Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“PNEUMONIA”

Dosen Pengampu :

Ns.Reny Chaidir, S.Kp, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Febrina Aulia (1912142010031)
Indri Febrianingsih (1912142010119)
Rahma Zikra (1912142010083)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT 4B

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul
“Keperawatan Kritis pada Pasien PNEUMONIA” dapat kami selesaikan dengan
jadwal yang telah direncanakan. Terdorong oleh rasa ingin tahu, kemauan,
kerjasama dan kerjakeras, kami serahkan seluruh upaya demi mewujudkan
keinginan ini.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan
untuk melengkapi dan menyempurnakan suatu mata kuliah.

Kami menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan


dan kesalahan baik cara penulisan ataupun penyusunanya. Oleh karena itu, kami
mohon maaf dan sangat mengharapkan masukan yang sifatnya membangun demi
untuk kesempurnaan makalah ini.

Kami menyadari pula, bahwa selesainya makalah ini tidak lepas dari
dukungan serta bantuan baik berupa moral maupun material dari semua pihak
terkait. Oleh kerena itu, dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan terima
kasih banyak kepada Dosen pembimbing dan rekan mahasiswa yang memberikan
masukan dan petunjuk serta saran-saran yang baik.

Bukittinggi, 14 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHALUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1 Definisi.......................................................................................................................... 3
2.2 Anatomi Fisiologi ........................................................................................................ 3
2.3 Epidemiologi ................................................................................................................ 6
2.4 Etiologi ......................................................................................................................... 6
2.5 Klasifikasi .................................................................................................................... 7
2.6 Patofisiologi ................................................................................................................. 10
2.7 Manefestasi klinis ....................................................................................................... 11
2.8 Pemeriksaan penunjang.............................................................................................. 12
2.9 Penatalaksanaan ......................................................................................................... 12
2.10 Algoritma ................................................................................................................... 15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................... 16

3.1 Pengkajian ................................................................................................................... 16


3.2 Diagnosa keperawatan
3.3 Intervensi keperawatan .............................................................................................. 18
3.4 Implementasi keperawatan ........................................................................................ 21
3.5 Evaluasi ........................................................................................................................ 21

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada
organ paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun parasit
di mana alveoli paru yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer dan terisi oleh cairan.
Pneumonia dapat juga disebabkan oleh iritasi kimia atau fisik dari
paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-
paru atau terlalu banyak minum alkohol. Namun penyebab yang paling
sering ialah serangan bakteri streptococcus pneumoniae atau pneumokokus
(Brunner & Suddarth, 2002).
Pneumonia menjadi salah satu penyakit menular sebagai faktor
penyebab kematian. Pneumonia menjadi target dalam Millenium
Development Goals (MDGs), sebagai upaya untuk mengurangi angka
kematian anak. Berdasarkan data WHO pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta
kematian anak di dunia, dan sebesar 935.000 (15%) kematian anak
disebabkan oleh pneumonia. Sedangkan di Indonesia kasus pneumonia
mencapai 22.000 jiwa menduduki peringkat ke delapan sedunia (WHO,
2014)
Pnemonia merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan yang
salah satunya menjadi penyebab kematian terutama di negara berkembang.
Pneumonia merupakan penyakit terbesar ke dua sesudah diare yang
menyebabkan kematian. Menurut Depkes RI 2010 pneumonia merupakan
peringkat ke sepuluh besar rawat inap di seluruh Indonesia 2010, dengan
angka 3 kejadian 17.311 jiwa (53,95%) laki-laki 46,05% perempuan dan
terdapat 7,6% pasien meninggal. Menurut data WHO dan UNICEF
penyebab utama pneumonia 50% adalah bakteri streptococcus pneumoniae
(bakteri pneumokokus), 20% disebabkan oleh haemophillus

