FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH :
PEMBIMBING RESIDEN :
SUPERVISOR PEMBIMBING :
Adalah benar telah menyelesaikan referat dan laporan kasus berjudul “Manifestasi Psikologi
Penderita Hepatoma” dan telah disetujui serta telah dibacakan di hadapan pembimbing dan
supervisor dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas
Makassar, 2019.
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat,
anugrah, dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini dengan baik dan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Sonny T.
Lisal, Sp. KJ dan dr. Hutomo JC Wibowo selaku pembimbing di Ilmu Penyakit Jiwa Fakultas
Saya menyadari bahwa penulisan referat saya masih kurang sempurna. Untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya saya
dapat memperbaiki dan menyempurnakan tulisan saya. Saya berharap agar referat yang saya tulis
ini berguna bagi semua orang dan dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai sumber informasi. Atas
Makassar, 2019
Penulis.
DAFTAR ISI
BAB I ..............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN ..........................................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................................10
2.2 HEPATOMA..........................................................................................................................10
KESIMPULAN .............................................................................................................................25
LAPORAN KASUS.....................................................................................................................28
X. DISKUSI .................................................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara
terus-menerus,tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi
fisiologis (Price & Wilson, 2005). Menurut data WHO (World Health Organization) 2013, setiap
tahun jumlah penderita kanker di dunia bertambah, angka kejadian kanker meningkat dari 12,7
juta kasus pada tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012.
Hepatocellular Carcinoma(HCC) adalah jenis tumor yang ditemukan di organ hati yang
dikenal sebagai kanker hati primer atau hepatoma. Setiap tahun, karsinoma hepatoseluler
didiagnosis di lebih dari setengah juta orang di seluruh dunia, Dimana sekitar tiga per empat kasus-
kasus kanker hati ditemukan di Asia Tenggara (China,Hong Kong, Taiwan, Korea, dan Japan).
Insidennya meningkat dan menjadi salah satu dari lima malignancy di seluruh dunia dan penyebab
kematian terbesar ketiga akibat kanker setelah kanker paru-parudan kanker gaster. Data dari WHO
pada tahun 2002 menunjukkan terjadi 714.600 kasus HCC baru dimana 71% diantaranya adalah
laki-laki, hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan dari 364.300 kasus pada
tahun 2000. Estimasi insiden dari kasus terbaru adalah 500.000-1.000.000 kasus per tahun,
pengobatan psikotropika jangka panjang tidak diketahui. gangguan parah kejiwaan (skizofrenia
dan gangguan terkait, gangguan bipolar, gangguan depresi, dll) yang berhubungan dengan sindrom
metabolik dan pasien menderita berada pada risiko kardiovaskular tinggi (1.2). Diulang dan
paparan jangka panjang untuk zat beracun (alkohol, tembakau, dll), virus hepatitis kronis dan
penggunaan obat-obatan psikotropika dan polifarmasi, dapat saring fungsi detoksifikasi tubuh.
Semua ini memiliki toksisitas hati mereka sendiri di samping efek metabolik dan mungkin
TINJAUAN PUSTAKA
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas
psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental Psikologi dapat didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa psikologi sebagai studi ilmiah mengenai proses prilaku dan proses-proses
mental. Psikologi merupakan salah satu bagian dari ilmu prilaku atau ilmu sosial.
2.2 Hepatoma
Hepatoma disebut juga kanker hati atau karsinoma hepatoseluler atau karsinoma
hepatoprimer. Hepatoma merupakan pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang di tandai
dengan bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki kemampuan membelah/mitosis
disertai dengan perubahan sel hati yang menjadi ganas. (Hussodo, 2006).
