Anda di halaman 1dari 27

Farmakodinamik Obat Bius Inhalasi

Oleh : Made Paramartha Kesuma


1302006093
Minimal Alveolar Concentration
(MAC)
Definisi : konsentrasi zat tersebut Imobilisasi dimediasi oleh
dalam alveolus pada tekanan 1
atmosfir yang diperlukan untuk efek obat tersebut pada
mencegah pergerakan otot skletal medulla spinalis dan hanya
sebagai respon terhadap stimulus sedikit pada otak
nyeri supramaximal (insisi bedah kulit)
pada 50% pasien.

MAC

Penelitian pada hewan menunjukkan


MAC dari isofluran adalah 1,2% ketika
diberikan kepada hewan yang utuh,
tetapi ketika obat bius inhalasi hanya
diberikan pada otak hewan MAC dari
isofluran meningkat sekitar 3%.
• MAC adalah konsep penting sebagai tolak ukur potensi
(tekanan parsial dalam keadaan konstan) untuk anastesi
inhalasi dan konsep ini memberikan keseragaman dosis
anastesi inhalasi untuk menetapkan jumlah relatif dari
anastesi inhalasi yang digunakan untuk mencapai titik akhir
yang spesifik.

a. ditetapkan dalam hiperbaric chamber pada laki-laki umur 21 – 55 tahun. MAC,


minimum alveolar concentration.
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Teori Meyer-Overton (Hipotesis Critical Volume)
 Teori ini menyatakan bahwa potensi anestesi
berhubungan dengan kelarutan bahan anestetetikum
pada lemak.
 Anestetikum akan larut pada lipid dan merusak
struktur lipid membran saraf
 Ketika jumlah yang cukup dari molekul terlarut
(konsentrasi kritis) pada tempat krusial di hidrofobik
seperti membran sel lipid, terdapat distorsi dari ion
channel yang penting untuk perubahan-perubahan ion
dan perkembangan selanjutnya dari potensial aksi
dibutuhkan untuk transmisi sinaptik.
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Teori Meyer-Overton (Hipotesis Critical Volume)
Dengan demikian, makin mudah suatu bahan
anestetikum larut dalam lemak, makin kuat daya
anestesinya
Akan tetapi kemudian muncul hipotesis protein
membran yang mempengaruhi ion, bahwa
membran sel syaraf mengandung protein dan
anestetikum akan terikat pada protein dan
selanjutnya akan mempengaruhi saluran ion.
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Stereoselectivity
 Observasi stereoselectivity menunjukkan bukti
bahwa anestesi umum bekerja secara langsung
dengan berikatan di protein dan bukan lipid
bilayer
Obat bius inhalasi ada sebagai isomer, dan
isofluran telah menunjukkan bekerja secara
stereoselective pada neuronal channel, dengan
levoisomer menjadi lebih poten daripada
dextroisomer pada tingkatan konduktan
potasium di neuron
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Potensial Mediator dari Cara Kerja Obat Bius
 Reseptor Inotropic dan Metabotropic
- Reseptor inotropic sering disebut ligand-gated ion channel
karena neurotransmitter berikatan secara langsung ke ion
channel protein dan interaksi ini menyebbkan perubahan
pada membran potensial.
- Reseptor metabotropic sering berupa reseptor monomeric
terdiri dari tujuh segmen transmembran. Ikatan
neurotransmitter (asetilkolin) ke reseptor metabotropic
menyebabkan aktivasi guanosine triphospat binding
protein (G protein) terkait dengan reseptor, dan G protein
ini bekerja sebagai second messenger untuk mengaktifkan
sinyal molekul lain seperti protein kinase atau potasium
atau channel kalsium.
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Potensial Mediator dari Cara Kerja Obat Bius
 Inhibitory Ligand-Gated dan Voltage-Gated Channels
(Reseptor Glycine and GABAA )
- Reseptor glycine adalah mediator utama dari penghambat
neurotransmitter pada medulla spinalis dan bisa bertindak
sebagai bagian perantara dari imobilisasi dihasilkan oleh obat
bius inhalasi.
- Meskipun β3-subunit berisi reseptor GABAA bertindak sebagai
hipnosis dan bagian dari imobilitas dihasilkan oleh anestesi
injeksi (propofol, etomidate), terdapat bukti bahwa reseptor
GABAA tidak memediasi imobilitas yang dihasilkan oleh obat
bius anestesi, hal ini dikarenakan peningkatan aktivasi reseptor
GABAA minimal mempengaruhi MAC
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Potensial Mediator dari Cara Kerja Obat Bius
 Glutamate (Reseptor NMDA, AMPA, and
Kainate)
- Obat bius inhalasi menurunkan eksitasi atau
rangsangan neurotransmitter di CNS.
- Glutamat adalah neurotransmiter eksitasi utama
di SSP mamalia.
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Potensial Mediator dari Cara Kerja Obat Bius
 Two-Pore Potassium Channels
- Two-pore potassium channels adalah reseptor
membran intrinsik / ion channel yang biasanya
berfungsi untuk mempertahankan cell’s resting
potential dan merespons rangsangan internal
seperti perubahan pH.
- Aktivitas channel TREK dan TASK dipotensiasi oleh
anestesi volatil pada agent-specific manner.
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Potensial Mediator dari Cara Kerja Obat Bius
 Voltage-Gated Sodium Channels
- Voltage-Gated Sodium Channels memodulasi
pelepasan neurotransmitter terhadap anestesi
- Terdapat bukti bahwa berinteraksi dengan subtipe
sodium channel tertentu yang diekspresikan di