1
influenzaetype B (Hib), sisanya adalah virus dan penyebab lainnya.
(Utomo, 2017).
Pneumonia terdiri dari dua macam, yaitu: Pneumonia yang didapat
dari masyarakat atau Community Acquired Pneumonia (CAP) dan
Pneumonia yang didapat dari dalam rumah sakit atau Hospital Acquired
Pneumonia (HAP). Pneumonia nosokomial merupakan salah satu
komplikasi perawatan di rumah sakit yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas pasien. Insiden pneumonia nosokomial mencapai 30%.
Pneumonia nosokomial yang terjadi dirumah sakit dapat dibagi dua, yaitu:
Hospital Acquired Pneumonia (HAP) dan Ventilator Associated
Pneumonia (VAP). Kedua jenis pneumonia ini masih jadi penyebab
penting dalam angka kematian dan kesakitan pada pasien yang dirawat
dirumah sakit (Sedono, 2007)

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini yaitu apa yang dimaksud dengan
pneumonia,bagaimana anatomi fisiologi,apa epidemiologi, apa etiologi,
bagaimana patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,pemeriksaan
penunjang, penetalaksanaan dan algoritma apa saja pemeriksaan penunjang
dari pneumonia.

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
pneumonia,bagaimana anatomi fisiologi,apa epidemiologi, apa etiologi,
bagaimana patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,pemeriksaan
penunjang,penetalaksanaan dan algoritma apa saja pemeriksaan penunjang
dari pneumonia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi
bakteri,virus maupun jamur.Kantung-kantung kemampuan menyerap oksigen
berkurang.Kekurangn oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa
bekerja.Akibatnya selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh,penderita
pneumonia juga bisa meninggal.

Pneumonia merupakan masalah kesehatan dunia karena angka


kematiannya tinggi,tidak saja di negara berkembang tetapi jugadi negara maju
seperti Amerika Serikat,Kanada dan negara- negara Eropa.
Di Indonesia,pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah kardiovaskuler dan tuberkolosis.Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi anggka kematian.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
1. Saluran Pernafasan Fungsi Bagian Atas (Upper Respiratory Airway)
Secara umum fungsi utama dari saluran pernafasan atas adalah
sebagai saluran udara(air conduction) menuju saluran nafas bagian
bawah untuk pertukaran gas, melindungi (protecting) saluran.
a. Hidung (Cavum Nasalis)
Rongga hidung dilapisi sejenis selaput lendir yang sangat kaya
akan pembuluh darah.rongga ini bersambung dengan lapisan faring
dan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam
rongga hidung.
b. Sinus Paranasanalis
Sinus paranasanalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang
kepala. Nama sinus paranalis sendri yang disesuaikan dengan nama
tulang dimana organ tersebut terdiri atas frontalis, sinus etmoidalis,
sinus spinoidalis dan sinus maskilaris. Fungsi dari sinus adalah

3
untuk menghangatkan dan melembabkan udara, meringankan berat
tulang tengkorak, serta mengatur bunyi suara manusia dengan
ruang resonasi.
c. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampa persambungannya dengan esofagus, pada ketinggian tulang
rawan krikoid, oleh karena itu letak faring dibelakang laring.
d. Laring
Laring terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkan
faring dari columna vertebrata, laring merentang sampai bagian
atas bertebrata servikals dan masuk kedalam trakea dibawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat atau
disatukan oleh ligamen dan membran.
2. Saluran Pernafasan Bagian Bawah
a. Trakea

Trakea atau batang tenggorokan memiliki panjang kira-kira 9cm. Organ


ini merentang laring sampai kira-kira dibagian atas vertebrata torakalis kelima,
dari tempat ini trakea bercabang menjadi dua bronkus.trakea tersusun atas 16-20
lingkaran tak lengkap, berupa cincin-cinin tulang rawan yang disatukan bersama
oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran disebelah belakang trakea, selain
itu trakea juga memuat beberapa jaringan otot.

b. Bronkus dan Bronkeoli

Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada tingkatan vertebrata
torakolaris kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
sejenis sel yang sama.

c. Alveolus

Alveolus terdiri dari bronkiolus dan respiratoris yang terkadang memiliki


kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Alveolus adalah kantung
berdinding tipis yang mengandung udara, melalui seluruh dinding inilah terjadi
pertukaran gas.

