PNEUMONIA
Disusun Oleh:
Catherine 150100106
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Pemimpin Sidang
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Pneumonia”.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ....................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Laporan Kasus ................................................................... 2
1.3 Manfaat Laporan Kasus ................................................................. 2
BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 3
2.1 Definisi .......................................................................................... 3
2.2 Etiologi ........................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi....................................................................................... 4
2.4 Faktor Risiko dan Faktor Predisposisi ........................................... 6
2.5 Patogenesis ..................................................................................... 8
2.6 Patofisiologi ................................................................................... 10
2.7 Manifestasi Klinis .......................................................................... 12
2.8 Diagnosis ........................................................................................ 13
2.9 Diagnosis Banding ......................................................................... 15
2.10 Komplikasi ................................................................................... 16
2.11 Tatalaksana ................................................................................... 16
2.12 Pencegahan ................................................................................... 18
BAB III Laporan Kasus ................................................................................ 20
BAB IV Diskusi Kasus ................................................................................... 38
BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
ventilator, mesin yang mendukung pernafasan. Bakteri dan virus yang paling
umum menyebabkan pneumonia di masyarakat berbeda dari yang ada di
rangkaian layanan kesehatan.4
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk menguraikan teori-teori
tentang Pneumonia mulai dari definisi sampai diagnosis, pentalaksanaan, dan
prognosisnya.Penyusunan laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
dan mengenal Pneumonia, terutama tentang penegakan diagnosis dan
tatalaksananya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
5
Pneumonia merupakan suatu infeksi pada parenkim paru. Dari definisi lain,
pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorus dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
6
setempat. Mikroorganisme cenderung menyerang traktus respiratorius bawah
melalui aspirasi sekret orofaringeal dan berhubungan dengan flora bakteri,
6
inhalasi dari aerosol yang terinfeksi dan penyebaran hematogenik. Kecepatan
perkembangan (penyemaian) mikroorganisme dalam traktus respiratorius bawah
tergantung pada ukuran inokulum, virulensi mikroorganisme dan kerentanan
6
hospes. Selain itu, terdapat salah satu definisi klasik yang menyatakan bahwa
pneumonia adalah penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak nafas,
7
demam, ronki basah halus dengan gambaran infiltrat pada foto polos dada.
2.2 Etiologi
3
4
2.3Klasifikasi11
Pneumonia aspirasi
Pneumonia virus
Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan
orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau
proses keganasan.
Pneumonia interstisial
b. Malnutrisi
Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita denganstatus
gizi yang kurang akan menyebabkan terjadinya penurunan daya tahantubuh. Anak
dengan gizi kurang lebih berisiko terkena penyakit pneumonia.
c. Jenis kelamin
Di dalam buku pedoman P2 ISPA, disebutkan jenis kelamin laki-
lakimempunyai resiko lebih tinggi terkena infeksi dibandingkan perempuan.
7
d. Riwayat BBLR
Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram lebih berisiko
terhadapkematian karena zat anti kekebalan di dalam tubuh belum sempurna dan
lebihbesar resikonya untuk menderita pneumonia.
f. Status imunisasi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian imunisasi campak
danpertusis (DPT) dapat mencegah terjadinya pneumoni.Pemberian imunisasi
campak dapat mencegah kematian pneumonia sekitar 11%, imunisasi
DPTdapatmencegah kematian pneumonia sekitar 6%.
g. Defisiensi vitamin A
Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurunsehingga
mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea dan parumengalami
keratinisasi sehingga mudah dimasuki oleh kumandan virus yangmenyebabkan
infeksi saluran nafas terutamapneumonia. Pemberian vitamin Aberguna dalam
mengurangi beratnya penyakit dan mencegah terjadinyakematian akibat
pneumonia.
h. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Berat badan lahir rendah menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisikdan
mental pada masa Balita. Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematianyang
lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal terutamapada
bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat kekebalan
8
Selain faktor resiko, juga terdapat faktor predisposisi seseorang rentan terkena
pneumonia, yaitu:
a. Kelainan anatomi kongenital (fistula trakeoesofagus, penyakit jantung bawaan)
b. Gangguan fungsi imun (penggunaan obat sitostatika, steroid jangka panjang,
atau akibat penyakit tertentu misalnya HIV)
c. Gangguan neuromuskular
d. Kontaminasi perinatal
e. Gangguan klirens mukus/sekresi, misalnya kasus aspirasi
f. Peny. Kronik (ginjal, paru, diabetes mellitus, dan lain-lain)
2.5 Patogenesis
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan 3 faktor yaitu kelemahan daya
tahan tubuh inang, mikroorganisme yang menyerang pasien dan paparan jumlah
mikroorganisme yang banyak. Pneumonia biasanya terjadi karena mikroaspirasi
patogen yang berada pada saluran nafas atas ke saluran nafas bawah yang
steril.14Patogenesis pneumoniamencakup interaksi antaramikroorganisme
penyebab yang masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuhpasien.2
Sebagian besar pneumonia timbul akibat kuman mencapai alveoli
melaluiinhalasi,aspirasi kuman orofaring, dan hanya sebagian kecil merupakan
akibat penyebaranhematogen dari fokus infeksi lainatau penyebaran langsung dari
lokasi infeksi.11
Pada bagian saluran nafas bawah,kuman menghadapi daya tahan tubuh berupa
sistem pertahanan mukosilier, dayatahan selular makrofag alveolar, limfosit
bronkial danneutrofil.6Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme
termasuk barieranatomi dan barier mekanik, juga sistem pertahanan tubuh lokal
maupun sistemik. Barieranatomi dan mekanik diantaranya adalah filtrasi partikel
9
2.6 Patofisiologi
Mikroorganisme dapat mencapai saluran pernafasan bagian bawah melalui
berbagai jalur. Yang paling sering adalah akibat aspirasi melalui orofaring.
Aspirasi dengan jumlah kecil sering terjadi pada pasien dengan penurunan
kesadaran dan sebagai akibatnya banyak patogen yang terinhalasi dalam bentuk
droplet yang terkontaminasi.
Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang berupa alveoli
(kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Hal ini menyebabkan rasio
ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen menurun.15Akibatnya kemampuan
paru sebagai tempat pertukaran gas terutama oksigen (O2) akan
terganggu.11Kekurangan oksigen (O2) dalam sel-sel tubuh akan menganggu proses
metabolisme tubuh. Terhadap gangguan ventlilasi akibat gangguan volume ini
tubuh akan berusaha mengkompensasi dengan cara meningkatkan volume tidal
dan frekuensi nafas, sehingga secara klinis terlihat takipnea dan dyspnea dengan
tanda-tanda inspiratory effort. Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik,
proses peradangan akan terus berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi
seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi pleuraatau empiema), jaringan
paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis (pneumothoraks). Bahkan bila
terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui darah (sepsis) ke seluruh
tubuh.5Akibat penurunan ventilasi maka rasio optimal antara ventilasi perfusi
tidak tercapai (V/Q < 4/5) yang disebut dengan ventilation perfusion mismatch.
Dengan berkurangnya volume paru secara fungsional karena proses inflamasi
maka akan mengganggu proses difusi dan menyebabkan gangguan pertuaran gas
yang berakibat terjadinya hipoksia dan pada keadaan yang berat bisa terjadi gagal
nafas.11
11
2.8 Diagnosa
a. Anamnesis
Keluhan utama yang sering terjadi pada pasien pneumonia adalah sesak
napas,peningkatan suhu tubuh, dan batuk.8Pada pasien dengan pneumonia,
keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah meminum
obat batuk yang biasanya tersedia di pasaran. Pada awalnya keluhan batuk yang
tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif
dengan mucus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, dan seringkali berbau
busuk. Pasien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil.
Adanya keluhan nyeri dada, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan,
lemas, dan kepala nyeri.
b. Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas,pada palpasi
fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara
14
napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus,
yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi11
c. Pemeriksaan penunjang
Selain secara klinis, diagnosis pneumonia didasarkan atas beberapa temuan
pada beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
1. Chest X-ray.
Foto posisi AP/L diperlukan untuk memberikan gambaran infiltrat multiple
untuk menentukan lokasi luas kelainan dan kemungkinan adanya penyebaran serta
komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, dan efusi pleura. Selain
itu, terdapat gambaran yang khas seperti pneumatokel, empiema, dan
piopneumotoraks dan abses paru (misalnya pada infeksi S. aureus). Gambaran
pembesaran hilus sering terjadi pada infeksi S.aureusdan H.influenza.
