Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS


SINISTRA (HIL)

Pembimbing
dr. Aceng Apandi, M.Kes, Sp.An.
dr. Ratna Hermawati Sp.An

Oleh:
Nuha Regina Alifanny

RSUD Dr. H. SLAMET MARTODIRDJO PAMEKASAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
Anatomi
Definisi
• Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
musculloapponeurotic dinding perut
kongenital Didapat

1.peninggian tekanan intra abdomen kronik


2.Anulus inguinalis internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia.
3.kelemahan otot dinding perut karena usia,
malnutrisi, ataupun paralisis dari saraf
motorik.
4.Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung
terkena hernia jaringan ikatnya yang sedikit.
Sedangkan pada orang gemuk juga dapat
terkena hernia karena banyaknya jaringan
lemak pada tubuhnya yang menambah
beban kerja jaringan ikat penyokong pada
LMR (Locus minoris resistance).
reponibel

irreponibel

inkarserata

strangulata
• HIL= annulus internus
kanalis inguinalis annulus
eksternus-->
• HIM = segitiga hasselbach
• Hernia femoralis = anulus
femoralis  fossa ovalis
Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik

Zieman test
HIL= dorongan pada jari II Thumb test Finger test
HIM= dorongan pada jari III HIL = Benjolan tidak keluar HIL = dirasakan di ujung jari
Hernia femoralis= dorongan HIM benjolan keluar HIM = dirasakan di samping /sisi jari
pada jari IV Hernia femoralis = benjolan
keluar
Tatalaksana
• pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang
untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata
kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena cincin hernia yang lebih elastis).

• Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah
ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasti.
RA-SAB
Definisi

Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan


penyuntikan obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid.

Dilakukan di VL 4-5
Indikasi Regional Anastesi SAB
Bedah ekstremitas bawah

Bedah panggul

Tindakan sekitar rektum perineum

Bedah obgyn

Bedah urologi

Bedah abdomen bawah

Bedah abdomen atas dan bawah pediatrik, dikombinasi dengan GA


Persiapan Anastesi SAB
1. Informed consent
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran
Persiapan alat dan obat
• Satu set monitor untuk memantau tekanan darah, Pulse oximetri, EKG.

• Peralatan resusitasi / anestesia umum.

• Jarum spinal ukuran 26G atau 27G

• Betadine, alkohol untuk antiseptic.

• Kapas/ kasa steril dan plester.

• Obat-obat anastesi dan spuit 3 cc,5cc

• Infus set
Anastetik lokal yang paling sering
digunakan
• Lidokaine(xylobain,lignokain) 2%: sifat isobarik, dosis 20-
100mg (2-5ml)
• Lidokaine(xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%:
sifat hiperbarik, dose 20-50mg(1-2ml)
• Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm air: sifat isobarik, dosis
5-20mg
• Bupivakaine(markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: sifat
hiperbarik, dosis 5-15mg(1-3ml)
Teknik Anastesi
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan
tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering
dikerjakan.
1. Identifikasi L4-L5
2. Teknik aseptic
3. Insersi spinocan 27 G
4. CSS + darah –
5. Barbotase
6. Injeksi local anastesi
7. Cek level ketinggian block
8. Maintenance O2
Lama kerja anestetik local tergantung:
1. Jenis anestetik local
2. Besarnya dosis
3. Ada tidaknya vasokonstriktor
4. Besarnya penyebaran anestetik local
Posisi lateral Posisi duduk
Teknik tusukan
• Penusukan
dilakukan tepat di
garis tengah dari
Medial sumbu tulang
belakang

• Tusukan dilakukan
1,5cm lateral dari
garis tengah dan
Paramedia dilakukan tusukan
l sedikit dimiringkan
ke kaudal
Komplikasi tindakan anastesi SAB

Kardiovaskular
• Hipotensi terjadi karena vasodilatasi, akibat blok simpatis, yang menyebabkan
terjadi penurunan tekanan arteriola sistemik dan vena
Blok tinggi atau total
• hipotensi, henti nafas, penurunan kesadaran, paralisis motor, dan jika tidak
diobati bisa menyebabkan henti jantung
Respirasi