4
d. Paru-paru

Paru bagian kiri dan kanan terdapat rongga toraks, paru paru juga dilapisi
pleura, yaitu praiental pleura dan visceral pleura. Didalam rongga pleura terdapat
cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrik. paru kanan dibagi menjadi menjadi
3 lobus yaitu lobus superior,lobus medius, lobus inferior.sedangkan paru kiri
dibagi menjadi 2 lobus yaitu lobus superior lobus inferior.

e. Toraks, Diafragma, dan Pleura

Rongga toraks berfungsi melindungi paru-paru, jantung dan pembuluh


besar, bagian rongga toraks terdiri atas 12 iga kosta. Diafragma terletak dibawah
rongga toraks, pada keadaan relaksasi, diagfragma akan berbentuk kubah. Pleura
merupakan memberan serosa yang menyelimuti paru. Terdapat 2 macam pleura,
yaitu pleura parietal yang melapisi rongga toraks dan pleura viseral yang
menutupi setiap paru-paru.

3. Fisiologi Sistem Pernapasan


a. Stadium Pertama, ditandai dengan fase ventilasi, yaitu masuknya
campuran gas ke dalam dan keluar paru-paru. Mekanisme ini
dimungkinkan karena ada selisih tekanan antara atmosfer dan
alveolus, akibat kerja mekanik otot.
b. Stadium Kedua
Transportasi pada fase ini terjadi dari beberapa aspek :
1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi
eksternal) serta antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.
2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya
dengan distribusi udara dalam alveolus.
3) Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah respimi
atau respirasi internal merupakan stadium akhir dari respirasi,
dimana dioksigen dioksida untuk mendapatkan energi, dan CO2
terbentuk sebagai sampah dari proses metabolisme sel dan
dikeluarkan oleh paru-paru.

5
4) Transportasi adalah merupakan tahap yang mencakup proses
difusi gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis.
Kekuatan untuk mendorong memindah ini diperoleh dari selisih
tekanan parsial antara darah dan fase gas.
5) Perfusi adalah pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan
kapiler paru-paru yang membutuhkan distribusi merata dari udara
dalam paru-paru dan perfusi dalam kapiler.

2.3 Epidemiologi
Epidemiologi penumonia komuniti atau community acquired pneumonia
(CAP) di seluruh dunia berkisar 1,5-14 kasus per 10000 penduduk.Di
Indonesia,prevalensinya sekitar 2%.Angka ini di ambil berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan.Selain itu,angka kejadian pada pasie CAP yang pulang dari
rumah sakit adalah 412 per 10000 orang.Pneumonia komuniti masih
merupakan salah satu penyebab kematian utama dari tahun 2015-2018 pada
anak berusia dibawah 5 tahun sekitar 500.000 kasus per tahun dengan 425
pasien meninggal.

2.4 Etiologi
Menurut buku pneumonia,Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia yang di terbitkan oleh PDPI tahun 2003 klasifikasi pneumonia
yaitu :
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
 Pneumonia komuniti
 Pneumonia nasokomial
 Pneumonia aspirasi
 Pneumonia pada penderita immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab
Sebadian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara
primer atau sekunder setelah infeksi virus.
Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah :

6
 Bakteri staphylococcusaureus dan streptokokus
betahemolitikus grup A juga sering menyebabkan
pneumonia.demikian juga Pseudomonas aeruginosa.
 Pneumonia bakteri/tipikal dapat teradi pada semua umur.
3. Virus,antara lain :
 Virus sinsisial pernapasan
 Hanta virus
 Virus influenza
 Virus parainfluenza
 Adenovirus
 Rhinovirus
 Virus hepes simpleks
 Sitomegalovirus
 Rubela
 Varisella
4. Mikroplasma (menyerang anak di usia atas balita)
2.5 Klasifikasi
.
1. Pneumonia Atipik (walking pneumonia)
Adalah pneumonia akibat infeksi paru oleh organisme selain
bakteri,virus atau jamur.Kebanyakan di sebabkan oleh legionnale
pneumopbila,mycoplsma pneumoniae dan cblamydia
pneuminiae.Umumnya pneumonia atipik merupakan pneumonia
ringan kecuali jika penyebabnya adalah legionnale,di mana
penyakitnya bisa cukup berat,dengan angka kematian yang tinggi.
 Penyebab :
Pneumonia atipik disebabkan oleh organisme mirip
bakteri,yaitu mikoplasma dan klamidia.Pneumonia
mikoplasma sering kali menyerang usia muda dan bisa
menimbulkan gejala di luar paru-paru (misalnya anemia dan
ruam kulit) serta sindrom neurologis (misalnya

