Oleh:
Pendamping:
2020
Kasus I
kesulitan berjalan. Bicara pelo (+) dan mulut perot (+), nyeri kepala
(+), penglihatan ganda (-), kelopak mata kanan terjatuh (-), mual
(-), muntah (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-), BAB (+), BAK
(+), demam (-), Sesak (-), batuk (-), pilek (-). Beberapa hari
Umur : 43 tahun
Data untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis
Hipertensi sejak 6 bulan yang lalu dan rutin minum obat anti hipertensi amlodipin
Keluhan serupa (-) Riwayat hipertensi (-) Riwayat Diabetes (-) Asma (-)
5. Lain-lain :
A. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6
Tanda Vital
Tekanan darah: 150/100 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9 oC
SpO2 : 99% tanpa O2
B. STATUS GENERALIS
Kepala : Normochepal
Wajah : Tidak simetris
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : normotia, sekret (-), nyeri tekan (-)
Mulut : bibir tampak kering
Leher : tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tiroid
Thoraks
Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : Vocal fremitus normal
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi
Paru : suara napas vesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : bunyi jantung I dan II normal, regular, tidak ada gallop dan
murmur
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : timpani di seluruh region abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegaly (-)
Ekstremitas
Superior : akral hangat, RCT < 2detik, edema (-), sianosis (-)
Inferior : akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-), sianosis (-)
C. STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : compos mentis
GCS : 15 Eye: 4, Verbal: 5, Motorik: 6
Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : negatif
Kernig : negatif
Lasegue : negatif
Brudzinski I, II: negatif
Dextra Sinistra
Daya pembau Normal Normal
2. Nervus Optikus
Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Pengenalan Warna
Funduskopi Tidak dilakukan
Papil edema
Arteri:Vena
3. Nervus Okulomotorius
Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola Mata
Baik Baik
Medial
Baik Baik
Atas
Baik Baik
Bawah
Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm
Refleks Cahaya
+ +
Langsung
Refleks Cahaya
+ +
Konsensual
Akomodasi Baik Baik
4. Nervus Trokhlearis
Dextra Sinistra
Gerakan Mata
Baik Baik
Medial Bawah
5. Nervus Trigeminus
Menggigit Normal
Membuka mulut Normal
Sensibilitas
Oftalmikus + +
Maksilaris + +
Mandibularis + +
Refleks kornea Normal
6. Nervus Abdusens
Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral + +
7. Nervus Facialis
Dextra Sinistra
Mengangkat alis + +
Kerutan dahi + +
Menutup mata + +
Menyeringai Asimetris Deviasi ke kiri
Menggebungkan pipi Asimetris Deviasi ke kiri
Daya pengecap 2/3
Tidak dilakukan
depan
8. Nervus Vestibulochoclearis
Dextra Sinistra
Tes Romberg Tidak dilakukan
Tes bisik Normal Normal
Tes Rinne
Tes Weber Tidak dilakukan
Tes Schwabach
9. Nervus Glosofaringeus
Dextra Sinistra
Memalingkan kepala Baik Baik
Mengangkat bahu Baik Baik
Refleks Patologis
Dextra Sinistra
Babinski - -
Chaddocck - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Gonda - -
Hoffman Trommer - -
F. PEMERIKSAAN SENSORIK
Dextra Sinistra
Rasa Raba
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Nyeri
- Ekstremitas Atas + +
- Ekstremitas Bawah + +
Rasa Suhu
- Ekstremitas Atas Tidak dilakukan
- Ekstremitas Bawah
Hitung Jenis
Eosinofil 1 1-3
Basofil 0 0-1
Stab 3 2-6
Segmen 68 50-70
Monosit 7 2-8
Limfosit 21 20-40
Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Kerja
Diskusi
menelan sejak 5 jam SMRS. Keluhan muncul mendadak saat pasien tertidur kemudian
pasien tersedak karna tidak dapat menelan. Keluhan disertai dengan adanya kelemahan
pada bagian tangan dan kaki kanan. Setelah muncul kelemahan tersebut pasien sudah
tidak bisa menggerakan tangan dan kaki sehingga mengalami kesulitan berjalan. Bicara
pelo (+) dan mulut perot (+), nyeri kepala (+), penglihatan ganda (-), kelopak mata kanan
terjatuh (+), mual (-), muntah (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-), BAB (+), BAK (+),
demam (-), Sesak (-), batuk (-), pilek (-). Beberapa hari sebelumnya pasien sudah sering
mengalami kesemutan.
