Mata Kuliah
ESSENTIALS PATHOPHYSIOLOGY
Pneumonia
Dosen : Ibu Erika Lubis, Skp.MN
Kelompok 2 :
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul "Pneumonia". Makakah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang
telah diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Essential Pathophysiology di
Universitas Binawan. Kami menyadari tanpa adanya bimbingan dan bantuan dari
semua pihak, penyusunan tugas makalah ini tidak dapat terlaksana dan itu semua
sangat berguna bagi kami. Oleh karena tu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1.Ibu Erika Lubis, Siswani Marianna dan Yoanita Hijriyanti selaku dosen mata kuliah
Essential Pathophysiology, yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis
sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan tugas ini.
2.Orang tua yang telah turut membantu, membimbing dan mengatasi berbagai
kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang
bersifat membangun serta mendukung untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk para mahasiswa pada umumnya dan untuk teman
sejawat perawat pada khususnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar pada anak di seluruh dunia.
Sebanyak 920.136 anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat pneumoniapada
tahun 2015. Pneumonia menyumbang sekitar 16 persen dari 5,6 juta kematian
balita, memakan korban sekitar 880.000 anak pada tahun 2016 (UNICEF, 2016).
Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang berakibatkan buruk terhadap
paru-paru yang disebabkan oleh virus bakteri atau jamur. Infeksi ini umumnya
tersebar dari seseorang yang tepapar di lingkungan tempat tinggal atau melakukan
kontak langsung dengan orang-orang yang terinfeksi melalui tangan atau
menghirup udara (droplet) akibat batuk atau bersin (WHO 2016 dalam Nikmah
atika 2018). Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam
bidang kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi saluran
nafas bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan
hampir 3,5 juta kematian per tahun.
Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam bidang
kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi saluran nafas
bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan hampir
3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia dan influenza didapatkan sebagai
penyebab kematian sekitar 50.000 estimasi kematian pada tahun 2010. Menurut
World Health Organization (WHO) telah menyebutkan dari 10 macam penyakit
penyebab angka kematian di dunia, tercatat bahwa infeksi saluran pernapasan
bawah merupakan penyakit infeksi terbesar ke 4 yang menyebabkan kematian di
dunia selama dekade terakhir dengan jumlah kematian mencapai 3,1 juta
kematian pada tahun 2012.
Di Indonesia, kejadian pneumonia pada semua jenjang usia mengalami
peningkatan yaitu dari 1,6% di tahun 2013, meningkat menjadi 2,0% di tahun
2018 (Kementrian Kesehatan RI, 2018). Hasil survei Riskesdas tahun 2018 di
Jawa Timur kejadian kasus pneumonia pada tahun 2013 yaitu 1,0%, dan
meningkat menjadi 1,5% di tahun 2018 (Riskesdas, 2018). Sedangkan pravelensi
Di ponorogo mencapai 1,5% (Riskesdas, 2018).
Di Indonesia pada tahun 2010, pneumonia termasuk dalam 10 besar penyakit
rawat inap di rumah sakit dengan proporsi kasus 53.95% untuk laki-laki dan
46.05% untuk perempuan, dengan crude fatality rate (CFR) 7.6%, paling tinggi
bila dibandingkan penyakit lainnya. Berdasarkan data RISKESDAS 2018
prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) adalah
sekitar 2,0% sedangkan pada tahun 2013 adalah 1.8%.
Pneumonia merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat,yang
merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak-anak dan
orang dewasa. Hal ini diduga karena penyakit ini merupakan penyakit yangakut
dan kualitas penatalaksanaannya belum memadai (Nugroho et al.,
2011).Pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri dan virus. Patogen yang
palingumum adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B
(HIB),dan Respiratory Syncytial Virus (RSV) (Tong, 2013).
Pneumonia merupakanpenyakit yang banyak terjadi di seluruh penjuru dunia
yang telah menginfeksikira-kira 450 juta orang pertahun. Penyakit ini menjadi
penyebab utama jutaankematian pada semua kelompok (7% dari kematian total
dunia) setiap tahun.Angka ini paling besar terjadi pada anak-anak yang berusia
kurang dari 5 tahundan dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun (Langke, 2016).