2. Analisis gas darah
Abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnyakerusakan
paruparu.Analisa gas darah dapat menunjukkan keadaan hipoksemia
danmengidentifikasi adanya asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan
gagalnapas.8
3. Pemeriksaan darah lengkap
Pada pemeriksaan laboratorium tes darah rutin terdapat peningkatan seldarah
putih (White blood Cells, WBC) biasanya didapatkan jumlah WBC 15.000-
40.000/mm3, jika disebabkan oleh virus atau mikoplasme jumlah WBC dapat
normal atau menurun. Dalam keadaan leukopenia laju endap darah (LED)
biasanya meningkat hingga 100/mm3dan protein reaktif C mengkonfirmasi infeksi
bakteri.
4. Biakan darah
Kultur darah merupakan cara yang spesifik untuk diagnostik tetapi hanyadapat
positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati.9Kultur darahdirekomendasikan
pada pneumonia berat dan pada bayi usia < 3 bulan.7
15
Tabel 2.4CURB-6516
2.10 Komplikasi
Berikut merupakan komplikasi yang dapat timbul akibat terjadinya
pneumonia :7,15
a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi.
b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung, emboli
parudan infark miokard akut.
c. ARDS(Acute Respiratory Distress Syndrom)
d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
e. Sepsis
f. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
g. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
h. Abses paru
i. Efusi pleura
j. Empiema
k. Pneumotoraks
l. Piopneumotoraks
m. Pneumatokel
2.11 Tatalaksana
Kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia adalah:6
1. Skor PORT lebih dari 70
2. Bila skor PORT kurang dari 70 maka penderita tetap perlu rawat inap bila
dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini:
a. Frekuensi nafas > 30 kali/menit
b. PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg
c. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
d. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
e. Tekanan sistolik < 90mmHg
f. Tekanan diastolik < 60 mmHg
17
2.12 Pencegahan5,7,11
Pemberian imunisasi sangat penting dalam pencegahan pneumonia. Pneumonia
diketahui dapat sevagai komplikasi dari campak, pertussis dan varicella sehingga
imunisasi dengan vaksin yang berhubungan dengan penyakit tersebut sangat
membantu menurunkan insidensi terjadinya pneumonia.
Pemberian imunisasi Hib dapat mencegah pneumonia yang disebabkan oleh
Hemophyllus influenza. Vaksin pneumokokal heptavalen menurnkan insidensi
invasive pneumococcal disesase yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus
pneumoniae.
19
Gaya hidup sehat dengan mengurangi paparan terhadap asam rokok ataupun
polusi udara lainnya juga turut memberikan peran dalam penurunan insidensi
kasus pneumonia.
BAB 3
LAPORAN KASUS
dr. Zulqodri
ANAMNESA PRIBADI
Umur : 63 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Batak
ANAMNESA PENYAKIT
Telaah : Hal ini dialami OS sejak 1 minggu ini dan semakin memberat dalam tiga
hari. Batuk berdahak warna putih kekuningan. Riwayat keringat pada malam hari
tidak dijumpai. Riwayat batuk berdarah tidak dijumpai. Dijumpai riwayat tidur
terganggu akibat batuk. OS mengaku bahwa dia adalah seorang perokok berat. OS
sudah merokok selama 20 tahun sebanyak 1 bungkus per hari.
Sesak nafas dialami pasien selama kurang lebih 1 minggu. Sesak tidak
berhubungan dengan aktivitas ataupun cuaca. Riwayat terbangun tengah malam
karena sesak nafas tidak dijumpai. Os tidur menggunakan satu bantal.
Demam dialami os selama satu minggu. Demam tidak terlalu tinggi dan bersifat
naik turun. Demam menggigil tidak dijumpai. Riwayat bepergian ke daerah
endemis tidak dijumpai. Demam turun dengan obat penurun panas.
Penurunan berat badan tidak dijumpai. OS belum pernah di riwayat di rumah sakit
sebelumnya. Riwayat sakit jantung tidak dijumpai. Riwayat darah tinggi tidak
dijumpai. Riwayat sakit gula tidak dijumpai.