Dari data anamnesis didapatkan suatu kumpulan gejala berupa kelemahan anggota
gerak kanan, yang sifatnya mendadak disertai bicara pelo dan tidak jelas, Pada penderita
tidak didapatkan defisit neurologis yang terjadi secara progresif, berupa kelemahan
motorik yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun nyeri kepala kronik akibat dari
proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan gambaran umum pada tumor
otak (Greenberg, 2001). Gejala-gejala abses serebri berupa nyeri kepala yang cenderung
memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga tidak terdapat pada penderita
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor pencetus
yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu lesi vaskuler
karena onsetnya yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah pada diagnosis
stroke. Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang secara cepat
akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskular. Stroke juga didefinisikan oleh Davenport & Davis sebagai gangguan
fungsi otak akut akibat gangguan suplai darah di otak, atau perdarahan yang terjadi
mendadak, berlangsung dalam atau lebih dari 24 jam yang menyebabkan cacat atau
kematian.
Berdasarkan pemeriksaan fisik tersebut di atas, pada pasien ini didapatkan adanya
hemiparese dextra dan parese nervus cranialis III, VII dan XII yang biasa terjadi pada
penyakit stroke, baik stroke hemoragic ataupun non hemoragic. Hemiparese sinistra
didapatkan pada pemeriksaan fisik gerakan dan kekuatan pada tangan dan kaki kiri pasien
yang mengalami penurunan. Parese nervus cranialis VII didapatkan pada pemeriksaan
wajah yaitu wajah terlihat tertarik kesamping kanan dan pada saat pergerakan otot wajah
terlihat adanya perbedaan antara kanan dan kiri. Sedangkan untuk Parese nervus cranialis
XII didapatkan pada pemeriksaan posisi lidah pada saat dijulurkan tidak simetris yaitu
miring ke kiri.
STROKE
A. Definisi
gejala klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak baik fokal atau global secara
tiba-tiba, disertai gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain gangguan vaskuler. Banyak
pembuluh darah otak dapat terjadi karena berry aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol
yang mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena
kelainan kongenital pada pembuluh darah otak tersebut. Perdarahan subaraknoid dapat
subaraknoidal.
2. Jenis oklusif (stroke iskemik) Dapat terjadi karena emboli yang lepas dari
sumbernya, biasanya berasal dari jantung atau pembuluh arteri otak baik intrakranial
1. Stroke hemoragik
8. Cryptogenic stroke
ketergantungan obat)
timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit sampai kurang 24 jam.
bertambah berat.
maksimal sejak awal serangan dengan sedikit perbaikan. Kondisi stroke di mana
defisit neurologisnya pada saat onset lebih berat, dan kemudiannya dapat
membaik/menetap.
1. Stroke haemorhagik :
Ada hipertensi
2. Stroke iskemik :
Nyeri kepala
C. Faktor Risiko
Faktor Risiko Stroke Faktor risiko yang dapat dirubah atau dikendalikan:
2. Diabetes mellitus
4. Kegemukan (obesitas)
6. Stress
7. Merokok
8. Alkohol
1 Usia tua
2 Jenis kelamin
3 Ras
mana stroke terjadi pada usia lebih muda (misalnya anak-anak dan atau remaja).
ringannya lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala yang
1. Gangguan Motorik
- Tonus abnormal (hipotonus/ hipertonus)
- Penurunan kekuatan otot
- Gangguan gerak volunter
- Gangguan keseimbangan
- Gangguan koordinasi
- Gangguan ketahanan
2. Gangguan Sensorik
- Gangguan propioseptik
- Gangguan kinestetik
- Gangguan diskriminatif
3. Gangguan Kognitif, Memori dan Atensi
- Gangguan atensi
- Gangguan memori
- Gangguan inisiatif
- Gangguan daya perencanaan
- Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
4. Gangguan Kemampuan Fungsional
- Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke
toilet dan berpakaian.
jaringan otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. 16 Aliran
darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100 gram
otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300- 1400 gram (+
2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah aliran
darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari seluruh curah
jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan
otak untuk memetabolisme oksigen + 3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila aliran
darah otak turun menjadi 20-25 ml/100 gram otak/menit kan terjadi kompensasi
akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara fisiologis 90%
diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui metabolisme anaerob.
Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob melalui siklus Kreb adalah 38 mol
dihasilkan 2 mol Atp/mol glukosa. Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuron-
menembus membran.19
Glutamat merupakan eksitator utama asam amino di otak, bekerja
neurologis akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke non hemoragik meliputi
ada nyeri kepala dan reflek babinski dapat positif maupun negatif. Meskipun
membuat anamnesis menjadi sedikit sulit untuk mengetahui gejala atau onset
stroke seperti:
a. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak
pertolongan.
dan hiponatremia.13
2. Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke non
pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke
akut yang jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan
Kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT Scan biasanya
tidak sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat normal pada >50%
dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi untuk pemberian terapi
trombolitik.