Kanker Hati atau Karsinoma Hepato Seluler (KHS) merupakan tumor ganas hati primer yang
sering di jumpai di Indonesia. KHS merupakan tumor ganas dengan prognosis yang amat buruk,
di mana pada umumnya penderita meninggal dalam waktu 2-3 bulan sesudah diagno sisnya di
Epidemiologi
Di seluruh dunia, HCC terutama dijumpai pada laki-laki dengan perbandingan antara 3:1
terutama di daerah dengan insidensi rendah dan di daerah yang insidensinya tinggi
perbandingannya 8:1 . Hal ini berkaitan dengan tingginya prevalensi infeksi HBV, alkoholisme
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2014, melalui studi dan uji saring darah
PMI (Palang Merah Indonesia), menunjukkan bahwa 10 dari 100 orang Indonesia telah
terinfeksi hepatitis B dan C. Saat ini diperkirakan terdapat 28 juta penduduk Indonesia terinfeksi
hepatitis B dan C, 14 juta di antaranya berpotensi menjadi kronis, dan dari yang kronis,
Karakteristik Klinis
Temuan fisis tersering pada HCC adalah hepatomegali dengan atau tanpa ‘bruit’ hepatik,
splenomegali, asites, ikterus, demam dan atrofi otot. Sebagian dari pasien yang di rujuk
kerumah sakit karena perdarahan varises esofagus atau peritonitis bakterial spontan (SBP)
ternyata sudah menderita HCC. Pada suatu laporan serial nekropsi didapatkan bahwa 50% dari
pasien HCC telah menderita asites hemoragik yang jarang ditemukan pada pasien sirosis hati
saja. Pada 10% hingga 40% pasien dapat ditemukan hiperkolesterolemia akibat dari
kontrol umpan balik yang normal pada sel hepatoma (Hussodo, 2009) .
2.2.4. Etiologi
Penyebab karsinoma ini tidak diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang terlihat :
Hubungan antara infeksi kronik HBV dengan timbulnya HCC terbukti kuat, baik secara
terjadi melalui proses inflamasi kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV
DNA ke dalam DNA sel pejamu, dan aktivitas protein spesifik HBV berinteraksi dengan gen
Prevalensi anti HCV pada pasien HCC di Cina dan Afrika Selatan sekitar 30% sedangkan di
Eropa Selatan dan Jepang 70-80%. Prevalensi anti HCV jauh lebih tinggi pada kasus HCC
dengan HbsAg-negatif daripada HbsAg-positif. Pada kelompok pasien penyakit hati akibat
transfusi darah dengan anti HCV positif, interval saat transfusi hingga terjadinya HCC dapat
Sirosis Hati
Lebih dari 80% penderita karsinoma hepatoselular menderita sirosis hati. Peningkatan
pergantian sel pada nodul regeneratif sirosis di hubungkan dengan kelainan sitologi yang
dinilai sebagai perubahan displasia praganas. Semua tipe sirosis dapat menimbulkan
komplikasi karsinoma, tetapi hubungan ini paling besar pada hemokromatosis, sirosis
Aflaktosin
Aflaktosin B1 (AFB1) merupakan mitoksin yang di produksi oleh jamur Aspergillus. Dari
percobaan binatang diketahui bahwa AFB1 bersifat karsinogen. Metabolit AFB1 yaitu AFB
Alkohol
Meskipun alkohol tidak memiliki kemampuan mutagenik, peminum berat alkohol ( >50-
70g/hari dan berlangsung lama) berisiko untuk menderita HCC melalui sirosis hati
alkoholik. Hanya sedikit bukti adanya efek karsinogenik langsung dari alkohol. Alkoholisme
juga meningkatkan risiko terjadinya sirosis hati dan HCC pada pengidap infeksi HBV atau
2.2.5. Patogenesis
Telah dipastikan terdapat tiga keterkaitan etiologik yang utama : infeksi oleh HBV, Penyakit
hati kronis (khususnya yang berkaitan dengan HCV dan alkohol) dan kasus khusus
hepatokarsinogen dalam makanan (terutama aflatoksin) Banyak faktor, termasuk usia, jenis
kelamin, bahan kimia, virus, hormon, alkohol, dan gizi. Sebagai contoh, penyakit yang
Ia : Tumor tunggal diameter ≤ 3 cm tanpa emboli tumor, tanpa metastasis kelenjar limfe
Ib : Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter ≤ 5 cm di separuh hati, tanpa emboli
IIa : Tumor tunggal atau dua tumor dengan diameter gabungan ≤ 10 cm di separuh hati, atau
dua tumor dengan gabungan ≤ 5 cm di kedua belahan hati kiri dan kanan tanpa emboli tumor,
IIb : Tumor tunggal atau multiple dengan diameter gabungan ≥ 10 cm di separuh hati, atau
tumor multiple dengan gabungan ≥ 5 cm di kedua belahan hati kiri dan kanan tanpa emboli
IIIa : Tidak peduli kondisi tumor, terdapat emboli tumor di pembuluh utama vena porta
atau vena kava inferior, metastasis kelenjar limfe peritoneal jauh salah satu
IIIb : Tidak peduli kondisi tumor, tidak peduli emboli tumor, metastasis (Desen, 2008)
2.1.7. Pemeriksaan penunjang
1. PemeriksaanLaboratorium
yaitu protein serum normal yang disintesis oleh sel hati fetal. Rentang normal AFP serum
adalah 0-20 ng/ml, kadar AFP meningkat pada 60%-70% pada penderita kanker hati.