Pneumonia tentunya perlu mendapat perhatian dan penanganan yang tepat,
mengingat penyakit ini masih menjadi permasalahan kesehatan utama di
Indonesia. Untuk itu, diagnosis yang tepat, pemberian terapi antibiotika yang
efektif, perawatan yang baik, serta usaha preventif yang bermakna terhadap
penyakit ini perlu dilakukan agar berkurangnya morbiditas dan mortalitas pada
pneumonia.
1.2 Tujuan penulisan
Tujuan dituliskannya makalah ini adalah
1.2.1 Tujuan Umum
Menyelesaikan tugas mata kuliah ESSENTIALS PATHOPHYSIOLOGY dan
secara umum ingin dapat memahami proses penyakit pneummonia
1.2.2 Tujuan Khusus.
a.Meriview anatomi fisiologi pada pneumonia
b.Menjelaskan definisi penyakit pneumonia
c.Mengidentifikasikan etiologi penyakit pneumonia
d.Menjelaskan klasifikasi penyakit pneumonia
e.Menjelaskan faktor resiko penyakit pneumonia
f.Menjelaskan manifetasi klinis penyakit pneumonia
g.Mengidentifaksi pemeriksaan penunjang penyakit pneumonia
h.Menjalaskan terapi farmako dan non- farmakologi penyakit pneumonia
i.Menjelaksan komplikasi penyakit pneumonia
1.3 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka
dengan mencari dan membaca beberapa literature yang terkait dengan pneumonia.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 BAB masing-masing BAB berisi
tentang
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang,pengertian,tujuan umum,tujuan khusus dan
sistematika penulisan .
b. BAB II tinjauan pustaka
Bab ini berisikan anatomi fisiologi dan gambar,definisi,etiologi,factor
resiko,manifestasi klinis,patofisiologi,penatalaksanaan,komplikasi.
c. BAB III
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung.
B. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan
jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung,
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
C. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikal dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu
dapatditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis,
berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
D. Trakhea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh
otot polos.
E. Bronchus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai
3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri
dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin
lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa
atau alveoli.
F. Alveolus
Struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga. Terdapat pada parenkim paru-
paru, yang merupakan ujung dari saluran pernapasan, di mana kedua sisi
merupakan tempat pertukaran udara dengan darah. Membran alveolaris adalah
permukaan tempat terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya karbon dioksida
dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah alveolaris, di mana,
melalui difusi, ia melepaskan karbon dioksida dan menyerap oksigen.
G. Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel- sel epitel
dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m2. Pada
lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).Paru-paru dibagi dua yaitu paru-
paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior,
lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri,
terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri
dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru- paru kiri mempunyai 10 segmen
yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-
paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2
buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-
tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus.Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat
sebuah bronkiolus.
H. Pleura
Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membrane serosa (masing-
masing untuk setiap paru) yang mengandung cairan serosa. Paru terinvaginasi
(tertekan yang masuk kedalam) lapisan ini, sehingga menutup cairan tertutup.
Satu bagian melekat pada paru didebut pleura viselaris dan lapisan paru yang
membatasi rongga thoraks disebut pleura parietalis.
2.2 Definisi
Pneumonia merupakan suatu penyakit infeksi pada parenkim paru yang
disebabkan oleh sejumlah bakteri yang berbeda, virus parasit atau jamur. Infeksi
ini menyebabkan peradangan pada paru dan akumulasi eksudat pada jaringan
paru. Selain itu pneumonia juga didefinisikan sebagai peradangan parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencangkup bronkiolus respitorius, dan
alveoli serta menimbulkan kinsolidasi jaringan paru (Dahlan, 2014)
Pneumonia merupakan infeksi pada ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat
disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit
(Depkes RI, 2005). Pneumonia bakteri umumnya lebih lazim terjadi, lebih parah
dan kebanyakan lebih mematikan di daerah tropis (Syamsudin and Keban, 2013).