Gastrointestinal

Nyeri Kepala (Puncture Headache)

Traktus Urinarius
KASUS
Evaluasi pra anastesi
Identitas Pasien

◦ Nama : Tn. G
◦ Usia : 57 tahun
◦ Jenis Kelamin : Laki-laki
◦ Agama : Islam
◦ Alamat : Larangan Luar, Pamekasan
◦ Tanggal Pemeriksaan : 5 Januari 2020
◦ No. Register : 481722
Anamnesis Keluhan Utama : benjolan di lipatan paha
kiri

• Benjolan di lipatan paha kiri sejak 5


RPS bulan yang lalu. Benjolan semakin
membesar, tidak dapat masuk kembali.

RPD • DM (-)
• HT (-)
&RPK • Riw Alergi (-)

• Terakhir makan pukul 00.00


RPSos
Pemeriksaan Fisik
Kondisi umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 456
TD : 160/78 mmHg
RR : 18 x/mnt
Nadi : 62 x/mnt
Suhu : 37°c
TB/BB : 160 cm/ 60 kg
K/L : pupil isokor, a/i/c/d -/-/-/-, gigi palsu (-)
Cor : BJ regular, S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Ronkhi (-/-/-/-), Wheezing (-/-/-/-)
Abdomen : Supel, bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat (+) CRT< 2 detik, Oedema(-)
• Hb 14.2 g/dL • GDS 150 mg/dl
• WBC 5,710 /cmm • SGOT 24uL
• RBC 4.62 juta/cmm
• SGPT 36 uL
• HCT 39,6%
• PT 11.1
• kreatinin serum 0.64
• APTT 26.6

• Natrium 135.9 mmol/l


• Kalium 3.58 mmol/l
• Klorida 104.4 mmol/l
• Kalsium 1.13 mmol/l
DX Bedah

Dx prabedah : HIL sinistra


Dx pascabedah : HIL sinistra
Tindakan : herniotomi, elektif
Laporan Anastesi

• Dx Anastesi : ASA II

• Rencana anastesi : Regional Anastesi - SAB

• Anastesi dengan : Lidodex

• Infus RL

• Pernafasan: Spontan
a. Pre medikasi • Teknik anastesi :
• Infus RL 1. Identifikasi L3-L4
• = 2cc x 60 kg x 8 jam puasa 2. Teknik aseptic
• =960 cc 3. Insersi spinocan 27 G
• Tpm 960x20 / 8x60 = 40tpm 4. CSS + darah –
• Pernapasan : Spontan Respiration 5. Barbotase
• Obat premedikasi : Ondansetron 4mg 6. Injeksi local anastesi
• KU cukup, GCS E4 V5 M6, Tensi 156/72, Nadi 7. Cek level ketinggian block
62x/mnt, SpO2 97% 8. Maintenance O2
•  
a. Induksi : Lidodex 100mg
• Ketorolac 30mg
• Kebutuhan Cairan
a. Durante Op
• Maintenance + ½ pengganti puasa + stress operasi
• Posisi : Supine
• 2cc x 60kg + ½ (2x60x8) + 4x60
• Respirasi : Spontan Respiration
• 120cc + 480 + 240 = 840cc
• TD
• Tetesan = 840 x 20 / 1x60 = 280 tpm
• 9.15 : 140/80

• 9.30 : 120/70

• 9.45 : 110/70

• 10.00 : 110/70
Pasca anastesi

• KU : pasien sadar
• Respirasi : baik
• TD 120/70)
• Skala nyeri : 2
• BROMAGE SCORE : 2

0 Jika terdapat gerakan penuh tungkai


1 Jika mampu memfleksikan lutut tetapi tdk bisa angkat tungkai
2 Jika tidak mampu memfleksikan lutut
3 Jika tidak mampu memfleksikan pergelangan kaki
Rencana perawatan post op
• Drip fentanyl 20 tpm
• Bila mual/muntah: miringkan, head down  suction
• Konsul SpAn bila TD<90mmHg / >160 mmHg, nadi 50x/mnt atau >130x/mnt
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai