Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

PNEUMONIA

Disusun Oleh:

Chelsea Hadi 150100100

Catherine 150100106

Reza Himawan 1500100124

Pembimbing :

dr. Lenny Evalina Sihotang, Sp.PD

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dibacakan pada tanggal :


Nilai :

COW Pembimbing I COW Pembimbing II

dr. Henri Sibarani dr. Daniel R. Situmorang

Pemimpin Sidang

dr. Lenny Evalina Sihotang, Sp. PD

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Pneumonia”.

Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti


Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
USU di RSUP Haji Adam Malik. Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh
dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diharapkan demi kesempuraan laporan kasus ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan ....................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Laporan Kasus ................................................................... 2
1.3 Manfaat Laporan Kasus ................................................................. 2
BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 3
2.1 Definisi .......................................................................................... 3
2.2 Etiologi ........................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi....................................................................................... 4
2.4 Faktor Risiko dan Faktor Predisposisi ........................................... 6
2.5 Patogenesis ..................................................................................... 8
2.6 Patofisiologi ................................................................................... 10
2.7 Manifestasi Klinis .......................................................................... 12
2.8 Diagnosis ........................................................................................ 13
2.9 Diagnosis Banding ......................................................................... 15
2.10 Komplikasi ................................................................................... 16
2.11 Tatalaksana ................................................................................... 16
2.12 Pencegahan ................................................................................... 18
BAB III Laporan Kasus ................................................................................ 20
BAB IV Diskusi Kasus ................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini kasus pneumonia sering terjadi, bahkan penyakit ini menjadi infeksi
tersering kedua yang terjadi di rumah sakit. Pneumonia adalah penyebab kematian
nomor delapan di antara orang dewasa di Amerika Serikat dan mengakibatkan
lebih dari 60.000 kematian setiap tahunnya.1

Pneumonia adalah infeksi di paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus


atau jamur. Penyakit ini dapat menyebabkan penumpukan cairan, kerusakan paru-
paru, gangguan pernapasan, dan berbagai masalah di bagian tubuh lainnya. Di
Amerika, kurang lebih satu juta orang dewasa dirawat di rumah sakit dengan
diagnosa pneumonia setiap tahun, dan 20 persen dari mereka tidak bertahan
hidup.2

Menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit pneumonia mencapai


4,5%, dengan penderita laki-laki lebih banyak dari perempuan, dan sering pada
kategori usia balita (12-23 bulan) dan dewasa (65-75 tahun). Provinsi yang
mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua umur adalah
Nusa Tenggara Timur (10,3%) dan Papua (8,2%).3

Pneumonia dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu Community-Acquired


Pneumonia (CAP), Healthcare-Associated Pneumonia (HAP) dan Ventilator-
Associated Pneumonia. Pneumonia yang didapat komunitas adalah ketika
seseorang menderita pneumonia di lingkungan komunitas dimana penderita
berada (bukan di rumah sakit). Pneumonia terkait layanan kesehatan adalah ketika
seseorang menderita pneumonia selama atau setelah tinggal di fasilitas perawatan
kesehatan. Fasilitas layanan kesehatan meliputi rumah sakit, fasilitas perawatan
jangka panjang, dan pusat dialisis. Pneumonia yang berhubungan dengan
ventilator adalah ketika seseorang terkena pneumonia setelah menggunakan

1
2

ventilator, mesin yang mendukung pernafasan. Bakteri dan virus yang paling
umum menyebabkan pneumonia di masyarakat berbeda dari yang ada di
rangkaian layanan kesehatan.4

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk menguraikan teori-teori
tentang Pneumonia mulai dari definisi sampai diagnosis, pentalaksanaan, dan
prognosisnya.Penyusunan laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.

1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
dan mengenal Pneumonia, terutama tentang penegakan diagnosis dan
tatalaksananya.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
5
Pneumonia merupakan suatu infeksi pada parenkim paru. Dari definisi lain,
pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorus dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
6
setempat. Mikroorganisme cenderung menyerang traktus respiratorius bawah
melalui aspirasi sekret orofaringeal dan berhubungan dengan flora bakteri,
6
inhalasi dari aerosol yang terinfeksi dan penyebaran hematogenik. Kecepatan
perkembangan (penyemaian) mikroorganisme dalam traktus respiratorius bawah
tergantung pada ukuran inokulum, virulensi mikroorganisme dan kerentanan
6
hospes. Selain itu, terdapat salah satu definisi klasik yang menyatakan bahwa
pneumonia adalah penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak nafas,
7
demam, ronki basah halus dengan gambaran infiltrat pada foto polos dada.

2.2 Etiologi

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri)


dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain misalnya bahan kimia (hidrokarbon)
8
atau benda asing yang teraspirasi. Terdapatnya bakteri di paru merupakan akibat
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan,
9
sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.

Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar

negeri banyak disebabkan oleh bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di

rumah sakit banyak disebabkan Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi

banyak disebabkan oleh bakteri anaerob.10

3
4

Infeksi Bakteri Infeksi Atipikal Infeksi Jamur


Streptococcus pneumonia Mycoplasma pneumonia Aspergillus

Haemophillus influenza Legionella pneumophillia Histoplasmosis

Klebsiella pneumonia Coxiella burnetti Candida

Pseudomonas aeruginosa Chlamydia psittaci Nocardia

Gram- negatif ( E. Coli)

Infeksi Virus Infeksi Protozoa Penyebab Lain


Influenza Pneumocytis carinii Aspirasi

Coxsackie Toxoplasmosis Pneumonia lipoid

Adenovirus Amoebiasis Bronkiektasis

Sinsitial respiratori Fibrosis kistik

Tabel 2.1 Etiologi pneumonia9

2.3Klasifikasi11

1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis

 Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

 Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial


pneumonia)

 Pneumonia aspirasi

 Pneumonia pada penderita Immunocompromised


5

Tabel 2.2 Klasifikasi pneumonia 12

Pembagian ini penting untuk memudahkan penatalaksanaan.