7
meningitis,mielitis dan ensefalitis).Pneumonia klamida dapat
terjadi sepanjang tahun dan merupakan 5-15 % dari seluruh
kasus pneumonia.
 Faktor risiko
a. Lanjut usia
b. Perokok
c. Penderita penyakit menahun
d. Penderita gangguan sistem kekebalan
 Gejala
a. Menggigil
b. Demam
c. Batuk (bisa batuk kering maupun batuk berdahak)
d. Ruam (terutama jika penyebab mikoplasma)
e. Diare (terutama penyebabnya legionnale)

2. Pneumonia Jamur
Adalah pneumonia infeksi paru-paru yang disebabkan oleh
jamur.Kebanyakan orang yang terinfeksi hanya akan mengalami
gejala ringan dan biasanya mereka tidak sadar sudah terinfeksi.
 Penyebab
a. Histoplasma capsulatum
b. Coccidioides immitis
c. Blastomyces dermatitidis

Infeksi jamur lainnya terjadi terutama pda penderita dengan gangguan


sistem kekebalan tubuh,seperti :

 Kriptokokosis yang disebabkan oleh cryptococcus


neoformans.Kriptokokosis bisa menyebar,terutama ke
meningens,yang akan menyebabkan meningitis kriptokokus.
 Aspergilosis yang disebabkan oleh candida.Sering terjadi pada
seseorang dengan jumlah sel darah putih yang rendah,seperti
penderita leukimia yang menjalani kemoterapi.

8
 Mukormikosis infeksi yamg sering menyerang penderita
diabetes daan leukimia.Namun penderita dengan gangguan
sistem kekebalan dan AIDS sulit untuk sembuh.
 Gelaja
Gejala yang mungkin timbul adalah batuk,demam,nyeri sendi
dan nyeri dibagian dada.
Infeksi dapat menyebabkan pneumonia akut atau berkembang
menjadi pneumonia kronis dengan gejala menetp selama
berbulan-bulan.
Infeksi juga dapat menyebar kebagian tubuh lain terutama
sumsum tulang,hati,limpa dan saluran pencernaan.
3. Pneumonia virus
 Penyebab
 Virus sinsial pernapasan
 Hantavirus
 Virus influenza
 Adenovirus
 Rhinovirus
 Virus herpes simpleks
 Gejala
 Batuk
 Sakit kepala
 Kaku dan nyeri otot
 Sesak napas
 Demam menggigil
 Berkeringat
 Lelah
 Kulit lembab
 Mual dan muntah
 Kekakuan pada sendi

9
4. Pneumonitis Hipersensitif
Peradangna paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen
(bahan asing) yang terhirup
 Penyebab
Pneumonitis hipersensitif merupakan penyakit akibat
pekerjaan,dimana terjadi pemaparan akibat alergen bahan
kimia atau debu organik (berasal dari hewan,tumbuhan atau
jamur) yang menyebabkan penyakit paru akut maupun
kronis.Pmaparan juga bisa terjadi di rumah yaitu dari jamur
yang tumbuh dalam alat pelembab udara,sistem pendinginan
(AC) atau sistem pemanas.Contoh pneumonitis hipersensitif
yang terjadi karena menghirup bakteri termofilik di gudang
tempat penyimpanan jerami secara berulang.
Umumnya pemaparan terhadap alergen yang sering dan terus-
menerus.

2.6 Patofisiologi

Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di
orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan
sumber patogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor
risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta
yang berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas.Faktor resiko kritis
adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU. Faktor
predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan
tidak adanya pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi
kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi.Proses infeksi dimana patogen
tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah dapat melewati
mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia, dan
mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler
(leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi
menyebabkan peradangan membran paru ( bagian dari sawar-udara alveoli)
sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini

10
menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen
menurun.Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi
sel radang dan cairan,dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk
membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru
menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis,
asidosis respiratorik dan kematian.

2.7 Manifestasi Klinis

Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non


produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau
bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak.Gejala umum lainnya
adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk
karena nyeri dada.Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan
dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan
taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau
terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.