(Hussodo, 2009)
Untuk meminimalkan kesalahan hasil pemeriksaan FP, pasien sirosis hati dianjurkan
sedangkan surveillance adalah aplikasi berulang pemeriksaan diagnostik pada populasi yang
beresiko untuk suatu penyakit sebelum ada bukti bahwa penyakit tersebut sudah terjadi.
Karena sebagian dari pasien HCC dengan atau tanpa sirosis adalah tanpa gejala untuk
mendeteksi dini HCC diperlukan strategi khusus terutama bagi pasien sirosis hati dengan
2.1.8 Prognosis
kematian rata-rata terjadi sesudah 6-7 bulan setelah timbul keluhan pertama. Dengan
dapat segera dilakukan misalnya dengan cara sub - segmenektomi, maka masa hidup
penderita dapat menjadi lebih panjang lagi. Sebaliknya, penderita karsinoma hepatoseluler
fase lanjut mempunyai masa hidup yang lebih singkat. Kematian umumnya disebabkan oleh
karena koma hepatik, hematemesis dan melena, syok yang sebelumnya didahului dengan
Penyakit mental yang serius pada penderita hepatoma menyangkut 240 juta orang di
seluruh dunia (4). Definisi penyakit mental yang serius meliputi skizofrenia dan
psikotropika tertentu. Prevalensi penyakit mental yang serius adalah 4 - 6 kasus per 1000
individu, dan 4% - 6% dari pengalaman populasi umum penyakit mental yang serius
setidaknya satu kali dalam hidup mereka (4).Pada pasien dengan penyakit kejiwaan yang
parah, kematian adalah dua sampai tiga kali lebih tinggi dari pada populasi umum. harapan
hidup berkurang karena somatik, khususnya, penyakit kardiovaskular (2). Populasi ini juga
1. Symptoms distress
Beberapa sub-studi berdasarkan data dari Studi Memahami Prognoses dan Preferensi untuk
Hasil dan Risiko Perawatan (DUKUNGAN) yang menggunakan sampel pasien sakit parah
di rumah sakit (Roth, Lynn, Zhong, Borum, & Dawson, 2000). Studi ini berfokus pada
sejumlah gejala seperti nyeri, mual, dan kecemasan, dan tidak mengatasi kesusahan
berdasarkan gejala gabungan yang dialami oleh pasien. Dalam sebuah studi oleh Desbiens
dan Wu (2000), 60% pasien sakit parah di rumah sakit dengan gagal hati mengalami sakit.
Temuan ini penting karena hati dapat dianggap sebagai organ yang relatif diam yang tidak
menimbulkan rasa sakit.Gejala ylain ang paling umum dilaporkan oleh pasien yang sakit,
kekurangan energi, merasa mengantuk, dan sulit tidur. Kekurangan energi adalah gejala
yang paling sering dan parah tapi rasa sakit adalah gejala yang paling menyedihkan.