2. Berdasarkan bakteri penyebab

 Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa


bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya
Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza.

 Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia

 Pneumonia virus

 Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama


pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
6

3. Berdasarkan predileksi infeksi

 Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan
orang tua

 Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau
proses keganasan.

 Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan


paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan
orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus.

 Pneumonia interstisial

2.4 Faktor Risiko dan Faktor Predisposisi

Berikut merupakan faktor resiko yang menyebabkan seseorang mudah terkena


11, 13
pneumonia:

a. Usia (usia > 65 tahun; dan usia < 5 tahun)


Anak-anak dengan usia 0-24 bulan lebih rentan terhadap penyakitpneumonia
dibandinkan ank dengan usia di atas 2 tahun, karena imunitas yangbelum
sempurna dan lubang pernafasan yang masih relatif sempit. Sedangkanpada usia>
65 tahun, tubuh manusia sudah mengalami penurunan sistem imunsehingga
menyebabkan seseorang mudah terkena infeksi.

b. Malnutrisi
Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita denganstatus
gizi yang kurang akan menyebabkan terjadinya penurunan daya tahantubuh. Anak
dengan gizi kurang lebih berisiko terkena penyakit pneumonia.

c. Jenis kelamin
Di dalam buku pedoman P2 ISPA, disebutkan jenis kelamin laki-
lakimempunyai resiko lebih tinggi terkena infeksi dibandingkan perempuan.
7

d. Riwayat BBLR
Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram lebih berisiko
terhadapkematian karena zat anti kekebalan di dalam tubuh belum sempurna dan
lebihbesar resikonya untuk menderita pneumonia.

e. Riwayat pemberian ASI


ASI sebagai sumber gizi dan berkomposisi seimbang dan mengandungsumber
kekebalan tubuh bayi ketika tubuh bayi belum mampu memproduksi
zatkekebalannya sendiri. Pemberian ASI dapat menurunkan risiko pneumonia
padabayi dan balita sebesar 4,59 kali. Bayi yang diberi ASI eksklusif akan
lebihsehat dan jarang sakit di bandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI
ekslusif.

f. Status imunisasi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian imunisasi campak
danpertusis (DPT) dapat mencegah terjadinya pneumoni.Pemberian imunisasi
campak dapat mencegah kematian pneumonia sekitar 11%, imunisasi
DPTdapatmencegah kematian pneumonia sekitar 6%.

g. Defisiensi vitamin A
Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurunsehingga
mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea dan parumengalami
keratinisasi sehingga mudah dimasuki oleh kumandan virus yangmenyebabkan
infeksi saluran nafas terutamapneumonia. Pemberian vitamin Aberguna dalam
mengurangi beratnya penyakit dan mencegah terjadinyakematian akibat
pneumonia.
h. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisikdan
mental pada masa Balita. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematianyang
lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal terutamapada
bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat kekebalan
8

kurangsempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi terutama


pneumonia
dan infeksi saluran pernafasan lainnya.

Selain faktor resiko, juga terdapat faktor predisposisi seseorang rentan terkena
pneumonia, yaitu:
a. Kelainan anatomi kongenital (fistula trakeoesofagus, penyakit jantung bawaan)
b. Gangguan fungsi imun (penggunaan obat sitostatika, steroid jangka panjang,
atau akibat penyakit tertentu misalnya HIV)
c. Gangguan neuromuskular
d. Kontaminasi perinatal
e. Gangguan klirens mukus/sekresi, misalnya kasus aspirasi
f. Peny. Kronik (ginjal, paru, diabetes mellitus, dan lain-lain)

2.5 Patogenesis
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan 3 faktor yaitu kelemahan daya
tahan tubuh inang, mikroorganisme yang menyerang pasien dan paparan jumlah
mikroorganisme yang banyak. Pneumonia biasanya terjadi karena mikroaspirasi
patogen yang berada pada saluran nafas atas ke saluran nafas bawah yang
steril.14Patogenesis pneumoniamencakup interaksi antaramikroorganisme
penyebab yang masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuhpasien.2
Sebagian besar pneumonia timbul akibat kuman mencapai alveoli
melaluiinhalasi,aspirasi kuman orofaring, dan hanya sebagian kecil merupakan
akibat penyebaranhematogen dari fokus infeksi lainatau penyebaran langsung dari
lokasi infeksi.11

Pada bagian saluran nafas bawah,kuman menghadapi daya tahan tubuh berupa
sistem pertahanan mukosilier, dayatahan selular makrofag alveolar, limfosit
bronkial danneutrofil.6Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme
termasuk barieranatomi dan barier mekanik, juga sistem pertahanan tubuh lokal
maupun sistemik. Barieranatomi dan mekanik diantaranya adalah filtrasi partikel
9