Menurut muttaqin (2012), pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru
yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisan pada rongga alveoli oleh karena
eksudat yang disebabkan oleh bakteri virus , jamur dan benda asing.
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat. Pnemunonia dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan
pneumonia nosokomial. Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi
akibat infeksi di luar rumah sakit, sedangkan pneumonia nosokomial adalah
pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah
sakit.Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara, klasifikasi paling
sering ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat didapatkannya
pneumonia (pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi pneumonia
juga dapat diklasifikasikanberdasarkan area paru yang terinfeksi (lobar
pneumonia, multilobar pneumonia, bronchial pneumonia, dan intertisial
pneumonia) atau agen kausatif.
Pneumonia juga sering diklasifikasikan berdasarkan kondisi yang mendasari
pasien, seperti pneumonia rekurens (pneumonia yang terjadi berulang kali,
berdasarkan penyakit paru kronik), pneumonia aspirasi (alkoholik, usia tua), dan
pneumonia pada gangguan imun (pneumonia pada pasien tranplantasi organ,
onkologi, dan AIDS).
2.3 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan protozoa. Menurut Nurarif & Kusuma (2015) penyebaran infeksi
terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonie,
melalui selang infus oleh Staphylococcus ureus, sedangkan pada pemakaian
ventilator disebabkan oleh Pseuodomonas aeruginosa dan Enterobacter. Pada
masa kini biasanya terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan
tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik, yang tidak
tepat. Setelah masuk ke paru organisme bermultifikasi dan jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadilah pneumonia.
A. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu Atipikal
organisme bakteri yang termasuk atipikal adalah Mycoplasma sp , Chlamedia sp.,
Legionella sp, dan yang kedua Typical organism penyebab pneumonia berasal
dari gram positif berupa Pneumococcus (Streptococcus pneumonia) adalah
penyebab utama pneumonia dan meningitis pada anak-anak dan orang tua, serta
pada mereka yang terinfeksi . Bakteri ini merupakan bakteri anaeorob facultatif
dan termasuk bakteri pathogen. Di temukan pneumonia komunitas rawat inap di
luar ICU sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas rawat inap di
ICU sebanyak 33%. Staphylococcus aureus yaitu bakteri anaerob fakultatif. Pada
pasien yang diberikan obat secara intravena (intravena drug abusers)
memungkinkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen dari kontaminasi
injeksi awal menuju ke paru-paru. Kuman ini memiliki daya taman paling kuat,
apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini akan timbul tanda khas, yaitu
peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Bakteri ini memiliki Methicillin-
resistant S. Aureus (MRSA) yang berdampak besar dalam pemilihan antibiotik
dimana kuman ini resisten terhadap beberapa antibiotik. Enterococcus (E.
faecalis, E faecium) adalah organisme streptococcus grup D yang merupakan
flora normal usus.
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada pasien
defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat di rumah sakit,
di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan pemasangan
endotracheal tube. Contoh bakteri gram negatif dibawah adalah Pseudomonas
aeruginosa yaitu bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau yang sangat
khas. Klebsiella pneumonia adalah bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak
berkapsul. Pada pasien alkoholisme kronik, diabetes atau PPOK (Penyakit Paru
Obstruktif Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang kuman ini. Haemophilus
influenza yaitu bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul atau tidak
berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggu yaitu encapsulatedtype
B (HIB).
B. Virus
Virus yang umumnya menyebabkan pneumonia antara lain adalah Virus sinsial
pernapasan/ Respiratory Synctitial Virus (RSV), Virus influenza yang menyebar
melalui droplet, biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga
virus penyebabnya adalah Cytomegalivirus, Herpes simplex virus, Varicella
zooster virus, Virus parainfluenza, Adenovirus, Rhinovirus. Setengah dari kasus
pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Di negara berkembang 60% kasus
pneumonia disebabkan oleh bakteri, sementara di negara maju umumnya
disebabkan oleh virus (Kemenkes RI 2012).