Manifestasi klinik pneumonia berdasarkan World Health Organization


(WHO) (2005) yaitu batuk dan/atau kesulitan bernapas ditambah minimal
salah satu hal berikut ini yaitu :

a. Kepala terangguk-angguk
b. Pernapasan cuping hidung
c. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
d. Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia
Selain itu terdapat juga tanda berikut ini :
a. Nafas cepat
 Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
 Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
 Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
 Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
b. Suara merintih pada bayi

11
c. Pada auskultasi terdengar :
 Crackles (ronki)
 Suara pernapasan menurun
 Suara pernapasan bronkial

Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai :

o Tidak dapat minum/makan atau memuntahkan semuanya


o Kejang, letargis atau tidak sadar
o Sianosis
o Distress pernapasan berat

2.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Radiologi Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan
pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan
diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan
intertisial serta gambaran kavitas.
b. Laboratorium
Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan
leukopenia.
c. Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah
untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi
antigen polisakarida pneumokokkus.
d. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut
menunjukkan asidosis respiratorik.
2.9 Penatalaksanaan
Karena penyebab pneumonia bervariasi membuat penanganannya pun
akan disesuaikan dengan penyebab tersebut. Selain itu, penanganan dan

12
pengobatan pada pasien pneumonia tergantung dari tinggkat keparahan
gejala yang timbul dari infeksi pneumonia itu sendiri. (Wahyudi, 2020)
a. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri Maka pemberian antibiotik
adalah yang paling tepat. Pengobatan haruslah benar-benar komplit sampai
benar-benar tidak lagi adanya gejala pada pasien.
Selain itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum harus tidak lagi
menampakkan adanya bakteri pneumonia. Jika pengobatan ini tidak
dilakukan secara komplit maka suatu saat pneumonia akan kembali
mendera si pasien. (Wahyudi, 2020)
1) Untuk bakteri Streptococus Pneumoniae Bisa diatasi dengan
pemberian vaksin dan antibiotik. Ada dua vaksin tersedia, yaitu
pneumococcal conjugate vaccine dan pneumococcal polysacharide
vaccine. Pneumococcal conjugate vaccine adalah vaksin yang
menjadi bagian dari imunisasi bayi dan direkomendasikan untuk
semua anak dibawah usia 2 tahun dan anak-anak yang berumur 2-4
tahun. Sementara itu pneumococcal polysacharide vaccine
direkomendasikan bagi orang dewasa. Sedangkan antibiotik yang
sering digunakan dalam perawatan tipe pneumonia ini termasuk
penicillin, amoxcillin, dan clavulanic acid, serta macrolide
antibiotics, termasuk erythromycin. (Wahyudi, 2020)
2) Untuk bakteri Hemophilus Influenzae Antibiotik yang bermanfaat
dalam kasus ini adalah generasi cephalosporins kedua dan ketiga,
amoxillin dan clavulanic acid, fluoroquinolones (lefofloxacin),
maxifloxacin oral, gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan
trimethoprim. (Wahyudi, 2020)
3) Untuk bakteri Mycoplasma Dengan cara memberikan antibiotik
macrolides (erythromycin, clarithomycin, azithromicin dan
fluoroquinolones), antibiotik ini umum diresepkan untuk merawat
mycoplasma pneumonia. (Wahyudi, 2020)
b. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus Pengobatannya hampir sama
dengan pengobatan pada pasien flu. Namun, yang lebih ditekankan dalam
menangani penyakit pneumonia ini adalah banyak beristirahat dan

13
pemberian nutrisi yang baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.
Sebab bagaimana pun juga virus akan dikalahkan jika daya tahan tubuh
sangat baik. (Wahyudi, 2020)
c. Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur Cara pengobatannya akan
sama dengan cara mengobati panyakit jamur lainnya. Hal yang paling
penting adalah pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi pneumonia.
(Wahyudi, 2020)