di hidung, pencegahan aspirasidengan refleks epiglotis, ekspulsi benda asing


elalui refleks batuk, pembersihan ke arahkranial oleh lapisan mukosilier.Sitem
pertahanan tubuh yang terlibat baik sekresi lokalimmunoglobulin A maupun
respon inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin,imunoglobulin,
alveolar makrofag dan cell mediated immunity.11
Pneumoni yang terjadi akibat inokulasi patogen yang berbeda juga
akanmenimbulkan respon inflamasi akut pada penjamu yang berbeda
pula.11Pneumoni bacterial terjadi karena inhalasi atau aspirasi patogen, kadang-
kadang terjadi melalui penyebaran hematogen. Ketika bakteri mencapai alveoli,
maka bakteri akan ditangkap oleh lapisan cairan epitelial yang mengandug
opsonin dan tergantung pada respon immunologis penjamu, akan terbentuk
antibodi IgG spesifik. Dari proses ini, maka terjadi fagositosis oleh makrofag
alveolar (sel alveolar tipe II), sebagian kuman akan dilisis melalui perantaraan
komplemen. Ketika mekanisme ini tidak dapat merusak bakteri dalam alveolar,
leukosit PMN dengan aktifitas fagositosis akan direkrut dengan perantaraan
sitokin sehingga terjadi respon inflamasi, yang mengakibatkan terjadinya
kongestivaskular dan edema yang luas. Kuman akan dilapisi oleh cairan edematus
yang berasal dari alveolus ke dalam alveolus melalui pori Kohn. Fase ini secara
histopatologi disebut sebagai red hepatization. Tahap berikutnya adalah grey
hepatization yang ditandai denganfagositosis aktif oleh leukosit PMN. Pelepasan
komponen dinding bakteri melaluidegradasi enzimatik akan meningkatkan respon
inflamasi dan efek sitotoksik teradap selparu.7Pneumoni viral, biasanya
melibatkan invasi virus ke saluran nafas kecil dan alveoli,umumnya bersifat
patchy dan mengenai banyak lobus. Pada infeksi virus ditandai denganadanya lesi
awal berupa kerusakan silia epitel dengan akumulasi debris ke dalam
lumen.Respon inflamasi awal adalah infiltrasi sel-sel mononuklear ke dalam
submukosa danperivaskular. Bila proses ini meluas, dengan adanya sejumlah
debris dan mukus serta sel-selinflamasi yang meningkat, maka akan terjadi
obstruksi baik parsial maupun total.Respon inflamasi yang berat akan
mengakibatkan terjadinya denudasi (pengelupasan)
10

epitel dan akan terbentuk eksudat hemoragik. Pneumonia viral merupakan


predisposisiterjadinya pneumoni bakterial karena rusaknya barier mukosa.11

2.6 Patofisiologi
Mikroorganisme dapat mencapai saluran pernafasan bagian bawah melalui
berbagai jalur. Yang paling sering adalah akibat aspirasi melalui orofaring.
Aspirasi dengan jumlah kecil sering terjadi pada pasien dengan penurunan
kesadaran dan sebagai akibatnya banyak patogen yang terinhalasi dalam bentuk
droplet yang terkontaminasi.
Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa alveoli
(kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Hal ini menyebabkan rasio
ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen menurun.15Akibatnya kemampuan
paru sebagai tempat pertukaran gas terutama oksigen (O2) akan
terganggu.11Kekurangan oksigen (O2) dalam sel-sel tubuh akan menganggu proses
metabolisme tubuh. Terhadap gangguan ventlilasi akibat gangguan volume ini
tubuh akan berusaha mengkompensasi dengan cara meningkatkan volume tidal
dan frekuensi nafas, sehingga secara klinis terlihat takipnea dan dyspnea dengan
tanda-tanda inspiratory effort. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik,
proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi
seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleuraatau empiema), jaringan
paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumothoraks). Bahkan bila
terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh
tubuh.5Akibat penurunan ventilasi maka rasio optimal antara ventilasi perfusi
tidak tercapai (V/Q < 4/5) yang disebut dengan ventilation perfusion mismatch.
Dengan berkurangnya volume paru secara fungsional karena proses inflamasi
maka akan mengganggu proses difusi dan menyebabkan gangguan pertuaran gas
yang berakibat terjadinya hipoksia dan pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal
nafas.11
11

Gambar 2.1 Patofisiologi pneumonia


12

2.7 Manifestasi Klinis


Gejala dan klinis pneumonia bervariasi tergantung kuman penyebab, usia
pasien dan status imunologis pasien dan beratnya penyakit.7 Gejala dan tanda
pneumonia dapat dibedakan menjadi gejala umum infeksi (non spesifik), gejala
pulmonal, pleural dan ekstrapulmonal. 7 Gejala non spesifik meliputi demam,
menggigil, sefalgia dan gelisah. Beberapa mungkin mengalami gangguan
gastrointestinal, seperti muntah, kembung, diare atau sakit perut.Gejala
pulmonal timbul beberapa saat setelah proses infeksi berlangsung, meliputi,
batuk pilek, gejala nafas cuping hidung, takipnea, dispnea dan apnea bau
timbul. Otot bantu nafas interkostal dan abdominal mungkin dapat dijumpai.
Wheezing mungkin ditemui pada anak-anak dengan asma atau bronkiolitis yang
disebabkan oleh pneumonia viral atau mikoplasma. Gejala pleura yang
dimaksud, meliputi nyeri dada pada daerah yang terkena, sehingga membatasi
gerakan dinding dada selama inspirasi dan kadang menyebar ke leher dan perut.
Gejala ekstrapulmonal seperti abses pada kulit atau jaringan lunak (pada
infeksi S. aureus), otitis media, konjungtivitis, sinusitis (pada infeksi
S.pneumoniaatau H.influenza), epiglotitis dan meningitis (pada infeksi
H.influenza),mungkin dapat dijumpai.
13

Tabel 2.3 Kriteria minor dan mayor pneumonia14

2.8 Diagnosa
a. Anamnesis
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien pneumonia adalah sesak
napas,peningkatan suhu tubuh, dan batuk.8Pada pasien dengan pneumonia,
keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum
obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk yang
tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif
dengan mucus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, dan seringkali berbau
busuk. Pasien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil.
Adanya keluhan nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
lemas, dan kepala nyeri.

b. Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas,pada palpasi
fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara
14

napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus,
yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi11

c. Pemeriksaan penunjang
Selain secara klinis, diagnosis pneumonia didasarkan atas beberapa temuan
pada beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
1. Chest X-ray.
Foto posisi AP/L diperlukan untuk memberikan gambaran infiltrat multiple
untuk menentukan lokasi luas kelainan dan kemungkinan adanya penyebaran serta
komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, dan efusi pleura. Selain
itu, terdapat gambaran yang khas seperti pneumatokel, empiema, dan
piopneumotoraks dan abses paru (misalnya pada infeksi S. aureus). Gambaran
pembesaran hilus sering terjadi pada infeksi S.aureusdan H.influenza.
2. Analisis gas darah
Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnyakerusakan
paruparu.Analisa gas darah dapat menunjukkan keadaan hipoksemia
danmengidentifikasi adanya asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan
gagalnapas.8
3. Pemeriksaan darah lengkap
Pada pemeriksaan laboratorium tes darah rutin terdapat peningkatan seldarah
putih (White blood Cells, WBC) biasanya didapatkan jumlah WBC 15.000-
40.000/mm3, jika disebabkan oleh virus atau mikoplasme jumlah WBC dapat
normal atau menurun. Dalam keadaan leukopenia laju endap darah (LED)
biasanya meningkat hingga 100/mm3dan protein reaktif C mengkonfirmasi infeksi
bakteri.
4. Biakan darah
Kultur darah merupakan cara yang spesifik untuk diagnostik tetapi hanyadapat
positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.9Kultur darahdirekomendasikan
pada pneumonia berat dan pada bayi usia < 3 bulan.7
15

5. Polymerase Chain Reaction


PCR bermanfaat untuk diagnosis, namun karena mahal dan tidak tersediasecara
luas dan tidak banyak berpengaruh pada penanganan awal, maka PCR tidak
direkomendasikan.
Derajat keparahan infeksi pneumonia, rencana terapi, dan mortalitas pasien
pneumonia dapat dinilai dengan menggunakan CURB-65.

Tabel 2.4CURB-6516

2.9 Diagnosa Banding

Dengan Kelainan Pada Gambaran Tanpa Kelainan Pada Gambaran


Radiografi Dada Radiografi Dada
Tuberkulosis PPOK
Tumor paru Influenza
Fibrosis pulmonal Bronkitis
Bronkiektasis Pertusis
Cocaine-induced lung injury Asma
(crack lung)
Tabel 2.5 Diagnosis banding dari Pneumonia 13
16

2.10 Komplikasi
Berikut merupakan komplikasi yang dapat timbul akibat terjadinya
pneumonia :7,15
a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi.
b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli
parudan infark miokard akut.
c. ARDS(Acute Respiratory Distress Syndrom)
d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
e. Sepsis
f. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
g. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
h. Abses paru
i. Efusi pleura
j. Empiema
k. Pneumotoraks
l. Piopneumotoraks
m. Pneumatokel

2.11 Tatalaksana
Kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia adalah:6
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang dari 70 maka penderita tetap perlu rawat inap bila
dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini:
a. Frekuensi nafas > 30 kali/menit
b. PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg
c. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
d. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
e. Tekanan sistolik < 90mmHg
f. Tekanan diastolik < 60 mmHg
17

Pengobatan pneumonia terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif.6,8,15


1. Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia diberikan berdasarkan data
mikroorganismedan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan
yaitu penyakit yangberat dapat mengancam jiwa, bakteri patogen yang
berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia dan hasil
pembiakan bakteri memerlukan waktu.Maka pada penderita pneumonia dapat
diberikan terapi secara empiris. Terapi antibiotika awal yang diberikan
menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada klasifikasi pneumoniadan
kemungkinan organisme, dan kemudian disesuaikan bila sudah ada hasil dan
sensitivitas antibiotika.
2. Tindakan suportif
a. Pemberian oksigen untuk mempertahankan PaO2> 8 kPa (SaO2< 90%).
Bantuan ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif kontinu
(continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin
diperlukan pada gagal napas.
b. Fisioterapi dan bronkoskopi mungkin perlu dilakukan untuk membantu
membersihkan sputum.
c. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat dengan memberikan cairan
rumatan yang mengandung gula dan elektrolit yang cukup dan disesuaikan
dengan berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
d. Koreksi kelainan elektrolit atau metabolik yang terjadi, misalnya pada
keadaan hipoglikemi ataupun asidosis.
18

Tabel 2.5 Terapi antibiotik pneumonia17

2.12 Pencegahan5,7,11
Pemberian imunisasi sangat penting dalam pencegahan pneumonia. Pneumonia
diketahui dapat sevagai komplikasi dari campak, pertussis dan varicella sehingga
imunisasi dengan vaksin yang berhubungan dengan penyakit tersebut sangat
membantu menurunkan insidensi terjadinya pneumonia.
Pemberian imunisasi Hib dapat mencegah pneumonia yang disebabkan oleh
Hemophyllus influenza. Vaksin pneumokokal heptavalen menurnkan insidensi
invasive pneumococcal disesase yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus
pneumoniae.
19

Gaya hidup sehat dengan mengurangi paparan terhadap asam rokok ataupun
polusi udara lainnya juga turut memberikan peran dalam penurunan insidensi
kasus pneumonia.

Tabel 2.6 Pencegahan Pneumonia Nosokomial5


20

BAB 3

LAPORAN KASUS

Nomor Rekam Medis: 77.05.73

Tanggal masuk : 03/03/2019 Dokter ruangan:

dr. Zulqodri

Jam : 16.05 Dokter Chief of Ward:

dr. Daniel R. Situmorang

dr. Henry Sibarani

Ruang : RA2 2.1.1 Dokter Penanggung


Jawab Pasien: dr. Zuhrial,
Sp.PD

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Senjata Bukit

Umur : 63 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku : Batak

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Bawang Kec Dolok Silau


21

ANAMNESA PENYAKIT

Keluhan Utama : Batuk

Telaah : Hal ini dialami OS sejak 1 minggu ini dan semakin memberat dalam tiga
hari. Batuk berdahak warna putih kekuningan. Riwayat keringat pada malam hari
tidak dijumpai. Riwayat batuk berdarah tidak dijumpai. Dijumpai riwayat tidur
terganggu akibat batuk. OS mengaku bahwa dia adalah seorang perokok berat. OS
sudah merokok selama 20 tahun sebanyak 1 bungkus per hari.

