelabu (3-8 hari): paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi didalam alveoli yangterserang
D. Resolusi (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali pada struktur semula (Price and Wilson,2006).
2.8. Patoflow

2.9. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang terdiri dari 2 macam yaitu, gambaran radiologis, dan
data laboratorium.
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya
lebih dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis
leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan
serologi. Hal ini berjuuan untuk praterapi dan evaluasi terapi selanjutnya (Ward
dkk., 2010).
Kultur darah dapat positif pada 20- 25% penderita yang tidak diobati. Analisis
gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik (PDPI, 2003; Dahlan, 2014).
b. Pemeriksaan Radiologis
Untuk gambaran radiologis, foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa
infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik
dan interstisial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis
etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan
infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
2.10. Terapi Farmakologi

Antibiotik merupakan pilihan utama untuk terapi farmakologis pneumonia


komunitas. Hal ini dikarenakan data epidemiologis pada penelitian - penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa bakteri merupakan patogen yang sering
ditemukan, dan menjadi penyebab utama pneumonia komunitas. Terapi
antibiotik pada pneumonia komunitas dapat diberikan secara empiris maupun
menyesuaikan berdasarkan patogen penyebabnya. Pada salah satu studi
prospektif, tidak ada perbedaan signifikan antara inisiasi pemberian terapi
empirik dengan pemberianterapi sesuai dengan patogen penyebabnya.

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena halitu pe
rlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:

A. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
B. Amantadine, rimantadine, oseltamivir, zanamivir, ribavirin,atau faviriparis :
untuk infeksi pneumonia virus
C. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumoniamikroplasma.
D. Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
E. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
F. Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
G. Azithromycin, clarithromycin, levofloxacin, ceftriaxone, penisilin, atau
doxycycline : Untyk infeksi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
H. Sulfamethoxazole, trimethoprim, voriconazale, atau amphotericin B : Untuk
infeksi pneumonia yang disebabkan oleh jamur

Panduan IDSA/ATS merekomendasikan pemberian Drotrecogin alfa yang


teraktivasi dari golongan imunomodulator pada pasien pneumonia komunitas
dengan komplikasi sepsis berat dan memiliki resiko mortalitas yang tinggi.
Pemberian steroid tidak direkomendasikan pada pasien pneumonia komunitas,
dan di sebuah penelitan menunjukkan bahwa pemberian prednisolone selama
satu minggu tidakmempengaruhi hasil terapi secara signifikan. Pada pasien yang
sudah membaik dapatdilakukan alih terapi dari terapi secara intravena ke oral.
2.11. Terapi Nonfarmakologi
Penderita pneumonia juga disarankan untuk banyak beristirahat, mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, serta banyak minum air putih agar tidak kekurangan
cairan. Jika mengalami gejala yang berat, penderita pneumonia perlu dirawat di
rumah sakit. Selama rawat inap di rumah sakit, penderita akan diberikan
penanganan berupa :
- Pemberian oksigen tambahan melalui selang atau masker oksigen, untuk
mempertahankan kadar oksigen dalam darah
- Pemberian cairan infus, untuk menjaga keseimbangan cairan dan kecukupan
nutrisi
- Rehabilitasi paru, untuk memaksimalkan penyerapan oksigen dengan
melakukan latihan pernapasan

2.12. Komplikasi
- Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli
paru dan infark miokard akut.
- ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
- Empisema
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimplan
Kesimpulan yang bisa dapat diambil dari makalah ini adalah pneumonia
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang tidak mudah
diketahui gejalanya. Penyakit ini menyerang saluran pernafasan yang terbanyak
kasusnya didapatkan di dunia dan sering menyebabkan kematian terbesar, oleh
karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penyakit pneumonia tidak mudah diketahui
gejalanya, pada prinsipnya penatalaksanan utama pneumonia adalah pemberian
antibiotic yang sesuai dengan bakteri penyebab pneumonia. Pemberian antibiotic
bertujuan untuk memberikan terapi sesuai dengan penyebab infeksi. Akan tetapi
sebelum antibiotic definitive dibrtikan antibiotic empiris dan terapi suportiv perlu
diberikan untuk menjaga kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
https://fin.co.id/2020/01/18/450-juta-orang-menderita-pneumonia/
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/download/30266/14024#:~:text
=Menurut%20Kementerian%20Kesehatan%20Republik%20Indonesia,Streptococcus
%20pneumonia%20dan%20Haemophilus%20influenza.
https://jurnal.uns.ac.id/jpscr/article/viewFile/5240/4640
https://www.alodokter.com/mengenal-macam-macam-pneumonia

Asri,yuni.S.kep, Ns.,M.Kes.2013.dasar dasar penyakit jakarta:buku penerbit


kedokteran EGC

http://eprints.umm.ac.id/47589/3/BAB%202.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1012/3/BAB%20II%20.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f331a8a1e413579027127d45
09a339e5.pdf

http://repository.setiabudi.ac.id/3599/4/BAB%20II.pdf

http://repository.ump.ac.id/1420/3/PUNGKI%20RETNOWATI%20BAB%20II.pdf

http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/225/219

https://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/61

http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article

https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article

https://www.slideshare.net/mobile/yesiakd/asuhan-keperawatan-pneumonia
https://drive.google.com/file/d/1eehQCwkZl99482T3eQIUThfkEZAQ5N2C/view?
usp=drivesdk

https://drive.google.com/file/d/1pksIewHIEEWFxpzk2njkwQfA0EjRIKb8/view?
usp=drivesdk

https://drive.google.com/file/d/1M_d3orhGR8mUuW9ewNb8D64zkp5rmTeb/view?
usp=drivesdk

https://drive.google.com/file/d/1M_d3orhGR8mUuW9ewNb8D64zkp5rmTeb/view?
usp=drivesdk

https://books.google.co.id/books?
id=Qqlz9iPXtXcC&pg=PA20&dq=komplikasi+dari+pneumonia&hl=id&sa=X&ved
=2ahUKEwj6t7XzxI3sAhUNSX0KHV_uCTgQ6AEwAHoECAUQAQ#v=onepage&
q=komplikasi%20dari%20pneumonia&f=false
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=9998&bid=4441
http://eprints.undip.ac.id/44856/3/Nur_Muhamad_A_22010110120067_Bab2KTI.pdf
https://id.scribd.com/doc/116239363/Askep-Pneumonia
https://www.nhs.uk/conditions/pneumonia/treatment/

Anda mungkin juga menyukai