Teknik-teknik pencitraan berikut ini juga sering digunakan:
1. CT Angiografi
2. CT Scan Perfusion
1. Breathing
Oksigenasi
2. Blood
Bila tekanan sistolik lebih dari 200 dapat diturunkan, penurunan sebaiknya
3. Brain
4. Bila terjadi kejang beri antikonvulsan
pemberian :
selama 5 hari
Manitol 20% dosis 1-1,5 gr/kgBB/hari diguyur dosis terbagi dalam 4-6
pemberian
6. Bowel
Hindari obstipasi
otak
7. Bladder
Apabila sasaran dari terapi stroke akut adalah daerah inti dari iskemi yaitu
daerah dimana neuron mengalami kekurangan oksigen dan cepat mati, maka hanya
terapi yang cepat dan efektif yang dapat mengembalikan sumbaan aliran darah dan
meningkatkan aliran sebelum sel mengalami rusak yang ireversibel. Pada daerah
22
merupakan sasaran terapi yang menjanjikan karena periode jendela terapi yang
beberapa jam.
Membuka sumbatan
Menghilangkan vasokonstriksi
Calcium channel blocker, agar diberikan dalam 3 jam pertama dan belum ada edema
methionin
23
NMDA blocker pada iskemia regional
1. Inhibisi enzim yang keluar dari neuron seperti enzim protein kinase C
GM1
Metabolik aktivator seperti citicholin, piracetam, piritinol bekerja dalam bidang ini
Adanya trombus pada aliran darah cepat, dan trombus melewati permukan
dengan fibrin). Obat yang bermanfaat adalah aspirin untuk mengurangi agregasi
platelet ditambah tiklodipin untuk mengurangi daya perlekatan dari fibrin. Bila
kemudian hal ini diikuti oleh stenosis dan perlambatan aliran darah yang progresif,
maka terapi adalah antikoagulan sampai penyebab dapat dihilangkan atau sampai
buntu total dan aliran darah hanya dari kolateral saja baru antikoagulan dihentikan
24
Fase Pasca Akut
terulangnya stroke4.
Harus sistematik
penderita
Terapi preventif
Berhenti merokok
25
dapat meningkatkan kemungkinan untuk sembuh
Pencegahan sekunder
Evaluasi Penderita Stroke
Mathew scale
Saraf cranial
Kemampuan motorik
Kemampuan sensibilitas
Disability
Canadian scale
Skala ini terutama digunakan di Amerika. Lebih sederhana dan lebih mudah
digunakan, karena hanya memeriksa apa yang penting pada penderita stroke, yaitu :
Fungsi motorik
Penderita yang akan keluar dari rumah sakit, harus diperiksa dengan menggunakan
Apakah penderita dapat bangun dari tempat tidur dan berjalan ke WC.
26
Apakah penderita dapat mandi sendiri.
Bed rest
Amlodipin 1x5mg
Piracetam 2x80mg
aktifitas adenylat kinase (AK) yang merupakan kunci metabolisme energi dimana
mengubah ADP menjadi ATP dan AMP, meningkatkan sintesis dan pertukaran
pada kasus-kasus cerebral iskemia, dan juga dapat mengurangi severitas atau
interaksi dari obat lain. Ranitidine adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang
ion kalsium) yang menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke
dalam otot polos vaskular dan otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot
polos vaskular dan otot jantung. Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara
selektif, di mana sebagian besar mempunyai efek pada sel otot polos vaskular
dibandingkan sel otot jantung. Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja
resistensi vaskular serta penurunan tekanan darah. Dosis satu kali sehari akan
hipotensi akut. Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer
Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan
oksigenisasi normal maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine
satu kali sehari dapat meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu
28
timbulnya depresi segmen ST dan menurunkan frekuensi serangan angina serta
lemak plasma dan dapat digunakan pada pasien asma, diabetes serta gout
Prognosis
29
DAFTAR PUSTAKA
2. Ridharta, Priguna; Mardjono, Mahar. 2010. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian
Rakyat. 2010
3. Gofir A. Klasifikasi Stroke dan Jenis Patologi Stroke, Dalam : Manajemen Stroke.
5. Yumyung Siung, Philip M. Antiplatelet Therapy For Transient Iskemik Attact and
30