Sesak nafas dialami pasien selama kurang lebih 1 minggu. Sesak tidak
berhubungan dengan aktivitas ataupun cuaca. Riwayat terbangun tengah malam
karena sesak nafas tidak dijumpai. Os tidur menggunakan satu bantal.

Demam dialami os selama satu minggu. Demam tidak terlalu tinggi dan bersifat
naik turun. Demam menggigil tidak dijumpai. Riwayat bepergian ke daerah
endemis tidak dijumpai. Demam turun dengan obat penurun panas.

Penurunan berat badan tidak dijumpai. OS belum pernah di riwayat di rumah sakit
sebelumnya. Riwayat sakit jantung tidak dijumpai. Riwayat darah tinggi tidak
dijumpai. Riwayat sakit gula tidak dijumpai.

BAB dalam batas normal. BAK dalam batas normal.

RPT :-

RPO :-
22

ANAMNESIS ORGAN

Jantung Sesak napas :+ Edema :-

Angina pectoris :- Palpitasi :-

Lain – lain :-

Saluran pernafasan Batuk – batuk : + Asma, bronkitis: -

Dahak :+ Lain – lain :-

Saluran pencernaan Nafsu makan : normal Penurunan BB : -

Keluhan menelan: - Keluhan defekasi : -

Keluhan perut : - Lain – lain :-

Saluran urogenital Sakit buang air kecil : - BAK tersendat : -

Mengandung batu :- Keadaan urin : -

Haid :- Lain – lain :-

Sendi dan tulang Sakit pinggang :- Keterbatasan gerak : -

Keluhan persendian :- Lain – lain :-

Endokrin Haus/polidipsi :- Gugup :-

Poliuri :- Perubahan suara: -

Polifagi :- Lain – lain :-

Saraf pusat Sakit kepala :- Hoyong :-


23

Lain – lain :-

Darah dan pembuluh darah Pucat :- Perdarahan :-

Petechiae :- Purpura :-

Dan lain – lain : -

Sirkulasi perifer Claudicatio intermitten : - Lain – lain : -

Anamnesis family : -

PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

STATUS PRESENS :

Keadaan Umum Keadaan Penyakit

Sensorium : Compos Mentis Pancaran wajah : baik

Tekanan darah :110/70 mmHg Sikap paksa :(-)

Nadi : 90 x/menit Refleks fisiologis :(+)

Pernafasan : 26 x/menit Refleks patologis :(-)

Temperatur : 37,8⁰C

Anemia (-/-), Ikterus (-), Dispnoe (-)

Sianosis (-), Edema (-), Purpura (-)

Turgor Kulit: Baik

Keadaan Gizi :

BW = BB / (TB-100) x 100 %

=109,9%

Berat Badan : 60 kg
24

Tinggi Badan : 155cm

IMT : 23,9 kg/m2 (normoweight)

Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterus

(-/-), pupil : isokor, ukuran 3mm, refleks cahaya direk (+)


/indirek (+), kesan normal

Telinga : Dalam batas normal

Hidung : Dalam batas normal

Mulut : Bibir :Dalam batas normal

Gigi geligi :Dalam batas normal

Tonsil/Faring :Dalam batas normal

LEHER

Trakea : medial, pembesaran KGB ( - ), Struma ( - ), TVJ : R-2 cm H2O, Kaku


kuduk ( - ), lain-lain ( - )

THORAKS DEPAN

Inspeksi

Bentuk : Simetris Fusiformis

Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di kedua lapangan


paru

Palpasi

Nyeri tekan : Tidak dijumpai

Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri kesan normal

Iktus : tidak teraba


25

Perkusi

Paru

Batas Paru Hati R/A : Relatif ICS IV, absolute ICS V

Peranjakan : ± 1 cm

Jantung

Batas atas jantung : ICS II LMCS

Batas kiri jantung : ICS IV 1cm medial LMCS

Batas kanan jantung : ICS IV Linea parasternal dextra

Auskultasi

Paru

Suara Pernafasan : bronkial

Suara Tambahan : ronkhi basah

Jantung

M1>M2,P2>P1,T1>T2,A2>A1, desah sistolis (-), desah diastolik (-), lain-lain (-)

Heart rate : 90x/menit, reguler, intensitas: cukup

THORAX BELAKANG

Inspeksi : Simetris fusiformis

Palpasi : Stem fremitus lapangan paru atas kanan = kiri,


kesan meningkat

Perkusi : Sonor memendek pada lapangan atas kedua paru

Auskultasi : Suara Pernafasan = bronchial

Suara Tambahan = ronkhi basah (+) pada lapangan


atas kedua paru

ABDOMEN

Inspeksi

Bentuk : Simetris
26

Gerakan usus : normal

Vena kolateral :-

Caput medusa :-

Lain-lain :-

Palpasi

Dinding abdomen : Soepel

HATI

Permukaan : tidak teraba

Pinggir : tidak teraba

Ukuran : tidak teraba

Nyeri Tekan :(-)

LIMFA

Pembesaran : Schuffner ( - ), Haecket( - )

GINJAL

Ballotement :(-)

UTERUS / OVARIUM :-

TUMOR :(-)