Delirium dan demensia, gangguan kecemasan atau gangguan kepribadian organik hasil dari
baik efek langsung atau tidak langsung dari kanker atau pengobatan pada sistem saraf pusat
(SSP). Delirium telah ditandai sebagai disfungsi otak organik etiologi spesifik ditandai
perilaku psikomotor, emosi, dan siklus tidur-bangun. Sulit untuk membedakan delirium dari
demensia karena secara umum,gejala klinis delirium dan demensia adalah gangguan
memori, berpikir, dan penghakiman dan disorientasi Demensia muncul pada individu yang
relatif peringatan dengan sedikit atau tanpa mengaburkan kesadaran. Timbulnya temporal
gejala demensia lebih subakut, atau progresif kronis dan siklus tidur-bangun dari individu
dengan demensia tampaknya terganggu. Yang paling menonjol di demensia kesulitan dalam
pendek dan panjang memori jangka dan gangguan penilaian dan pemikiran abstrak, serta
terganggu fungsi kortikal yang lebih tinggi. Kadang-kadang pasien lansia akan memiliki
Menyebabkan gangguan mental organik pada pasien kanker diuraikan dalam Tabel 2-2. Ada
dua etiologi utama SSP komplikasi: 1) efek langsung berhubungan dengan tumor primer atau
metastasis spred dengan ekstensi lokal atau dengan hematogen atau rute limfatik, yang dapat
mengakibatkan delirium, 2) efek tidak langsung, yang jauh lebih sering pada hepatoma lebih
umum menyebabkan delirium karena efek kegagalan organ, obat atau samping radiasi, perubahan
and hydroxyzine) have potent anticholinergic side effects. An “atropine psychosis” or delirium
patients who are on multiple anticholinergic drugs or may be vulnerable can also prepecipitate
sympthoms ranging from oversedation and disinhibition to agitation and delirium. Prominent
among the psychiatric symptoms patients experience with narcotic analgesic and illusions or
visual hallucinations.
Acyclovir(an antiviral medication used in herpetic infections) where given intravenously, can
cause severe, often treatment- resistant delirium that can be accompanied by tingling of the
Hepatitis C terjadinya lebih sering pada pasien dengan psikosis, tetapi independen dari durasi
rawat inap (7). laporan baru penularan hepatitis C di lembaga psikiatri jarang terjadi (8).
Di Amerika Serikat, kebijakan pencegahan yang diterapkan pada pasien psikiatri yang berada
pada risiko infeksi. Selain itu, pusat pengendalian penyakit dan pencegahan (CDC)
merekomendasikan skrining HCV pada populasi prevalensi tinggi berusia antara 45 dan 65
tahun ( “baby boomer”), terutama pada individu yang paling terkena, seperti pasien kejiwaan
penggunaan injeksi obat, jenis kelamin laki-laki, daerah asal metropolitan, usia, dan perilaku
seksual yang sering dikutip (10). Hepatitis B infeksi meningkat dengan usia, perilaku seksual
berisiko tinggi, dan lokasi perkotaan, dan bervariasi di berbagai negara (10).
Hepatitis C (11) Tapi tidak hepatitis B (6) Dapat dikaitkan dengan manifestasi kejiwaan
seperti kecemasan, psikosis, dan gangguan mood. pengobatan interferon dapat bertanggung
jawab untuk gangguan kejiwaan, yang merupakan penyebab utama penghentian pengobatan;
Pasien dengan gangguan kejiwaan kronis seperti gangguan suasana hati dan skizofrenia
memiliki konsumsi alkohol yang berlebihan lebih sering daripada populasi umum (17).
Alkohol adalah zat psikoaktif pertama kali digunakan pada pasien yang menderita penyakit
mental yang berat (17). Gangguan terkait dengan alkohol tiga kali lebih sering pada pasien
dengan skizofrenia atau gangguan bipolar daripada populasi umum (17). Sebaliknya, 50
sampai 70% dari pasien dengan ketergantungan alkohol menderita penyakit mental yang berat
(18). Alkohol adalah penyebab utama sirosis di negara-negara Barat (19). Alkohol dapat
memperburuk lesi hepatik dari asal-usul lain dan meningkatkan terjadinya karsinoma
hepatoseluler. Pantang adalah pengobatan yang paling efisien dalam sirosis alkoholik. Di
Eropa, 30 sampai 50% dari transplantasi hati adalah terkait dengan alkohol, sedangkan
persentase jauh lebih rendah (17,2%) di USA (19). Meskipun semua tindakan pencegahan
yang diambil, sayangnya, 18% dari pasien-pasien ini mengalami kekambuhan parah dan
sepertiga dari mereka menunjukkan kekambuhan sirosis alkoholik (20). Sebuah pendekatan
multi-disiplin untuk memilih dan mengikuti pasien sangat penting untuk mengurangi risiko
kekambuhan alkohol setelah transplantasi hati. Pasien dengan hepatitis alkoholik akut dapat
dimasukkan dalam program transplantasi hati tertentu, tetapi tidak ada rekomendasi yang
Cannabis, dan pada tingkat lebih rendah, asap tembakau atau metadon / buprenorfin
penggunaan terkenal memburuknya faktor fibrosis pada pasien dengan hepatitis C (21).