RPT :-
RPO :-
22
ANAMNESIS ORGAN
Lain – lain :-
Lain – lain :-
Petechiae :- Purpura :-
Anamnesis family : -
STATUS PRESENS :
Temperatur : 37,8⁰C
Keadaan Gizi :
BW = BB / (TB-100) x 100 %
=109,9%
Berat Badan : 60 kg
24
LEHER
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru
Peranjakan : ± 1 cm
Jantung
Auskultasi
Paru
Jantung
THORAX BELAKANG
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
26
Vena kolateral :-
Caput medusa :-
Lain-lain :-
Palpasi
HATI
LIMFA
GINJAL
Ballotement :(-)
UTERUS / OVARIUM :-
TUMOR :(-)
PERKUSI
Pekak Hati :-
Pekak Beralih :-
AUSKULTASI
Lain-lain :(-)
PINGGANG
Lokasi : (-)
Sianosis : (-)
Lain-lain : (-)
Edema - -
Arteri femoralis + +
Refleks KPR + +
Refleks APR + +
Refleks fisiologis + +
28
Refleks patologis - -
Lain-lain - -
Tanggal : 12/2/2019
Kristal : negatif
29
Bakteri : negative
Metabolit Karbohidrat:
Ureum 36 mg/dL
Elektrolit
RESUME
RPT: -
RPO: -
Hitung Jenis:
Eosinofil: 2,7%
Basofil: 0,1%
Neutofil : 74,4%
Limfosit: 16,4%
Monosit: 6,4%
Metabolisme karbohidrat :
GDS : 122 mg/dL
BUN : 17 mg/dL
Ureum : 36mg/dL
Kreatinin : 1,9mg/dL
Elektrolit :
Natrium : 140 mEq/L
Kalium : 5,2 mEq/L
Klorida : 94 mEq/L
Medikamentosa:
- Ceftriaxone 2gr/ 24 j dalam 100 c NaCl 0,9% habis
dalam 30 menit
- Azithromycin 1x500mg
- N-acetylcysteine 3x200mg
- Paracetamol 3x500mg
BAB 4
Follow Up
FOLLOW UP TANGGAL 04/03/2019
S Batuk, sesak
Sens: CM, TD: 90/60 mmHg Hr: 92x/i, RR: 20x/i, T: 38ºC
Thorax: simetris fusiformis, strem fremitus ka=ki, sonor pada kedua paru
Ekstremitas:
Inferior: Ulkus (-/-), pus (-), bau (-), darah (-), nyeri (-), pitting edema (-)
Kesan: -
A Pneumonia CAP
Tirah baring
Paracetamol 3x500mg
Ceftriaxone 2 gr / 24 jam
P Azithromycin 1x500 mg
Rencana : Spirometri
S Batuk
Sens: CM, TD: 90/60 mmHg Hr: 92x/i, RR: 20x/i, T: 37,8ºC
Thorax: simetris fusiformis, strem fremitus ka=ki, sonor pada kedua paru
Ekstremitas:
Inferior: Ulkus (-/-), pus (-), bau (-), darah (-), nyeri (-), pitting edema (-)
Kesan: -
A Pneumonia CAP
Tirah baring
Ceftriaxone 2gr/24 jam
P
Azithromycin 1x500 mg
Paracetamol 3x500 mg
Sens: CM, TD: 90/70 mmHg Hr: 88x/i, RR: 20x/i, T: 37ºC
Thorax: simetris fusiformis, strem fremitus ka=ki, sonor pada kedua paru
Ekstremitas:
Inferior: Ulkus (-/-), pus (-), bau (-), darah (-), nyeri (-), pitting edema (-)
Kesan: -
A Pneumonia CAP
Tirah baring
Ceftriaxone 2 gr/ 24 j
P
N-acetylcysteine 3x200 mg
Paracetamol 3x500 mg
BAB 5
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Definisi
Pneumonia adalah infeksi di paru-paru Pasien SB, laki-laki, usia 63 tahun,
yang disebabkan oleh bakteri, virus datang dengan keluhan batuk. Hal ini
atau jamur. Penyakit ini dapat dialami pasien selama satu minggu
menyebabkan penumpukan cairan, terakhir dan memberat dalam 3 hari
kerusakan paru-paru dan gangguan sebelum masuk RS. Batuk disertai
pernapasan. dahak berwarna putih kekuningan.
Sesak napas disangkal. Keluhan demam
dijumpai pada pasien selama kurang
lebih satu minggu. Demam tidak terlalu
tinggi dan bersifat naik turun.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering dijumpai Pada pasien dijumpai batuk, demam,
pada Pneumonia meliputi pernafasan bronkial dan rokhi basah
-Gejala non spesifik : demam, pada kedua lapangan paru bagian atas.
menggigil, sefalgia, gangguan
gastrointestinal.