PERKUSI

Pekak Hati :-

Pekak Beralih :-

AUSKULTASI

Peristaltik usus : Normoperistaltik

Lain-lain :(-)

PINGGANG

Nyeri ketuk Sudut KostoVertebra ( - )


27

INGUINAL : Tidak dilakukan pemeriksaan

GENITALIA LUAR : Tidak dilakukan pemeriksaan

PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT)

Perineum :Tidak dilakukan pemeriksaan

Spincter Ani :Tidak dilakukan pemeriksaan

Ampula :Tidak dilakukan pemeriksaan

Mukosa :Tidak dilakukan pemeriksaan

Sarung tangan :Tidak dilakukan pemeriksaan

ANGGOTA GERAK ATAS

Deformitas sendi : (-)

Lokasi : (-)

Jari tubuh : (-)

Tremor ujung jari : (-)

Telapak tangan sembab : (-)

Sianosis : (-)

Eritema Palmaris : (-)

Lain-lain : (-)

ANGGOTA GERAK BAWAH Kiri Kanan

Edema - -

Arteri femoralis + +

Arteri tibialis posterior + +

Arteri dorsalis pedis + +

Refleks KPR + +

Refleks APR + +

Refleks fisiologis + +
28

Refleks patologis - -

Lain-lain - -

PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN

Tanggal : 12/2/2019

Darah Kemih Tinja

Hb :12.3 g/dL Warna: Kuning Warna : kuning-


cokelat
Eritrosit : 3.24 x Kejernihan: jernih
106/mm3 Konsistensi :
Bau : -
lembek
Leukosit: 9.25 x
103/mm3 Eritrosit : negatif
Protein: negatif
Trombosit: 200 x Leukosit : negatif
103/mm3 Reduksi: negatif
Amoeba/Kista :
Ht : 29% Bilirubin: negatif negatif

Urobilinogen : negatif Telur


CacingAscaris :
Hitung Jenis:
negatif
Eosinofil: 2.7 % Sedimen urine
Ancylostoma :
Basofil: 0.1 % Eritrosit : 0-1 /lpb negatif

Neutrofil : 74.4 % Leukosit: 0-2 /lpb T. Trichiura :


negatif
Limfosit: 16.4 % Epitel gepeng : 0-1 /lpb
Kremi: negatif
Monosit: 6.4 % Silinder : 0-1 /lpb

Kristal : negatif
29

Bakteri : negative

Metabolit Karbohidrat:

KGD sewaktu 122


mg/dL

Blood Urea Nitrogen


(BUN) 17 mg/dL

Ureum 36 mg/dL

Kreatinin 1.93 mg/dL

Elektrolit

Natrium (Na) 140


mEq/L

Kalium (K) 5.2 mEq/L

Klorida (Cl) 94 mEq/L

RESUME

ANAMNESA Keluhan : batuk


Utama

Telaah : -Hal ini dialami 1 minggu sebelum


masuk Rumah Sakit. Awalnya batuk biasa
kemudian selama 3 hari kondisi batuk
semakin memberat.
-Dijumpai batuk berdahak warna putih
30

kekuningan. Tidak dijumpai batuk


berdarah. Sesak nafas dijumpai.
Pasien sulit tidur akibat batuk. Pasien
mengaku bahwa dia adalah seorang
perokok.
-Os mengalami demam selama 1 minggu.
Demam tidak terlalu tinggi (37C-37,5C)
dan sifat demam naik turun. Tidak
dijumpai mual dan muntah.
-BAB dan BAK dalam batas normal.
Tidak dijumpai kelainan jantung. Riwayat
darah tinggi disangkal. Riwayat sakit gula
tidak dijumpai.

RPT: -
RPO: -

STATUS PRESENS Keadaan Umum : Sedang


Keadaan Penyakit : Sedang
Keadaan Gizi : Normal

PEMERIKSAAN Sensorium : Compos Mentis


FISIK Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 90x/i
Pernafasan : 26x/i
Temperatur : 37,8°C
Kepala
Mata: Anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
Telinga/Hidung/Mulut: Dalam batas normal
31

Leher: Dalam batas normal


Thoraks
Inspeksi: Simetris Fusiformis
Palpasi: SF Kanan = Kiri, kesan meningkat pada kedua
lapangan paru bagian atas
Perkusi: Sonor memendek pada kedua lapangan paru bagian
atas
Auskultasi:
- Suara pernafasan: bronkial
- Suara tambahan: ronkhi basah (+) pada kedua
lapangan paru bagian atas
Abdomen
Inspeksi:
- Simetris , tidak membesar
Palpasi: Soepel, H/R/L tidak
teraba
Perkusi: soepel, nyeri tekan (-)
Auskultasi : Normoperistaltik
Ekstremitas
Edema ekstremitas superior (-/-), edema
ekstremitas inferior (-/-), CRT < 2 s. Ulkus
ekstremitas inferior (-/-)

LABORATORIUM Hb: 12,3 g/dL


Eritrosit: 3,5 x 106/mm3
RUTIN
Leukosit: 9250 /uL
Trombosit: 200.000/uL
Ht: 29%
MCV : 86 fL
MCH: 28,6 pg
MCHC: 33,3 g/dl
32

KGDs: 122 g/dL

Hitung Jenis:
Eosinofil: 2,7%
Basofil: 0,1%
Neutofil : 74,4%
Limfosit: 16,4%
Monosit: 6,4%
Metabolisme karbohidrat :
GDS : 122 mg/dL
BUN : 17 mg/dL
Ureum : 36mg/dL
Kreatinin : 1,9mg/dL
Elektrolit :
Natrium : 140 mEq/L
Kalium : 5,2 mEq/L
Klorida : 94 mEq/L

Urinalisa : Warna kuning, reduksi (-), bilirubin (-),


urobilinogen (-), eritrosit, leukosit epitel kristal (-)