Endocannabinoid dan reseptor khusus mereka, CB1 dan CB2, mungkin terlibat dalam
steatosis hati. reseptor CB1 hadir dalam sistem saraf pusat dan meningkatkan nafsu makan,
sedangkan CB2 adalah pro-inflamasi. CB1 dapat terekspresi lebih dalam kasus obesitas (22).
Sebuah antagonis CB1, bernama rimonabant, menekan steatosis hati pada tikus (23), Dan
penurunan berat badan pada pasien dewasa (24). Namun demikian, karena timbulnya
gangguan kejiwaan dan terutama ide bunuh diri, rimonabant ditarik dari pasar. injeksi obat
merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia mengenai sekitar diperkirakan 16 juta orang
akut penyedia kegagalan (26). Kokain kurang sering dikaitkan dengan gangguan hati (27).
Bahkan lebih jarang, ekstasi saja, atau dalam hubungan dengan konsumsi kokain, dapat
menyebabkan hepatitis kronis dan sirosis (28). toksisitas heroin hati mungkin terkait dengan
hipotensi dan / atau hipoksemia disebabkan oleh overdosis, dan dapat menyebabkan
Mengandung pasien tersebut menjadi upaya kolaboratif dari medis, keperawatan, dan
staf keamanan yang dapat diajarkan tentang teknik pengobatan. bentuk konsentrat cair
penyerapannya cepat. Dosis efektif minimal harus digunakan dan dititrasi terhadap
sedasi dan efek samping otonom dan ekstrapiramidal. Haloperidol dapat diberikan
intracenously (0,5 mg untuk 2 mg) pada 1 mg per menit dan diulang setiap 30 menit
jika agitasi parah. Anti-depresan secara teratur digunakan pada pasien dengan penyakit
hati kronis (37). SSRI farmakokinetik berubah dalam kasus sirosis, khususnya di Child
Pugh B atau C sirosis: sertraline terutama terpengaruh, dengan peningkatan paruh dan
pengurangan 70% dari daerah di bawah kurva (AUC) pada pasien sirosis (75).
Paroxetine, fluoxetine, escitalopram, dan AUCs citalopram umumnya dua kali lipat
dalam kasus anak Pugh A sirosis (75). modifikasi serupa terlihat dengan selektif
perubahan izin yang tinggi pada anak pasien Pugh C. kelas-kelas lain antidepresan
menunjukkan gangguan farmakokinetik identik pada pasien sirosis (37). Karena profil
mereka aman, SSRI adalah obat yang paling diresepkan pada pasien dengan sirosis
(76). Namun, hati-hati harus diambil sebagai SSRI dapat meningkatkan keasaman
lambung dan disfungsi trombosit, menyebabkan perdarahan ulkus dalam kasus seiring
anti-inflamasi resep obat anti-platelet atau non-steroid (76). Pada sirosis, singkat
Namun, metoclopramide meningkat AUC sebesar 50% pada sirosis (75). Jelas, agen
sirosis lanjut atau gagal hati akut (78). Farmakokinetika donepezil, penghambat enzim
acetylcholinesterase, tidak dipengaruhi oleh sirosis hati (79). Di antara agen anti-
epilepsi, valproate harus dihindari pada pasien dengan lesi hati, terutama pada penyakit
nya (70).
safety and prevent self harm. The application of physical restraints should be directed by a
staff member trained to do so safely. Loosely applied cotton padding and soft gauze nic.