14
2.10 Algoritma

ALGORITMA TERAPI

Pasien dengan tanda-tanda


Pasien dengan hasil Pasien dengan
vital yang tidak normal
laboratorium : penyakit pneumonia
CAP a. Kesadaran, compos
a. Hb 12 mg/Dl
mentis
b. Eritrosit 45000
b. RR 27x/menit
c. Trombosit 250000 Pasien berusia <50 c. Nadi 120x/menit
d. Leukosit 12000 tahun d. TD 160/100 mmHg
e. Hemotokrit 36%
e. T 38,5oC
f. LED 11 mm/jam,
f. Pemeriksaan
g. Pemeriksaan auskultasi terdengar
Memiliki riwayat
radiologi bunyi ronki pada
penyakit hipertensi
(+pneumonia) paru-paru kanan
stage 2

Terapi non farmakologi Terapi farmakologi


1. Istirahat yang cukup a. Levoflaxacine : 500mg 1xsehari :
2. Konsumsi makanan yang 10 hari
mengandung karbohidrat, mineral, b. Chlorthalidone : 12,5mg 1xsehari :
vitamin dan protein 8 minggu
3. Olahraga secara teratur c. Asetilsistein : 5-10 ml (nebulizer) :
4. Mengatur nafas dipagi hari saat 8 jam sekali : 7 hari
bangun tidur

Evaluasi dan mentoring :

a. Keberhasilan terapi
TD : 140/90 mmHg
RR : 16-24x/menit
Nadi : 60-100x/menit
Hematocrit : 40-50%
Leukosit 5000-10000
b. Efek samping obat
Levofloxacine : sakit kepala,insomnia, rash edema
Chlorthalidone : hipotensi, diare dan konstipasi
Asetilsistein : spasme bronkus, timbul mual, muntah, stomatitis,
pilek, hemoptysis dan terbentuknya secret berlebihan 15
c. Interaksi obat
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1) Identitas
Terdiri dari nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.

2) Focus pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji :
a. Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah ,
riwayat penyakit pernafasan, pengobatan yang dilakukan di rumah
dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik
Demam, dyspnea, tachipneu, menggunakan otot pernafasan
tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
c. Factor perkembangan
Umum, tingkat perkembanagan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme
koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/keluarga
Pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang
penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

3) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : lemah
b. Tingkat kesadaran kesehatan : kesadaran normal,letargi, stupor,
koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit.
c. Tanda-tanda vital
1. Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi, hipertensi
2. Frekuensi pernafasan : takipnea, dyspnea progresif, pernafasan
dangkal, penggunaan oto bantu pernafasan, pelebaran nasal.

16
3. Suhu tubuh hipertensi akibar penyebaran toksik
mikroorganisme yang direspon oleh hipotalamus
d. Berat badan dan tinggi badan kecenderungan berat badan anak
mengalami penurunan.
e. Intergumen kulit
1. Warna : pucat sampai sianosis
2. Suhu : pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah
hipertermi teratasi kulit akan teraba dingin.
3. Turgor : menurun ketika dehidrasi
f. Kepala
1. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2. Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembekakan yang
nyata
3. Periksa hygiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan
rambut, perubahan warna
g. System pulmonal
1. Inspeksi : adanya PCH-adanya sesak napas, dyspnea, sianosis
sirkumoral, distensi abdomen. Batuk : non produktif sampai
produktif dan nyeri dada.
2. Palpasi : fremitus raba meningkat disisi yang sakit, hati
kemungkinan membesar
3. Perkusi : suara redup pada paru yang sakit
4. Auskultasi : rankhi halus , rankhi basah , tachycardia
h. System kardiovaskuler
Subjektif : sakit kepala
Objektif : denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun
i. System neurosensory
Subjektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang.
Objektif : GCS menurun, reflex menurun/normal, letargi
j. System genitourinaria
Subjektif : mual, kadang muntah

17
Objektif : konsistensi feses normal/diare
k. System digestif
Subjektif : -
Objektif : produksi urin menurun/normal
l. System musculoskeletal
Subjektif : lemah, cepat lelah
Objektif : tonus otot menurun , nyeri otot, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan

4) Pemeriksaan penunjang
a. Hb : menurun
b. Analisa gas darah : asidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen
darah, kadar karbon darah meningkat
c. Eletrolit : natrium / kalsium menurun

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan jumlah secret/sputum
pada jalan nafas.
2. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan difusi O2 hipoventilasi