Feses Rutin : warna feses kuning, eritrosit (-), leukosit (-),


telur cacing (-)

DIAGNOSA Pneumonia CAP dd/ HAP


BANDING TB paru
COPD
Tumor Paru

DIAGNOSA Pneumonia CAP


SEMENTARA
33

PENATALAKSANA Aktivitas: Tirah baring


AN

Tindakan suportif: IVFD Nacl 0,9 % 20 gtt/i


O2 2-4 L/jam
Diet : MB

Medikamentosa:
- Ceftriaxone 2gr/ 24 j dalam 100 c NaCl 0,9% habis
dalam 30 menit
- Azithromycin 1x500mg
- N-acetylcysteine 3x200mg
- Paracetamol 3x500mg

Rencana Penjajakan Diagnostik/ Tindakan Lanjutan


1. EKG
2. Foto Toraks
3. Kultur Sputum
34

BAB 4
Follow Up
FOLLOW UP TANGGAL 04/03/2019

S Batuk, sesak

Sens: CM, TD: 90/60 mmHg Hr: 92x/i, RR: 20x/i, T: 38ºC

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik(-/-)

Leher: TVJ R-2 cm H2O

Thorax: simetris fusiformis, strem fremitus ka=ki, sonor pada kedua paru

SP: bronkial (+/+)

O ST: ronkhi basah (+/+)

Abdomen: Soepel, H/L/R tidak teraba, normoperistaltik

Ekstremitas:

Superior: edema (-/-), CRT < 2 detik

Inferior: Ulkus (-/-), pus (-), bau (-), darah (-), nyeri (-), pitting edema (-)

Kesan: -

A Pneumonia CAP

 Tirah baring
 Paracetamol 3x500mg
 Ceftriaxone 2 gr / 24 jam
P  Azithromycin 1x500 mg

R Konsul PAI, Kultur sputum, Spirometri

Konsul PAI : batuk (+) berdahak, sesak nafas(+)


35

Rencana : Spirometri

FOLLOW UP TANGGAL 05/03/2019

S Batuk

Sens: CM, TD: 90/60 mmHg Hr: 92x/i, RR: 20x/i, T: 37,8ºC

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik(-/-)

Leher: TVJ R-2 cm H2O

Thorax: simetris fusiformis, strem fremitus ka=ki, sonor pada kedua paru

SP: bronchial (+/+)

O ST: ronkhi basah+/+)

Abdomen: Soepel, H/L/R tidak teraba, normoperistaltik

Ekstremitas:

Superior: edema (-/-), CRT < 2 detik

Inferior: Ulkus (-/-), pus (-), bau (-), darah (-), nyeri (-), pitting edema (-)

Kesan: -

A Pneumonia CAP

 Tirah baring
 Ceftriaxone 2gr/24 jam
P
 Azithromycin 1x500 mg
 Paracetamol 3x500 mg

R Kultur Sputum, urinalisa dan feces rutin


36

FOLLOW UP TANGGAL 06/03/2019

S Batuk, sulit tidur

Sens: CM, TD: 90/70 mmHg Hr: 88x/i, RR: 20x/i, T: 37ºC

Mata: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik(-/-)

Leher: TVJ R-2 cm H2O

Thorax: simetris fusiformis, strem fremitus ka=ki, sonor pada kedua paru

SP: Bronkial (+/+)

O ST: ronkhi basah (+/+)

Abdomen: Soepel, H/L/R tidak teraba, normoperistaltik

Ekstremitas:

Superior: edema (-/-), CRT < 2 detik

Inferior: Ulkus (-/-), pus (-), bau (-), darah (-), nyeri (-), pitting edema (-)

Kesan: -

A Pneumonia CAP

 Tirah baring
 Ceftriaxone 2 gr/ 24 j
P
 N-acetylcysteine 3x200 mg
 Paracetamol 3x500 mg

R Viral marker, swab tenggorok untuk konfirmasi stage


37

BAB 5
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Definisi
Pneumonia adalah infeksi di paru-paru Pasien SB, laki-laki, usia 63 tahun,
yang disebabkan oleh bakteri, virus datang dengan keluhan batuk. Hal ini
atau jamur. Penyakit ini dapat dialami pasien selama satu minggu
menyebabkan penumpukan cairan, terakhir dan memberat dalam 3 hari
kerusakan paru-paru dan gangguan sebelum masuk RS. Batuk disertai
pernapasan. dahak berwarna putih kekuningan.
Sesak napas disangkal. Keluhan demam
dijumpai pada pasien selama kurang
lebih satu minggu. Demam tidak terlalu
tinggi dan bersifat naik turun.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering dijumpai Pada pasien dijumpai batuk, demam,
pada Pneumonia meliputi pernafasan bronkial dan rokhi basah
-Gejala non spesifik : demam, pada kedua lapangan paru bagian atas.
menggigil, sefalgia, gangguan
gastrointestinal.
-Gejala pulmonal : batuk, pilek,
takipnea, dispnea, wheezing,
-Gejala pleural: nyeri dada
-Gejala ekstrapulmonal : abses pada
kulit, otitis media, konjungtivitis,
sinusitis, epiglotitis, meningitis
38

Pasien laki-laki berusia 63 tahun, status


gizi baik, riwayat BBLR tidak
diketahui, riwayat pemberian ASI tidak
diketahui, status imunisasi tidak
diketahui, defisiensi Vit A (-)

Anamnesis
Keluhan utama : batuk. Batuk bersifat -Hal ini dialami 1 minggu sebelum
produktif dengan adanya dahak masuk Rumah Sakit. Awalnya batuk
berwarna putih kekuningan. Dijumpai biasa kemudian selama 3 hari
demam pada pasien yang bersifat naik kondisi batuk semakin memberat.
turun dan demam tidak terlalu tinggi. -Dijumpai batuk berdahak warna
putih kekuningan. Tidak dijumpai
batuk berdarah. Sesak nafas tidak
dijumpai.
Pasien sulit tidur akibat batuk.
Pasien mengaku bahwa dia adalah
seorang perokok.
-Dijumpai demam selama kurang
lebih 1 minggu. Demam tidak
terlalu tinggi (37C-37,5C) dan sifat
demam naik turun. Tidak dijumpai
mual dan muntah.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :ketinggalan bernafas pada Pada pasien dijumpai:
bagian yang sakit Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi: fremitus mengeras Palpasi : SF Kanan= Kiri, kesan
Perkusi: redup memanjang
Auskultasi: Perkusi : Sonor
39

SP: bronkovesikuler sampai bronkial.