C. Jamur
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur umumnya merupakan infeksi sekunder,
artinya muncul akibat suatu penyakit (Mary & Donna, 2014), penyakit ini rentan
pada penderita yang memiliki daya tahan tubuh rendah (immunocompromised)
seperti penderita AIDS dan jamur yang paling sering menyebabkan pneumonia
adalah Pneumocytis carinii. Jamur Histoplasma capsulatum, Aspergilus,
Coccidioides imitis, Blastomises dermatitidis dan Fikomisetes juga dapat
menyebabkan pneumonia. Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan
oleh jamur oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat
menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp., Aspergillus
sp., Cryptococcus neoformans.
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena halitu pe
rlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
A. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
B. Amantadine, rimantadine, oseltamivir, zanamivir, ribavirin,atau faviriparis :
untuk infeksi pneumonia virus
C. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumoniamikroplasma.
D. Menganjurkan untuk tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
E. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
F. Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
G. Azithromycin, clarithromycin, levofloxacin, ceftriaxone, penisilin, atau
doxycycline : Untyk infeksi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
H. Sulfamethoxazole, trimethoprim, voriconazale, atau amphotericin B : Untuk
infeksi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
2.12. Komplikasi
- Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli
paru dan infark miokard akut.
- ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
- Empisema
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimplan
Kesimpulan yang bisa dapat diambil dari makalah ini adalah pneumonia
merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang tidak mudah
diketahui gejalanya. Penyakit ini menyerang saluran pernafasan yang terbanyak
kasusnya didapatkan di dunia dan sering menyebabkan kematian terbesar, oleh
karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penyakit pneumonia tidak mudah diketahui
gejalanya, pada prinsipnya penatalaksanan utama pneumonia adalah pemberian
antibiotic yang sesuai dengan bakteri penyebab pneumonia. Pemberian antibiotic
bertujuan untuk memberikan terapi sesuai dengan penyebab infeksi. Akan tetapi
sebelum antibiotic definitive dibrtikan antibiotic empiris dan terapi suportiv perlu
diberikan untuk menjaga kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
https://fin.co.id/2020/01/18/450-juta-orang-menderita-pneumonia/
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/download/30266/14024#:~:text
=Menurut%20Kementerian%20Kesehatan%20Republik%20Indonesia,Streptococcus
%20pneumonia%20dan%20Haemophilus%20influenza.
https://jurnal.uns.ac.id/jpscr/article/viewFile/5240/4640
https://www.alodokter.com/mengenal-macam-macam-pneumonia
http://eprints.umm.ac.id/47589/3/BAB%202.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1012/3/BAB%20II%20.pdf
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f331a8a1e413579027127d45
09a339e5.pdf
http://repository.setiabudi.ac.id/3599/4/BAB%20II.pdf
http://repository.ump.ac.id/1420/3/PUNGKI%20RETNOWATI%20BAB%20II.pdf
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/225/219
https://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/61
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article
https://www.slideshare.net/mobile/yesiakd/asuhan-keperawatan-pneumonia
https://drive.google.com/file/d/1eehQCwkZl99482T3eQIUThfkEZAQ5N2C/view?
usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1pksIewHIEEWFxpzk2njkwQfA0EjRIKb8/view?
usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1M_d3orhGR8mUuW9ewNb8D64zkp5rmTeb/view?
usp=drivesdk
https://drive.google.com/file/d/1M_d3orhGR8mUuW9ewNb8D64zkp5rmTeb/view?
usp=drivesdk
https://books.google.co.id/books?
id=Qqlz9iPXtXcC&pg=PA20&dq=komplikasi+dari+pneumonia&hl=id&sa=X&ved
=2ahUKEwj6t7XzxI3sAhUNSX0KHV_uCTgQ6AEwAHoECAUQAQ#v=onepage&
q=komplikasi%20dari%20pneumonia&f=false
http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=9998&bid=4441
http://eprints.undip.ac.id/44856/3/Nur_Muhamad_A_22010110120067_Bab2KTI.pdf
https://id.scribd.com/doc/116239363/Askep-Pneumonia
https://www.nhs.uk/conditions/pneumonia/treatment/