3.3 Intervensi keperawatan

No SDKI SIKI SLKI


1. Bersihan jalan nafas Kriteria hasil Observasi
tidak efektif b.d  batuk efektif  Monitor pola
peningkatan jumlah meningkat napas
secret/sputum pada jalan  produksi sputum  Monitor bunyi
nafas. menurun napas tambahan
Tanda mayor  mengi menurun Terapeutik
Subjektif  weezing menurun  Monitor sputum
Objektif  dispnea menurun  Pertahankan
 Batuk tidak  ortopnea menurun kepatenan jalan

18
efektif  sianosis menurun napas
 Sputum berlebih  frekuensi napas  Posisikan semi-
 Mengi,wheezing membaik fowlwer atau
Tanda minor  pola napas fowler
Subjektif membaik  Lakuakn

 Dipsnea fisioterapi

 Sulit bcara dada,jika perlu


 Lakukan
 ortopnea
penghisapan
Objektif
lendir kurang
 sianosis
dari 15 detik
 bunyi napas
Edukasi
menurun
Ajarkan teknik
 frekuensi napas
batuk efektif
berubah
Kolaborasi
 pola napas
Kolaborasi
berubah
pemberian
bronkodilator,eksp
ektoran,
mukolitik,jika
perlu
2. Gangguan pertukaran gas Kriteria hasil Observasi
b.d penurunan difusi O2  Tingkat kesadadaran  Monitor
hipoventilasi meningkat frekuensi,irama,ke
Tanda mayor  Dipsnea menurun dalaman dan
Subjektif  Bunyi napas tambahan upaya napas
 Dipsnea menurun  Monitor pola
 Diaforesis menurun napas
Objektif  PCO2 membaik  Monitor
 PCO2  PO2 membaik kemampuan batuk
meningkat/menur  Takikardi membaik efektif
 Pola napas membaik  Monitor adanya

19
un  Warna kulit membaik sputum
 PO2 menurun  Monitor adanya
 Takikardi sumbatan jalan

 pH arteri napas

meningkat/menur  Palpasi

un kesimetrisan

 bunyi napas ekspansi paru

tambahan  Auskultasi bunyi


napas
Tanda minor
 Monitor saturasi
Subjektif
oksigen
 Pusing  Monitor nilai
 Penglihatan AGD
kabur  Monitor hasil x-
ray toraks
Objektif
Terapeutik
 Sianosis
 Atur interval
 diaforesis
pemantauan
 Pola napas
respirasi sesuai
abnormal
kondisi pasien
 Warna kulit
 Dokumentasikan
abnormal
hasil pemantauan
 Kesadaran
Edukasi
menurun
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

20
3.4 Implementasi keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencsna keperawatan oleh
perawat terhadap pasien.

3.5 Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.

21
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu radang yang disebabkan oleh bermacam
macam etiologi seperti bakteri,virus,jamur dan benda asing yang
menimbulkan tanda dan gejala awal batuk hingga bisa menyebabkan sesak
napas.Pneumonia dapat menimbulkan komplikasi yang dapat merusak
organ sehingga membutuhkan penanganan yang tepat untuk mengatasi
masalah keperawatan pada pasien pneumonia.
3.2 Saran
Kami harap makalah kami dapat memberikan ilmu kepada siapa
yang membaca terutama pada mahasiswa keperawatan pada khususnya
mengetahui pengertian, tindakan, penanganan awal, serta mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/7689/3/BAB%20II%20Tinjauan
%20pustaka.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1012/3/BAB%20II%20.pdf

N FRIDA,Buku penyakit Paru-paru dan Pernapasan : CV Pemularangsih

Buku penyakit Paru dan Saluran Napas

Kajiaan literatur : “perawatan mulut sebagai intervensi pencegahan


ventilator-assositerd pneumonia pada pasien kritis”

Pengaruh Mobilisasi dan Fisioterapi Dada terhadap Kejadian ventilator-


assositerd pneumonia di Unit Perawatan Intensif

Tingkat Pengetahuan Perawat dan penerapan ventilator-assositerd


pneumonia bundle di Ruang Perawatan Intensif

PDT Dini sebagai untuk mencegah pneumonia dan mempermudah


perawatan pasien stroke di ICU

23

Anda mungkin juga menyukai