ST: ronki basah halus atau ronki basah Auskultasi :
- Suara pernafasan : bronchial
- Suara tambahan : ronkhi basah

Pemeriksaan Penunjang
- Chest X-ray Pada pasien ini sudah dilakukan foto
- Analisa gas darah: hipoksemia thoraks PA dan pemeriksaan darah
- Pemeriksaan darah lengkap(WBC, lengkap.
LED,CRP) - Hasil foto thorax PA dijumpai
- Biakan darah kedua paru hiperlescent
- PCR - Pada pemeriksaan darah lengkap
ditemukan :
Hb: 12,3 g/dL
Eritrosit: 3,24 x 106/mm3
Leukosit: 9,25 x 106/mm3
Trombosit: 200.000/uL
Ht: 29%
MCV : 86 fL
MCH: 28,6 pg
MCHC: 33,3 g/dl
KGDs: 122 g/dL

Hitung Jenis:
Eosinofil: 0,4%
Basofil: 0,04%
Neutofil Segmen: 6,97%
Limfosit: 2,17%
Monosit: 1,11%
40

BAB 6
KESIMPULAN

Seorang laki-laki, Senjata Bukit , 63 tahun, didiagnosa dengan Pneumonia


CAP. Ditatalaksana dengan pemberian Ceftriaxone 2 gr /24 jam dalam 100 cc
NaCl 0,9% habis dalam 30 menit, Azithromycin 1x500mg, Paracetamol 3x500
mg, dan N-acestylcysteine 3x200mg Pasien masuk ke RSUP HAM sejak tanggal
3 Maret 2019 hingga tanggal 9 Maret 2019 di RA2.
41

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaysin, A & Vierra, A.J. 2016, Community Acquired Pneumonia in
Adults : Diagnosis and Management, American Family Physician, vol. 9.
2. Elsevier. 2017, World Pneumonia Day 2017, 12th of November. Available
at https://elsevier.com/health/medicine/journals/world-pneumonia-day-
2017
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013, Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, p.67-68
4. CDC, 2018. “Causes of Pneumonia “Accessed at:
https://www.cdc.gov/pneumonia/causes.html
5. Mandell,L.A., dan Wunderink, R. 2012. Pneumonia. Dalam: Longo,D.L,
Fauci, A.S, Kasper, D.L, Hauser, S.L, Jameson, J.L, Loscalzo, J. (eds.)
Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 18. USA: McGraw-Hill
Companies, Inc. pp. 2130-2141
6. Hidayatunnuzaha, O. 2013. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat “X” pada tahun 2010. Universitas Muhammadyah Surakarta
ETD-db. Available at : http://eprints.ums.ac.id/24236/2/3._Bab_I.pdf
7. Setyoningrum, R.A. 2006. Pneumonia. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Available at http://old.pediatrik.com/pkb/061022023132-
f6vo140.pdf

8. Hidayah, N. 2011. Korelasi Drug Related Problems (DRPs) Penggunaan
Antibiotika Terhadap Outcomes Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Periode Oktober-
Desember 2010 dan Periode Januari Maret 2011. Universitas Sumatera
Utara Institutional Repository. Dikutip dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33132/4/Chapter%20II.
9. Rizkianti, A. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita 1—59 Bulan yang Dirawat Inap di RSUP
Pershabatan Jakarta Tahun2008. Perpustakaan Universitas Indonesia.
42

Dikutip dari: http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126560-S-5738-


Faktor-faktor%20yang- Literatur.pdf
10. Konsensus Pneumonia, Pneumonia Komunitas
11. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2013. Pneumonia Komuniti.
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Dikutip dari:
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus

pneumoniakom/pnkomuniti.pdf


12. American Thoracic Society; Infectious Diseases Society of America:


Guidelines for the management of adults with hospital-acquired,
ventilator-associated, and healthcare associated pneumonia. Am J Respir
Crit Care Med 171:388–416, 2005.
13. Richard, G.W., dan Grant, W.W. 2014. Community-Acquired Pneumonia.
New England Journal of Medicine 370: 543-551.
14. Moran, G.J., dan Waxman, M.A. 2018, ‘Pneumonia’ , in Rosen’s
Emergency Medicine: Concepts and Clinical Practice, Chapter 66: 871-
880.
15. Rahmawati, F.A. 2014. Angka Kejadian Pneumonia pada Pasien Sepsis di
ICU RSUP Dr. Kariadi Semarang. Diponegoro University Institutional
Repository.
16. CURB-65 Scoring and Risk Stratification for Pneumonia - Admission
Assessment, accessed at 9th March 2019, available at:
https://www.grepmed.com/images/747/severity-diagnosis-score-
admission-curb65-stratification-risk
17. Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, et al. Infectious Diseases
Society of America/American Thoracic Society consensus guidelines on
the management of community-acquired pneumonia in adults. Clin Infect
Dis. 2007;44(suppl 2):S27-S72.
43

Anda mungkin juga menyukai