persimpangan presinaptik, obat ini dapat
menghambat pelepasan neurotransmiter,
khususnya glutamat.
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Mekanisme Imobilitas
 Efek anestesi inhalasi pada medulla spinalis yang mengarah ke
imobilitas adalah beragam
 Obat bius inhalasi menekan aliran eksitasi AMPA dan NMDA
receptor-mediated oleh aksi independen dari GABAA
inhibitor dan arus glycine receptor-mediated
 Gerakan pada two-pore potassium channel bisa juga menjadi
penting dalam menghasilkan imobilitas
 Obat bius inhalasi tidak bertindak melalui reseptor opioid
 Pada intinya tidak ada aksi obat bius inhalasi pada satu
kelompok reseptor yang yang bisa menjelaskan imobilitas, dan
imobilitas tidak mungkin sebagai akibat aksi bersama pada
banyak reseptor
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Mekanisme Anestesi-Induced Ketidaksadaran
 Penjelasan lengkap tentang mekanisme yang mana
volatil anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran
(penekanan kesadaran) tidak diketahui.
 Anestesi umum adalah proses yang membutuhkan
keadaan ketidaksadaran otak (diproduksi oleh volatile
atau injected anestesi) ditambah imobilitas sebagai
respons terhadap rangsangan berbahaya (surgical skin
incision) yang dimediasi dengan tindakan anestesi volatil
pada medulla spinalis diberikan pada konsentrasi setara
dengan MAC untuk obat itu
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Mekanisme Anestesi-Induced Ketidaksadaran
anestesi klinis bersifat proses yang hirarkis di mana
impuls sensor aferen dipengaruhi oleh beberapa
obat (opioid, anestesi regional, ketamin)
sementara sistem pengaktifan pusat ditekan oleh
mekanisme lain dan terkadang obat-obatan lainnya
(benzodiazepin, barbiturat, propofol, etomidate,
ketamin dan anestesi volatil)
Refleks motorik tertekan oleh mekanisme lain
(volatile anestetik, propofol, etomidate, barbiturat).
Mekanisme Aksi dari Obat Bius
• Mekanisme Anestesi-Induced Ketidaksadaran
 Anestesi volatil disebut anestesi total karena bisa
digunakan sebagai agen tunggal untuk memberikan
anestesi umum.
 Anestesi inhalasi bekerja dengan menghambat pelepasan
neurotransmitter oleh obat bius inhalasi
 volatile anestesi menghambat beberapa jenis sodium
channel di neuron asli dan ekspresi sistem heterolog.
 sodium channel bisa dimodulasi secara presinaptik
dengan pelepasan glutamat dan GABA, pengaruhnya
pada pelepasan glutamat lebih besar dari pada
pelepasan dari GABA.
Efek Anestesi inhalasi Pada Sistem
Saraf Pusat
 EEG :
- Anestesi volatil dalam konsentrasi < 0,4 MAC
meningkatkan frekuensi dan voltase pada
electroencephalogram (EEG).
- Kemungkinan perubahan ini mencerminkan sebuah
transisi dari terjaga sampai ketidaksadaran
- Selanjutnya, amnesia mungkin muncul pada dosis
volatile obat bius ini.
- Sebagai dosis pendekatan anestesi volatil 1 MAC,
frekuensi pada EEG menurun dan tegangan maksimal
terjadi
 Aktivitas Kejang:
- Enflurane bisa menghasilkan frekuensi yang cepat dan
tegangan tinggi pada EEG dan bisa disertai kejang tonik-
klonik dari otot rangka di wajah dan ekstremitas
- Isoflurane tidak membangkitkan aktivitas kejang pada EEG,
bahkan di hadapan tingkat anestesi yang dalam
- Desfluran dan sevofluran, seperti isofluran, tidak
menghasilkan bukti aktivitas kejang pada EEG baik pada
tingkat anestesi yang dalam
- Pemberian dinitrogen oksida dapat meningkatkan aktivitas
motorik dengan klonus dan opisthotonus bahkan dengan
konsentrasi yang digunakan secara klinis.
 Evoked Potentials:
- Anestesi volatil menyebabkan penurunan dosis terkait pada
amplitudo dan peningkatan latensi komponen kortikal dari
potensi bangkitan median saraf somatosensori, potensi
bangkitan visual, dan potensi bangkitan pendengaran.
- Dengan adanya 60% dinitrogen oksida, bentuk gelombang
yang memadai untuk pemantauan kortikal potensi
bangkitan somatosensori muncul saat pemberian 0,50-0,75
MAC halothane dan 0,5 - 1,0 MAC enflurane dan isoflurane.
- Konsentrasi Peri-MAC dari desfluran (0,5 sampai 1,5 MAC)
semakin menekan potensi bangkitan somatosensoris.
Fungsi Mental dan Kesadaran
- Efek halus pada fungsi mental (pembelajaran)
dapat terjadi pada konsentrasi anestesi yang
lebih rendah (0,2 MAC)
- isoflurane 0,4 MAC mencegah recall dan
tanggapan terhadap perintah, sedangkan
nitrous oxide membutuhkan lebih besar dari
0,5 sampai 0,6 MAC untuk menghasilkan efek
yang serupa
 Arus Darah Cerebral
- Anestesi volatil diberikan selama normokapnia dalam
konsentrasi > 0,6 MAC menghasilkan vasodilatasi serebral,
penurunan resistansi pembuluh darah serebral, dan
mengakibatkan peningkatan dosis ketergantungan CBF
(Gambar 4-26)
 Arus Darah Cerebral
- Sevoflurane memiliki efek intrinsik ketergantungan dosis
vasodilatasi serebral tetapi efek ini kurang dari isofluran
- Desflurane dan isoflurane serupa dalam hal peningkatan CBF
dan penjagaan reaktivitas terhadap karbon dioksida (Gambar
4-27) .
- Dinitrogen oksida bisa menjadi lebih poten untuk vasodilatasi
serebral daripada dosis equipotent isofluran sendirian di
manusia.
 Arus Darah Cerebral