-Gejala pulmonal : batuk, pilek,
takipnea, dispnea, wheezing,
-Gejala pleural: nyeri dada
-Gejala ekstrapulmonal : abses pada
kulit, otitis media, konjungtivitis,
sinusitis, epiglotitis, meningitis
38
Anamnesis
Keluhan utama : batuk. Batuk bersifat -Hal ini dialami 1 minggu sebelum
produktif dengan adanya dahak masuk Rumah Sakit. Awalnya batuk
berwarna putih kekuningan. Dijumpai biasa kemudian selama 3 hari
demam pada pasien yang bersifat naik kondisi batuk semakin memberat.
turun dan demam tidak terlalu tinggi. -Dijumpai batuk berdahak warna
putih kekuningan. Tidak dijumpai
batuk berdarah. Sesak nafas tidak
dijumpai.
Pasien sulit tidur akibat batuk.
Pasien mengaku bahwa dia adalah
seorang perokok.
-Dijumpai demam selama kurang
lebih 1 minggu. Demam tidak
terlalu tinggi (37C-37,5C) dan sifat
demam naik turun. Tidak dijumpai
mual dan muntah.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :ketinggalan bernafas pada Pada pasien dijumpai:
bagian yang sakit Inspeksi : Simetris Fusiformis
Palpasi: fremitus mengeras Palpasi : SF Kanan= Kiri, kesan
Perkusi: redup memanjang
Auskultasi: Perkusi : Sonor
39
Pemeriksaan Penunjang
- Chest X-ray Pada pasien ini sudah dilakukan foto
- Analisa gas darah: hipoksemia thoraks PA dan pemeriksaan darah
- Pemeriksaan darah lengkap(WBC, lengkap.
LED,CRP) - Hasil foto thorax PA dijumpai
- Biakan darah kedua paru hiperlescent
- PCR - Pada pemeriksaan darah lengkap
ditemukan :
Hb: 12,3 g/dL
Eritrosit: 3,24 x 106/mm3
Leukosit: 9,25 x 106/mm3
Trombosit: 200.000/uL
Ht: 29%
MCV : 86 fL
MCH: 28,6 pg
MCHC: 33,3 g/dl
KGDs: 122 g/dL
Hitung Jenis:
Eosinofil: 0,4%
Basofil: 0,04%
Neutofil Segmen: 6,97%
Limfosit: 2,17%
Monosit: 1,11%
40
BAB 6
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaysin, A & Vierra, A.J. 2016, Community Acquired Pneumonia in
Adults : Diagnosis and Management, American Family Physician, vol. 9.
2. Elsevier. 2017, World Pneumonia Day 2017, 12th of November. Available
at https://elsevier.com/health/medicine/journals/world-pneumonia-day-
2017
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013, Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas), Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, p.67-68
4. CDC, 2018. “Causes of Pneumonia “Accessed at:
https://www.cdc.gov/pneumonia/causes.html
5. Mandell,L.A., dan Wunderink, R. 2012. Pneumonia. Dalam: Longo,D.L,
Fauci, A.S, Kasper, D.L, Hauser, S.L, Jameson, J.L, Loscalzo, J. (eds.)
Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 18. USA: McGraw-Hill
Companies, Inc. pp. 2130-2141
6. Hidayatunnuzaha, O. 2013. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Pasien
Pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Balai Besar Kesehatan Paru
Masyarakat “X” pada tahun 2010. Universitas Muhammadyah Surakarta
ETD-db. Available at : http://eprints.ums.ac.id/24236/2/3._Bab_I.pdf
7. Setyoningrum, R.A. 2006. Pneumonia. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Available at http://old.pediatrik.com/pkb/061022023132-
f6vo140.pdf
8. Hidayah, N. 2011. Korelasi Drug Related Problems (DRPs) Penggunaan
Antibiotika Terhadap Outcomes Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Periode Oktober-
Desember 2010 dan Periode Januari Maret 2011. Universitas Sumatera
Utara Institutional Repository. Dikutip dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33132/4/Chapter%20II.
9. Rizkianti, A. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Pneumonia pada Balita 1—59 Bulan yang Dirawat Inap di RSUP
Pershabatan Jakarta Tahun2008. Perpustakaan Universitas Indonesia.
42
pneumoniakom/pnkomuniti.pdf