A. Bila dibandingkan di 1.5 MAC,


rata-rata peningkatan aliran darah
serebral (CBF) pada pasien
menerima isofluran lebih besar
daripada yang menerima halotan
atau sevofluran.
B. Demikian juga, nilai rata-rata
Tegangan oksigen vena jugularis
internal (PjVO2) lebih tinggi pada
pasien yang menerima isofluran.
Peningkatan CBF hadir pada 1.5
MAC dipertahankan dari waktu ke
waktu.
 Arus Darah Cerebral

Pada hewan, autoregulasi CBF


sebagai respon terhadap
perubahan tekanan darah
sistemik dipertahankan selama
pemberian 1 MAC isofluran tapi
tidak halotan (Gambar 4-29).
 Kebutuhan Metabolik Oksigen Cerebral
- Desflurane dan sevoflurane menurunkan kebutuhan
metabolisme oksigen serebral mirip dengan isofluran.
 Perlindungan Cerebral
- Pada manusia yang menjalani endarterektomi karotid, CBF
dimana perubahan iskemik yang muncul pada EEG lebih
rendah selama administrasi isofluran dari pada enfluran atau
halotan (Gambar 4-30).
FIGURE 4-30 Jumlah pasien (%) yang menunjukkan tanda iskemia serebral pada
elektroensefalogram selama pemberian dari berbagai anestesi volatil dan berbagai rentang
aliran darah serebral (CBF). *, Berbeda secara signifikan satu sama lain; **, berbeda dengan dua
lainnya.
 Tekanan Intrakranial
- Anestesi inhalasi menghasilkan peningkatan ICP yang sejajar
dengan peningkatan CBF yang dihasilkan oleh obat ini
- Pasien dengan lesi space-occupying lesion paling rentan untuk
peningkatan ICP yang disebabkan obat ini.
- Hiperventilasi paru-paru untuk menurunkan Paco2 menjadi
sekitar 30 mmHg menentang kecenderungan anestesi inhalasi
untuk meningkatkan ICP, akan tetapi harus diingat dengan
enfluran
- Kemampuan dnitrogen oksida untuk meningkatkan ICP adalah
mungkin kurang dari anestesi volatil, yang mencerminkan
pembatasan dosis obat ini < 1 MAC.
 Produksi Cairan Serebrospinalis
- Enflurane meningkatkan baik tingkat produksi maupun
resistensi terhadap reabsorpsi cairan serebrospinal (CSF), yang
dapat menyebabkan peningkatan ICP yang berkelanjutan
dengan pemberian obat ini.
- Sebaliknya, isofluran tidak mengubah produksi CSF dan, pada
saat yang sama, menurunkan resistansi terhadap reabsorpsi.

Anda mungkin juga menyukai